Anda di halaman 1dari 15

Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....

(Sandra Dewi)

Prinsip Piercing The Corporate Veil Dalam Perseroan


Terbatas Dihubungkan Dengan Good Corporate
Governance

Sandra Dewi*
Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning
Jalan Yos Sudarso Km 8, Rumbai, Kota Pekanbaru, Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini menjelaskan prinsip piercing the corporate veil dapat menunjang
terwujudnya GCG dalam rangka mencegah penyalahgunaan kekuasaan pemegang
saham. Metode penelitian ini hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan),
konsep dan kasus. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa prinsip piercing the corporate
veil menunjang terwujudnya GCG dalam rangka mencegah penyalahgunaan kekuasaan
pemegang saham. Prinsip piercing the corporate veil tersebut dapat membatasi atau
mencegah perbuatan melawan hukum yang dilakukan pemegang saham, komisaris,
dan direksi yang memanfaatkan fasilitas perseroan untuk kepentingan pribadi atau
penyalahgunaan kekayaan perseroan. Kesimpulan penelitian ini bahwa akibat hukum
prinsip piercing the corporate veil terhadap tanggung jawab PT apabila dilanggar
menyebabkan tanggung jawab perseroan yang tadinya terbatas menjadi unlimited liability
(tanggung jawab tidak terbatas) hingga sampai harta pribadi dari pemegang saham.
Dalam perkembangannya, tanggung jawab hukum tidak terbatas ini dapat dibebankan
kepada organ perseroan lainnya, seperti komisaris atau direksi apabila terlibat dalam
pelanggaran prinsip piercing the corporate veil. Dengan penerapan tanggung jawab pribadi
berdasarkan prinsip piercing the corporate veil maka menjadi kewajiban hukum dari organ
perseroan meliputi direksi, pemegang saham, dan komisaris yang menyalahgunakan
wewenang untuk bertanggung jawab sampai pada harta kekayaan pribadi serta
memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi stakeholders (para pemangku
kepentingan) yang dirugikan atas kegiatan usaha yang dijalankan para organ.
______________
Kata kunci: Perseroan Terbatas, Tanggung Jawab, GCG

Abstract

The purpose of this study explains the principle of piercing the corporate veil can support
the realization of GCG in order to prevent abuse of shareholder power. This research
method is normative law with approach of legislation), concept and case. The results of
this study can be explained that the principle of piercing the corporate veil support the
realization of GCG in order to prevent abuse of shareholder power. The principle of piercing
the corporate veil may limit or prevent unlawful acts committed by shareholders,
commissioners and directors who utilize the company’s facilities for personal gain or
misappropriation of company property. The conclusion of this study is that the legal
consequences of piercing the corporate veil principle against the responsibility of PT if
violated caused the company’s previously unlimited liability to unlimited liability to the

Penulis Korespondensi
*

E-mail: sandradw1998@gmail.com

252
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

private property of shareholders. In its development, this unlimited legal liability may be
imposed on other company organs such as commissioners or directors if involved in
violation of the piercing the corporate veil principle. By applying personal responsibility
based on the principle of piercing the corporate veil, it becomes the legal obligation of the
company’s organs including directors, shareholders and commissioners who abuse the
authority to be responsible to private property and provide legal certainty and protection
for stakeholders (stakeholders) who are disadvantaged over the business activities carried
out by the organs.
______________
Keywords: Limited Liability Company, Responsibility, GCG

Pendahuluan Demikian pula hubungan antara direksi dengan


Tujuan Perseroan Terbatas (PT) akan dewan komisaris. Status badan hukum PT
dapat dicapai apabila organ perusahaan dalam berpengaruh terhadap tanggung jawab
mengelola perusahaannya melaksanakan komisaris PT. Secara implisit, tanggung jawab
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik komisaris juga terbatas sebagaimana
(good corporate governance principle). tercantum dalam Pasal 114 Ayat (6) Undang-
Sehubungan dengan tujuan PT amanah Pasal Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
97 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun Perseroan Terbatas bahwa atas nama
2007 tentang Perseroan Terbatas maka direksi perseroan, pemegang saham yang mewakili
memiliki posisi dan kekuasaan besar untuk paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari
urusan perseroan. Oleh sebab itu, maka salah seluruh saham dengan hak suara yang sah
satu unsur terpenting yang diatur dalam regulasi dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri
perusahaan, yaitu mengontrol prilaku dari terhadap komisaris dan direksi yang karena
direksi yang mempunyai posisi dan kekuasaan kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
besar dalam mengelola perusahaan, termasuk kerugian pada perseroan.
menentukan standar perilaku (standart of Tanggung jawab pemegang saham
conduct) untuk melindungi pihak-pihak yang secara terbatas merupakan tirai atau benteng
akan dirugikan apabila direksi berprilaku tidak yang memisahkan tanggung jawab pemegang
sesuai dengan kewenangannya atau berprilaku saham dengan tanggung jawab pengurus
tidak jujur dalam menentukan kebijakan- dalam menjalankan kegiatan usaha perseroan.
kebijakannya.1 Akan tetapi, tirai tersebut bukan bersifat mutlak
Hubungan antara direksi dengan dan tidak dapat ditembus sebagaimana diatur
perseroan merupakan hubungan saling pada Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
ketergantungan. Satu dengan yang lain saling 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
tergantung, sebagai organ yang dipercayakan Dengan demikian, maka tirai atau benteng
untuk melakukan pengurusan perseroan. pemisah tanggung jawab terbatas (limited

1
Bismar Nasution, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas
Bank, Makalah yang disampaikan pada Seminar Sehari Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan
dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut UUPT dan Undang-Undang Perbankan,
diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya,
tanggal 21 Februari 2008, hlm. 6.

