Anda di halaman 1dari 83

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM BISNIS


“Enam Teori Pokok Bahasan“

Disusun Oleh : Kelompok 3


Anggota Kelompok :
1.Sainuddin E32121034
2. Kadek Sumianiasih E32121213
3. Azahra Nabila E32121038
4. Aqnesya Puan Merdika E32121049
5. Masqa Sakinah E32121033
6. Noldi Febriansyah E32121027
7. Elsa Maria H. Papia E32121004
8. Nurul Amelia E32121142
9. Aldi Ari Franstio E32121186
10. Moh. Firman E32121329
11. Felix Seplianus E32121321

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah.SWT, karena tanpa Rahmat dan Ridho-
Nya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Husnul Khotimah SP.MP
selaku dosen dalam Mata Kuliah Etika Dan Hukum Bisnis. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu kami dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan mengenai “Enam Pokok Pembahasan”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui , maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen,
demi tercapainya makalah yang sempurna.

Palu, 21 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................1


KATA PENGANTAR ............................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 5


1.1 Latar Belakang ........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7
1.3 Tujuan ......................................................................................................8
1.4 Manfaat ....................................................................................................8

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 9


2.1 Bisnis dan etika dalam dunia modern ....................................................9
2.1.1 Bisnis ...............................................................................................10
2.1.2 Etika ................................................................................................10
2.1.3 Dunia Modern (Zaman Moderen) ...................................................11
2.2 Teori Etika ..............................................................................................15
2.3 Kewajiban Karyawan Dan Kewirausahaan ........................................31
2.3.1 Kewajiban Karyawan ......................................................................31
2.3.2 Kewajiban Perusahaan ....................................................................33
2.4 Masalah Etis Seputar Konsumen .........................................................37
2.4.1 Tanggung Jawab Bisnis...................................................................44
2.4.2 Tanggung Jawab Terhadap konsumen ............................................47
2.5 Perikann Dan Etika................................................................................58
2.5.1 Pengertian Prilaku dan Etika ...........................................................58
2.5.2 Fungsi Perikanan .............................................................................59
2.5.3 Periklanan Dan Kebenaran..............................................................59
2.5.4 Pengontrolan Terhadap Ikan ...........................................................60
2.5.5 Penilaiaan Etis Terhadap Ikan.........................................................62
2.6 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ................................................... 64
2.6.1 Tanggung Jawab Social Perusahaan ...............................................66

3
BAB III PENUTUP ........................................................................ 80
3.1 Kesimpulan ............................................................................................80
3.2 Saran.......................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 83

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang dilupakan

banyak orang, padahal melalui etika bisnis inilah seseorang dapat memahami suatu

bisnis persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap manis, menjaga sopan

santun, berpakaian yang baik sampai bertutur kata, semua itu ada “meaning”nya.1

Bagaimana era global ini dituntut untuk menciptakan suatu persaingan yang kompetitif

sehingga dapat terselesaikannya tujuan dengan baik, kolusi, korupsi, mengandalkan

koneksi, kongkalikong menjadi suatu hal yang biasa dalam tatanan kehidupan bisnis,

yang mana prinsip menguasai medan dan menghalalkan segala cara untuk

memenangkan persaingan menjadi suatu hal yang lumrah, padahal pada etikanya tidak

begitu. Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang

tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus dapat diingat dalam praktek bisnis

sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan.

Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usuha tidak lepas dari elemen-

elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam

membantu orang lain. Terjadinya etika bisnis yang tidak sehat dalam dunia bisnis

tampaknya tidak menampakkan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin

5
meningkat. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk menganalisis batas-batas

kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari

kegagalan.3 Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu

mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir

menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang

ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas di masa mendatang justru

mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk akan tetapi

secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Karena pertama,

secara moral keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan (survive) dalam

kegiatan bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal

yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi

aktivitas ekonomi yang produktif dalam memacu pertumbuhsn ekonomi. Ketiga,

keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan survive melainkan dapat

menghidupi karyawannya kearah tinggat hidup lebih baik. Keuntungan dapat

dipergunakan sebagai pengembangan (expansi) perusahaan sehingga hal itu akan

membuka lapangan kerja baru.4 Dalam mitos bisnis amoral di atas sering dibayangkan

bisnis sebagai sebuah medan pertempuran. Terjun kedunia bisnis berarti siap untuk

bertempur habishabisan dengan sasaran akhir yakni meraih keuntungan, bahkan

keuntungan sebesar-besarnya secara konstan. Ini lebih berlaku lagi dalam bisnis global

yang mengandalkan persaingan ketat. Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat

6
dianjurkan, tetapi harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur’an

maupun sunnah Nabi. Keduanya mejadi pedoman bagi kaum muslim dalam melakukan

kegiatan bisnisnya.

Di antara pedoman tersebut terdapat pula beberapa kode etik dalam

perdagangan menurut Islam di antaranya adalah sidiq (jujur), amanah (tanggung

jawab), tidak melakukan riba, menepati janji, tidak melakukan penipuan, tidak tathfif

(curang dalam timbangan), tidak menjelek jelekkan pedagang lain, tidak menimbun

barang dan hal lain yang dapat merugikan orang lain.5 Persaingan yang tidak sehat

sering terjadi pada pedagang-pedagang yang hanya memikirkan keuntungan

pribadinya saja ataupun untuk keuntungan bersama yang berakibat pada kerugian yang

dialami oleh pedagang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam Makalah Ini Diangkat Beberapa Topik Permasalahan Yang Nantinya

Akan Dibahas. Permasalah Tersebut Antara Lain :

1. Bagaimana Bisnis dan etika dalam dunia modern ?

2. Apa Itu Teori Etika ?

3. Bagaimana Kewajiban Karyawan Dan Kewirausahaan ?

4. Apa Saja Masalah Etis Seputar Konsumen ?

5. Apa Itu Perikanan Dan Etika ?

6. Apa Saja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?

7
1.3 Tujuan

Dalam makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern

2. Untuk mengetahui Apa Itu Teori Etika

3. Untuk mengetahui Bagaimana Kewajiban Karyawan Dan Kewirausahaan

4. Untuk mengetahui Apa Saja Masalah Etis Seputar Konsumen

5. Untuk mengetahui Apa Itu Perikanan Dan Etika

6. Untuk mengetahui Apa Saja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

1.3 Manfaat

Manfaat dari adanya makalah ini yaitu dapat memberikan pengetahuan bagi

penulis dan pembaca mengenai Enam Teori Pokok Bahasan mengenai Etika dan

Hukum Bisnis.

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern

Sebelum membahas secara luas mengenai bisnis dan etika dalam dunia modern,

sebaiknya kita perlu kupas makna-makna dari tema tersebut, apa arti bisnis itu sendiri

dan atau apa arti etika tersebut .

Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata busy

yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, maupun masyarakat. Dalam

artian, sibuk mengerjakan kegiatan-kegiatan maupun pekerjaan yang dapat

mendatangkan keuntungan. etimologi, bisnis berarti keadaan di mana seseorang atau

kelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata

“bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya, penggunaan singular

kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis,

dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Dalam ilmu ekonomi,

bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau

bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba.

Dari waktu ke waktu cara seorang bussines dalam berbisnis telah begitu cepat

mengalami banyak perubahan, baik dalam hal promosi, pemasaran, dan juga etika yang

di pakai seorang pembisnis untuk menarik seseorang (mitra) yang mau bekerja sama

dengannya. Dalam pembahasan kali ini saya ingin membicarakan terkait Bisnis dan

9
Etika dalam Dunia Modern, sebelum saya membahas terkait judul ini, saya ingin

mengenalkan beberapa pengertian :

2.1.1 Bisnis

Bisnis secara bahasa adalah organisasi yang terlibat dalam pertukaran barang,

jasa, atau keduanya dengan pelanggan. Dalam imu ekonomi, bisnis adalah suatu

organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk

mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa inggris “Business”,

dari kata busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas ataupun

masyarakat. Dalam artian, sibuk mengajarkan aktivitas dan pekerjaan yang

mendatangkan keuntungan.

2.1.2 Etika

Etika berasal dari bahasa (Yunani kuno) “ethikos” yang berarti “timbul dari

kebiasaan” adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang

mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian

moral. etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti Benar, Salah, Baik,

Buruk dan Tanggung Jawab. Dari pengertian diatas dapat saya ambil kesimpulan

bahwa “etika adalah suatu bentuk sikap, tindakan, atau perbuatan dari diri seseorang

terhadap sesuatu. Timbulnya suatu etika seseorang bisa saja berasal dari sikap,

kebiasaan, dan juga lingkungan.

10
untuk membentuk suatu etika yang baik dalam diri seseorang, perlu adanya

pembelajaran atau penanaman etika mulai dari usia dini. Fungsi dari penanaman etika

itu sendiri adalah supaya seseorang dapat berperilaku yang baik kepada seseorang yang

ada di sekelilingnya baik dalam hal bersosialisasi maupun berbisnis.

2.1.3 Dunia Modern (Zaman Modern)

Zaman modern atau zaman kiwari biasanya merujuk pada tahun-tahun setelah

1500. Tahun tersebut ditandai dengan runtuhnya kekaisaran romawi timur, penemuan

amerika oleh christopher columbus, dimulainya zeithgeist dan reformasi gereja oleh

martin luther. Masa modern ditandai dengan perkembangan pesat dibidang ilmu

pengetahuan, politik, dan teknologi.

Secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal

kata etika yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos memiliki banyak

arti yaitu: tempat tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,

ahlak, watak, perasaan, sikap, caraberfikir. Sedangka arti etika yaitu adat kebiasaan.

Jadi, secara etimologis etika yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan.

Dapat disimpulkan Etika Bisnis merupakan suatu ilmu yang mempelajari

bagaimana cara untuk melakukan kegiatan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh

aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan juga masyarakat dengan

memperhatikan nilai, norma maupun perilaku karyawan serta pimpinan dalam

11
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan, pemegang saham,

masyarakat.

Seperti etika terapan pada umunya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga

taraf yaitu, taraf makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga

kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis. Pada

taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral sistem ekonomi sebagai

keseluruhan. Jadi, di sini masalah-masalah etika disoroti pada skala besar.

Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah-

masalah etika di bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi

bisa juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain. Dan

pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi

atau bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan

dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor, sandungan bagi

perusahaan tersebut.

Bisnis dengan menjunjung kode etik merupakan suatu unsur mutlak yang perlu

dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu

hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima

dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis.

Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas

12
masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang

wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak.

Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan

hak-hak orang lain perlu diperhatikan.

Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi

kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu

sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja

bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut

menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam

konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.

❖ Dalam bisnis ada beberapa sudut pandang yang berbeda tetapi tidak selalu dapat

dipisahkan, yaitu sudut pandang ekonomi, hukum, dan etika.

1. Sudut Pandang Ekonomi


Bisnis adalah kegiatan ekonomis, artinya kegiatan tukar-menukar, jual-beli,

memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, dan interaksi manusiawi

lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Teori ekonomi menjelaskan bagaimana

dalam system ekonomi pasar bebas para pengusaha dalam memanfaatkan sumber daya

yang langka menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk masyarakat.

