Anda di halaman 1dari 14

Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban

Direksi Perseroan Terbatas

DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL


DALAM PERTANGGUNG JAWABAN
DIREKSI PERSEROAN TERBATAS
Oleh :

Ardison Asri
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta.
Email : (Ardison3077@gmail.com)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak :

Persoalan mendasar berkenaan dengan penelitian ini adalah bagaimana doktrin piercing the corporate
veil dalam pertanggung jawaban Direksi Perseroan Terbatas. Dalam melakukan hal-hal apa saja
Direksi Perseroan Terbatas dapat dikenakan pertanggung jawaban piercing the corporate veil tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, terutama dengan melakukan
analisis terhadap doktrin piercing the corporate veil dalam pertanggung jawaban Direksi Perseroan
Terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pertanggung jawaban terbatas Direksi Perseroan Terbatas dapat
menjadi tidak terbatas atau menjadi tanggung jawab pribadi sampai kepada harta pribadi Direksi atas
kerugian yang diterima oleh Perseroan, Pemegang Saham atau pihak ketiga berdasarkan doktrin
piercing the corporate veil.

Kata kunci : Piercing the corporate veil, pertanggung jawaban Direksi Perseroan Terbatas.

PENDAHULUAN Doktrin-doktrin hukum modern yang


bersumber dari sistem hukum Anglo Saxon
Dalam era globalisasi, dimana masing-
(Inggris-Amerika) maupun sistem hukum
masing sistem hukum dari negara yang
Continental (Eropa) sangat mempengaruhi
satu mempengaruhi sistem hukum negara
sistem hukum perseroan di Indonesia.
lainnya, maka pemerhati hukum wajib
Pengaruh itu sangat tampak pada berbagai
mengetahui implikasi percampuran
peraturan perundang – undangan yang
berbagai sistem hukum yang bersumber
berkaitan dengan korporasi, sejak
dari sistem hukum yang berbeda dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 1
sistem hukum di Indonesia karena banyak
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
dari sistem hukum negara lain kini telah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
di-reseptie (diterima) sebagai hukum positif
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
di Indonesia. Sistem hukum negara lain
Perseroan Terbatas. Doktrin-doktrin
yang mempengaruhi dan diterapkan di
hukum, seperti piercing the corporate veil,
Indonesia sebagian besar terdapat pada
fiduciary duty, prinsip kehati-hatian
lapangan hukum ekonomi, termasuk pada
(corporate prudential), business judgment rule,
corporate law.
intra vires, ultra vires, public document rule,

79
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

doctrine of separate legal personality of manusia dapat melakukan apa saja yang
company, dan lain-lain, kini mewarnai tidak dilarang oleh hukum, sedangkan
berbagai peraturan perundang-undangan badan hukum hanya dapat melakukan apa
dalam lapangan hukum perseroan, yang secara eksplisit atau implisit
termasuk digunakannya dalam diizinkan oleh hukum dan atau anggaran
argumentasi dalam proses litigasi. Oleh dasarnya. Dengan demikian, maksud dan
karena itu, mengetahui berbagai doktrin tujuan Perseroan Terbatas mempunyai 2
hukum dari sistem hukum tersebut sangat (dua) segi, di satu pihak merupakan
penting sekali, baik yang telah sumber kewenangan bertindak bagi
diimplementasikan dalam hukum positif di Perseroan Terbatas dan di lain pihak
Indonesia maupun belum, serta menjadi pembatasan dari ruang lingkup
perkembangannya. 1
Jadi, tidaklah kewenangan bertindak Perseroan Terbatas
mengherankan bila berbagai doktrin yang bersangkutan.3
hukum tersebut mempengaruhi isi dari
Sebagai subjek hukum, Perseroan Terbatas
Undang-undang Perseroan Terbatas
dapat melakukan perbuatan hukum, baik
Indonesia, termasuk doktrin hukum dari
menuntut maupun dituntut di pengadilan.
negara common law system.
Untuk melaksanakan perbuatan hukum
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun dalam hubungan hukum, Perseroan
2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 Terbatas terdapat organ-organ perusahaan
angka 1 menyatakan : yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang
Saham, Direksi dan Komisaris.4
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut perseroan, adalah badan hukum Menurut Undang-Undang Nomor 40
yang merupakan persekutuan modal, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
didirikan berdasarkan perjanjian, organ Perseroan Terbatas tersebut terdiri
melakukan kegiatan usaha dengan modal dari ; (1) Direksi adalah Organ Perseroan
dasar yang seluruhnya terbagi dalam yang berwenang dan bertanggung jawab
saham dan memenuhi persyaratan yang penuh atas pengurusan Perseroan untuk
ditetapkan dalam undang-undang ini serta kepentingan Perseroan, sesuai dengan
peraturan pelaksanaannya”. maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam
Rumusan tersebut menunjukan bahwa
maupun di luar pengadilan sesuai dengan
Perseroan Terbatas merupakan suatu
ketentuan anggaran dasar; (2) Dewan
artificial person, yaitu suatu badan hukum
Komisaris adalah Organ Perseroan yang
yang dengan sengaja diciptakan. Dengan
bertugas melakukan pengawasan secara
demikian, Perseroan Terbatas adalah suatu
umum dan/atau khusus sesuai anggaran
subjek hukum mandiri yang mempunyai
dasar serta memberi nasihat kepada
hak dan kewajiban, yang pada dasarnya
Direksi, dan (3) Rapat Umum Pemegang
tidak berbeda dengan hak dan kewajiban
Saham, yang selanjutnya disebut RUPS
subjek hukum manusia.2 Perbedaan antara
adalah Organ Perseroan yang mempunyai
manusia dan badan hukum adalah bahwa
wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam
1
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas
Keberadaan,Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab,
3
Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 1-2. Ibid., hlm. 28-29.
2 4
Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung
(Piercing The Corporate Viel) Kapita Selekta Hukum Jawab Pendiri PT, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia,
Perusahaan, Citra Aditya, Bandung, 2000, hlm. 25. Jakarta, 2009, hlm. 57.