253
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

liability) dari pemegang saham akan tembus perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan
dan menjadi hapus (piercing the corporate veil), tidak bertanggung jawab atas kerugian
dan pemegang saham dapat dituntut perseroan melebihi saham yang dimiliki.
pertanggungjawaban sepenuhnya tidak terbatas Dalam penerapannya, prinsip piercing the
hanya sebesar penyetoran modalnya saja, akan corporate veil tidak dapat diterapkan hanya
tetapi atas kerugian yang timbul. Pertanggung- memperhatikan satu dasar hukum saja, tetapi
jawaban pemegang saham perseroan berbagai peraturan dan ketentuan hukum lain
berdasarkan piercing the corporate veil selama yang berlaku bagi jenis usaha PT. Misalnya,
ini telah digunakan yurisprudensi.2 ketentuan perbankan bagi bank yang berbentuk
Prinsip piercing the corporate veil telah PT atau peraturan-peraturan pasar modal bagi
diintrodusir dalam Undang-Undang Nomor 1 PT yang telah go public.4
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
Keberlakuan undang-undang ini telah 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menggantikan beberapa Pasal mengenai PT telah mengintrodusir tanggung jawab
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang/ pemegang saham dari suatu perseroan
KUHD (Wetboek van Koophandel voor terbatas yang tanggung jawabnya terbatas
Indonesien). Undang-Undang Nomor 1 Tahun menjadi tanggung jawabnya tidak terbatas,
1995 kemudian digantikan dengan Undang- dalam hal berikut:
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang 1. Persyaratan perseroan sebagai badan
Perseroan Terbatas yang memperkenalkan hukum belum atau tidak terpenuhi.
beberapa prinsip hukum baru menyangkut Dalam hal ini perusahaan belum
organ PT dan mempertahankan prinsip piercing berbentuk PT, namun telah beroperasi
the corporate veil (menembus tirai perseroan) layaknya PT.
yang memberi pengecualian bagi prinsip 2. Dalam hal ini pihak pemegang
tanggung jawab terbatas yang berlaku terhadap saham (dalam tampilannya sebagai
pemegang saham PT. pendiri/promotor) perusahaan yang
Prinsip piercing the corporate veil dimuat bertanggung jawab sampai dengan
di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 disahkannya badan hukum perseroan
tentang Perseroan Terbatas sebagai pengaruh oleh Menteri Kehakiman. Setelah itu,
hukum asing umumnya berasal dari hukum tanggung jawab beralih kepada pihak
Anglo Saxon. 3 Jika dulu tidak dikenal direksi sampai dengan pendaftaran
pertanggungjawaban pribadi pemegang saham, pengumuman. Setelah pendaftaran
kini ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang dan pengumuman maka yang ber-
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan tanggung jawab hanyalah perseroan
Terbatas, diatur pemegang saham perseroan yang bersangkutan, kecuali ada
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas alasan untuk diterapkan prinsip

2
Chatamarrasjid Ais, Pengaruh Prinsip Piercing the Corporate Veil dalam Hukum Perseroan Indonesia,
Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22, Nomor 6 Tahun 2003, hlm. 17.
3
Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2002), hlm. 4, 8 dan 61.
4
Chatamarrasjid Ais, Pengaruh Prinsip...Op.Cit., hlm. 8.

254
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

piercing the corporate veil karena (limited liability) tersebut dapat ditembus
alasan-alasan lain.5 (piercing) menjadi unlimited liability.
3. Pemegang saham yang bersangkutan, Pertanggungjawaban hukum dapat juga
baik langsung maupun tidak langsung dimintakan terhadap pemegang sahamnya.
dengan itikad buruk memanfaatkan Bahkan, dalam pengembangannya juga
perseroan untuk kepentingan pribadi.6 membebankan tanggung jawab hukum kepada
Dalam hal ini pemegang saham organ perusahaan lain, seperti direksi atau
dikategorikan melakukan perbuatan komisaris. Namun demikian, ketentuan ini
pribadi, sehingga dapat dimintakan sering dilanggar sebagaimana dijelaskan
tanggung jawab pribadi. sebagai berikut.
4. Pemegang saham yang bersangkutan Meskipun prinsip piercing the corporate
terlibat dalam perbuatan melawan veil sudah diatur dalam Pasal 3 Ayat (2)
hukum dengan mengatasnamakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan. Perseroan Terbatas, namun pada kenyataan-
5. Pemegang saham yang bersangkutan, nya terdapat kasus-kasus yang seharusnya
baik langsung maupun tidak langsung diputus pengadilan dengan menyatakan
secara melawan hukum menggunakan pemegang saham dan para organ perusahaan
kekayaan perseroan, yang menga- bertanggung jawab sampai harta pribadinya.
kibatkan kekayaan perseroan menjadi Namun, dalam putusan pengadilan tersebut
tidak cukup untuk melunasi utang- tanggung jawab mereka hanya sebatas
utang perseroan. Di sini perbuatan tanggung jawab pada perseroan yang berarti
pemegang saham termasuk perbuatan prinsip piercing the corporate veil tidak
pribadi yang bisa dikenakan/diminta- diindahkan, seperti pada kasus Bank Century
kan tanggung jawab pribadi. dan PT Lapindo Brantas. Hal ini menimbulkan
permasalahan, yaitu tidak menimbulkan efek
Dengan demikian, prinsip tanggung jawab jera sehingga segala bentuk kecurangan atau
terbatas (limited liability) dalam Undang- perbuatan melawan hukum dengan mengatas-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang namakan perseroan masih terus terjadi yang
Perseroan Terbatas tidak bersifat absolut. pada akhirnya dapat merugikan perekonomian
Dalam pengertian bahwa tanggung jawab nasional Indonesia.
terbatas tersebut bersifat relatif. Prinsip ini Pengadilan di Indonesia sudah banyak
mengajarkan bahwa sungguhpun suatu PT yang menggunakan prinsip piercing the
bertanggung jawab secara hukum hanya corporate veil dalam menyelesaikan masalah
terbatas pada harta PT tersebut, tetapi dalam tanggung jawab PT, sejauh permasalahan itu
hal-hal tertentu, seperti diatur dalam Pasal 3 menyangkut penyalahgunaan kekuasaan atau
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 kewenangan dan menggunakan perseroan
tentang Perseroan Terbatas tanggung jawab untuk kepentingan pribadi ataupun untuk alat