13
2. Sudut Pandang Moral

Bisnis yang baik (good business) bukan saja bisnis yang menguntungkan akan

tetapi bisnis yang baik adalah bisnis yang baik secara moral. Arti moral di sini

merupakan salah satu arti terpenting bagi kata “baik”. Perilaku yang baik dalam

konteks bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral.

3. Sudut Pandang Hukum

Tidak dipungkiri lagi bisnis terikat juga oleh hukum “hukum dagang” atau

“hukum bisnis” merupakan cabang ilmu dari hukum. Dan dalam kontek hukum banyak

msalah yang timbul karena bisnis baik taraf nasional maupun internasional seperti etika

pula hukum merupakan sudut pandang normative karena menetapkan apa yang harus

dilakukan dan tidak dari segi norma hukum bahkan lebih jelas dan pasti daripada etika

karena hukum dituliskan diatas hitam dan putih. Terdapat kaitan erat antara hukum dan

etika dalam kekaisaran roma dikenal pepatah quid leges sine moribus (apa artinya

undang undang kalau tidak disertai moralitas).

Ada tiga tolak ukur yang dapat digunakan yaitu tolak ukur hati nurani,

kaidah emas, dan penilaian masyarakat umum.

1. Hati nurani

Ialah suatu perbuatan adalah baik jika dilakukan sesuai hati nurani dan suatu

perbuatan lain adalah buruk jika bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani

merupakan norma moral yang penting tetapi sifatnya subjektif, karena hati nurani

14
bersifat subjektif hati nurani ini sulit untuk dipakai dalam porum umum dan harus

dilengkapi dengan norma lain.

2. Kaidah emas

Ada cara yang lebih baik untuk menilai baik buruknya moral yaitu

mengukurnya dengan kaidah emas yang berbunyi “hendaklah mempekerjakan orang

lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan”. Statement tersebut adalah motivasi

untuk diri kita sendiri untuk memperlakukan orang dengan baik atau kata lain ialah

memanusiakan manusia. Karena sejatinya jika kita ingin dihargai maka hargailah orang

lain.

3. Penilaian Umum

Cara ketiga ini yang barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya

suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkannya kepada masyarakat umum untuk

dinilai. Cara ini disebut juga audit sosial.

2.2 Teori Etika

1. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti tempat

tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk

jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama

pengertianya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: Mos (bentuk tunggal), atau

15
mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat,

akhlak, cara hidup.

Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai refleksi.

Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma norma moral yang baik yang

dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika

sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus

dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai

refleksi adalah pemikiran moral."

Adapun menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni

"ethic, sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body of moral principle or value

Ethic, arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa yang

disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu).

Lambat laun pengertian etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan manusia. Perkembangan pengertian etika tidak lepas

dari substansinya bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah

perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat.

Istilah lain dari etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak. Etika merupakan ilmu

bukan sebuah ajaran. Etika dalam bahasa arab disebut akhlak, merupakan jamak dari

kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai. tabiat, watak, adab, dan agama.

Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang

16
memimpin individu, etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah dan benar

dan moral yan dilakukan seseorang

Menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin ilmu

yang menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban moral,

tau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral."

Etika adalah cabang filosofi yang berkaitan dengan pemikiran dengan

pemikiran tentang benar dan salah. Simorangkir menilai etika adalah hasil usaha yang

sistematik yang menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individu dan

untuk menetapkan aturant dalam mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang

berbobot untuk bisa dijadikan pedoman hidup. Satyanugraha mendefenisikan etika

sebagai nilai-nilai dan norma moral dalam suatu masyarakat.Sebagai ilmu, etika juga

bisa diartikan pemikiran moral yang mempelajari tentang apa yang harus dilakukan

atau yang tidak boleh dilakukan."

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat keyakinan

benar dan tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah melakukan sesuatu

yang diayakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan self-respect

(menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia

pertangungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap orang

lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian. Etika

diartikan sebagai seperangkat prinsip moral yang memebedakan apa yang benar dan

17
apa yang salah. Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan dan

menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan."

Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini. pertimbangan etika

atau morallah yang menentukan tindakan atau perilaku seseorang. Setiap orang akan

mempertimbangkan akibat dari tindakannya apakah baik atau buruk, benar atau salah,

berakibat lebih baik atau lebih buruk, pantas atau tidak pantas.

Ini dilakukan pada suatu momen dan situasi. Jadi, ada pendapat bahwa etika

dan moral itu situasional. Tindakan itu adalah pilihan, dan pilihan itu memerlukan

proses pengambilan keputusan yang dipandu oleh subjective judgment atau

pertimbangan pribadi. Jadi, ada proses evaluasi moral. Yang menjadi dasar utama

dalam memutuskan pilihan dan tindakan apa yang akan dilakukan seseorang merujuk

kepada komitmen, prinsip. nilai, dan aturan yang berlaku pada saat dan situasi itu.

Memang, tidak ada tindakan yang dilandasi moral yang hanya ditentukan oleh situasi

tanpa diwarnai komitmen pada suatu prinsip. Prinsip di sini diartikan sebagai tujuan

dalam arti luas yang membantu menentukan keputusan nyata dan kriteria normatif yang

membawa pada situasi nyata."

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika diartikan

sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak). Kemudian Frans Magnis menambahkan bahwa etika pada hakikatnya

mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan

memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-pandangan

18
moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkapkan

kerancuan." Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan

manusia yang hidup bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat prinsip

moral yang membedakan antara yang baik dari yang buruk. Dalam masyarakat kita

tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan yang dilaksanakan setiap orang agar

kehidupan bermasyarakat berjalan dengan aman, nikmat, dan harmonis. Tanpa aturan

ini, kehidupan bisa seperti neraka, atau seperti di Rimba yang kuat akan menang dan

yang lemah akan tertindas. Maka harus meningkatkan aspek etikanya dan penegakan

kode etik profesi dalam kurikulum dan dalam menjalankan profesinya

2. Pengertian Akhlak

Akhlak itu sendiri berasal dari kata Al- Khuluq (kebiasaan, perangai, tabiat dan

agama) tingkah laku yang ada atau lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-

buat, dan sudah menjadi kebiasaan. Etika adalah tata cara sopan santun dalam

masyarakat guna memelihara hubungan baik antar sesama

Akhlak pribadi Islami dapat didefinisikan sebagai wujud budi pekerti yang

melekat dan dilaksanakan oleh orang Islam dan berdasarkan sumber ajaran Islam.

Sedangkan menurut imam Al-Ghazali dalam alkaf menyatakan mengenai akhlak

adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang kuat tentang

sesuatu yang mengarah kepada kebaikan, dan sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal

yang melekat

19
pada jiwa dalam wujud tindakan dan perilaku. Jadi sesuatu dikatakan akhlak

apabila tingkah laku atau hal ihwal yang melekat pada seseorang karena telah dilakukan

berulang-ulang atau terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan

3. Pengertian Etika Kerja

Etika kerja adalah sebuah nilai-nilai yang dipegang, baik individu sebagai

pekerja maupun manajemen sebagai pengatur/regulasi dalam bekerja. Etika kerja dapat

diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang bertujuan

mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bagaimana umat Islam dapat berhasil

dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat

Webster, etika didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan

tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi etos kerja dapat diartikan

sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang

sebagai baik dan benar yang mewujud nyatakan secara ikhas perilaku kerja mereka.

Etika kerja merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat

mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang. suatu golongan atau suatu bangsa.

Etika kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat bosan, bahkan mampu

meningkatkan prestasi kerjanya atau kinerja. Hal yang mendasari etika kerja tinggi di

antaranya keinginan untuk menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang

mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta memberikan masukan- masukan ide di

tempat bekerja.

20
A. Dasar Hukum Etika

Dalam dunia bisnis semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan

tidak jujur dari sesamanya. Praktek manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan

moral tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika

bisnis itu sendiri".

Manusia mengerti apa yang baik dan apa yang buruk dan ia dapat membedakan

antara kedua pengertian itu, dan selanjutnya, mengamalkannya adalah suatu kenyataan

yang tak bisa dipungkiri. Pengertian itu tidak dicapai melalui pengalaman, tetapi telah

ada padanya sebelum ia mengalami, yaitu sejak ia berada dalam kandungan ibu. Ketika

itu. Tuhan memberikan pengertian tersebut kepadanya. Jadi, pengertian baik-buruk

merupakan tanggapan pembawaan manusia. Ia telah ada secara apriori pada diri

manusia,

B. Prinsip Ketenagakerjaan dalam Islam

Dalam sejarahnya, penghapusan sistem perbudakan merupakan salah satu

tujuan kehadiran Islam. Sejarah membuktikan, perbudakan langgeng dalam tata

kehidupan masyarakat dunia jauh sebelum masa kenabian. Sistem perbudakan

memperbolehkan keluarga atau seseorang memiliki budak sahaya yang bebas

diperlakukan sesuai kemauan pemilik atau majikannya.

Meskipun pada hakikatnya Islam telah menghapus praktik perbudakan. namun

dalam kenyataannya di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sendiri

21
masih terjadi praktik perbudakan secara terang-terangan. Perbudakan masa kini

sebagian besar terjadi dalam bentuk sistem kerja yang tidak berkeadilan yang dialami

pekerja rumah tangga migran indonesia di luar negeri. "Oleh karena itu ada empat

prinsip ketenagakerjaan dalam Islam, yaitu:

1. Kemerdekaan Manusia

Ajaran Islam yang dipresentasikan dengan aktivitas kesalehan sosial Rasulullah

saw yang dengan tegas mendeklerasikan sikap anti perbudakan untuk membangun tata

kehidupan masyarakat yang toleran dan berkeadilan. Islam tidak mentolerir sistem

perbudakan dengan alasan apapun. Terlebih lagi adanya praktik jual beli pekerja dan

pengabaian hak haknya yang sangat tidak menghargai nilai kemanusiaan. Dengan

demikian, tak seorang pun, bahkan bukan pula negara, memiliki hak untuk mencabut

kebebasan dan memaksakan kehidupan pada suatu ikatan. tertentu atau regimentasi.

Inilah ajaran yang ditekankan oleh Umar. khalifah kedua, ketika bertanya, "Sejak

kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan

bebas?" "

Penghapusan perbudakan menyiratkan pesan bahwa pada hakikatnya manusia ialah

makhluk merdeka dan berhak menentukan kehidupannya sendiri tanpa kendali orang

lain. Penghormatan atas indepedensi manusia, baik sebagai pekerja maupun

berpredikat apa pun, menunjukkan bahwa ajaran Islam mengutuk keras praktik jual-

beli tenaga kerja.

22
2. Kemuliaan Derajat Manusia

Islam menempatkan setiap manusia, apa pun jenis profesinya. dalam posisi

yang mulia dan terhormat. Hal itu disebabkan Islam sangat mencintai umat Muslim

yang gigih bekerja untuk kehidupannya.

banyak-banyak supaya kalian beruntung." Ayat ini diperkuat hadis yang

diriwayatkan Imam Al-Baihaqi:

‫الغطوا األجير أجر فقبالنيجقعرقة‬

"Tidaklah seorang di antara kamu makan suatu makanan lebih baik daripada memakan

dari hasil keringatnya sendiri".