80
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

batas yang ditentukan dalam Undang- hukum dengan judul “Doktrin Piercing The
Undang ini dan/atau anggaran dasar. Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas”
Diantara ketiga organ Perseroan Terbatas
tersebut di atas, yang memiliki Karena itu, ruang lingkup masalah yang
kewenangan penuh terhadap Perseroan akan dikaji dalam suatu analisis penulisan
adalah Direksi. Direksi merupakan pilar ini adalah : (1) Bagaimana doktrin Piercing
utama yang menjamin kelangsungan usaha The Corporate Veil Dalam Pertanggung
Perseroan. Disebut sebagai pilar utama Jawaban Direksi Perseroan Terbatas ? Dan
karena maju dan berkembangnya dalam pelanggaran-pelanggaran apa saja
Perseroan ditentukan oleh Direksi. Direksi direksi Perseroan Terbatas dapat
menjadikan perseroan hidup, tanpa Direksi dikenakan pertanggung jawaban Piercing
Perseroan tidak dapat menjalankan The Corporate Veil tersebut ?
kewajibannya. Dengan demikian, ruang
lingkup tugas dan wewenang Direksi METODE PENELITIAN
adalah mengurus Perseroan. Tugas dan
Sehubungan ruang lingkup permasalahan
kewenangan untuk mengurus Perseroan
yang dibahas dalam penulisan ini adalah
tersebut diberikan kepada Direksi tentu
mengenai Doktrin Piercing The Corporate
berdasarkan 2 (dua) prinsip dasar, yaitu :
Veil Dalam Pertanggung Jawaban Direksi
pertama, kepercayaan yang diberikan
Perseroan Terbatas, maka metode
perseroan kepadanya (fiduciary duty); dan
penelitiannya adalah metode penelitian
kedua, prinsip yang merujuk pada
hukum yuridis normatif yang bersifat
kemampuan serta kehati-hatian tindakan
deskriptif analitis dengan metode
direksi (duty of skill and care).5
pendekatan konseptual. Sedangkan teknik
Atas 2 (dua) prinsip dasar tersebut pengumpulan datanya adalah melalui studi
menuntut direksi untuk bertindak secara kepustakaan (library research) yang
hati-hati dan disertai itikad baik, semata- kemudian dianalisis dengan menggunakan
mata untuk kepentingan dan tujuan analisis deskriptif kualitatif.
perseroan. Artinya, dalam pelaksanaan
tugasnya itu, Direksi tidak hanya terikat PEMBAHASAN
pada apa yang secara tegas dicantumkan
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam
dalam maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha Perseroan melainkan juga terikat Pertanggung Jawaban Direksi Perseroan
pada ruang lingkup tugas dan kewajiban Terbatas
sesuai dengan kebiasaan, kewajaran dan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan
kepatutan. Pelanggaran atas prinsip-prinsip hukum membawa konsekuensi terhadap
dasar tersebut sehingga menyebabkan tanggung jawab terbatas organ-organ
timbulnya kerugian bagi perseroan tentu Perseroan Terbatas, yakni Pemegang
membawa konsekuensi tanggung jawab Saham, Komisaris dan Direksi, dan inilah
yang berat bagi Direksi dengan penerapan yang dikenal dengan prinsip limited
asas piercing the corporate veil. liability. Prinsip limited liability pada
perkembangannya sekarang tidak berlaku
Berdasarkan hal tersebut di atas, menarik
mutlak sejak dikenal doktrin piercing the
untuk dikaji dalam penulisan jurnal ilmiah
corporate veil, yang dalam hal tertentu
tertutup kemungkinan dihapusnya
5
Chatamarrasjid Ais, Op.cit. hlm. 71.

81
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

tanggung jawab terbatas organ-organ Direksi sebagai organ Perseroan yang


Perseroan. bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan dan tujuan
Istilah Piercing the Corporate Veil ada juga
Perseroan serta mewakili Perseroan baik di
yang menyebutnya dengan istilah Lifting
dalam maupun di luar pengadilan sesuai
the Corporate Veil atau ada juga dengan
ketentuan anggaran dasar. Dalam
istilah Going Behind the Corporate Veil.
kaitannya dengan hal tersebut, Bismar
Istilah Piercing the Corporate Veil terdiri dari
Nasution menyatakan pendapatnya bahwa
kata-kata; Pierce yang berarti
: “Direksi kedudukannya sebagai eksekutif
menyobek/mengoyak/menembus; Veil
dalam Perseroan, tindakannya dibatasi
berarti kain/tirai/kerudung; dan Corporate
oleh anggaran dasar Perseroan. Perseroan
berarti perusahaan. Karena itu secara
Terbatas sebagai badan hukum dalam
harfiah istilah Piercing the Corporate Veil
melakukan perbuatan hukum itu melalui
berarti menyingkap tirai perusahaan.
pengurusnya yaitu Direksi. Tanpa adanya
Sedangkan dalam ilmu hukum perusahaan
pengurus, badan hukum itu tidak akan
merupakan suatu prinsip/teori yang
dapat berfungsi. Ketergantungan antara
diartikan sebagai suatu proses untuk
badan hukum dan pengurus menjadi sebab
membebani tanggung jawab ke pundak
mengapa antara badan hukum dan Direksi
orang lain, oleh suatu perbuatan hukum
lahir hubungan fidusia (fiduciary duties)
yang dilakukan oleh perusahaan pelaku,
dimana pengurus selalu pihak yang
tanpa melihat kepada fakta bahwa
dipercaya bertindak dan menggunakan
perusahaan tersebut sebenarnya dilakukan
wewenangnya hanya untuk kepentingan
oleh perusahaan pelaku tersebut.6
Perseroan semata”.7
Demikian juga dalam Undang-Undang
Selanjutnya dalam Pasal 97 ayat (2)
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Terbatas juga mengakui berlakunya
tentang Perseroan Terbatas, menyatakan
doktrin Piercing the Corporate Veil dengan
bahwa setiap anggota Direksi wajib
membebankan tanggungjawab tersebut
dengan itikad baik dan penuh tanggung
kepada pihak-pihak sebagai berikut :
jawab menjalankan tugas untuk
1. Beban tanggungjawab dipindahkan ke kepentingan dan usaha Perseroan Ini
pihak Pemegang Saham; berarti setiap Direksi agar dapat
2. Beban tanggungjawab dipindahkan ke menghindari perbuatan yang
pihak Direksi dan Komisaris. menguntungkan kepentingan pribadi
dengan merugikan kepentingan Perseroan.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa
tanggung jawab terbatas dapat dihapus dan Dengan demikian, apabila Direksi dengan
dimungkinkan menembus karena sengaja berbuat melampaui kewenangan
diberlakukannya doktrin Piercing the yang diberikan berarti Direksi telah
Corporate Veil yang tidak saja berlaku bagi melakukan tindakan ultra vires. Akibat dari
Pemegang Saham tetapi juga organ tindakan ultra vires yang berakibat dapat
Perseroan lainnya yaitu Direksi dan merugikan Perseroan, maka tanggung
Komisaris. jawab terbatas Direksi menjadi terkoyak
karena kesalahan Direksi. Artinya, Direksi
6
Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam
7
Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Bismar Nasution, Pemahaman Perusahaan
Indonesia, Cetakan Ketiga, PT Citra Aditya Bakti, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Bandung, 2014, hlm. 7. tentang Perseroan Terbatas, BTPN, Medan, 2008.