5
Ibid.
6
Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997),
hlm. 30.

255
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

untuk melakukan perbuatan melawan hukum hukum dari awal pendirian PT Bank Century
dan bahkan untuk melakukan tindak pidana Tbk. Upaya yang dapat dilakukan dalam
misalnya tindak pidana pencucian uang. penerapan tanggung jawab kepada pihak
Gios Adhyaksa melakukan penelitian stakeholders (para pemangku kepentingan),
dengan judul “Perlindungan Hukum bagi yaitu dengan adanya penerapan prinsip piercing
Nasabah terhadap Kerugian Akibat Pengalihan the corporate veil. Prinsip piercing the corporate
Asset Berdasarkan Prinsip Penyikapan Tabir veil merupakan salah satu upaya yang
Perseroan (Piercing the Corporate Veil) Dalam dilakukan Pemerintah untuk memberikan rasa
Kaitannya dengan Pertanggung Jawaban keadilan bagi stakeholders (para pemangku
Komisaris”, yang dimuat dalam Jurnal Unifikasi kepentingan), terlihat adanya pemberlakuan
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015. Dalam tanggung jawab dari organ perseroan secara
penelitiannya dijelaskan bahwa terhadap sebuah pribadi sampai kepada harta pribadi dengan
PT di bidang perbankan sesuai dengan bentuk menghapuskan tanggung jawab terbatas dari
badan usaha dan badan hukum, yaitu Undang- organ (limited liability).8
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Penelitian Gios Adhyaksa mempunyai
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang persamaan dan perbedaan dengan penelitian
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dapat ini. Persamaannya, kedua penelitian sama-
dijadikan dasar legalitas untuk mengkaji sama meneliti mengenai prinsip piercing the
penerapan prinsip piercing the corporate veil corporate veil. Perbedaannya, jika penelitian
dalam kasus PT Bank Century Tbk dan organ- Gios Adhyaksa meneliti mengenai perlindungan
organnya. Piercing the corporate veil bertujuan hukum nasabah dikaitkan dengan per-
untuk terciptanya kemakmuran dan tanggungjawaban komisaris, sedangkan
kesejahteraan tidak hanya bagi organ (direksi, penelitian ini meneliti penerapan prinsip piercing
pemegang saham, dan komisaris) perseroan the corporate veil dalam tanggung jawab
saja, tetapi juga bagi seluruh stakeholders perseroan terbatas dihubungkan dengan Good
(nasabah, investor, kreditur, karyawan). Setelah Corporate Governance (disingkat GCG) dalam
menelaah kasus PT Bank Century Tbk diketahui rangka mencegah penyalahgunaan kekuasaan
bahwa terdapat beberapa persoalan hukum pemegang saham. Selain itu perbedaan lainnya,
yang terjadi serta mengakibatkan perseroan penelitian Gios Adhyaksa menggunakan metode
dan stakeholders (para pemangku kepentingan) yuridis-empiris, sedangkan pada penelitian yang
mengalami kerugian, para organ PT Bank akan dilakukan menggunakan metode penelitian
Century Tbk bersama-sama menyalahgunakan hukum normatif.
wewenang serta memanfaatkan bank untuk Sulistiowati dan Veri Antoni melakukan
kepentingan diri pribadi. 7 penelitian dengan judul “Konsistensi Penerapan
Hasil penelitian Gios Adhyaksa Prinsip Piercing the Corporate Veil pada
menjelaskan bahwa PT Bank Century Tbk Perseroan Terbatas di Indonesia”, yang dimuat
terbukti telah melakukan perbuatan melawan dalam Jurnal Yustisia, Edisi 87, Tahun 2013.

7
Gios Adhyaksa, Perlindungan Hukum bagi Nasabah Terhadap Kerugian Akibat Pengalihan Aset
Berdasarkan Prinsip Penyikapan Tabir Perseroan (Piercing the Corporate Veil) Dalam Kaitannya dengan
Pertanggung Jawaban Komisaris, Jurnal Unifikasi, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2015.
8
Ibid.

256
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui arti Sulistiowati dan Veri Antoni meneliti mengenai
penting dan penerapan piercing the corporate konsistensi penerapan prinsip piercing the
veil dalam peraturan perundang-undangan di corporate veil pada PT di Indonesia, sedangkan
bidang PT.9 Penelitiannya merupakan penelitian penelitian yang penulis lakukan meneliti
yuridis normatif yang mendasarkan pada penerapan prinsip piercing the corporate veil
penelitian kepustakaan guna memperoleh data dalam tanggung jawab PT dihubungkan dengan
sekunder. Data yang diperoleh dari asas-asas GCG dalam rangka mencegah penyalahgunaan
hukum, peraturan-peraturan, dan buku-buku kekuasaan pemegang saham.
yang dianalisis dengan menggunakan metode Try Widiyono melakukan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif ini menghasilkan dengan judul “Perkembangan Teori Hukum dan
data deskriptif-analitis. Selain itu, dilakukan juga Prinsip Hukum Piercing The Corporrate Veil
studi untuk membandingkan penggunaan dalam UUPT dan Realitasnya serta Prospektif
piercing the corporate veil di berbagai negara. Kedepannya”, yang dimuat dalam Jurnal Lex
Hasil penelitiannya menjelaskan: Pertama, arti Jurnalica Volume 10 Nomor 1 April 2013. Dalam
penting pengaturan piercing the corporate veil penelitiannya disebutkan teori badan hukum
dalam peraturan perundang-undangan di pertama diciptakan oleh para peletak dasar teori
bidang PT karena: (1) untuk memberikan badan hukum hanya untuk menjawab
kepastian hukum. (2) keberadaan piercing the tantangan badan hukum dapat bertindak dalam
corporate veil di undang-undang akan lalu lintas hukum ekonomi. Teori badan hukum
berimplikasi pada sanksi yang tegas sehingga tersebut pada perjalanannya masih perlu untuk
efek jera dapat tercapai. (3) untuk menekan disempurnakan, karena ternyata terdapat
biaya litigasi. (4) untuk memotivasi penerapan hubungan hukum dan tindakan hukum para
piercing the corporate veil. Kedua, prinsip pihak yang terdapat pada pribadi-pribadi yang
piercing the corporate veil dalam perundang- berada di balik badan hukum yang belum
undangan di bidang PT diperluas dari KUHD tersentuh oleh hukum.10
sampai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tujuan penelitian Try Widiyono untuk
Tahun 1995 dan Undang-Undang Nomor 40 menjelaskan perkembangan teori hukum dan
Tahun 2007. prinsip hukum piercing the corporate veil dalam
Penelitian Sulistiowati dan Veri Antoni juga UUPT. Reformasi hukum atas badan hukum
mempunyai persamaan dan perbedaan dengan dapat dilihat dari dua tonggak sejarah badan
penelitian penulis. Persamaannya, kedua hukum, yakni pertama saat lahirnya teori badan
penelitian sama-sama meneliti mengenai hukum yang menitikberatkan pada personifikasi
prinsip piercing the corporate veil. Selain itu, badan hukum seakan-akan sebagai manusia
persamaan lainnya, kedua penelitian dan kedua pada saat lahirnya prinsip hukum
menggunakan metode penelitian hukum korporasi yang dikenal dengan nama piercing
normatif. Perbedaannya, jika penelitian the corporrate veil yang dilatarbelakangi untuk

9
Sulistiowati dan Veri Antoni, Konsistensi Penerapan Prinsip Piercing the Corporate Veil pada Perseroan
Terbatas di Indonesia, Jurnal Yustisia, Edisi 87, September-Desember, 2013.
10
Try Widiyono, Perkembangan Teori Hukum dan Prinsip Hukum Piercing the Corporrate Veil dalam
UUPT dan Realitasnya serta Prospektif Kedepannya, Jurnal Lex Jurnalica Volume 10, Nomor 1, April 2013.