Kemuliaan orang yang bekerja terletak pada kontribusinya bagi kemudahan

orang lain yang mendapat jasa atau tenaganya. Salah satu hadis yang populer untuk

menegaskan hal ini adalah

‫خيرا الناس أنفعهم لناس‬

"Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi

orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari beberapa dalil tersebut, dapat dipahami bahwa Islam sangat memuliakan

nilai kemanusiaan setiap insan. Selain itu, tersirat dalam dalil dalil tersebut bahwa

Islam menganjurkan umat manusia agar menanggalkan segala bentuk stereotype atas

berbagai profesi atau pekerjaan manusia. Kecendrungan manusia menghormati orang

23
yang memiliki pekerjaan, yang menghasilkan banyak uang, serta meremehkan orang

yang berprofesi rendahan. Padahal nasib setiap insan berbeda sesuai skenario dari

Allah swt. Sikap merendahkan orang lain karena memandang pekerjaannya sangat

ditentang dalam Islam.

3. Keadilan dan anti diskriminasi

Islam tidak mengenal sistem kelas atau kasta di masyarakat, begitu juga berlaku

dalam memandang dunia ketenagakerjaan. Dalam sistem perbudakan, seorang pekerja

atau budak dipandang sebagai kelas kedua di bawah majikannya. Hal ini dilawan oleh

Islam karena ajaran Islam menjamin setiap orang yang bekerja memiliki hak yang

setara dengan orang lain, termasuk atasan atau pimpinannya. Bahkan hingga hal-hal

kecil dan sepele, Islam mengajarkan umatnya agar selalu menghargai orang yang

bekerja.

Misalnya dalam hal pemanggilan atau penyebutan, Islam melarang manusia

memanggil pekerjanya dengan panggilan yang tidak baik atau merendahkan.

Sebaliknya, Islam menganjurkan pemanggilan kepada orang yang bekerja dengan kata-

kata yang baik seperti "Wahai pemudaku" untuk laki-laki atau "Wahai pemudiku"

untuk perempuan.

Dalam sejarahnya, Rasulullah saw pernah memiliki budak dan pembantu.

Rasulullah saw memperlakukan para budak dan pembantunya dengan adil dan penuh

penghormatan.

24
4. Kelayakan upah pekerja

Upah atau gaji adalah hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang menjadi

kewajiban dan tidak boleh diabaikan oleh para majikan atau pihak yang

mempekerjakan. Sebegitu pentingnya masalah upah pekerja ini. Islam memberi

pedoman kepada para pihak yang mempekerjakan orang lain bahwaa prinsip

pemberian upah harus mencakup dua hal, yaitu adil dan mencukupi. Idealnya tingkat

upah riil dalam masyarakat muslim. paling tidak memungkinkan para karyawan dapat

memenuhi semua kebutuhan pokoknya dan para anggota keluarganya dengan cara

yang manusiawi."

Prinsip tersebut terangkum dalam sebuah hadis Nahi yang diriwayatkan Imam Al-

Baihaqi, "Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya."

Seorang pekerja berhak menerima upahnya ketika sudah mengerjakan tugas-tuganya,

maka jika terjadi penunggakan gaji pekerja. hal tersebut selain melanggar kontrak kerja

juga bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Selain ketetapan pengupahan,

keadilan juga dilihat dari proporsionalnya tingkat pekerjaan dengan jumlah upah yag

diterimanya.

C. Etika dalam Bekerja

Berikut ini adalah tauladan dan pandangan atau ethos kerja yang dilakukan

Rosulullah saw yang juga patut kita lakukan pada pekerjaan kita saat ini.

25
a. Bekerja sampai tuntas

Pengertian bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut

dapat diselesaikan dengan hasil yang sangat memuaskan, proses kerjanya baik, input

atau bahan baku yang digunakan dalam bekerja juga efisien, dan semua tersebut dapat

dilakukan apabila semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan

dengan baik dengan dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap ikhlas dalam

melaksanakanpekerjaan.

b. Bekerja dengan ikhlas

Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka

panjang yaitu kehidpan sesudah mati, dan harapan masuk surga. Oleh sebab itu, ukuran

keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan jabatan seperti orang sekuler, tetapi

juga memeperhatikan cara bekerja dengan menggunakan hasil kerja baik berupa

kekayaan mapun jabatan dengan cara yang baik dab benar, tidak merugikan orang lain,

tidak menghalalkan segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah

Bekerja dalam konteks Islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan

cerdas dan ikhlas. Pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam

bekerja menggunakan strategi bekerja dengan mengkombinasikan antara potensi fisik,

dan potensi akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan Allah. c.

26
c. Bekerja dengan jujur

Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan

tidak berbohong, lurus hati, tidak berkhianat dan dapat dipercaya dalam ucapam

maupun perbuatan.

Karena setiap pekerjaan harus dipertanggungjawabkan, maka pada dasarnya

kita harus bekerja sebaik dan sejujur mungkin. Allah selalu mengawasi kita, sehingga

sebenarnya tidak ada celah kita untuk korupsi waktu dengan santai-santai atau

membolos, korupsi uang, menyelewengkan jabatan dengan kolusi dan nepotisme, serta

berbagai bentuk kejahatan lainnya. Terkait dengan ethos kerja jujur ini, Rosulullah

melarang keras kita untuk korupsi, merampok atau merampas harta dan hak orang lain.

d. Bekerja dengan kelompok/bekerja sama

Kerja kelompok atau team work dalam era modern dapat dikelompokkan dalam

2 bagian yaitu kerjasama yang sukarela dan terpaksa. Kerjasama sukarela mencakup

kerjasama antar orang yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan kerjasama

terpaksa adalah ada kegiatan yang sama antar orang, namun mereka umumnya tidak

mempunyai tujuan yang sama. Kerjasama yang sukarela umumnya ralatif berhasil

karena mempunyai semangat bersama, dan menimbulkan rasa cinta terhadap

pekerjaan.

27
e. Bekerja dengan tanggungjawab

Pelaku senantiasa ganda,muslim adanya yaitu menyadari yang

pertanggungjawaban dilakukan prinsip didunia dipertanggungjawabkan didunia dan

akhirat. Memiliki rasa tanggungjawab dalam melaksanakan setiap tugas dan

kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang

optimal, dan ihsan (berbuat yang baik) dalam segala hal. Sifat amanah harus dimiliki

oleh setiap mukmin, apalagi yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan

pelayanan bagi masyarakat.

f. Bekerja keras.

Etos kerja bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh

semangat atau penuh motivasi. Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna,

manusia diberikan tubuh yang sempurna lengkap dengan indranya serta kemampuan

berpikir. Oleh sebab itu sudah selayaknya umat Islam memacu diri untuk berbuat

terbaik dalam hidupnya, yang bermanfaat

Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan sebagai bentuk usaha

melayani kebutuhan orang lain. Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini

dikenal dengan kepuasan konsumen (Customer Satisfaction), sebenarnya sudah lama

dan banyak dicontohkan oleh nabi nabi.

Bagaimana kita memulai bekerja dengan pelayanan? Pertama, kita memandang

mulia pekerjaan kita dan kita bekerja dengan niat ikhlas dalam rangka ibadah kepada

Allah. Kedua, kita mengetahui apa keinginan dari yang kita layani. Untuk mengetahui

28
apa kebutuhan konsumen kita, maka kita dapat melakukan survey atau bertanya tentang

apa yang diharapkan dari pekerjaan kita. Yang juga perlu diketahui adlaah bagaimana

pekerjaan tersebut berjalan, apakah pekerjaan kita menjadi input atau bahan dari

pekerjaan lain dan bagaimana hubungan pekerajaan kita dengan pekerjaan lain. Ketiga,

kita harus mengetahui apakah konsumen puas atau tidak terhadap pelayanan kita.

Apabila konsumen belum puas, maka kewajiban melakukan perbaikan cara kerja kita,

sehingga konsumen menjadi puas."

E. Etika Kerja dalam Ekonomi Islam

Frika dalam istilah umum adalah ukuran perilaku yang baik. Bahkan, ada yang

berpendapat bahwa Islam itu akhlak karena mengatur perilaku kita, mulai dari tidur,

masuk toilet, berhubungan dengan istri, sampai pada ekonomi, bisnis, dan politik. Etika

atau moral dalam Islam merupakan buah dari keimanan, keislaman, dan ketakwaan

yang didasarkan pada keyakinan yang kuat pada kebenaran Allah Swt. Islam

diturunkan Allah pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki akhlak atau etika yang

baik. Untuk maksud itu, Allah Swt. dengan kasih-Nya menurunkan dan mengutus

Rasulullah saw yang merupakan contoh teladan yang paling baik (uswann haanah).

Islam sebagai agama yang sangat lengkap mengatur tata kehidupan pemeluknya

juga memberikan arahan-arahan bagaimana seseorang atau masyarakat menjalankan

kehidupan ekonominya. "Islam kita yakini sebagai agama yang lengkap dan universal

dan sebagai suatu sistem hidup atau wayof life. Kitab suci Al-Quran yang berisi

tuntunan hidup yang lengkap berisi pula petunjuk-petunjuk berkaitan dengan masalah

29
ekonomi dan bisnis. Selanjutnya dikemukakan bahwa kerja keras adalah modal utama.

Al-Quran tidak memberi peluang bagi seorang muslim untuk menganggur sepanjang

saat dalam kehidupan dunia ini. Dalam kehidupan di dunia ini prinsip dasar yang

ditekankan Al-Quran adalah kerja dan kerja. Ini ternyata sejalan dengan semangat

bekerja dalam aktifitas bisnis, Manusia dapat bekerja apa saja, yang penting tidak

melanggar garis-garis yang telah ditentukan oleh Allah swt. Ia bisa melakukan aktivitas

produksi, seperti pertanian, perkebunan, pengolahan makanan dan minuman. Ia juga

dapat melakukan aktivitas distribusi, seperti perdagangan, atau dalam bidang jasa

seperti, transportasi kesehatan dan sebagainya." Sebagai khalifah di muka bumi,

manusia ditugaskan Allah untuk mengelola langit dan bumi beserta semua isinya untuk

kemaslahatan umat.

Kejujuran merupakan tuntutan yang mutlak untuk bisa mencapai kebenaran dan

keadilan. Bila seseoang tidak bisa berlaku jujur dalam suatu hal maka keputusan yang

diambil dalam urusan itu dipastikan tidak benar dan tidak adil. Dalam teori Ekonomi

Islam. Nilai-nilai yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam

melakukan aktivitasnya antara lain:"

➢ Tauhid
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan

bahwa tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan tidak ada pemilik langit,

bumi dan isinya, selain dari pada Allah. Karena Allah adalah pencipta alam semesta

dan isinya. Dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber

30
daya yang ada. Karena itu Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah

untuk memiliki untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka.

Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi

memiliki tujuan. Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Karena segala aktivitas manusia dalam hubungan dengan alam dan sumber daya

manusia (mu'amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.