82
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

yang secara sengaja dengan itikad buruk Perseroan yang bertindak untuk dan atas
melakukan tindakan atau perbuatan untuk nama Perseroan.10
kepentingan pribadi sehingga
Menurut Munir Fuady, pengaturan
menyebabkan timbulnya kerugian bagi
mengenai Direksi sudah diatur sedemikian
Perseroan, maka Direksi dapat dituntut
rupa oleh Undang-Undang Nomor 40
pertanggung jawabannya berdasarkan
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
doktrin piercing the corporate veil.
baik diatur dalam bagian-bagian yang
khusus mengatur tentang Direksi, yaitu
TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA
mulai dari Pasal 92 sampai dengan 107
PERSEROAN TERBATAS
maupun yang diatur dalam bagian-bagian
Direksi adalah organ Perseroan Terbatas lain dari Undang-Undang Nomor 40
yang diangkat oleh Rapat Umum Tahun 2007 secara terpisah-pisah (bagian-
Pemegang Saham, yang bertanggungjawab bagian yang tidak khusus mengatur
penuh atas pengurusan perseroan, yang tentang Direksi).11
dilaksanakan dengan itikad baik, untuk
Pada bagian Penjelasan Pasal 92 ayat (1)
kepentingan usaha dan tujuan perseroan ,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
serta mewakili perseroan baik di dalam
menyatakan bahwa ketentuan Pasal 92
maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ayat (1) ini menugaskan Direksi untuk
ketentuan Anggaran Dasar, dengan
mengurus Perseroan yang antara lain
pembagian tugas dan wewenang yang
meliputi pengurusan sehari-hari dari
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang
Perseroan.
Saham.8 Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Direksi Perseroan Rumusan pasal tersebut dapat dikatakan,
Terbatas memiliki 2 (dua) fungsi utama, apa yang menjadi makna arti kata
yaitu :9 “kepengurusan” tersebut, diartikan bahwa
Direksi ditugaskan dan karenanya
1. Fungsi Manajemen, dalam arti bahwa
berwenang untuk : 12
Direksi melakukan tugas memimpin
Perseroan;dan 1. Mengurus kegiatan sehari-hari
2. Fungsi Representasi, dalam arti Direksi Perseroan, dalam arti mengatur dan
mewakili Perseroan di dalam dan di mengelola kegiatan usaha Perseroan
luar pengadilan. sesuai dengan maksud dan tujuan
pendirian Perseroan.
Direksi dalam menjalankan representasi di
2. Mengurus kekayaan Perseroan.
luar pengadilan diantaranya adalah
3. Kepentingan dan tujuan Perseroan,
melakukan kontrak atau transaksi bisnis
mewakili perseroan baik di dalam
dengan pihak ketiga, mewakili Perseroan
maupun di luar pengadilan.
untuk menandatangani kontrak tersebut,
mewakili perseroan untuk menghadap Berdasarkan prinsip Good Corporate
Pejabat Negara. Artinya, Direksi mewakili Governance, Direksi bertugas untuk
mengelola perseroan. Direksi wajib
mempertanggung jawabkan pelaksanaan

10
Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek
8
Lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Hukumnya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997,
tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 5, Pasal hlm. 121.
11
94 ayat (1). Munir Fuady, Op.cit., hlm. 79.
9 12
Munir Fuady, Op.cit., hlm. 58. Chatamarrasjid Ais, Op.cit. hlm. 40.