257
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

mengungkap tabir hukum para pribadi yang mencegah penyalahgunaan kekuasaan


berada di balik perseroan, yakni para pemegang pemegang saham.
saham, dewan komisaris dan direksi. Selain itu, Dari penelitian-penelitian yang telah
untuk memberikan landasan teoritis dan filsafat diuraikan di atas maka dapat dinyatakan bahwa
agar para pemegang saham, dewan komisaris penelitian yang akan dilakukan berbeda, baik
dan direksi dapat melakukan pengelolaan substansi maupun metode penelitiannya.
perseroan secara adil, benar dan profesional Berdasarkan latar belakang yang telah
serta penuh integritas yang tinggi dan diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk
bertanggung jawab kepada stakeholder, yang melakukan penelitian ini dengan judul “Prinsip
mana Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Piercing the Corporate Veil dalam Tanggung
tentang Perseroan Terbatas secara umum telah Jawab Perseroan Terbatas dihubungkan
meresepsi prinsip hukum tersebut.11 dengan Good Corporate Governance”.
Namun demikian, dalam realitanya Terkait dengan uraian di atas maka
terdapat pemegang saham yang melanggar permasalahan dalam penelitian ini, yaitu
prinsip hukum tersebut, antara lain dengan bagaimana prinsip piercing the corporate veil
mempengaruhi profesionalisme dan integritas dapat menunjang terwujudnya GCG dalam
direksi dan dewan komisaris untuk kepentingan rangka mencegah penyalahgunaan kekuasaan
share holder tanpa memperhatikan kepentingan pemegang saham? Untuk menjawab
stakeholder. Di samping maraknya pemegang pertanyaan tersebut penulis mengunakan
saham melakukan perjanjian-perjanjian nomine pendekatan yuridis normatif. Tujuan yang
saham, yang melanggar disclosur principles, diharapkan dari penelitian ini untuk menjelaskan
baik dari segi informasi maupun tanggung prinsip piercing the corporate veil dapat
jawab serta bertentangan dengan prinsip GCG menunjang terwujudnya GCG dalam rangka
sebagai implementasi prinsip hukum tersebut.12 mencegah penyalahgunaan kekuasaan
Try Widiyono juga melakukan penelitian pemegang saham.
yang mempunyai persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Persamaannya, kedua Metode Penelitian
penelitian sama-sama meneliti mengenai 1. Pendekatan penelitian
prinsip piercing the corporate veil. Pendekatan yang digunakan dalam
Perbedaannya, jika penelitian Try Widiyono penelitian ini statute approach (pendekatan
meneliti mengenai perkembangan teori hukum perundang-undangan), conceptual approach
dan prinsip hukum piercing the corporrate veil (pendekatan konsep) dan case approach
dalam UUPT dan realitasnya serta prospek (pendekatan kasus). Pendekatan perundang-
kedepannya, sedangkan pada penelitian ini undangan dilakukan dengan menelaah semua
meneliti penerapan prinsip piercing the undang-undang dan regulasi yang bersangkut
corporate veil dalam tanggung jawab PT paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
dihubungkan dengan GCG dalam rangka Pendekatan Perundang-undangan digunakan

11
Ibid.
12
Ibid.

258
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

dalam penelitian ini untuk mencari dan PT Lapindo Brantas dan kasus pada Bank
membahas konsistensi dan kesesuaian antara Century.
suatu undang-undang dengan undang-undang
lainnya atau antara undang-undang dengan 2. Sifat penelitian
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Sejalan dengan permasalahan dalam
Republik Indonesia Tahun 1945. Hasil dari telaah penelitian ini maka metode penelitian hukum
tersebut merupakan suatu argumen untuk yang digunakan bersifat hukum doktrinal.
memecahkan isu yang dihadapi, yaitu Penelitian hukum doktrinal disebut juga sebagai
mengenai penerapan prinsip piercing the penelitian hukum normatif yang merupakan
corporate veil dalam tanggung jawab PT penelitian kepustakaan, yaitu penelitian data
dihubungkan dengan GCG dalam rangka sekunder.14
mencegah penyalahgunaan kekuasaan Metode yuridis normatif yang digunakan
pemegang saham. dalam penelitian ini dengan alasan untuk
Pendekatan konseptual beranjak dari menganalisis data yang mengacu kepada
pandangan-pandangan dan prinsip-prinsip yang norma-norma yang terdapat dalam peraturan
berkembang di dalam ilmu hukum.13 Dengan perundang-undang. Metode yuridis normatif ini
menggunakan pendekatan konseptual dalam mengacu pula kepada penelitian yang
penelitian ini, dipelajari pandang-pandangan dan mengarah kepada dasar filosofis, khususnya
prinsip-prinsip di dalam ilmu hukum, peneliti yang berkaitan dengan landasan filosofis
akan menemukan ide-ide yang melahirkan penerapan prinsip piercing the corporate veil
pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep dalam tanggung jawab PT dihubungkan dengan
hukum, dan asas-asas hukum relevan dengan GCG.
isu yang dihadapi. Pemahaman akan
pandangan-pandangan dan prinsip-prinsip 3. Jenis data
tersebut merupakan sandaran bagi peneliti Jenis data yang digunakan berupa data
dalam membangun suatu argumentasi hukum kualitatif, yaitu peneliti menyajikan data yang
dalam memecahkan isu yang dihadapi yang berupa kata atau kalimat, yang selanjutnya
dalam hal ini mengenai penerapan prinsip disusun secara utuh dalam bentuk penulisan
piercing the corporate veil dalam tanggung hukum. 15 Bahan-bahan hukum bersifat
jawab PT dihubungkan dengan GCG dalam normatif-prespektif, digunakan terutama untuk
rangka mencegah penyalahgunaan kekuasaan mengkaji permasalahan hukum yang terkait
pemegang saham. dengan substansi peraturan hukum positifnya
Pendekatan kasus yang digunakan dalam (ius constitutum) yang sifatnya mengatur
penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah penerapan prinsip piercing the corporate veil
kasus terkait dengan isu tentang prinsip piercing dalam tanggung jawab PT dihubungkan dengan
the corporate veil dan prinsip GCG. Kasus yang GCG, berdasarkan kekuatan mengikatnya
dibahas pada penelitian ini adalah kasus pada diklasifikasikan sebagai bahan hukum primer,

13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), hlm. 93.
14
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetil, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000),
hlm. 11-12.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 34.

