Ardison Asri
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jakarta.
Email : (Ardison3077@gmail.com)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak :
Persoalan mendasar berkenaan dengan penelitian ini adalah bagaimana doktrin piercing the corporate
veil dalam pertanggung jawaban Direksi Perseroan Terbatas. Dalam melakukan hal-hal apa saja
Direksi Perseroan Terbatas dapat dikenakan pertanggung jawaban piercing the corporate veil tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, terutama dengan melakukan
analisis terhadap doktrin piercing the corporate veil dalam pertanggung jawaban Direksi Perseroan
Terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pertanggung jawaban terbatas Direksi Perseroan Terbatas dapat
menjadi tidak terbatas atau menjadi tanggung jawab pribadi sampai kepada harta pribadi Direksi atas
kerugian yang diterima oleh Perseroan, Pemegang Saham atau pihak ketiga berdasarkan doktrin
piercing the corporate veil.
Kata kunci : Piercing the corporate veil, pertanggung jawaban Direksi Perseroan Terbatas.
79
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
doctrine of separate legal personality of manusia dapat melakukan apa saja yang
company, dan lain-lain, kini mewarnai tidak dilarang oleh hukum, sedangkan
berbagai peraturan perundang-undangan badan hukum hanya dapat melakukan apa
dalam lapangan hukum perseroan, yang secara eksplisit atau implisit
termasuk digunakannya dalam diizinkan oleh hukum dan atau anggaran
argumentasi dalam proses litigasi. Oleh dasarnya. Dengan demikian, maksud dan
karena itu, mengetahui berbagai doktrin tujuan Perseroan Terbatas mempunyai 2
hukum dari sistem hukum tersebut sangat (dua) segi, di satu pihak merupakan
penting sekali, baik yang telah sumber kewenangan bertindak bagi
diimplementasikan dalam hukum positif di Perseroan Terbatas dan di lain pihak
Indonesia maupun belum, serta menjadi pembatasan dari ruang lingkup
perkembangannya. 1
Jadi, tidaklah kewenangan bertindak Perseroan Terbatas
mengherankan bila berbagai doktrin yang bersangkutan.3
hukum tersebut mempengaruhi isi dari
Sebagai subjek hukum, Perseroan Terbatas
Undang-undang Perseroan Terbatas
dapat melakukan perbuatan hukum, baik
Indonesia, termasuk doktrin hukum dari
menuntut maupun dituntut di pengadilan.
negara common law system.
Untuk melaksanakan perbuatan hukum
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun dalam hubungan hukum, Perseroan
2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 Terbatas terdapat organ-organ perusahaan
angka 1 menyatakan : yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang
Saham, Direksi dan Komisaris.4
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut perseroan, adalah badan hukum Menurut Undang-Undang Nomor 40
yang merupakan persekutuan modal, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
didirikan berdasarkan perjanjian, organ Perseroan Terbatas tersebut terdiri
melakukan kegiatan usaha dengan modal dari ; (1) Direksi adalah Organ Perseroan
dasar yang seluruhnya terbagi dalam yang berwenang dan bertanggung jawab
saham dan memenuhi persyaratan yang penuh atas pengurusan Perseroan untuk
ditetapkan dalam undang-undang ini serta kepentingan Perseroan, sesuai dengan
peraturan pelaksanaannya”. maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam
Rumusan tersebut menunjukan bahwa
maupun di luar pengadilan sesuai dengan
Perseroan Terbatas merupakan suatu
ketentuan anggaran dasar; (2) Dewan
artificial person, yaitu suatu badan hukum
Komisaris adalah Organ Perseroan yang
yang dengan sengaja diciptakan. Dengan
bertugas melakukan pengawasan secara
demikian, Perseroan Terbatas adalah suatu
umum dan/atau khusus sesuai anggaran
subjek hukum mandiri yang mempunyai
dasar serta memberi nasihat kepada
hak dan kewajiban, yang pada dasarnya
Direksi, dan (3) Rapat Umum Pemegang
tidak berbeda dengan hak dan kewajiban
Saham, yang selanjutnya disebut RUPS
subjek hukum manusia.2 Perbedaan antara
adalah Organ Perseroan yang mempunyai
manusia dan badan hukum adalah bahwa
wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam
1
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas
Keberadaan,Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab,
3
Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 1-2. Ibid., hlm. 28-29.
2 4
Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung
(Piercing The Corporate Viel) Kapita Selekta Hukum Jawab Pendiri PT, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia,
Perusahaan, Citra Aditya, Bandung, 2000, hlm. 25. Jakarta, 2009, hlm. 57.