83
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

tugasnya kepada Pemegang Saham melalui 1. Dilakukan dengan itikad baik (bona
Rapat Umum Pemegang Saham. Untuk fides).
membantu pelaksanaan tugasnya sesuai 2. Dilakukan dengan proper purpose.
dengan prosedur yang telah ditetapkannya, 3. Dilakukan dengan kebebasan yang
Direksi dapat menggunakan jasa bertanggung jawab (unfettered discretion).
profesional yang mandiri sebagai 4. Tidak memiliki benturan kepentingan
penasehat. Setiap anggota Direksi haruslah (conflict of duty and interest).
orang yang berwatak baik dan
Direksi tidak akan bertanggungjawab
berpengalaman untuk jabatan yang
karena salah dalam mengambil keputusan
didudukinya. Direksi harus melaksanakan
(mere errors of judgement) ketika Direksi
tugasnya dengan baik demi kepentingan
menjalankan tugasnya dengan itikad baik
perseroan, dan Direksi harus memastikan
dan penuh kehati-hatian.
agar Perseroan melaksanakan
tanggungjawab sosialnya serta Dengan tugas dan kewenangan Direksi
memperhatikan kepentingan dari berbagai tersebut, maka hubungan antara Direksi
pihak yang berkepentingan.13 dengan Perseroan dapat didefinikan,
sebagai berikut :16
Begitu luas tugas dan kewenangan Direksi
Perseroan Terbatas sehingga Direksi 1. Perseroan adalah sebab keberadaan
dituntut wajib melakukan tugasnya dengan Direksi, karena apabila tidak ada
itikad baik (good faith) dan penuh Perseroan maka tidak akan ada Direksi.
tanggungjawab. Direksi sebagai pengelola 2. Tugas, kewajiban dan wewenang
Perseroan merupakan pemegang amanah Direksi adalah bersumber dari
(fiduciary) dari Pemegang Saham. Fiduciary ketergantungan Perseroan kepada
yang dimiliki oleh Direksi menyebabkan Direksi sebagai organ yang
Direksi mempunyai kewenangan yang dipercayakan oleh Undang-undang
sangat tinggi. Oleh karena itu, Direksi sebagai fungsi kepengurusan Perseroan.
dituntut harus dapat mempunyai
Keadaan inilah melahirkan prinsip fiducia
kepedulian dan kemampuan (duty of care
atau fiduciary relations, yang berarti
and skill), itikad baik, loyalitas dan
hubungan melaksanakan tugas
kejujuran terhadap perusahaannya dengan
berdasarkan kepercayaan untuk
derajat yang tinggi (high degree).14
kepentingan yang bukan kepentingan
Direksi dalam menjalankan tugas pribadi.17
pengurusan dan mewakili Perseroan di
Dalam kaitannya dengan fiduciary relations,
dalam pengadilan maupun di luar
maka tugas dan kewenangan Direksi
pengadilan harus dengan penuh
Perseroan Terbatas dalam mengurus
tanggungjawab untuk kepentingan
Perseroan melahirkan tanggung jawab
Perseroan disebut fiduciary duty. fiduciary
yang dapat diklasifikasikan sebagai
duty dijalankan oleh Direksi dengan cara:15
berikut:

13 16
Komite Nasional Kebijakan Corporate Syarif Bastaman, Tanggung Jawab Direksi, Komisaris
Governance, Pedoman Good Corporate Governance, PT dan Beberapa Prinsip di Dalam Undang-Undang
hlm. 11. Nomor 1 Tahun 1995, Makalah Seminar di Hotel Ibis,
14
Munir Fuady, Op.cit., hlm. 47. Jakarta, 19 Desember 1996, hlm. 2.
15 17
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma
Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,
Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 209. hlm. 33.

84
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

1. Tanggung jawab Direksi berdasarkan ada 2 (dua) fungsi utama dari Direksi
kepercayaan, amanah atau fiduciary Perseroan Terbatas, yaitu :20
duties.
1. Fungsi manajemen, dalam arti Direksi
2. Tanggung jawab Direksi berdasarkan
melakukan tugas memimpin dan
kecakapan, keahlian, kehati-hatian dan
menjalankan Perseroan.
ketekunan atau duties of skill.
2. Fungsi representasi, dalam arti Direksi
3. Tanggung jawab Direksi berdasarkan
mewakili Perseroan di dalam dan di
Undang-undang atau statutory duties.
luar pengadilan. Prinsip mewakili
Perseroan di luar pengadilan
Tanggung Jawab Direksi Perseroan menyebabkan Perseroan sebagai badan
Terbatas Berdasarkan Fiduciary Duties hukum akan terikat dengan transaksi
Fiduciary duty adalah suatu doktrin yang atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh
berasal dari sistem hukum common law Direksi atas nama dan untuk
yang mengajarkan bahwa antara Direksi kepentingan Perseroan.
dengan Perseroan terdapat hubungan Sepanjang sejarah penerapan teori fiduciary
fiduciary. Sehingga Direksi hanya bertindak duty ini, muncul beberapa pedoman dasar
seperti seorang trustee atau agen semata- bagi Direksi dalam menjalankan fiduciary
mata yang mempunyai kewajiban duty terhadap Perseroan yang
mengabdi sepenuhnya dan dengan sebaik- dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut,
baiknya kepada Perseroan.18 adalah sebagai berikut :21
Selanjutnya Munir Fuady mengemukakan 1. Fiduciary duty merupakan unsur wajib
bahwa seseorang memiliki tugas fidusia (mandatory element) dalam hukum
(fiduciary duty) apabila ia memiliki Perseroan.
kapasitas fidusia (fiduciary capacity), yaitu 2. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
apabila kegiatan usaha yang Direksi tidak hanya harus memenuhi
dilaksanakannya untuk kepentingan orang unsur itikad baik, tetapi juga harus
lain, atau aset yang dikelolanya memenuhi unsur tujuan yang layak
merupakan milik orang lain yang memiliki (proper purpose).
kepercayaan yang besar terhadap 3. Pada prinsipnya Direksi dibebani
pelaksana tersebut, sehingga pelaksana itu prinsip fiduciary duty terhadap
memiliki kewajiban untuk melaksanakan Perseroan, bukan terhadap Pemegang
apa yang dipercayakan kepadanya dengan Saham. Karena itu, hanya Perseroanlah
itikad baik dan usaha yang maksimal. yang dapat memaksakan Direksi untuk
Lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa melaksanakan tugas fiduciary duty.
antara pihak yang memiliki fiduciary 4. Akan tetapi, dalam menjalankan
capacity dengan pemberi kepercayaan atau fungsinya sebagai Direksi secara umum
aset yang dipercayakan memiliki juga harus memperhatikan kepentingan
hubungan fidusia (fiduciary relation).19 stakeholder, seperti pihak Pemegang
Prinsip fiduciary duty sendiri berlaku bagi Saham dan karyawan Perseroan.
Direksi dalam menjalankan fungsinya 5. Sungguhpun menyandang tugas sebagai
sebagai organ Perseroan, pada dasarnya Direksi, Direksi tetap bebas dalam
memberikan suara dan pendapat sesuai

18 20
Ibid., hlm. 4. Ibid., hlm. 60-61.
19 21
Ibid., hlm. 33. Ibid., hlm. 61-62.