259
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

bahan hukum sekunder dan bahan hukum matisasi temuan-temuan hukum baru yang
tersier.16 menjadi dasar untuk pengambilan kesimpulan
dan pengembangan teori dan konsep baru,18
4. Metode pengambilan data sehingga tujuan akhir penelitian hukum ini dapat
Pengambilan data penelitian dilakukan tercapai, yaitu menemukan penerapan prinsip
dengan teknik studi dokumen. Teknik studi piercing the corporate veil dalam tanggung
dokumen ini salah satu cara dalam melakukan jawab PT dihubungkan dengan GCG.
library research (studi kepustakaan). Teknik
studi dokumen, yaitu mengumpulkan bahan- Pembahasan
bahan hukum bersifat normatif-perspektif, Prinsip Piercing The Corporate Veil Dapat
dilakukan dengan cara penelusuran, Menunjang Terwujudnya GCG
pengumpulan data sekunder mengenai objek Prinsip-prinsip Organic for Economic
penelitian, baik secara konvensional maupun Corporation and Development (OECD)
dengan menggunakan teknologi informasi, berkenaan dengan GCG mencakup lima bidang
seperti internet dan lain-lain. utama, yaitu (1) hak para pemegang saham
(shareholders) dan perlindungannya. (2) peran
5. Metode analisis data karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan
Data yang diperoleh dikelompokkan dan (stakeholders) lainnya. (3) pengungkapan
disusun secara sistematis dan selanjutnya (disclosure) yang akurat dan tepat waktu. (4)
dianalisis secara analisis kualitatif, yaitu analisis transparansi sehubungan dengan struktur dan
berupa kalimat dan uraian.17 Metode yang operasi perseroan. (5) tanggung jawab dewan
digunakan analisis yuridis, yaitu analisis (maksudnya dewan komisaris maupun direksi)
mendasarkan pada teori-teori, konsep dan terhadap perusahaan, pemegang saham, dan
peraturan perundang-undangan. Setelah itu, pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
data yang diperoleh disusun secara sistematis Secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat
dan untuk selanjutnya analisis kualitatif dipakai dirangkum sebagai: perlakuan yang setara
untuk mencapai penjelasan yang dibahas. (equitable treatment atau fairness),
Dalam penelitian hukum normatif, alat transparansi (transparency), akuntabilitas
analisis hukumnya berupa teori-teori, asas, (accountability), dan responsibilitas (respon-
prinsip dan konsep-konsep hukum. Alat analisis sibility). Prinsip-prinsip dasar tersebut sifatnya
ini digunakan untuk menafsirkan hasil penelitian tidak mengikat dan memberikan pedoman
yang berupa bahan-bahan hukum bersifat kepada negara-negara untuk memperbaiki
normatif-prespektif yang diinteraksikan dengan pengelolaan perusahaan di negara mereka.
hasil analisis fakta kemasyarakatan bersifat Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang
empiris-deskriptif. Analisis ini bertujuan Perseroan Terbatas sejauh ini telah mengakui
menghasilkan, menstrukturkan dan mensiste- keberadaan dan mengakomodasi berbagai

16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 52.
17
Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, (Jakarta: Yasrif Watampone, 2008), hlm.
188.
M. van Hoecke dalam Bernard Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, (Bandung: CV
18

Mandar Maju, 2000), hlm. 154-155.

260
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

prinsip maupun doktrin-doktrin modern yang penerapan prinsip piercing the corporate veil
berlaku saat ini. Tetapi, kesulitan yang terjadi juga membebankan tanggung jawab hukum
seberapa konkrit penerapan dan pemenuhan kepada anggota direksi atau dewan komisaris.
prinsip dan doktrin dimaksud dalam Undang- Keadaan ini memberikan suatu pemahaman
Undang Nomor 40 Tahun tentang Perseroan bahwa tidak selamanya transaksi sebagaimana
Terbatas, terutama terhadap upaya penegakan dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang
hukumnya. Meskipun undang-undang mem- Nomor 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas
berikan peluang dan kesempatan untuk merupakan prakarsa dari pemegang saham,
mengajukan gugatan perkara kehadapan melainkan dapat mengemuka dikarenakan
persidangan, tetapi kebanyakan kasus adanya inisiatif yang timbul, baik dari kalangan
pelanggaran terhadap prinsip dan doktrin pengurus maupun pengawas PT. Sehingga
tersebut tidak transparan diungkap pada publik segala sesuatu terjadi tidak secara serta merta,
atau diselesaikan di luar pengadilan. Pada melainkan diperlukan adanya suatu proses
praktiknya, banyak dijumpai berbagai macam pembuktian terlebih dahulu. Kendala yang
bentuk pelanggaran pada setiap sektor usaha mungkin dihadapi bilamana PT dimaksud
termasuk pada institusi perbankan dan dimiliki oleh keluarga, baik pengurus maupun
perusahaan-perusahaan pembiayaan.19 pengawasnya berasal dari kalangan keluarga
Tanggung jawab dalam PT pada yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa
prinsipnya sebatas atas harta yang ada dalam tidak terdapat pengaturan yang spesifik
PT tersebut. Itu pula sebabnya disebut terhadap eksistensi pendirian PT oleh mereka-
“terbatas” (limited), yakni terbatas dari segi mereka yang berstatus sebagai keluarga.
tanggung jawabnya. Dengan demikian, para Selain dari pembebanan permasalahan
pemegang saham, anggota direksi atau dewan piercing the corporate veil pada direksi dan
komisaris tidak pernah bertanggung jawab dewan komisaris sehubungan dengan
secara pribadi. Artinya, jika ada gugatan dari eksistensi Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40
pihak manapun, harta pribadi dari pemegang Tahun tentang Perseroan Terbatas maka GCG
saham, anggota direksi atau dewan komisaris memiliki pendekatan lain, yakni seputar
pada prinsipnya tidak boleh ikut disita. Namun, permasalahan kepemilikan dan pengendalian
pertanggungjawaban terbatas tersebut tidaklah (ownership dan control). Pemegang saham
mutlak karena adanya prinsip piercing the yang memiliki kontrol sebenarnya memiliki
corporate veil. insentif secara lebih dekat untuk memonitor
Penerapan piercing the corporate veil ke perusahaan serta manajemen yang
dalam tindakan PT menyebabkan tanggung memberikan pengaruh positif bagi corporate
jawab hukum tidak hanya dimintakan dari PT governance. Sebaliknya, pemegang saham
tersebut, tapi pertanggungjawaban hukum pengendali juga berpotensi untuk berkonflik
dapat juga dimintakan kepada pemegang dengan pemegang saham lain, khususnya
sahamnya, bahkan dalam pengembangannya pemegang saham minoritas. Konflik ini akan