80
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
batas yang ditentukan dalam Undang- hukum dengan judul “Doktrin Piercing The
Undang ini dan/atau anggaran dasar. Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas”
Diantara ketiga organ Perseroan Terbatas
tersebut di atas, yang memiliki Karena itu, ruang lingkup masalah yang
kewenangan penuh terhadap Perseroan akan dikaji dalam suatu analisis penulisan
adalah Direksi. Direksi merupakan pilar ini adalah : (1) Bagaimana doktrin Piercing
utama yang menjamin kelangsungan usaha The Corporate Veil Dalam Pertanggung
Perseroan. Disebut sebagai pilar utama Jawaban Direksi Perseroan Terbatas ? Dan
karena maju dan berkembangnya dalam pelanggaran-pelanggaran apa saja
Perseroan ditentukan oleh Direksi. Direksi direksi Perseroan Terbatas dapat
menjadikan perseroan hidup, tanpa Direksi dikenakan pertanggung jawaban Piercing
Perseroan tidak dapat menjalankan The Corporate Veil tersebut ?
kewajibannya. Dengan demikian, ruang
lingkup tugas dan wewenang Direksi METODE PENELITIAN
adalah mengurus Perseroan. Tugas dan
Sehubungan ruang lingkup permasalahan
kewenangan untuk mengurus Perseroan
yang dibahas dalam penulisan ini adalah
tersebut diberikan kepada Direksi tentu
mengenai Doktrin Piercing The Corporate
berdasarkan 2 (dua) prinsip dasar, yaitu :
Veil Dalam Pertanggung Jawaban Direksi
pertama, kepercayaan yang diberikan
Perseroan Terbatas, maka metode
perseroan kepadanya (fiduciary duty); dan
penelitiannya adalah metode penelitian
kedua, prinsip yang merujuk pada
hukum yuridis normatif yang bersifat
kemampuan serta kehati-hatian tindakan
deskriptif analitis dengan metode
direksi (duty of skill and care).5
pendekatan konseptual. Sedangkan teknik
Atas 2 (dua) prinsip dasar tersebut pengumpulan datanya adalah melalui studi
menuntut direksi untuk bertindak secara kepustakaan (library research) yang
hati-hati dan disertai itikad baik, semata- kemudian dianalisis dengan menggunakan
mata untuk kepentingan dan tujuan analisis deskriptif kualitatif.
perseroan. Artinya, dalam pelaksanaan
tugasnya itu, Direksi tidak hanya terikat PEMBAHASAN
pada apa yang secara tegas dicantumkan
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam
dalam maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha Perseroan melainkan juga terikat Pertanggung Jawaban Direksi Perseroan
pada ruang lingkup tugas dan kewajiban Terbatas
sesuai dengan kebiasaan, kewajaran dan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan
kepatutan. Pelanggaran atas prinsip-prinsip hukum membawa konsekuensi terhadap
dasar tersebut sehingga menyebabkan tanggung jawab terbatas organ-organ
timbulnya kerugian bagi perseroan tentu Perseroan Terbatas, yakni Pemegang
membawa konsekuensi tanggung jawab Saham, Komisaris dan Direksi, dan inilah
yang berat bagi Direksi dengan penerapan yang dikenal dengan prinsip limited
asas piercing the corporate veil. liability. Prinsip limited liability pada
perkembangannya sekarang tidak berlaku
Berdasarkan hal tersebut di atas, menarik
mutlak sejak dikenal doktrin piercing the
untuk dikaji dalam penulisan jurnal ilmiah
corporate veil, yang dalam hal tertentu
tertutup kemungkinan dihapusnya
5
Chatamarrasjid Ais, Op.cit. hlm. 71.
81
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
82
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
yang secara sengaja dengan itikad buruk Perseroan yang bertindak untuk dan atas
melakukan tindakan atau perbuatan untuk nama Perseroan.10
kepentingan pribadi sehingga
Menurut Munir Fuady, pengaturan
menyebabkan timbulnya kerugian bagi
mengenai Direksi sudah diatur sedemikian
Perseroan, maka Direksi dapat dituntut
rupa oleh Undang-Undang Nomor 40
pertanggung jawabannya berdasarkan
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
doktrin piercing the corporate veil.