85
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

dengan keyakinan dan kepentingannya hanya berupa kesalahan yang kecil.


dalam setiap rapat yang dihadirinya. Standar dari pelaksanaan prinsip duty of
6. Direksi tetap bebas dalam mengambil skill and care adalah bahwa Direksi
keputusan sesuai pertimbangan bisnis harus melaksanakan tugasnya untuk
dan sense of business yang dimilikinya. mengelola Perseroan dengan itikad baik
Bahkan, pihak pengadilan tidak boleh dan hati-hati sebagaimana orang biasa
ikut campur mempertimbangkan sense of melaksanakan pengelolaan terhadap
business dari pihak Direksi. kekayaannya.
7. Dalam hal-hal dimana terdapat conflict
Pelaksanaan itikad baik baik dan
of interest, Direksi dilarang atau setidak-
tanggung jawab inilah yang kemudian
tidaknya dibatasi atau diawasi dalam
dikenal dengan prinsip duty of care.
menjalankan tugasnya. Pengawasan
Sebenarnya yang dimaksud dengan duty
tersebut misalnya dengan
of care adalah “kewajiban peduli”. Sikap
memberlakukan prinsip keterbukaan
peduli kepada Perseroan diwujudkan
informasi (disclosure) terhadap setiap
dengan sikap mengelola Perseroan
transaksi yang ada conflict of interest.
selayaknya seseorang yang berhati-hati
Secara konseptual, prinsip fiduciary duty ini dalam mengerjakan kepentingan
mengandung 3 (tiga) faktor penting, pribadinya, yang harus menjadi
yaitu:22 pedoman bagi Direksi dalam
menjalankan Perseroan. Kemudian
1. Prinsip yang merujuk kepada
sebagai parameter dipakai standar of care
kemampuan serta kehati-hatian
atau standar kehati-hatian. Jadi bila
tindakan Direksi
Direksi telah bersikap dan bertindak
Prinsip duty of skill and care ini dapat melanggar standard of care, maka Direksi
dilakukan dengan berbagai cara, tersebut dianggap telah melanggar duty
misalnya Direksi harus memperhatikan of carenya.
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
Untuk menguji apakah Direksi telah
usaha dari Perseroan, menjalankan dan
menjalankan prinsip duty of skill and care
menghadiri rapat-rapat yang
ini, ada beberapa tolak ukur yang dapat
diperlukan, mengetahui syarat-syarat
digunakan, yaitu :
yang ditentukan oleh peraturan-
peraturan perundangan dan a) Apakah tindakan Direksi tersebut
melaksanakannya, menjalankan metode telah dilakukan dengan itikad baik;
yang sewajarnya untuk dapat b) Apakah dalam kondisi yang sama,
mengetahui kondisi yang terjadi di setiap orang dengan keahlian
masyarakat sehubungan dengan tertentu yang sama yang memiliki
kegiatan usaha Perseroan, dan posisi sebagai Direksi juga akan
kesulitan-kesulitan yang mungkin melakukan tindakan tersebut untuk
timbul. kepentingan Perseroan atau untuk
Tanggung jawab Direksi tidak hanya kepentingan pribadinya;
terbatas pada ketidakjujuran atau c) Apakah tindakan tersebut diambil
kesalahan manajemen semata, tetapi dengan keyakinan bahwa hal
juga termasuk kelalaian, meskipun itu tersebut semata-mata untuk
kepentingan yang terbaik bagi
22
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Megapoin, Perseroan.
Jakarta, 2002, hlm. 22.

86
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

dalam waktu yang cepat dan tepat,


2. Prinsip yang merujuk kepada itikad karenanya Direksi dituntut untuk memiliki
baik dari Direksi untuk bertindak skill atas kemampuan yang memadai
semata-mata demi kepentingan dan dalam menjalankan tugasnya.
tujuan Perseroan.
Duties of Skill adalah kecakapan atau
Direksi harus bertindak semata-mata keahlian yang harus dimiliki oleh Direksi
demi kepentingan Perseroan dan tidak dalam menjalankan Perseroan. Direksi
mempergunakan Perseroan untuk dalam setiap tindakan pengambilan
kepentingannya dan berorientasi keputusan seyogyanya harus berdasarkan
kepada keuntungan pribadinya. rational investigation dan consideration,
sehingga setiap keputusannya
Sesuai dengan fungsi representasi
mencerminkan implementasi dari duty of
Direksi, maka Direksi berkewajiban
care.
untuk loyal kepada Perseroan dan tidak
terlibat dalam benturan kepentingan. Dalam hubungannya dengan duties of skill
Termasuk kewenangan pengurusan ada 3 (tiga) kriteria yang dapat digunakan
dipercayakan kepada Direksi agar sebagai tolak ukur apakah Direksi telah
Direksi dengan itikad baik senantiasa memenuhi duty of care atau tidak, yaitu:
bertindak semata-mata demi
1. Apakah tindakan Direksi tersebut telah
kepentingan dan tujuan Perseroan.
dilakukan dengan itikad baik;
2. Apakah dalam kondisi yang sama,
3. Prinsip untuk tidak mengambil
setiap orang dengan keahlian tertentu
keuntungan pribadi atas suatu
yang sama yang memiliki posisi sebagai
opportunity yang sebenarnya menjadi
Direksi juga akan melakukan tindakan
milik atau diperuntukkan bagi tersebut untuk kepentingan Perseroan
Perseroan. atau untuk kepentingan pribadinya;
Menurut prinsip ini, Direksi tidak boleh 3. Apakah tindakan tersebut diambil
mengambil keuntungan secara pribadi dengan keyakinan bahwa hal tersebut
atas suatu opportunity, yaitu keuntungan semata-mata untuk kepentingan yang
yang sebenarnya merupakan milik terbaik bagi Perseroan.
Perseroan. Jadi doktrin ini mencegah Direksi dapat dibebaskan dari tanggung
adanya pengalihan atau penyelewengan jawab secara pribadi sekalipun
oleh Direksi atas business opportunity tindakannya mengakibatkan kerugian pada
yang sebenarnya dimiliki oleh Perseroan akibat salah perhitungan atau
Perseroan karena Direksi terikat untuk ada hal lain di luar kemampuannya,
tidak mengambil keuntungan pribadi apabila tindakan Direksi dilakukan dalam
(no secret profit rule) atas opportunity kerangka “keputusan bisnis yang lulus dan
yang seharusnya menjadi milik dibuat berdasarkan itikad baik” (honest
Perseroan. business decisions made in good faith).