2.3 Kewajiban Karyawan dan Perusahaan

2.3.1 Kewajiban Karyawan

Pada dasarnya ada 3 kewajiban karyawan yang harus dipatuhi yang meliputi :

1. Kewajiban ketaatan

Ketika seseorang bergabung dalam perusahaan maka karyawan tersebut harus

konsekwen untuk mentaati dan patuh pada perintah dan arahan yang diberikan oleh

perusahaan karena mereka terikat dengan perusahaan.

Namun, karyawan tidak harus memenuhi perintah yang diberikan atasan jika

perintah tersebut dinilai tidak wajar atau melanggar hukum.Misalnya untuk

kepentingan pribadi atasan bukan untuk kepentingan perusahaan, seperti memperbaiki

mobil pribadi milik atasannya.

31
Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan

perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, misalnya

administrasi diberi tugas untuk membersihkan ruangan. Untuk menghindari masalah

kewajiban ketaatan ini adalah dengan membuat job desc yang jelas dan lengkap saat

karyawan mulai masuk bekerja. Deskripsi pekerjaan ini sebaiknya dibuat cukup

fleksibel sehingga kepentingan perusahaan selalu bisa diprioritaskan

2. Kewajiban konfidensialitas

Kewajiban karyawan selanjutnya adalah kewajiban konfidensialitas atau

kerahasiaan. Setiap karyawan dalam sebuah perusahaan yang memiliki akses terhadap

kerahasiaan perusahaan wajib menyimpan informasi yang bersifat rahasia. Misalnya,

bagian keuangan, operasional, atau IT tidak diperkenankan membuka rahasia

perusahaan kepada orang lain.

Kewajiban ini tidak hanya dipegang saat karyawan masih bekerja di perusahaan

tersebut, tapi juga ketika sudah resign atau pindah kerja. Jika seorang karyawan pindah

ke tempat baru dengan membawa rahasia perusahaan sebelumnya dengan harapan

mendapat kompensasi yang lebih besar, maka tindakan tersebut dipandang sebagai

perilaku yang tidak etis.

3. Kewajiban loyalitas

Kewajiban karyawan lainnya adalah kewajiban dalam hal loyalitas atau

kesetiaan. Seorang karyawan juga harus memiliki konsekwensi loyalitas dan dedikasi

32
terhadap perusahaan. Karyawan tersebut harus mendukung apa yang menjadi visi dan

misi perusahaan.

Karyawan ‘kutu loncat’ atau yang sering berpindah kerja dengan tujuan

mendapatkan gaji yang lebih tinggi dianggap kurang loyal karena hanya

mengutamakan materi saja.

2.3.2 Kewajiban Perusahaan

Selain memberikan beban tanggung jawab pada karyawan dengan berbagai

tugas yang berkaitan dengan perusahaan, perusahaan berkewajiban untuk memberikan

apa yang patut diterima oleh.

Adapun kewajiban perusahaan pada karyawan ialah :

1. Perusahaan tidak melakukan diskriminasi

Diskriminasi dalam perusahaan adalah membedakan karyawan dengan alasan

yang tidak relevan, berdasarkan prasangka atau stereotip.

Diskriminasi dapat terjadi saat perekrutan kandidat karyawan, kenaikan jabatan, atau

deskripsi pekerjaan.

Dalam perusahaan Ada Dua perilaku diskriminasi dianggap tidak etis karena:

A. akan merugikan perusahaan

Pasalnya, rekruter tidak fokus kapasitas dan kemampuan kandidat karyawan,

melainkan fokus pada faktor-faktor luar yang tidak relevan.

33
Perusahaan akan kehilangan kemampuan bersaingnya dan berpotensi

mengalami kemunduran karena perusahaan tidak didukung oleh tenaga yang

berpengalaman.

B. diskrimasi akan merendahkan harkat dan martabat orang

Tentunya kondisi ini dapat menggangu kondusifitas perusahaan, dan akibatnya

akan berdampak pada kinerja perusahaan itu sendiri.

2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan

Tempat kerja yang bersih, sehat, dan nyaman dapat memberikan pengaruh

positif dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja.

Sedangkan keselamatan kerja diwujudkan dengan tempat kerja yang aman dan sesuai

dengan standar keselamatan yang telah ditentukan.

3. Perusahaan memberikan gaji secara adil

Selain untuk mengembangkan diri, memberikan kontribusi yang bermanfaat

bagi masyarakat, motivasi seseorang untuk bekerja adalah untuk mendapatkan upah

atau gaji.Ada beberapa pandangan mengenai pembagian imbalan yang adil, yakni:

1. Pandangan Liberalistis

Imbalan yang adil jika disesuaikan dengan prestasi karyawan di perusahaan.

34
2. Pandangan Sosialistis

Imbalan yang adil jika sesuai dengan kebutuhan diri karyawan dan keluarganya.

A. Menurut Thomas Garrett dan Richard Klonoski

Yang berpendapat bahwa ada tujuh poin yang harus dipertimbangkan dalam

menetapkan gaji, meliputi:

• Peraturan Hukum

Pemberian gaji yang adil sesuai dengan hukum yang berlaku, misal ketentuan

hukum tentang upah minimum.

• Upah yang layak

rata-rata gaji yang diberikan setara dengan UMR.

• Kemampuan perusahaan

Perusahaan mapan yang menghasilkan laba besar harus menyediakan gaji yang

lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki margin laba yang kecil.

• Pekerjaan dengan sifat khusus

pekerja yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan bersifat

khusus atau tingkat resiko yang tinggi layak diberi gaji yang tinggi.

• Perbandingan dengan gaji perusahaan lain

Gaji atau upah diberikan oleh perusahaan dengan melihat gaji atau upah pekerja

di perusahaan lain yang sejenis.

35
• Merundingkan gaji atau upah antara pekerja dan perusahaan

Berunding secara langsung antara perusahaan dan karyawan adalah cara yang

cerdas untuk menentukan gaji yang fair. Tentu saja pihak perusahaan harus terbuka

saat membicarakan hal tersebut.

• Senioritas dan imbalan rahasia

Senioritas yang mucul dalam pemberian gaji yang ditinjau dari segi

pengalaman kerja, periode kerja, serta loyalitas dan dedikasi pada perusahaan.

Namun, saat ini senioritas sudah tidak diperhitungkan lagi, melainkan lebih concern

pada prestasi dan hak.

Pemberian kenaikan gaji yang diam-diam atau dirahasiakan dari rekan sekerja

dinilai tidak etis karena mengabaikan kontrol sosial dan merusak suasana kerja.

4. Perusahan tidak boleh memberhentikan karyawan dengan semena-mena.

Menurut Garret dan Kliniski ada tiga alasan konkret dalam memberhentikan

karyawan yaitu:

1. Majikan hanya boleh memberhentikan dengan alasan yang tepat

2. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya

3. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan seminimal mungkin.

Dengan memahami antara kewajiban karyawan dan kewajiban perusahaan

maka diharapkan adanya pengertian di kedua belah pihak.

36
Dengan saling memahami dan menghormati kewajiban masing-masing maka

keselarasan dalam lingkungan kerja akan terjaga.

2.4 Masalah Etis Seputar Konsumen

Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu

wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Secara

konkret teori etika ini sering terfokuskan pada perbuatan. Bila dikatakan juga bahwa

teori etika membantu kita untuk menilai keputusan etis. Teori etika menyediakan

kerangka yang memungkinkan kita memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.

Berdasarkan suatu keputusan etika kita, keputusan moral yang kita ambil bisa menjadi

beralasan. Dengan kata lain, karena teori etika itu keputusan dilepaskan dari suasana

sewenang – wenang. Teori etika menyediakan justifikasi untuk keputusan kita.

Seiring dengan kemajuan pola pikir manusia, hal tersebut menjadi sebuah

pemikiran yang harus dicari jalan keluarnya.Pengrusakan lingkungan yang dilakukan

oleh perusahaan atau industri memunculkan gerakan-gerakan sada rlingkungan yang

dibentuk oleh sekelompok orang untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan

yang lebih parah oleh para pelaku industri.

Stakeholders Istilah ini muncul dari asal kata stockholders. Dimana bentuk kata

ini timbul sebagai kritikan dasar atas tindakan perusahaan yang terlalu mementingkan

kepentingan pemegang saham. Stakeholders merupakan pihak-pihak yang terkait

dengan kepentingan perusahaan. Stockholders Sendiri merupakan bagian daripada

37
stakeholders. Para pemegang saham sendiri sebagai pemilik kepentingan diperusahaan

menginginkan perusahaan nya untuk selalu memberikan kinerja maksimal yang

ditunjukkan melalui perolehan profit perusahaan. Dengan profit yang ada, maka para

pemegang saham akan mendapatkan pembagian dividen yang besar pula. Karena

dengan membeli saham sebuah perusahaan, maka para pemegang saham tentu

mengharapkan pembagian dividen sebagai hasil keuntungan perusahaan.

Dalam lingkungan perusahaan juga dikenal salah satu tindakan yang berkaitan

dengan pelaksanaan etika bisnis. Whistle-blowing merupakan sebuah tindakan yang

Dilakukan oleh perorangan untuk memberitahukan informasi tertentu kepada

masyarakat atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh perusahaan terkait. Pada dasarnya

whistle-blower melakukan tindakan yang bertujuan untuk menghentikan atau

meluruskan kembali arah dan tujuan perusahaan tempat nya bekerja. Perorangan ini

berpendapat bahwa tindakan atau kegiatan yang dilakukan perusahaan nya sudah

melampaui batasbatas etika dan tujuan dari perusahaan sudah melenceng dari yang

sebelumnya. Mengabaikan sejumlah peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh

pihak berwenang (regulasi pemerintah) dan juga mengabaikan keselamatan karyawan

atau masyarakat sekitar menjadi dasar munculnya tindakan whistle-blowing.

Dalam lingkungan internal kasus whistle-blowing sering terjadi ketika

perusahaan sudah mulai mengabaikan keselamatan para karyawannya hanya untuk

menekan biaya produksi. Pada umumnya tindakan ini dilakukan oleh perorangan yang

38
merasa bahwa apa yang dilakukan oleh perusahaan sudah tidak sesuai dengan standar

keselamatan pekerja dan juga hal tersebut dibiarkan berlarut-larut oleh perusahaan dan

bahkan terburuknya sampai jatuh korban.

Dalam ruang lingkup eksternal biasanya terkait dengan hasil buangan industri,

baik itu berupa limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar atau berupa polusi

udara yang dihasilkan oleh perusahaan terkait. Whistle-blower melihat situasi dimana

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengolah hasil buangan industri tidak

sesuai dengan yang telah diatur oleh regulasi pihak berwenang. Tindakan ini bahkan

sudah menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi lingkungan, misalnya

pencemaran sumber air, polusi udara yang sampai pada tingkat yang membahayakan

lingkungan dan masyarakat sekitar.

Bisnis yang ber “etika” merupakan bagian yang yang tidak dapat dipisahkan

dari kegiatan bisnis itu sendiri,karena tujuan dari bisnis tidak hanya semata-mata

memaksimalkan keuntungan saja yang akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang

tidak “etis” tetapi juga harus memperhatikan lingkungan bisnis atau disebut sebagai

“the stakeholders'benefit” atau “manfaat bagi stakeholders” (K. Bertens, 200, 164).