baik diatur dalam bagian-bagian yang
khusus mengatur tentang Direksi, yaitu
TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA
mulai dari Pasal 92 sampai dengan 107
PERSEROAN TERBATAS
maupun yang diatur dalam bagian-bagian
Direksi adalah organ Perseroan Terbatas lain dari Undang-Undang Nomor 40
yang diangkat oleh Rapat Umum Tahun 2007 secara terpisah-pisah (bagian-
Pemegang Saham, yang bertanggungjawab bagian yang tidak khusus mengatur
penuh atas pengurusan perseroan, yang tentang Direksi).11
dilaksanakan dengan itikad baik, untuk
Pada bagian Penjelasan Pasal 92 ayat (1)
kepentingan usaha dan tujuan perseroan ,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
serta mewakili perseroan baik di dalam
menyatakan bahwa ketentuan Pasal 92
maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ayat (1) ini menugaskan Direksi untuk
ketentuan Anggaran Dasar, dengan
mengurus Perseroan yang antara lain
pembagian tugas dan wewenang yang
meliputi pengurusan sehari-hari dari
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang
Perseroan.
Saham.8 Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Direksi Perseroan Rumusan pasal tersebut dapat dikatakan,
Terbatas memiliki 2 (dua) fungsi utama, apa yang menjadi makna arti kata
yaitu :9 “kepengurusan” tersebut, diartikan bahwa
Direksi ditugaskan dan karenanya
1. Fungsi Manajemen, dalam arti bahwa
berwenang untuk : 12
Direksi melakukan tugas memimpin
Perseroan;dan 1. Mengurus kegiatan sehari-hari
2. Fungsi Representasi, dalam arti Direksi Perseroan, dalam arti mengatur dan
mewakili Perseroan di dalam dan di mengelola kegiatan usaha Perseroan
luar pengadilan. sesuai dengan maksud dan tujuan
pendirian Perseroan.
Direksi dalam menjalankan representasi di
2. Mengurus kekayaan Perseroan.
luar pengadilan diantaranya adalah
3. Kepentingan dan tujuan Perseroan,
melakukan kontrak atau transaksi bisnis
mewakili perseroan baik di dalam
dengan pihak ketiga, mewakili Perseroan
maupun di luar pengadilan.
untuk menandatangani kontrak tersebut,
mewakili perseroan untuk menghadap Berdasarkan prinsip Good Corporate
Pejabat Negara. Artinya, Direksi mewakili Governance, Direksi bertugas untuk
mengelola perseroan. Direksi wajib
mempertanggung jawabkan pelaksanaan
10
Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek
8
Lihat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Hukumnya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997,
tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 5, Pasal hlm. 121.
11
94 ayat (1). Munir Fuady, Op.cit., hlm. 79.
9 12
Munir Fuady, Op.cit., hlm. 58. Chatamarrasjid Ais, Op.cit. hlm. 40.
83
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
tugasnya kepada Pemegang Saham melalui 1. Dilakukan dengan itikad baik (bona
Rapat Umum Pemegang Saham. Untuk fides).
membantu pelaksanaan tugasnya sesuai 2. Dilakukan dengan proper purpose.
dengan prosedur yang telah ditetapkannya, 3. Dilakukan dengan kebebasan yang
Direksi dapat menggunakan jasa bertanggung jawab (unfettered discretion).
profesional yang mandiri sebagai 4. Tidak memiliki benturan kepentingan
penasehat. Setiap anggota Direksi haruslah (conflict of duty and interest).
orang yang berwatak baik dan
Direksi tidak akan bertanggungjawab
berpengalaman untuk jabatan yang
karena salah dalam mengambil keputusan
didudukinya. Direksi harus melaksanakan
(mere errors of judgement) ketika Direksi
tugasnya dengan baik demi kepentingan
menjalankan tugasnya dengan itikad baik
perseroan, dan Direksi harus memastikan
dan penuh kehati-hatian.
agar Perseroan melaksanakan
tanggungjawab sosialnya serta Dengan tugas dan kewenangan Direksi
memperhatikan kepentingan dari berbagai tersebut, maka hubungan antara Direksi
pihak yang berkepentingan.13 dengan Perseroan dapat didefinikan,
sebagai berikut :16
Begitu luas tugas dan kewenangan Direksi
Perseroan Terbatas sehingga Direksi 1. Perseroan adalah sebab keberadaan
dituntut wajib melakukan tugasnya dengan Direksi, karena apabila tidak ada
itikad baik (good faith) dan penuh Perseroan maka tidak akan ada Direksi.