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Konsep ini dikenal sebagai business


Terbatas Berdasarkan Duties of Skill judgment principle yang merupakan
imbangan terhadap penerapan prinsip duty
Dalam melakukan pengurusan Perseroan,
Direksi harus dapat mengambil keputusan

87
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

of skill and care dalam pelaksanaannya.23 2. Tanggung jawab menyimpan daftar


Prinsip ini pada dasarnya terbagi dalam 2 pemegang saham sebagaimana diatur
(dua) hal, yaitu : Pasal 50 ayat (1) dan (2).
3. Tanggung jawab mencatat pemindahan
1. Business judgment rule, yang merupakan
hak atas saham atas nama sebagaimana
suatu konsep bahwa direksi harus
sebagaimana diatur Pasal 56 ayat (3).
bertindak berdasarkan itikad baik
4. Tanggung jawab memberikan
dengan informasi yang cukup dan
persetujuan atau penolakan
diolah secara cakap berdasarkan
pemindahan hak atas saham
kemampuannya; dan
sebagaimana diatur Pasal 59.
2. Business judgment doctrine,yang
5. Tanggung jawab membuat rencana
merupakan suatu konsep bahwa
kerja tahunan sebagaimana diatur Pasal
tindakan direksi sah dan mengikat,
63.
sepanjang hal itu memeang menjadi
6. Tanggung jawab membuat laporan
kewenangan, atau tidak bersifat ultra
tahunan sebagaimana diatur Pasal 66.
vires atau di luar kewenangan perseroan.
7. Menandatangani laporan tahunan
Prinsip business judgment ini hanya dapat sebagaimana sebagaimana diatur Pasal
dipergunakan sebagai pembelaan, apabila 67.
ternyata tindakan direksi tidak membawa 8. Menyerahkan perhitungan tahunan
hasil sebagaimana yang diharapkan atau kepada akuntan publik dan
bukan menimbulkan kerugian bagi menyampaikannya kepada RUPS
perseroan, dalam hal akibat tersebut sebagaimana sebagaimana diatur Pasal
merupakan akibat mismanagement atau 68.
missjudgment saja, bukan merupakan akibat
Direksi wajib menyerahkan
pertentangan kepentingan antara direksi
perhitungan tahunan Perseroan kepada
dengan perseroan.
akuntan publik untuk diperiksa apabila :

Tanggung Jawab Direksi Perseroan a. Kegiatan usaha Perseroan adalah


Terbatas berdasarkan Statutory Duties menghimpun dan/atau mengelola
dana masyarakat;
Selain bertanggung jawab fiduciary duties b. Peseroan menerbitkan surat
dan duties of skill terhadap perseroan, pengakuan utang kepada
Direksi juga memiliki tanggung jawab atau masyarakat;
kewajiban terhadap Undang-Undang c. Perseroan merupakan Perseroan
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbuka;
Terbatas. Tanggung Jawab Direksi d. Perseroan merupakan persero;
berdasarkan Undang-Undang tersebut e. Perseroan mempunyai aset dan/atau
dapat dijabarkan sebagai berikut : jumlah peredaran usaha dengan
1. Tanggung jawab memberitahukan dan jumlah nilai paling sedikit Rp.
mengumumkan pengurangan modal 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
sebagaimana diatur Pasal 44 ayat (2). rupiah); atau
f. Diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan.
9. Menyelenggarakan RUPS sebagaimana
23
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma diatur Pasal 79 ayat (1) dan (5).
Hukum Bisnis, Op.cit., hlm. 197-198.