Stakeholder dapat dibagi atas pihak yang berkepentingan yaitu internal dan eksternal,

konsumen adalah salah satu tujuan bisnis/perusahaan adalah memberikan manfaat

kepada para stakeholders.

Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern .

Bisnis tidak mungkin berjalan kalu tidak ada konsumen yang menggunakan produk

39
atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis . Dalam hal ini tentu tidak cukup , bila

konsumen tampil satu kali saja pada saat bisnis dimulai . Konsumen harus diperlakukan

dengan baik secara moral , tidak saja merupakan tuntunan etis , melainkan juga syarat

mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis . Sebagaimana halnya dengan

banyak topik etika bisnis lainya . Disini pun berlaku bahwa etika dalam praktek bisnis

sejalan dengan kesuksesan dalam berbisnis . Perhatian untuk etika dalam hubungan

dengan konsumen harus dianggap hakiki demi kepentingan bisnis itu sendiri . Karena

itu bisnis mempunyai kewajiban moral untuk melindungi konsumen dan menghindari

terjadinya kerugian bagi konsumen

❖ Teori Etika & Masalah Etis Seputar Konsumen

1. Utilitarisme

Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut

teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus

menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.

Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme

(utilitarianism) criteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the

greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang

terbesar.

40
2. Deontologi

Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan

Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada

konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas

dari konsekuensi perbuatan. ”Deontologi” ( Deontology ) berasal dari kata dalam

Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan

pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi

pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena

perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak

dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik.

Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan

itu baik. Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,

mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori

Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.

3. Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan

yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau

perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak

berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua

sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada

kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak

41
paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi,

namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas

tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu

sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori

hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap

individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak

pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

4. Perhatian Untuk Konsumen

Kesadaran akan kewajiban bisnis terhadap para konsumen belum begitu lama

timbul dalam dunia bisnis dan di banyak tempat belum berakar dalam dan belum begitu

kuat . Suatu bisnis dimulai dengan mencurahkan segala perhatianya kepada produk

yang dihasilkan bukan kepada konsumen .

Hak – hak konsumen yang dipandang sebagai jalan masuk yang tepat dalam

masalah etis seputar konsumen sangat diperlukan . Hak – hak tersebut adalah sebagai

berikut

5. Hak Atas Keamanan

Konsumen berhak atas produk produk yang aman , artinya produk yang tidak

mempunyai kesalahan tekhnis atau kesalahan lainya yang bisa merugikan kesehatanya

42
atau bahkan mengancam jiwanya . Seperti adanya obat pengawet pada makanan ,

mainan anak , dll.

6. Hak Atas Informasi

Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan mengenai produk

yang dibelinya , baik apa sesungguhnya produk itu maupun bagaimana cara memakai

yang benar dan maupun resiko yang ditimbulkan dari produk tersebut .

7. Hak Untuk Memilih

Konsumen berhak untuk memilih antara berbagai produk dan jasa yang

ditawarkan , kualitas dan harga produk bisa berbeda sehingga konsumen berhak

membandingkanya sebelum mengambil keputusan untuk membeli.

8. Hak Untuk Didengarkan

Konsumen berhak keinginanya tentang produk atau jasa didengarkan dan

dipertimbangkan , terutama keluhanya dan produsen harus menerima baik keluhan

tersebut . Hak ini merupakan hak legal yang dapat dituntut di pengadilan .

9. Hak Lingkungan Hidup

Melalui produk yang digunakanya konsumen memanfaatkan sumber daya alam

. Konsumen berhak bahwa produk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

lingkungan atau merugikan keberlanjutan proses alam.

43
10. Hak Konsumen Atas Pendidikan

Konsumen mempunyai hak untuk secara positif dididik ke arah yang baik

terutama di sekolah adan melalui media massa , masyarakat harus dipersiuapkan

menjadi konsumen yang kritis dan sadar akan haknya

2.4.1 Tanggung Jawab Bisnis Untuk Menyediakan Produk Yang Aman

Kerugian konsumen sebagai akibat dari pemakaian produk tertentu menjadi

tanggung jawab produsen . Akan tetapi produsen hanya bertanggung jawab kalau

kerugian disaebabkan karena kesalahan produksi atau konstruksi. Jika produk

disalahgunakan oleh konsumen , maka produsen tidak bertanggung jawab . Produsen

juga tidak bertanggung jawab bila alat yang berbahaya mengakibatkan kerugian karena

konsumen tidak berhati – hati .

Ada tiga pandangan dasar teoritis bagi pendekatan etis maupun yuridis mengenai

hubungan antara produsen dan konsumen , khususnya dalam hal tanggung jawab atas

produk yang ditawarkan oleh produsen dan dibeli oleh konsumen yaitu :

1. Teori Kontrak

Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya

dilihat sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen

didasarkan atas kontrak itu . Jika konsumen membeli sebuah produk , ia seolah olah

mengadakan kontrak dengan perusahaan yang menjual produk tersebut . Transaksi jual

beli harus dijalankan sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak itu dan hak pembeli

44
maupun kewajiban penjual memperoleh dasarnya dari apa yang tertera, agar kontrak

tersebut menjadi sah , kontrak harus memenuhi beberapa syarat lagi . Kedua belah

pihak harus mengetahui betul baik arti kontrak maupun sifat produk Kedua belah pihak

harus melukiskan dengan benar fakta yang menjadi obyek kontrak .Ketiga tidak boleh

ada paksaan antar kedua belah pihak.

Kewajiban paling penting adalah melaksanakan kontrak sesuai dengan

ketentuanya . Produk yang disampaikan kepada konsumen harus mempunyai kualitas

yang dijanjikan atau disepakati sebelumnyadan dalam memberi kesepakatan konsumen

harus mengambil keputusan dengan kebebasan penuh .

Dari berbagai segi pandangan kontrak tidak memuaskan . Ada 3 kebneratan

terhadap pandangan ini yaitu :

1. Teori Kontrak

mengandaikan bahwa produsen dan konsumen berada pada taraf yang sama

Teori kontrak mengandaikan hubungan langsung antara produsen dan konsumen .

Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik .

2. Teori Perhatian Semestinya

Berbeda dengan pandangan kontrak , pandangan kedua ini tidak menyetarafkan

produsen dan konsumen , melainkan bertolak dari kenyataan bahwa konsumen selalu

dalam posisi lemah , karena produsen mempunyai jauh lebih banyak pengetahuan dan

pengalaman tentang produk yang tidak dimiliki oleh konsumen, produsen bertanggung

45
jawab atas kerugiian yang dialami konsumen dengan memakai produk , walaupun

tanggung jawab itu tidak tertera dalam kontrak jual beli atau bahkan disangkal secara

eksplisit.

Pandangan ’perhatian semestinya’ ini tidak memfokuskan kontrak atau

persetujuan antara konsumen dan produsen , melainkan terutama kualitas produk serta

tanggung jawab produsen . Karena itu tekananya bukan pada segi hukum saja akan

tetapi pada etika dalam arti luas . Sehingga teori ini mempunyai basis etika yang teguh.

Setelah mempelajari seluk beluknya maka pandangan ”perhatian semestinya”

ini lebih memuaskan daripada pandangan kontrak . Namun demikian hal itu tidak

berarti bahwa pandangan ini pun tidak mempunyai kelemahan . Dua kesulitan yang

bisa muncul di teori ini adalah : tidak gampang menentukan apa arti ”semestinya”

pengetahuan produsen juga terbatas .

3. Teori Biaya Sosial

Teori biaya sosial menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua

kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakai

produk tersebut . Hal itu juga berlaku jika produsen sudah mengambil semua tindakan

yang semestinya dalam merancang serta memproduksi produk bersangkutan atau jika

produsen sudah mengingatkan kepada konsumen tentang resiko yang ditimbulkan dari

produk tersebut . Teori ini terlalu berat sebelah dengan membebankan segala tanggung

jawab pada produsen .

46
2.4.2 Tanggung Jawab Lainya Terhadap Konsumen

Tiga kewajiban moral lain yang masing masing berkaitan dengan kualitas

produk harganya , dan pemberian label serta pengemasan :

1. Kualitas Produk

Produk harus sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh Produsen ( melalui iklan

atau informasi lainya) dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen .

Konsumen berhak atas produk yang berkualitas , karena ia membayar untuk itu . Dan

bisnis berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas , misalnya seperti

produk yang tidak kadaluwarsa. Salah satu cara yang biasanya ditempuh oleh produsen

adalah dengan cara memberikan jaminan kulaitas produk berupa garansi dari produk

tersebut . Akhirnya bahwa kualitas produk tidah hanya merupakan suatu tuntutan etis

melainkan juga suatu sayarat untuk mencapai sukses dalam bisnis .

2. Harga

Harga yang adil merupakan sebuah topik etika yang sudah tua . Dalam zaman

yunani kuno , masalah etis sudah dibicarakan dengan cukup mendalam . Karena itu

masalah harga pun menjadi kenyataan ekonomis sangat kompleks yang ditentukan oleh

banyak faktor namun masalah ini tetap mempunyai implikasi etis yang penting .

Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor faktor seperti biaya produksi ,

biaya investasi , promosi , pajak dan laba yang wajar . Dalam sistem ekonomi pasar

bebas , sepintas harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya pasar .

47
Harga yang adil dihasilkan oleh tawar menawar sebagaimana dilakukan di pasar

tradisional , dimana si pembeli sampai pada maksimum harga yang mau ia bayar dan

sampai pada minimum harag ayang mau penjual pasang .

Dalam situasi harga yang adil terutama merupakan hasil dari penerapan dua prinsip

tersebut : pengareuh pasar dan stabilitas harga . Harga menjadi tidak adil setidaknya

karena 4 faktor ;

➢ Penipuan
Terjadi bila beberapa produsen berkoalisi untuk menentukan harga

➢ Ketidaktahuan

Ketidak tahuan pada pihak konsumen juga mengakibatkan harga menjadi tidak

adil

➢ Penyalahgunaan Kuasa
Terjadi dengan banyak cara . Salah satunya adalah pengusaha besar yang

merasa dirinya kuat memasang harga murah hingga sainganya tergeser dari pasaran

Manipulasi emosi Merupakan faktor lain yang bisa mengakibatkan harga menjadi tidak

adil . Memanipulasikan keadaan emosional seorang untuk memperoleh untung besar

melalui harga tinggidan tak lain mempermainkan konsumen itu sendiri .

3. Pengemasan Dan Pemberian Label


Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek

bisnis yang semakin penting . Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan

mempergunakan produk dengan mudah.

48
Pada produk yang berbahaya harus disebut informasi yang dapat melindungi si pembeli

dan orang lain . Tuntutan etis lainya adalah bahwa pengemasan tidak boleh

menyesatkan konsumen

Contoh kasus

➢ Kasus Ledakan Tabung Gas Elpiji

Ledakan elpiji pada penggunaan tabung gas berukuran tiga kilogram masih

kerap kali terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kasus itu muncul sejak penggunaan

sarana penunjang kompor gas itu diperkenalkan tahun 2008. Apakah yang salah dengan

sistem tabung tersebut? Introduksi penggunaan gas petroleum cair (LPG atau elpiji)

dua tahun lalu ditargetkan dapat mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM)

terutama minyak tanah dalam jumlah yang signifikan, yaitu sekitar Rp 30 triliun per

tahun. Semula subsidi Rp 54 triliun per tahun. Untuk program konversi energi itu,

menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, pemerintah telah membagikan lebih

kurang dari 44 juta tabung gas ukuran 3 kilogram. "Survei di lapangan menemukan

banyak selang dan sistem regulator yang cacat. Adapun dari sisi tabung gas tidak

ditemukan masalah," ungkap Tulus Abadi, Pengurus Harian YLKI. Regulator adalah

penghubung selang dan tabung gas yang berfungsi mengatur keluarnya gas ke kompor.