tanggungjawab. Direksi sebagai pengelola 2. Tugas, kewajiban dan wewenang
Perseroan merupakan pemegang amanah Direksi adalah bersumber dari
(fiduciary) dari Pemegang Saham. Fiduciary ketergantungan Perseroan kepada
yang dimiliki oleh Direksi menyebabkan Direksi sebagai organ yang
Direksi mempunyai kewenangan yang dipercayakan oleh Undang-undang
sangat tinggi. Oleh karena itu, Direksi sebagai fungsi kepengurusan Perseroan.
dituntut harus dapat mempunyai
Keadaan inilah melahirkan prinsip fiducia
kepedulian dan kemampuan (duty of care
atau fiduciary relations, yang berarti
and skill), itikad baik, loyalitas dan
hubungan melaksanakan tugas
kejujuran terhadap perusahaannya dengan
berdasarkan kepercayaan untuk
derajat yang tinggi (high degree).14
kepentingan yang bukan kepentingan
Direksi dalam menjalankan tugas pribadi.17
pengurusan dan mewakili Perseroan di
Dalam kaitannya dengan fiduciary relations,
dalam pengadilan maupun di luar
maka tugas dan kewenangan Direksi
pengadilan harus dengan penuh
Perseroan Terbatas dalam mengurus
tanggungjawab untuk kepentingan
Perseroan melahirkan tanggung jawab
Perseroan disebut fiduciary duty. fiduciary
yang dapat diklasifikasikan sebagai
duty dijalankan oleh Direksi dengan cara:15
berikut:
13 16
Komite Nasional Kebijakan Corporate Syarif Bastaman, Tanggung Jawab Direksi, Komisaris
Governance, Pedoman Good Corporate Governance, PT dan Beberapa Prinsip di Dalam Undang-Undang
hlm. 11. Nomor 1 Tahun 1995, Makalah Seminar di Hotel Ibis,
14
Munir Fuady, Op.cit., hlm. 47. Jakarta, 19 Desember 1996, hlm. 2.
15 17
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma
Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,
Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 209. hlm. 33.
84
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
1. Tanggung jawab Direksi berdasarkan ada 2 (dua) fungsi utama dari Direksi
kepercayaan, amanah atau fiduciary Perseroan Terbatas, yaitu :20
duties.
1. Fungsi manajemen, dalam arti Direksi
2. Tanggung jawab Direksi berdasarkan
melakukan tugas memimpin dan
kecakapan, keahlian, kehati-hatian dan
menjalankan Perseroan.
ketekunan atau duties of skill.
2. Fungsi representasi, dalam arti Direksi
3. Tanggung jawab Direksi berdasarkan
mewakili Perseroan di dalam dan di
Undang-undang atau statutory duties.
luar pengadilan. Prinsip mewakili
Perseroan di luar pengadilan
Tanggung Jawab Direksi Perseroan menyebabkan Perseroan sebagai badan
Terbatas Berdasarkan Fiduciary Duties hukum akan terikat dengan transaksi
Fiduciary duty adalah suatu doktrin yang atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh
berasal dari sistem hukum common law Direksi atas nama dan untuk
yang mengajarkan bahwa antara Direksi kepentingan Perseroan.
dengan Perseroan terdapat hubungan Sepanjang sejarah penerapan teori fiduciary
fiduciary. Sehingga Direksi hanya bertindak duty ini, muncul beberapa pedoman dasar
seperti seorang trustee atau agen semata- bagi Direksi dalam menjalankan fiduciary
mata yang mempunyai kewajiban duty terhadap Perseroan yang
mengabdi sepenuhnya dan dengan sebaik- dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut,
baiknya kepada Perseroan.18 adalah sebagai berikut :21
Selanjutnya Munir Fuady mengemukakan 1. Fiduciary duty merupakan unsur wajib
bahwa seseorang memiliki tugas fidusia (mandatory element) dalam hukum
(fiduciary duty) apabila ia memiliki Perseroan.
kapasitas fidusia (fiduciary capacity), yaitu 2. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
apabila kegiatan usaha yang Direksi tidak hanya harus memenuhi
dilaksanakannya untuk kepentingan orang unsur itikad baik, tetapi juga harus
lain, atau aset yang dikelolanya memenuhi unsur tujuan yang layak
merupakan milik orang lain yang memiliki (proper purpose).
kepercayaan yang besar terhadap 3. Pada prinsipnya Direksi dibebani
pelaksana tersebut, sehingga pelaksana itu prinsip fiduciary duty terhadap
memiliki kewajiban untuk melaksanakan Perseroan, bukan terhadap Pemegang
apa yang dipercayakan kepadanya dengan Saham. Karena itu, hanya Perseroanlah
itikad baik dan usaha yang maksimal. yang dapat memaksakan Direksi untuk
Lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa melaksanakan tugas fiduciary duty.
antara pihak yang memiliki fiduciary 4. Akan tetapi, dalam menjalankan
capacity dengan pemberi kepercayaan atau fungsinya sebagai Direksi secara umum
aset yang dipercayakan memiliki juga harus memperhatikan kepentingan
hubungan fidusia (fiduciary relation).19 stakeholder, seperti pihak Pemegang
Prinsip fiduciary duty sendiri berlaku bagi Saham dan karyawan Perseroan.