88
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

10. Tanggung jawab melakukan merupakan lebih dari 50% (lima puluh
pengurusan sebagaimana diatur Pasal persen) jumlah kekayaan bersih
92 ayat (1). Perseroan dalam 1 (satu) transaksi
Dalam melaksanakan kepengurusan atau lebih, baik yang berkaitan satu
dimaksud, Direksi dibebankan sama lain maupun tidak sebagaimana
tanggung jawab, antara lain : diatur Pasal 102 ayat (1)
a. Pembagian tugas dan wewenang 14. Tanggung jawab memberikan kuasa
setiap anggota Direksi ditetapkan tertulis sebagaimana rumusan Pasal
oleh RUPS sebagaimana diatur 103, bahwa Direksi dapat memberi
Pasal 92 ayat (5). kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang
b. Direksi bertanggung jawab penuh karyawan Perseroan atau lebih atau
atas pengurusan Perseroan untuk orang lain untuk dan atas nama
kepentingan dan tujuan Perseroan. Perseroan melakukan perbuatan
c. Mewakili Perseroan baik di dalam hukum tertentu.
maupun di luar pengadilan 15. Tanggung jawab mengajukan
sebagaimana diatur Pasal 98. permohonan pailit, sebagaimana
d. Dalam hal anggota Direksi terdiri ditentukan dalam Pasal 104, sebagai
lebih dari 1 (satu) orang, maka berikut :
yang berwenang mewakili a. Direksi tidak berwenang
perseroan adalah setiap anggota mengajukan permohonan pailit
Direksi kecuali ditentukan lain atas Perseroan sendiri kepada
dalam Undang - undang pengadilan niaga sebelum
sebagaimana diatur Pasal 98 ayat meperoleh persetujuan RUPS,
(2) dengan tidak mengurangi
e. Setiap anggota Direksi wajib ketentuan sebagaimana diatur
dengan itikad baik dan penuh dalam Undang-undang tentang
tanggang jawab menjalankan tugas Kepailitan dan Penundaan
untuk kepentingan dan usaha Kewajiban Pembayaran Utang.
Perseroan sebagaimana diatur b. Dalam hal kepailitan sebagaimana
Pasal 97 ayat (2). dimaksud pada ayat (1) terjadi
11. Tanggung jawab membuat dan karena kesalahan atau kelalaian
memelihara daftar Pemegang Saham, Direksi dan harta pailit tidak cukup
risalah RUPS, rapat Direksi dan untuk membayar seluruh
menyelenggarakan pembukuan kewajiabn Perseroan dalam
sebagaimana diatur Pasal 100. kepailitan tersebut, setiap anggota
12. Tanggung jawab melaporkan Direksi secara tanggung renteng
kepemilikan saham sebagaimana bertanggung jawab atas seluruh
diatur Pasal 101 bahwa anggota kewajiban yang tidak terlunasi dari
Direksi wajib melaporkan kepada harta pailit tersebut.
Perseroan mengenai kepemilikan c. Tanggung jawab sebagaimana
sahamnya dan atau keluarganya pada dimaksud pada ayat (2) berlaku
Perseroan tersebut dan Perseroan lain. juga bagi anggota Direksi yang
13. Direksi wajib meminta persetujuan salah atau lalai yang pernah
RUPS untuk mengalihkan kekayaan menjabat sebagai anggota Direksi
Perseroan; atau menjadikan jaminan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
utang kekayaan Perseroan; yang

89
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

sebelum putusan pernyataan pailit tanggung jawab pribadi ataupun tanggung


diucapkan. renteng sesama anggota Direksi. Hal ini
d. Anggota Direksi tidak bertanggung terkait pertanggung jawaban Direksi
jawab atas kepailitan Perseroan Perseroan Terbatas berdasarkan doktrin
sebagaimana dimaksud pada ayat piercing the corporate veil.
(2) apabila dapat membuktikan :
Pasal 97 ayat (2) Undang-Undang Nomor
1) Kepailitan tersebut bukan
40 Tahun 2007 tentang Perseroan
karena kesalahan atau
Terbatas, menyatakan bahwa setiap
kelalaiannya;
anggota Direksi bertanggung jawab penuh
2) Telah melakukan pengurusan
secara pribadi atas kerugian Perseroan
dengan itikad baik, kehati-
apabila yang bersangkutan bersalah atau
hatian, dan penuh tanggung
lalai menjalankan tugasnya.
jawab untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan Sebagai organ yang bersentuhan langsung
maksud dan tujuan Perseroan; dengan pelaksanaan kegiatan Perseroan,
3) Tidak mempunyai benturan Direksi sangat berpotensi melakukan
kepentingan baik langsung pelanggaran atau penyimpangan atas tugas
maupun tidak langsung atas dan kewenangan yang diembannya.
tindakan pengurusan yang Direksi yang secara sengaja dengan itikad
dilakukan; dan buruk melakukan perbuatan-perbuatan
4) Telah mengambil tindakan untuk kepentingan pribadi sehingga
untuk mencegah terjadinya menyebabkan timbulnya kerugian bagi
kepailitan. Perseroan, maka berdasarkan doktrin
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud piercing the corporate veil, pertanggung
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) jawaban penuh secara pribadi untuk
berlaku juga bagi Direksi dari mengganti segala kerugian yang
Perseroan yang dinyatakkan pailit ditimbulkan terhadap Perseroan jika
berdasarkan gugatan pihak ketiga. Direksi terbukti melakukan kesalahan
16. Tanggung jawab bertindak sebagai pribadi yang menyebabkan timbulnya
likuidator sebagaimana rumusan Pasal kerugian bagi Perseroan.
142 ayat (3), bahwa dalam hal tidak
Pertanggung jawaban Direksi Perseroan
ditunjuk likuidator, maka direksi
Terbatas dapat diberlakukan berdasarkan
bertindak selaku likuidator.
doktrin piercing the corporate veil apabila
Direksi Perseroan Terbatas melakukan hal-
Pertanggung jawaban Direksi Perseroan
hal sebagai berikut :
Terbatas Berdasarkan Doktrin Piercing
The Corporate Veil 1. Direksi tidak melaksanakan fiduciary
duty kepada Perseroan.
Pada dasarnya pertanggung jawab Direksi Direksi yang dengan sengaja atau lalai
adalah terbatas setelah dilakukan dalam menjalankan kewajiban
pendaftaran dan pengumuman akta fiduciary duty, tidak bertanggung jawab
pendirian yang telah disahkan oleh dan tidak beritikad baik dalam
Kementerian Hukum dan Hak Asasi menjalankan pengurusan Perseroan,
Manusia. Akan tetapi, dalam keadaan maka Direksi bertanggung jawab
tertentu tanggung jawab terbatas ini dapat secara pribadi. Hal ini sebagaimana
menjadi tidak terbatas atau menjadi diatur dalam Pasal 1 angka 5 dan

90
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang a. Terdapatnya unsur kesalahan