19
Syarif Bastaman, Junaidi, dan Ari Wahyudi Hertanto of Bastaman & Partners, Indonesia: How to
Implement Good Corporate Governance, International Financial Law Review, (London: PW Reproprint Ltd,
2003), hlm. 116.

261
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

memberikan akibat buruk ketika pengendali pribadinya. Para pihak yang melakukan
perusahaan melakukan eksploitasi perusahaan transaksi, dibuat seolah-olah terlihat tidak
yang dikontrolnya, dengan cost yang juga memiliki hubungan afiliasi. Perusahaan-
ditanggung para pemegang saham lain, perusahaan yang didirikan di luar negeri, yang
khususnya para pemegang saham minoritas. struktur kepemilikannya tidak diketahui secara
Pemegang saham minoritas bukan satu- jelas, sering digunakan dalam banyak transaksi,
satunya korban, pengendali perusahaan sendiri seperti tunneling.21 Transaksi, seperti ini secara
akan menanggung cost dari buruknya corporate teknis legal, tetapi bagaimanapun juga hadirnya
governance dalam bentuk rendahnya valuasi tunneling terjadi karena lemahnya hak-hak
atas nilai saham yang dimiliki pada perusahaan pemegang saham. Tunneling saat ini
bersangkutan, terbatasnya akses ke pasar merupakan tantangan bagi regulator dan
saham, dan kesulitan dalam mewujudkan pengadilan. Regulator dan pengadilan
rencana-rencana bisnis serta mengakses membutuhkan sumber daya dan keahlian yang
potensi pasar yang ada di luar. cukup dalam memeriksa transaksi yang seolah-
Agar memiliki kemampuan dalam olah wajar, tetapi sebenarnya merugikan
melakukan kontrol, pengendali perusahaan tidak pemegang saham minoritas.22
harus memiliki lebih dari 50% hak suara. Penerapan prinsip piercing the corporate
Kombinasi para pemegang saham antara veil sebenarnya bukanlah sederhana karena
pengendali perusahaan dengan pemegang memerlukan pembuktian yang dalam. Terhadap
saham yang pasif (yang tidak menggunakan kasus-kasus tertentu tidaklah mudah,
hak suaranya), dapat mengendalikan sebagaimana tergambarkan dari kutipan ini: “It
perusahaan dengan hak suara 30% atau is very difficult to give a satisfactory analysis
bahkan kurang. Cara lain menggunakan saham or classification of types of case in which the
dengan hak suara khusus, misalnya pengendali court will lift the veil of corporate. Someone
hanya punya 10% saham, tetapi tiap saham cannot predict with certainly whether or not the
memiliki 10 hak suara, sedangkan 90% saham court will do so in a particular case”.23
yang dipegang para pemegang saham lainnya, Selain seputar pembebanan prinsip
hanya memiliki satu suara per lembar saham. piercing the corporate veil, secara umum
Dari contoh ini, pengendali yang cuma memiliki transaksi perusahaan yang bertentangan
10% dapat memiliki hak suara di atas 50%, dengan peraturan perundang-undangan atau
tetapi hanya memperoleh 10% dari keseluruhan anggaran dasar pada umumnya dideskripsikan
dividen perusahaan.20 sebagai tindakan ultra vires. Dalam bahasa
Misalnya Mr. Z sebagai pengendali umumnya dikenal sebagai suatu pelampauan
menggunakan transaksi antara perusahaan A kewenangan dari suatu PT. Terminologi ultra
dan perusahaan C untuk kepentingan ekonomis vires dipakai khususnya pada tindakan

20
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan
Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006), hlm. 31-34.
21
Ibid, hlm. 35.
22
Ibid, hlm. 110-112.
23
Arsul Sani, Litigasi dalam UUPT, makalah yang disampaikan pada Konferensi Perkembangan Akhir
Undang-Undang Perseroan Terbatas, Jakarta, 27-28 September 1995, hlm. 12-13.