Direksi dalam menjalankan fungsinya 5. Sungguhpun menyandang tugas sebagai
sebagai organ Perseroan, pada dasarnya Direksi, Direksi tetap bebas dalam
memberikan suara dan pendapat sesuai
18 20
Ibid., hlm. 4. Ibid., hlm. 60-61.
19 21
Ibid., hlm. 33. Ibid., hlm. 61-62.
85
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
86
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
87
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
88
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
10. Tanggung jawab melakukan merupakan lebih dari 50% (lima puluh
pengurusan sebagaimana diatur Pasal persen) jumlah kekayaan bersih
92 ayat (1). Perseroan dalam 1 (satu) transaksi
Dalam melaksanakan kepengurusan atau lebih, baik yang berkaitan satu
dimaksud, Direksi dibebankan sama lain maupun tidak sebagaimana
tanggung jawab, antara lain : diatur Pasal 102 ayat (1)
a. Pembagian tugas dan wewenang 14. Tanggung jawab memberikan kuasa
setiap anggota Direksi ditetapkan tertulis sebagaimana rumusan Pasal
oleh RUPS sebagaimana diatur 103, bahwa Direksi dapat memberi
Pasal 92 ayat (5). kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang
b. Direksi bertanggung jawab penuh karyawan Perseroan atau lebih atau
atas pengurusan Perseroan untuk orang lain untuk dan atas nama
kepentingan dan tujuan Perseroan. Perseroan melakukan perbuatan
c. Mewakili Perseroan baik di dalam hukum tertentu.
maupun di luar pengadilan 15. Tanggung jawab mengajukan
sebagaimana diatur Pasal 98. permohonan pailit, sebagaimana
d. Dalam hal anggota Direksi terdiri ditentukan dalam Pasal 104, sebagai
lebih dari 1 (satu) orang, maka berikut :
yang berwenang mewakili a. Direksi tidak berwenang
perseroan adalah setiap anggota mengajukan permohonan pailit
Direksi kecuali ditentukan lain atas Perseroan sendiri kepada
dalam Undang - undang pengadilan niaga sebelum
sebagaimana diatur Pasal 98 ayat meperoleh persetujuan RUPS,
(2) dengan tidak mengurangi
e. Setiap anggota Direksi wajib ketentuan sebagaimana diatur
dengan itikad baik dan penuh dalam Undang-undang tentang
tanggang jawab menjalankan tugas Kepailitan dan Penundaan
untuk kepentingan dan usaha Kewajiban Pembayaran Utang.
Perseroan sebagaimana diatur b. Dalam hal kepailitan sebagaimana
Pasal 97 ayat (2). dimaksud pada ayat (1) terjadi
11. Tanggung jawab membuat dan karena kesalahan atau kelalaian
memelihara daftar Pemegang Saham, Direksi dan harta pailit tidak cukup
risalah RUPS, rapat Direksi dan untuk membayar seluruh
menyelenggarakan pembukuan kewajiabn Perseroan dalam
sebagaimana diatur Pasal 100. kepailitan tersebut, setiap anggota
12. Tanggung jawab melaporkan Direksi secara tanggung renteng
kepemilikan saham sebagaimana bertanggung jawab atas seluruh
diatur Pasal 101 bahwa anggota kewajiban yang tidak terlunasi dari
Direksi wajib melaporkan kepada harta pailit tersebut.
Perseroan mengenai kepemilikan c. Tanggung jawab sebagaimana
sahamnya dan atau keluarganya pada dimaksud pada ayat (2) berlaku
Perseroan tersebut dan Perseroan lain. juga bagi anggota Direksi yang
13. Direksi wajib meminta persetujuan salah atau lalai yang pernah
RUPS untuk mengalihkan kekayaan menjabat sebagai anggota Direksi
Perseroan; atau menjadikan jaminan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
utang kekayaan Perseroan; yang
89
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
90
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
91
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017
Doktrin Piercing The Corporate Veil Dalam Pertanggung Jawaban
Direksi Perseroan Terbatas
92
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 8 No.1, September 2017