Nomor 40 Tahun 2007 tentang (kesengajaan) atau kelalaian dari
Perseroan Terbatas. Direksi
Disamping itu, bahkan Undang- b. Untuk membayar hutang dan
Undang Nomor 40 Tahun 2007 ongkos-ongkos kepailitan,
tentang Perseroan Terbatas mengatur haruslah diambil terlebih dahulu
lebih jauh, dengan memberikan dari asset-aset perseroan. Bila aset
kewengan gugatan doktrin piercing the Perseroan tidak mencukupi,
corporate viel bukan hanya kepada barulah diambil aset Direksi
pihak ketiga yang dirugikan oleh pribadi
Perseroan, melainkan juga kepada c. Diberlakukan pembuktian terbalik
Pemegang Saham Perseroan yang (omkering van bewijslast) bagi
dalam hal ini Pemegang Saham anggota Direksi yang dapat
tersebut bertindak untuk dan atas membuktikan bahwa kepailitan
nama Perseroan, dan dalam hal ini Perseroan bukan karena
Pemegang Saham minimal 1/10 (satu kesalahan (kesengajaan) atau
per sepuluh) dari seluruh saham kelalaiannya.
dengan suara yang sah, sebagaimana
4. Permodalan yang tidak layak;
ditegaskan dalam Pasal 97 ayat (6)
Manakala modal Perseroan tidak
Undang-Undang Nomor 40 Tahun
cukup layak untuk menunjang suatu
2007.
kegiatan, maka kegiatan tersebut
2. Dokumen perhitungan tahunan tidak wajib untuk tidak dilakukan oleh
benar Direksi.
Salah satu tugas Direksi adalah 5. Perseroan beroperasi secara tidak
menyediakan perhitungan laporan layak;
tahunan Perseroan yang benar. Apablia suatu perseroan beroperasi
Apabila laporan tahunan tersebut secara tidak layak, sehingga
ternyata tidak benar dan/atau merugikan pihak ketiga dan/atau
menyesatkan, maka Direksi bersama Pemegang Saham, maka Direksi
dengan Komisaris bertanggung jawab sebagai pihak eksekutif Perseroan
secara renteng, sesuai ketentuan Pasal dapat dimintakan pertanggung jawab
69 ayat (3) Undang-Undang Nomor secara pribadi, kecuali apabila direksi
40 Tahun 2007. telah menjalankan tugasnya dengan
3. Direksi bersalah dan menyebabkan benar sesuai prinsip-prinsip bisnis
perusahaan pailit; yang layak (business judgement rule).
Apabila Perseroan pailit, maka tidak
Selain itu, Direksi juga dapat dijerat
sekonyong-konyong (tidak demi dengan Pasal 1365 dan 1366 Kitab
hukum) Direksi bertanggung jawab
Undang-Undang Hukum Perdata. Pada
secara pribadi. Direksi baru bisa Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
dimintai pertanggung jawaban dalam Perdata disebutkan bahwa setiap
hal Perseroan pailit, bila Direksi perbuatan yang melanggar hukum dan
terbukti memenuhi semua persyaratan membawa kerugian kepada orang lain,
sebagai berikut : diwajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itu karena kesalahannya untuk

91
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas

menggantikan kerugian tersebut. Pada Indonesia, Cetakan Ketiga, PT


Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Citra Aditya Bakti, Bandung.
Perdata juga ditegaskan bahwa setiap ------------------, 2002, Hukum Perusahaan
orang bertanggung jawab bukan hanya Dalam Paradigma Hukum Bisnis,
atas kerugian yang disebabkan perbuatan- Citra Aditya Bakti, Bandung.
perbuatannya, melainkan juga atas ------------------, 1997, Hukum Bisnis buku
kelalaian atau kesembronoannya. keempat, Citra Aditya Bhakti,
Kedua pasal tersebut di atas, merupakan Bandung.
dasar seseorang untuk dijerat berdasarkan Orinton Purba, 2012, Petunjuk Praktis
prinsip perbuatan melawan hukum Bagi RUPS, Komisaris, dan Direksi
(onrechtmatige daad). Pada pasal tersebut Perseroan Terbatas Agar Terhindar
ditegaskan mengenai seseorang yang Dari Jerat Hukum, Niaga
melanggar hukum dalam hal ini peraturan Swadaya, Jakarta.
perundang-undangan Perseroan Terbatas Ridwan Khairandy, 2009, Perseroan
dan anggaran dasar Perseroan yang Terbatas: Doktrin Peraturan
bersangkutan wajib mengganti kerugian Perundang-undangan dan
kepada pihak yang dirugikan karena Yurisprudensi, Kreasi Total
kesembronoannya atau kelalaiannya. Media, Yogyakarta.
Try Widiyono, 2008, Direksi Perseroan
DAFTAR PUSTAKA Terbatas Keberadaan,Tugas,
Wewenang, dan Tanggung Jawab,
A. Buku-buku Ghalia Indonesia, Bogor.
Agus Budiarto, 2009, Kedudukan
B. Dokumen Lain
Hukum dan Tanggung Jawab
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas
Pendiri PT, Cetakan Kedua,
Sebagai Badan Hukum, Jurnal
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hukum Bisnis, Volume 26
Bismar Nasution, 2008, Pemahaman
Nomor 3, 2007, Jakarta.
Perusahaan Berdasarkan Undang-
Syarif Bastaman, Tanggung Jawab
Undang Nomor 40 Tahun 2007
Direksi, Komisaris PT dan
tentang Perseroan Terbatas,
Beberapa Prinsip di Dalam
BTPN, Medan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Chatamarrasjid Ais, 2000, Menyingkap
1995, Makalah Seminar di Hotel
Tabir Perseroan (Piercing The
Ibis, Jakarta, 19 Desember 1996.
Corporate Viel) Kapita Selekta
Hukum Perusahaan, Citra Aditya,
C. Peraturan Perundang-undangan
Bandung.
Hardijan Rusli, 1997, Perseroan
Kitab Undang-Undang Hukum
Terbatas dan Aspek Hukumnya,
Perdata.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun
I.G. Rai Widjaya, 2006, Hukum
2007 tentang Perseroan Terbatas.
Perusahaan, Kesaint Blanc,
Bekasi.
Munir Fuady, 2014, Doktrin-doktrin
Modern dalam Corporate Law dan
Eksistensinya Dalam Hukum

92
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017

Anda mungkin juga menyukai