Oleh karena itu, menurut Tulus, pemerintah harus mengevaluasi dan memeriksa

kondisi system kompor dan tabung gas itu. Bila ada bagian cacat yang ditemui, maka

produk tersebut harus segera ditarik dan diganti dengan yang sesuai standar.

49
➢ Tidak Sesuai SNI

Munculnya kasus ledakan tabung elpiji akibat kebocoran di selang dan

regulator tabung gas mendorong Badan Standardisasi Nasional melakukan survei dan

kajian penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk tersebut. Kepala

BSN Bambang Setiadi menjelaskan, kajian pada tahun 2008 itu meliputi penelitian

kelayakan tabung gas, selang, regulator, katup, dan kompor gas. Hasilnya, sebagian

besar (66 persen) katup tabung gas baja tidak sesuai SNI. Data mendetail dipaparkan

oleh B Dulbert Tampubolon, peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan BSN.

Pengujian selang karet dilakukan untuk mengetahui parameter uji tegangan putus dan

uji perpanjangan putus. ”Tidak ada sampel yang memenuhi syarat SNI,” ujarnya.

Menurut Dulbert, risiko kebocoran pada selang terjadi karena faktor cuaca dan

kelembaban. Karet di wilayah tropis lebih cepat rusak dibanding di iklim subtropis.

Kelenturan karet berkurang dalam suhu panas. Padahal, banyak karet yang ada di

pasaran berasal dari Negara subtropis, seperti China dan Korea. Banyak yang tak

berstandar dan di bawah SNI. Kajian pada katup tabung gas adalah pengujian syarat

konstruksi dan dimensi selain uji visual. Pada kompor gas, 50 persen di antaranya tidak

memenuhi syarat SNI untuk ketahanan material pemantik (burner). Untuk regulator

dan tabung gas, hanya 20 persen dan 7 persen yang tidak penuhi standar. SNI untuk

lima komponen pada tabung dan kompor gas itu, ujar Dulbert, ditetapkan dengan

mengacu pada standar Jerman dan Amerika Serikat. Pihak BSN meminta produsen

bersangkutan melakukan evaluasi pada tingkat mutu bahan baku dan proses produksi

50
terkait parameter uji yang tidak memenuhi persyaratan mutu SNI. Saat ini BSN tengah

mengkaji kembali di lapangan, antara lain di Yogyakarta, Semarang, dan Samarinda.

”Akhir Agustus mendatang kajian ini selesai,” kata Dulbert.

Faktor lain penyebab ledakan, menurut Tulus, adalah perilaku konsumen yang

keliru. ”Ketika mencium bau gas, banyak konsumen malah menyalakan kompor untuk

mengetes,” ujarnya. Padahal, saat tercium bau khas gas, langkah pertama adalah

memadamkan semua yang berapi, seperti kompor, korek api, lampu penerangan, lampu

senter, bahkan tombol listrik yang dalam posisi ”on”. Tahap kedua, melepas regulator

dari lubang tabung agar klep atau katup di ujung tabung itu tertutup otomatis.

Berikutnya, membuka akses ke udara luar, seperti pintu, jendela, dan terutama ventilasi

di bawah. Tiga hal itu perlu dilakukan karena sifat elpiji mudah meledak ketika terkena

percikan api. Hal itu karena berat jenisnya lebih berat daripada udara. Dengan

demikian, elpiji yang keluar dari regulator atau selang yang bocor akan mengendap ke

lantai. Untuk menekan bertambahnya kasus elpiji meledak, pengetahuan mengenai cara

penggunaan tabung dan kompor gas yang aman perlu lebih disosialisasikan. Selain itu,

Tulus juga mengharapkan agar program konversi ini dilakukan secara terintegrasi oleh

instansi terkait, bukan hanya oleh Pertamina.

Kasus ledakan gas yang marak beberapa waktu lalu merupakan salah satu

bentuk kasus masalah etis seputar konsumen. Pemerintah, walau sudah berusaha untuk

mengurangi kejadian ini, tapi masih belum bisa meredam kejadian yang ada. Bukannya

masyarakat semakin terpacu untuk mengkonversi energy tapi malah menjadi takut

51
untuk melakukan konversi ini. Para pemasok gas tidak memperhatikan hal yang terjadi

ini padahal ini sangat berdampak besar pada bisnis mereka juga. Para pelaku bisnis

dalam kaitan kasus ini masih mencurahkan perhatiannya terhadap produk dan

mendapatkan laba, dan bukan kepada konsumennya. Padahal konsumen adalah pemicu

faktor terjualnya produk, tidak ada konsumen maka tidak akan ada penjualan yang

terjadi dan perusahaan tidak akan mendapat laba jika tidak ada konsumen yang

membeli produk mereka. Maka hendaknya perusahaan makin memperhatikan

konsumennya dan tentunya memberikan hak yang sesuai kepada konsumennya. Seperti

yang diucapkan oleh Presiden John F.Kennedy pada tahun 1962 kepada Kongres

Amerika yang disebut “Special Message on Protecting the Consumer Interest”, dimana

menetapkan 4 hak yang dimiliki setiap konsumen: the right to safety, the right to be

informed, the right to choose, the right to be heard. Namun hak harus dimengerti secara

luas sehingga ada 2 hak lagi yang dikemukan olehnya yaitu hak lingkungan hidup dan

hak atas pendidikan.

❖ The right to safety (Hak atas keamanan)

Dalam kasus ini, pemerintah dan pelaku bisnis telah gagal memberikan hak atas

keamanan kepada para konsumennya. Tabung gas yang berbahaya hingga

menimbulkan ledakan dan dapat menyebabkan kematian. Mereka masih luput untuk

memperkecil risiko atas keselamatan dari konsumen. Padahal konsumen berhak

mendapatkan keamanan saat membeli produk dimana produk tersebut adalah produk

yang tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainnya yang bisa merugikan

52
kesehatannya atau bahkan membahayakan hidupnya. Maka itu dalam kasus ini, pelaku

bisnis masih termasuk gagal dalam memberikan hak ini kepada konsumen dan hanya

mementingkan laba semata.

❖ The right to be informed (Hak atas informasi)

Pemerintah sudah memenuhi hal ini tapi sayangnya kurang maksimal.

Informasi yangdiberikan kepada masyarakat mencakup segala informasi yang relevan

mengenai produk yang dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu, maupun

bagaimana cara memakainya, maupun resiko yang menyertai pemakaiannya. Oleh

karena itu, konsumen harus mendapat semua informasi yang benar. Sayangnya,

sosialisasi pemerintah ke masyarakat masih belum dilakukan dengan baik karena

banyaknya masyarakat yang tidak tahu cara penanganan terhadap gas elpiji yang benar

terutama saat menemukan kebocoran pada tabung gas.

❖ The right to choose (Hak untuk memilih)

Dalam kasus ini, sebagai konsumen, mereka berhak memilih produk yang

mereka beli sehingga konsumen semestinya boleh memilih dan meminta untuk

mengecek tabung gas yang mereka beli, apakah mengalami kebocoran atau tidak.

❖ The right to be heard (Hak untuk didengarkan)

Tentunya akibat maraknya kasus tabung gas meledak, maka keluhan dari

masyarakat tentunya harus ditanggapi dengan cepat oleh pemerintah. Pemerintah harus

benar-benar mendengarkan apa yang diinginkan oleh si konsumen sehingga

53
pemerintah dapat menentukan tindakan yang tepat dan cepat terhadap penanganan

kasus ini.

❖ Hak lingkungan hidup

Konsumen tentunya berhak untuk mendapatkan produk yang ramah terhadap

lingkungan. Dalam konteks kasus, tabung gas yang meledak dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan selain menghancurkan lingkungan sekitarnya. Semestinya

pemerintah dan pelaku bisnis juga mempertimbangkan efek samping ini, karena kalau

tidak ditangani secara cepat akan berbahaya bagi masyarakat luas.

❖ Hak konsumen atas pendidikan

Konsumen memiliki hak, tapi ia juga harus menyadari akan hak tersebut.

Bahkan menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus mengemukakan

kritik dan keluhannya, bila haknya dilanggar. Karena itu, konsumen punya hak untuk

dididik secara positif ke arah itu. Dengan demikian, konsumen akan menjadi individu

yang sadar dan kritis akan haknya. Dalam konteks ini, konsumen termasuk sudah

menyadari hak mereka untuk menyatakan keluhan dan tuntutan terhadap pelaku bisnis

akan hak yang semestinya mereka dapatkan. Konsumen Indonesia termasuk kritis

dalam menuntut haknya walau tidak sepenuhnya dalam bentuk yang positif bahkan ada

juga respon dalam bentuk yang negatif. Dalam kaitannya dengan masalah tanggung

jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman, baik produsen dan konsumen

memiliki tanggung jawab mereka masing-masing dalam hal penyediaan dan pemakaian

54
produk. Oleh Karena itu, dalam konteks kasus tabung gas meledak ini, teori yang sesuai

adalah teori perhatian semestinya..

Memposisikan konsumen pada posisi yang lemah dan ini sesuai dengan kasus

dimana konsumen memiliki pengetahuan yang lebih terbatas terhadap produk

dibandingkan dengan produsen atau pelaku bisnis. Oleh karena itu, kepentingan

konsumen harus selalu dinomorsatukan karena produsen atau pelaku bisnis berada

dalam posisi yang lebih kuat sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk

menjaga konsumen supaya tidak mengalami kerugaian dari produk yang dibelinya

walau tanggung jawab ini tidak tertera secara eksplisit. Pada kasus ini, konsumen yang

membeli tabung gas dalam kemasan tabung 3 kg kebanyakan adalah masyarakat kecil

yang notabene adalah masyarakat yang kebanyakan masih berpendidikan rendah.

Mereka tentunya ada dalam posisi yang lemah karena ketidaktahuan mereka lebih

tinggi dibanding masyarakat yang berpendidikan tinggi dan tentunya dibandingkan

dengan para produsen yang tahu dengan baik mengenai produk tabung gas mereka.

Oleh karena itu, produsen / pelaku bisnis harusnya memperhatikan dengan baik

kualitas daripada tabung tersebut karena merupakan tanggung jawab mereka karena

mereka punya pengetahuan yang lebih.