262
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

perseroan yang melebihi kekuasaan yang saham lain, khususnya pemegang saham
diberikan oleh anggaran dasar atau oleh minoritas.
peraturan yang melandasi pembentukan Pengendali perusahaan dapat melakukan
perseroan tersebut. kontrol, tanpa harus memiliki lebih dari 50% hak
Dalam pasal-pasal Undang-Undang suara. Kombinasi para pemegang saham
Nomor 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas antara pengendali perusahaan dengan
tidak ada dinyatakan tegas atau secara eksplisit pemegang saham yang pasif (yang tidak
bahwa tanggung jawab direksi terbatas. Namun menggunakan hak suaranya), dapat
demikian, sebagaimana halnya tanggung jawab mengendalikan perusahaan dengan hak suara
terbatas pemegang saham, juga berlaku 30% atau bahkan kurang atau dengan cara
terhadap anggota direksi. Hal tersebut dapat menggunakan saham dengan hak suara
dilihat dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun khusus. Misalnya, setiap satu saham memiliki
tentang Perseroan Terbatas Pasal 97 Ayat (5) 10 hak suara, sedangkan saham-saham lain
secara acontrario dapat diartikan bahwa apabila yang dipegang para pemegang saham lainnya,
anggota direksi tidak bersalah dan tidak lalai hanya memiliki satu suara per lembar saham.
menjalankan tugasnya maka ia tidak ber- Dari contoh ini, pengendali yang hanya memiliki
tanggung jawab penuh secara pribadi. Jadi, saham 10% dapat memiliki hak suara di atas
anggota direksi tidak secara tanggung renteng 50%.
bertanggung jawab atas kerugian itu. Direksi Regulator dalam Undang-Undang Nomor
memiliki tanggung jawab yang terbatas sama 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas
seperti tanggung jawab pemegang saham menunjukkan kinerjanya dengan memberlaku-
perseroan. kan ketentuan Pasal 36. Tentu pasal ini bukan
Untuk memberikan ilustrasi korelasi merupakan pasal yang bersifat mandiri,
antara Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40 melainkan pasal dalam Undang-Undang Nomor
Tahun tentang Perseroan Terbatas dengan teori 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas yang
piercing the corporate veil maka terlihat faktor- terintegrasi dengan ketentuan pasal-pasal
faktor yang dapat menciptakan adanya lainnya. Permasalahan lain yang timbul terhadap
hubungan-hubungan dimaksud. Salah satu peristiwa terjadinya kepemilikan silang (cross
sinyal yang ditanggapi oleh penyusun Undang- holding) dapat langsung menunjuk pemegang
Undang Nomor 40 Tahun tentang Perseroan saham sebagai pelaku ataukah sebaliknya.
Terbatas tersirat dalam ketentuan Pasal 36. Sesuai dengan segala sesuatu yang telah
Terdapat beberapa contoh yang dipaparkan di atas maka dapat disampaikan
mengindikasikan bahwa pemegang saham bahwa pemegang saham tidak serta merta
yang memiliki kontrol sebenarnya mempunyai secara langsung dapat dipersalahkan. Titik
insentif secara lebih dekat untuk memonitor tolaknya beranjak dari teori piercing the
perusahaan serta manajemen yang corporate veil. Pemegang saham berdasarkan
memberikan pengaruh positif bagi corporate teori ini pada prinsipnya dapat langsung
governance. Kendali semacam ini lebih dikenal dimintakan pertanggungjawaban atas
sebagai suatu bentuk control of ownership. kemungkinan pelanggaran yang dilakukannya
Sebaliknya, pemegang saham pengendali juga sehubungan dengan adanya peluang control of
berpotensi untuk berkonflik dengan pemegang ownership. Namun demikian, direksi pun selaku

263
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

organ terdepan dari perusahaan dapat ketentuan perundang-undangan terkait lainnya.


dipertanyakan seputar kinerjanya sebagai pihak Apalagi terhadap transaksi tersebut ternyata
yang diberikan wewenang untuk melakukan berakibat pada kerugian yang bermuara pada
pengurusan sebuah PT. meruginya PT, bahkan terhadap para pemangku
Keadaan ini memicu biasnya pemikiran, kepentingan. Pengecualian diberikan sepanjang
di satu sisi pemegang saham lebih memiliki direksi telah menjalankan fungsi fiduciary-nya
kepentingan akan perusahaan yang dimilikinya, secara konsisten, sehingga terhadapnya dapat
sedangkan di lain pihak direksi atas dikecualikan sebagai pihak yang dibebani
kewenangan pengurusan perseroan yang tanggung jawab atas peristiwa transaksi cross
diberikan kepadanya justru terbuka peluang holding jika memenuhi ketentuan Pasal 97 Ayat
untuk melakukan berbagai bentuk (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang
penyimpangan yang mengatasnamakan Perseroan Terbatas.
kepentingan bisnis, sehingga perangkat Meskipun demikian, terhadap praktek
perundang-undangan menjadi terabaikan. cross holding kecil kemungkinan direksi tidak
Memang prinsip piercing the corporate veil terlibat di dalam transaksinya, baik secara
beranjak dari perbedaan substansial antara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
kepentingan pemegang saham dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang
kepentingan PT. Oleh karenanya, ada suatu Perseroan Terbatas komisaris pun dapat
kondisi bahwa kehendak pemegang saham dijadikan sebagai objek berlakunya teori piercing
melampaui kehendak dari sebuah PT, yaitu the corporate veil. Bila ditinjau Pasal 114
dengan mempergunakan PT hanya sebagai Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang
alat/kendaraan untuk menjalankan kepentingan Perseroan Terbatas, komisaris sebagai
pemegang saham semata dan mengabaikan pengawas perseroan terbatas juga memiliki
berbagai kepentingan perundang-undangan kewajiban fidusia (fiduciary duty).
yang berlaku. Salah satu prilaku penyimpangan Kendala yang paling mungkin terjadi bagi
tersebut terkait kepemilikan silang (cross pihak ketiga yang berada di luar lingkup PT,
holding) dimaksud. yaitu bagaimana seseorang dapat mengetahui
Sementara itu, direksi dalam menjalan- bahwa sebuah PT telah melakukan pelang-
kan kinerjanya pun memiliki otoritas sedemikian garan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40
rupa dapat menjalankan transaksi-transaksi Tahun tentang Perseroan Terbatas. Khususnya
yang dilakukan oleh sebuah PT. Atas alasan mengingat bahwa peluang pihak ketiga untuk
pembenar untuk mengamankan bisnis menembus suatu transaksi yang dibuat oleh
perusahaan maka salah satu upaya yang sebuah PT teramat sulit. Alasannya tidak lain
dilakukan dengan menerapkan struktur terhadap transaksi-transaksi ini akan berstatus
transaksi cross holding. Apabila terbukti teramat rahasia bagi pihak yang terlibat
demikian maka direksi dapat dimintakan didalamnya yang lazim terikat dengan perjanjian
pertanggungjawabannya, bahkan sampai kerahasiaan.
kepada tanggung jawab pribadi karena telah Selanjutnya, dikatakan bahwa notaris
melakukan perbuatan yang melanggar merupakan salah satu pilar dalam transaksi-
ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40 transaksi yang dilakukan oleh suatu PT, dari
Tahun tentang Perseroan Terbatas dan sejak mendirikan sampai tahap likuidasi.

264
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 252- 266

Jabatan notaris dikehendaki hukum untuk 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas.


membantu dan melayani masyarakat yang Rumusan terhadap pembatasan dalam
membutuhkan alat bukti tertulis autentik melaksanakan profesinya setidaknya dapat
mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan diatur dalam kode etik masing-masing profesi.
hukum, termasuk PT. Dengan demikian, notaris Namun demikian, pengaturan dalam kode etik
memiliki peran tersendiri dalam transaksi yang belum tentu dapat memberikan suatu komitmen
dilakukan oleh PT. Apakah satu dari sekian pelaksanaan yang fundamental tanpa adanya
banyak transaksi termasuk dalam kategori sanksi yang diintegrasikan terhadap pihak-pihak
transaksi cross holding sudah barang tentu yang melanggar ketentuan perundang-
notaris yang bersangkutan lebih mengetahui. undangan dimaksud.
Kendala yang mungkin timbul apakah notaris Permasalahannya tidak jelas sanksi yang
memiliki otoritas yang begitu kuat untuk dapat dijatuhkan berdasarkan Undang-Undang
melarang perseroan melakukan transaksi Nomor 40 Tahun tentang Perseroan Terbatas
dimaksud. kepada PT yang melanggar ketentuan Pasal 36
Selanjutnya, apakah undang-undang dimaksud. Oleh karenanya, sebelum ada
secara tegas memberlakukan larangan untuk ketentuan yang mengatur tentang peran profesi
berbuat sesuatu yang ditujukan kepada notaris dalam transaksi kepemilikan silang (cross
dengan memberikan sanksi hukum yang holding) ini maka masing-masing kelompok
signifikan. Pada bagian ini lebih merupakan profesi harus senantiasa berpegang teguh pada
proposisi yang mengarah terhadap bagaimana etika dan tanggung jawab profesinya. Hal ini
sinergi konstruktif yang dapat dibangun dalam terkait dengan tingkat kesadaran hukum dari
rangka menegakkan ketentuan Undang- masing-masing profesi dalam menjalankan
Undang Nomor 40 Tahun tentang Perseroan aktivitasnya dengan berlandaskan pada tatanan
Terbatas khususnya Pasal 36. Dalam moralitas masing-masing individu yang harus
melaksanakan transaksi ini setidaknya akan dijunjung tinggi.
melibatkan beberapa profesi, antara lain notaris,
advokat, akuntan publik, appraisal, dan bankir. Kesimpulan
Pemerintah telah berupaya untuk Akibat hukum prinsip piercing the
melakukan langkah-langkah konkritnya, tetapi corporate veil terhadap tanggung jawab PT
sepertinya langkah konkrit ini tidak cukup apabila apabila dilanggar menyebabkan tanggung
tidak mengikutsertakan partisipasi dari kalangan jawab perseroan yang tadinya terbatas pada
profesi yang diantaranya telah disebutkan di modal disetor/harta perseroan saja menjadi
atas, untuk bersama-sama menegakkan unlimited liability (tanggung jawab tidak
ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 40 terbatas) hingga sampai harta pribadi dari
Tahun tentang Perseroan Terbatas dimaksud. pemegang saham. Dalam perkembangannya
Pertanyaannya bagaimana hal tersebut tanggung jawab hukum tidak terbatas ini dapat
dapat direalisasikan? Perlu untuk dilakukan dibebankan kepada organ perusahaan, seperti
telaah mendalam tentang kemungkinan untuk komisaris atau direksi apabila komisaris atau
disusunnya peraturan pemerintah yang direksi tersebut juga terlibat dalam pelanggaran
eksistensinya sebagai pelaksana dari upaya prinsip piercing the corporate veil. Dengan
implementasi Pasal 36 Undang-Undang Nomor penerapan tanggung jawab pribadi berdasarkan

265
Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Perseroan Terbatas Dihubungkan.....(Sandra Dewi)

prinsip piercing the corporate veil maka akan the Corporate Veil) Dalam Kaitannya
terlihat adanya suatu kewajiban hukum dari dengan Pertanggung Jawaban
pihak organ perseroan yang menyalahgunakan Komisaris. Jurnal Unifikasi. Volume 2.
wewenang untuk bertanggung jawab secara Nomor 1. Tahun 2015.
pribadi sampai pada harta kekayaan pribadi Hardijan Rusli. 1997. Perseroan Terbatas dan
serta memberikan kepastian dan perlindungan Aspek Hukumnya. Jakarta: Pustaka
hukum bagi stakeholders yang dirugikan atas Sinar Harapan.
kegiatan usaha yang dijalankan para organ. Indra Surya dan Ivan Yustiavandana. 2006.
Penerapan Good Corporate Gover-
Saran nance: Mengesampingkan Hak-hak
Kepada pembuat undang-undang dalam Istimewa Demi Kelangsungan Usaha.
hal ini legislatif dan eksekutif disarankan Jakarta: Kencana Prenanda Media
membuat pengaturan mengenai penerapan Group.
prinsip piercing the corporate veil yang tegas Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian
khususnya mengenai pelaksanaan penjatuhan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-
sanksi terhadap organ perseroan, sehingga karya.
tidak perlu menunggu putusan pengadilan Munir Fuady. 2002. Hukum Perusahaan dalam
terhadap perseroan itu sendiri yang akan Paradigma Hukum Bisnis. Bandung:
dilakukan “piercing” terhadapnya. Citra Aditya Bakti.
Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian
Referensi Hukum. Jakarta: Kencana Prenada.
Achmad Ali. 2008. Menjelajahi Kajian Empiris Roni Hanitijo Soemitro. 2000. Metodologi
terhadap Hukum. Jakarta: Yasrif Penelitian Hukum dan Jurimetil. Jakarta:
Watampone. Ghalia Indonesia.
Bernard Arief Sidharta. 2000. Refleksi tentang Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian
Struktur Ilmu Hukum. Bandung: CV Hukum. Jakarta: UI Press.
Mandar Maju. Sulistiowati dan Veri Antoni. Konsistensi
Chatamarrasjid Ais. Pengaruh Prinsip Piercing Penerapan Prinsip Piercing the
the Corporate Veil dalam Hukum Corporate Veil pada Perseroan Terbatas
Perseroan Indonesia. Jurnal Hukum di Indonesia. Jurnal Yustisia. Edisi 87.
Bisnis. Volume 22. Nomor 6. Tahun September-Desember 2013.
2003. Try Widiyono. Perkembangan Teori Hukum dan
Gios Adhyaksa. Perlindungan Hukum bagi Prinsip Hukum Piercing the Corporrate
Nasabah terhadap Kerugian Akibat Veil dalam UUPT dan Realitasnya serta
Pengalihan Aset Berdasarkan Prinsip Prospektif Kedepannya. Jurnal Lex
Penyikapan Tabir Perseroan (Piercing Jurnalica. Volume 10. Nomor 1. April 2013.

266

Anda mungkin juga menyukai