Teori ini dapat dikaitkan pula dengan norma-norma karena memiliki pandangan

etika secara meluas. Antara lain norma-norma yang berhubungan adalah :

55
1. Norma “Tidak Merugikan” Bisa Didasarkan Atas Teori Deontologi

Konsumen harus diperlakukan sebagai tujuan bukan sarana. Dalam konteks ini,

konsumen jangan diperlakukan sebagai sarana untuk mendapatkan laba sebesar-

besarnya, melainkan produsen/pelaku bisnis/pemerintah memperlakukan konsumen

dan juga masyarakat sebagai sesuatu yang penting dan harus diperhatikan karena

mereka punya hak untuk dibantu jika mereka tidak bisa membantu dirinya sendiri

karena posisi mereka yang lebih lemah. Dalam hal ini, produsen/pelaku

bisnis/pemerintah masih kurang maksimal dalam menjalankan norma ini.

2. Norma “Tidak Merugikan” Didasarkan Pula Atas Teori Utilitarianisme

Dimana apabila produsen/pelaku bisnis menjalankan kegiatan usahanya dengan

benar termasuk pemberian hak kepada konsumen secara benar maka setiap masyarakat

yang merupakan konsumen akan beruntung dan tentunya senang (the greatest

happiness of greatest numbers.)

3. Norma Ini Bisa Juga Dihubungkan Dengan Teori Keadilan

Pandangan John Rawls, bahwa sebagai produsen/pelaku bisnis, kalau ada di

posisi asali mereka dimana mereka dibalik selubung ketidaktahuan maka mereka akan

memilih norma ini demi kepentingan diri sendiri = menempatkan pandangan mereka

jika mereka merupakan konsumen sehingga mereka dapat secara adil menangani kasus

tabung gas meledak itu. Tanggung jawab bisnis lainnya yang harus diperhatikan

produsen terhadap konsumen adalah bahwa produsen harus bertanggung jawab

56
terhadap harga dan kualitas produknya. Tabung gas di masyarakat tidak bisa dibilang

murah ataupun mahal tapi bukan dengan begitu kualitasnya juga setengah-setengah.

Malah mereka harus memperhatikan dengan baik kualitas dari produknya yang

nantinya akan disampaikan ke masyarakat. Dalam konteks kasus, pemerintah

menyatakan bahwa mereka menyesuaikan dengan standar Jerman dan Amerika Serikat

tapi lucunya, yang terlihat secara nyata adalah kualitas standar dari produk tersebut

adalah jauh dibawah kedua negara tersebut. Tabung gas yang meledak merupakan

bukti nyata bahwa pemerintah gagal dalam memperhatikan kualitas produk yaitu

tabung gas yang justru sedang mereka sosialisasikan sebagai program konversi energi.

Bahkan ketika sampai di pelaku bisnis atau agen gas, perlakuan si agen gas terhadap

produk tidak perhatikan secara baik sehingga malah mengurangi kualitas dari produk

tabung gas itu sendiri seperti misalnya, tabung gas yang sampai didepot agen gas

dipindahkan secara kasar dengan digulingkan saat dipindahkan dan penempatannya

tidak tepat yang justru membahayakan bagi si produsen maupun konsumen itu sendiri.

Padahal kualitaslah yang menentukan kesuksesan dari program pemerintah dan si

pelaku bisnis itu sendiri. Oleh karena itu, baik harga dan kualitas yang didapat

masyarakat akan tabung gas tersebut tidaklah imbang/adil dan bahkan bermasalah

sehingga pemerintah perlu lebih giat lagi untuk memacu perlakuan standar yang nyata

secara benar.

57
2.5 Periklanan dan Etika

2.5.1. Pengertian Periklanan dan Etika

Periklanan merupukan hal yang tak dapat dipisahkan dalam dunia bisnis.

Sebagaimana yang dikemukakan Munandar dan Priatna (2005: 7) bahwa periklanan

merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam

mempromosikan produknya. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2005: 226)

mengemukakan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari

pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah

pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Dengan demikian, berdasarkan

pengertian tersebut periklanan merupakan sebuah alat bagi perusahaan untuk

meningkatkan penerimaan/ penjualan. Tanpa adanya periklanan yang baik maka

perusahaan akan kesulitan untuk mempromosikan produknya secara efektif dan efisien

dalam rangka memperoleh keuntungan dan mencari pelanggan.

Sedangkan etika merupakan suatu nilai baik atau buruk, pantas atau tidaknya

suatu hal yang berkenaan dengan aktivitas manusia. Sebagaimana yang dikemukakan

K. Berteins (1994) bahwa etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau

tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai sebagai akibatnya.

58
2.5.2 Fungsi Periklanan

Informing, adanya iklan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek

baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta menfasilitasi

penciptaan citra merek yang positif. Persuading, iklan yang efektif akan mampu

mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang

diiklankan. Reminding, iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam

ingatan Para Konsumen. Adding value, periklanan memberi nilai tambah pada merek

dengan mempengaruhi persepsi konsumen

2.5.3 Periklanan dan Kebenaran

Periklanan menjadi ajang suatu bentuk promosi atas suatu barang maupun jasa

yang akan ditawarkan kepada masyarakat, periklanan dinilai paling ampuh untuk

menarik minat konsumen untuk membeli sesuatu yang telah ditawarkan. Selain itu,

periklanan juga menunjukkan kepada konsumen seberapa bagus suatu perusahaan,

semakin spektakuler dan lama iklan tersebut akan semakin bagus produk tersebut dan

begitu juga sebaliknya. Seringkali periklanan juga menunjukkan persaingan antar

perusahaan dengan menunjukkan produk yang sejenis.

Periklanan tidak seratus persen yang diinformasikan adalah benar, seringkali

dalam periklanan terdapat informasi yang melebih-lebihkan, tidak masuk akal, dan

bahkan kebenarannya diragukan oleh konsumen maupun masyarakat. Iklan terkesan

berbohong, menyesatkan dan bahkan menipu publik, dan hal tersebut tidak etis

59
dilakukan. Kebenaran merupakan hal terpenting dalam periklanan, apabila tidak ada

kebenaran akan merugikan para konsumen dan akhirnya nama suatu produk tersebut

akan turun dan dikecam oleh masyarakat secara tidak baik.

2.5.4 Pengontrolan terhadap iklan

A. Kontrol oleh pemerintah

Seperti yang dilakukan oleh Menteri Kesetaraan Inggris pada produk

kecantikan yang beredar di negaranya dimana antara model yang digunakan pada iklan

tersebut kurang sesuai dengan wajah aslinya. Dan di Indonesia sendiri beberapa

Undang-Undang telah ditetapkan untuk melindungi konsumen terhadap beberapa

produk yang menyalahi aturan, diantaranya telah terdapat iklan tentang makanan dan

obat yang diawasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dari

Departemen Kesehatan.

B. Kontrol oleh para pengiklan

Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang periklanan

adalah pengaturan diri (self-regulation) oleh dunia periklanan yang biasanya hal

tersebut dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman

yang disetujui oleh profesi periklanan itu sendiri, khususnya oleh asosiasi biro-biro

periklanan.

Di Indonesia sendiri terdapat Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia

yang disempurnakan (1996) yang dikeluarkan oleh AMLI (Asosiasi Perusahaan Media

60
Luar Ruang Indonesia), ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan

Indonesia), ASPINDO (Asosiasi Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia), GPBSI

(Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia), PPPI (Persatuan Perusahaan

Periklanan Indonesia), PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia),

SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar) dan Yayasan TVRI (Yayasan Televisi Republik

Indonesia).

Sedang di Amerika terdapat National Advertising Review Board (NARB) yang

disponsori oleh American Association of Advertising Agencies, American Advertising

Federation, Association of National Advertisers, dan Council of Better Bussines

Bureaus. Tujuannya adalah pengaturan diri oleh para pengiklan. NARB ini menyelidiki

semua keluhan tentang periklanan dan memberitahukan hasilnya kepada instansi yang

mengajukan keluhannya, dan kegiatan ini diumumkan juga setiap bulan melalui

sebuah press release.

C. Kontrol oleh masyarakat

Masyarakat luas tentu harus ikut serta dalam mengawasi mutu etis periklanan.

Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa banyak hasil dalam

menetralisasiefek-efek negatif dari periklanan adalah mendukung dan menggalakkan

lembaga-lembaga konsumen, diantaranya yang terdapat di Indonesia (Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia di Jakarta dan kemudian Lembaga Pembinaan dan

Perlindungan Konsumen di Semarang).

61
Selain menjaga agar periklanan tidak menyalahi batas-batas etika melalui

pengontrolan terhadap iklan-iklan dalam media massa, ada juga cara lebih positif untuk

meningkatkan mutu etis dari iklan dengan memberikan penghargaan kepada iklan yang

dinilai paling baik. Penghargaan untuk iklan tersebut bisa diberikan oleh instansi

pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, sebuah majalah, atau lain-lain. Di

Indonesia sendiri kita mempunyai Citra Adhi Pariwara yang setiap tahun dikeluarkan

oleh “Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia”. Dan apresiasi tersebut dapat

memberikan pengaruh positif terhadap perusahaan lain untuk dapat berkreasi secara

lebih baik.

2.5.5 Penilaian Etis terhadap Iklan

Suatu penilaian yang diberikan terhadap adanya iklan tidak lepas dari

pemikiran moral. Dalam hal ini prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk menilai

moralitas sebuah iklan karena didalam penerapannya banyak faktor lain yang ikut

berperan diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Maksud si pengiklan

Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan tersebut

menjadi tidak baik juga. Jika si pengiklan mengetahui bahwa produk yang diiklankan

merugikan konsumen atau dengan sengaja menjelekkan produk pesaing, maka iklan ini

menjadi tidak etis. Sebagai contoh iklan tentang roti Profile di Amerika Serikat, yang

menyatakan bahwa roti ini bermanfaat untuk melangsingkan tubuh, karena kalorinya

62
kurang dibandingkan dengan roti merk lain. Tapi ternyata, roti Profile ini hanya diiris

lebih tipis. Jika diukur per ons, roti ini sama banyak kalorinya dengan roti merk lain.

B. Isi iklan

Isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan, dan

tidak bermoral. Dalam persaingan yang dilakukan antar operator seluler Kartu As

(Simpati) dan XL, sebagian besar penonton akan menganggap hal tersebut sebagai

sebuah lelucon karena model utamanya merupakan seorang pelawak, sehingga isi dari

iklan tersebut akan mudah ditangkap. Begitu pula dengan manipulasi yang dilakukan

oleh beberapa produk kecantikan, terlihat bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi

pemikiran penonton karena model yang ditampilkan terlihat ‘sempurna’ dengan produk

dan perlengkapan make up yang digunakan dari produk yang diiklankan.

C. Keadaan publik yang tertuju

Secara umum bisa dikatakan bahwa periklanan mempunyai potensi besar untuk

mengipas-ngipas kecemburuan sosial dalam masyarakat dengan memamerkan sikap

konsumerisme dan hedonisme dari suatu elite kecil. Hal ini merupakan aspek etis yang

sangat penting, terutama dalam masyarakat yang ditandai kesenjangan sosial yang

besar seperti Indonesia. Keuntungan perusahaan menjadi tujuan utama bagi para

pengiklan untuk melalukan promosi, namun di sisi lain televisi sebagai media utama

yang banyak digunakan para pengiklan adalah media yang tidak gampang dikendalikan

dari luar, ditambah dengan adanya televisi dan parabola. Mungkin tidak realistis juga

63
untuk mengharapkan bisa melarang periklanan di TV secara total. Tetapi bahaya

ditingkatkannya kecemburuan sosial tidak pernah boleh dilupakan. Hal ini ternyata

seringkali masih kurang disadari oleh televisi swasta.

D. Kebiasaan di bidang periklanan

Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi

tersebut orang telah terbiasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Sudah ada aturan

main yang disepakati secara implisit atau eksplisit dan yang seringkali tidak dapat

dipisahkan dari etis yang menandai masyarakat tersebut. Misalnya saja yang terjadi di

Indonesia sekarang suatu iklan dinilai biasa saja sedang tiga puluh tahun lalu pasti

masih mengakibatkan banyak orang mengernyitkan alisnya. Dalam refleksi etika

tentang periklanan rupanya tidak mungkin dihindarkan suatu nada relativistis.

2.6 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mencapai laba atau

keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk itu dalam rangka untuk mendatangkan laba,

perusahaan selalu berusaha mencari peluang dan kesempatan untuk melakukan sesuatu

yang dapat memberikan nilai tambah. Jika hal itu tidak dapat dikendalikan,

kemungkinan dapat muncul dampakdampak negatif yang dapat merugikan lingkungan

dan masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi, karena pada umumnya perusahaan masih

menjalankan prinsip kapitalis, dalam menjalankan aktivitasnya, yaitu mencapai laba

yang maksimal dengan biaya yang minimal dengan menghalalkan segala cara.

64
Dampak-dampak negatif yang merugikan lingkungan yang sukar dikendalikan, seperti:

polusi udara, polusi suara, polusi tanah, polusi air, keracunan, eksploitasi besar-besaran

terhadap sumber daya alam, diskriminasi, kesewenang-wenangan, produk makanan

haram sampai penipuan-penipuan terhadap konsumen dan lain sebagainya. Begitu

besarnya dampak negatif dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat pun

menginginkan agar dampak negatif ini dikendalikan, sehingga dampak negatif yang

ditimbulkan tidak semakin besar. Dampak negatif tersebut dapat menimbulkan social

cost atau biaya-biaya sosial.

Bila ditelaah, keberadaan perusahaan sebenarnya selain menimbulkan social

cost, juga dapat menimbulkan social benefit. Social benefit merupakan kontribusi

positif atau manfaat keberadaan perusahaan kepada masyarakat. Wujud social benefit

perusahaan dapat diwujudkan dalam beberapa kegiatan fisik maupun non fisik. Social

benefit muncul sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan (coorporate social

responsibility/ CSR) pada lingkungan atau dikenal stakeholder.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan upaya perusahaan untuk

meningkatkan kualitas hidup dari stakeholder. Stakeholder meliputi pemilik,

karyawan, pemasok/ distributor, konsumen, pemerintah, media dan masyarakat luas.

Selain itu, perusahaan juga turut bertanggung jawab pada masyarakat luas yang

mungkin tidak atau belum berkontribusi secara ekonomis pada perusahaan.

Tanggungjawab itu meliputi aspek-aspek kemanusiaan sosial masyarakat yang

65
meliputi aspek hidup hajat orang banyak, yang menyangkut: kesehatan, kebersihan,

etika, estetika dan moral masyarakat.

Secara tegas pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan yang

melindungi kepentingan sosial, khususnya bagi pendirian atau pembangunan

perusahaan baru. Salah satu peraturan tersebut, seperti tercantum pada UU No. 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 22 ayat

(1) Setiap usaha dan / atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan

hidup wajib memiliki amdal. Berdasarkan peraturan tersebut dapatlah dikatakan bahwa

setiap perusahaan wajib memiliki tanggungjawab penuh terhadap lingkungan

sosialnya. Bermacam-macam cara perusahaan mewujudkan tanggungjawab sosial pada

lingkungan, antara lain: berinvestasi pada sektor ramah lingkungan, pengolahan limbah

maupun meningkatkan pengeluaran-pengeluaran sosial (sosial cost) yang tujuannya

untuk menjaga keseimbangan eksistensi antara perusahaan dengan lingkungan

soaialnya.

2.6.1 Tanggung Jawab Social Perusahaan

1. Pengertian Corporate Sosial Responsibility (CSR)

Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang

perekonomian secara terus-menerus, bersifat tetap, dan terang-terangan dengan tujuan

memperoleh keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan pembukuan.

66
Tanggungjawab sosial merupakan suatu pemikiran bahwa bisnis memiliki

tanggungjawab tertentu kepada masyarakat selain mencari keuntungan.

Makna Corporate Social Responsibility (CSR) yang lebih luas adalah menuju Social

Responcibility dan Social Leadership. Tanggungjawab sosial dapat diartikan sebagai

kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan

melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Namun ada

juga yang berpendapat bahwa Social Responcibility atau tanggungjawab sosial

merupakan kontribusi menyeluruh dari dunia usaha terhadap pembnagunan

berkelanjutan, dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan

dari kegiatanya.

Terdapat beberapa pendapat dalam memberi makna konsep CSR. Menurut

pandangan Milton Friedman bahwa tanggungjawab sosial perusahaan adalah

menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan owner, biasanya

dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan senantiasa mengindahkan

aturan dasar yang digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum

dan perundang-undangan. Dengan demikian, tujuan utama dari suatu perusahaan

korporasi adalah memaksimalkan laba atau nilai pemegang saham (shareholders

value). Sedangkan menurut pandangan Roundtable bahwa keberadaan perusahaan

sangat bergantung kepada dukungan masyarakat luas. Perusahaan juga memperoleh

berbagai keistimewaan perlakuan (privileges) seperti kewajiban terbatas (limited

liabilities), umur kegiatan usaha yang tidak terbatas (indefinitelife), dan perlakuan

67
pajak khusus. Oleh sebab itu, perusahaan memiliki tanggungjawab terhadap

masyarakat secara luas sebagai salah satu bagian dari konstituen, karena masyarakat

dan para konstituen telah memungkinkan perusahaan memperoleh berbagai perlakuan

istimewa tersebut.

Program CSR dikelompokkan menjadi cause promotion, cause related

marketing, corporate societal marketing, corporate philanthropy, community

volunteering dan socially responsible business practice.

a. Cause Promotions Pada program ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber

daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi

dari masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.

b. Cause Related Marketing Pada program ini, perusahaan memiliki komitment untuk

menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilan untuk suatu kegiatan sosial

berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada

penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma

tertentu. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam program ini antara lain: untuk

menarik pelanggan baru, menjangkau relung pasar, meningkatkan penjualan produk

perusahaannya dan membangun identitas merek yang positif.

c. Corporate Social Marketing Pada program ini perusahaan mengembangkan dan

melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan

68
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan

hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada program ini lebih banyak

berfokus untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan beberapa isu

yakni isu-isu kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan/ kerugian, lingkungan serta

keterlibatan masyarakat.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam program ini antara lain: untuk

menunjang positioning merek perusahaan, menciptakan preferensi merek, mendorong

peningkatan penjualan, menarik mitra yang dapat diandalkan serta memiliki

kepedulian sangat besar untuk mengubah perilaku masyarakat, serta memberikan

dampak yang nyata terhadap perubahan sosial.

d. Corporate Philanthropy Pada program ini perusahaan memberikan sumbangan

langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan

tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, paket bantuan, atau

pelayanan secara cuma-cuma. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam program

ini antara lain: untuk meningkatkan reputasi perusahaan, memperkuat masa depan

perusahaan melalui penciptaan citra yang baik di mata publik, perolehan pemasok yang

memiliki produk yang berkualitas tinggi serta memperoleh citra yang baik dari para

pembuat peraturan yang akan berpengaruh terhjadap operasional perusahaan di masa

mendatang. Selain itu untuk memberi dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam

komunitas lokal.

69
e. Community Volunteering Pada program ini, perusahaan mendukung serta

mendorong para karyawan, para pemegang franchise atau rekan pedagang eceran untuk

menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi

masyarakat lokal maupun masyarakata menjadi sasaran program. Keuntungan yang

diperoleh perusahaan dalam program ini antara lain: untuk membangun hubungan yang

tulus antara perusahaan dengan komunitas, memberikan kontribusi program

pencapaian tujuan perusahaan dan meningkatkan kepuasan serta motivasi karyawan.

f. Socially Responsible Business Practise (Community Development) Pada program

ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang

diwajibkan hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial

dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan

hidup. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam program ini antara lain:

penghematan uang perusahaan, memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan

lingkungan hiodup serta meningkatkan kesadaran energi di antara para karyawan

perusahaan, meningkatkan kesan baik komunitas terhadap perusahaan, menciptakan

preferensi konsumen terhadap merek produk perusahaan, dan meningkatkan

kebanggan karyawan.

2. Manfaat CSR

Manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial perusahaan,

baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan

70
lainnya. Wibisono (2007, hal 99) memaparkan manfaat yang akan diterima dari

pelaksanaan CSR, diantaranya:

a. Bagi Perusahaan. Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan

mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan

berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas.

Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga,

perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang

berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada

hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan

manajemen risiko (risk management).

b. Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya

perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas

sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan

akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal,

praktek CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.

c. Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber

daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru

perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,

d. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate

misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat

71
hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan

dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.

3. Peraturan Hukum Terkait CSR

Menurut Rahmatullah (2011, hal.14) terdapat 4 (empat) landasan hukum yang

mewajibkan perusahaan tertentu untuk menjalankan program tanggungjawab sosial

perusahaan atau CSR dan satu acuan (Guidance) ISO 26000 sebagai referensi dalam

menjalankan CSR, antara lain:

a. Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)

b. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Selain BUMN

c. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

d. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001

e. Guidance ISO 26000

4. Tahapan Pelaksanaan CSR

Mengacu pada tahapan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan dalam

pengembangan masyarakat, menurut Hurairah (2008), terdapat 6 (enam) tahapan,

yaitu: assessment, plan of treatment, treatment action, monitoring and evaluation,

termination dan after care. Dari keenam tahapan tersebut, penelitian ini hanya

mendeskripiskan tiga tahapan awal, dikarenakan CCSR baru berdiri satu tahun, baru

72
sampai pada tahapan treatment action atau implementasi program. Ketiga tahapan

tersebut sebagai berikut:

a. Asssessment. Proses mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan atau felt

needs) ataupun kebutuhan yang diekspresikan (ekspressed needs) dan juga sumber

daya yang dimiliki komunitas sasaran. Dalam proses ini masyarakat dilibatkan agar

mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar

keluar dari pandangan mereka sendiri.

b. Plant of Treatment. Merupakan rencana tindakan yang dirumuskan seharusnya,

berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan

penangananpenanganan masalah yang dirasakan masyarakat. Wacana mengenai

program program berbasis masyarakat mendorong berkembangnya metodologi

perencanaan dari bawah.

c. Treatment action. Tahap pelaksanaan merupakan tahap paling krusial dalam

pelaksanaan CSR. Sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat menyimpang

dalam pelaksanaannya dilapangan jika tidak terdapat kerjasama antara masyarakat,

fasilitator dan antar warga.

5. standarisasi pelaksanaan CSR di Indonesia

ISO merupakan suatu lembaga internasional yang mengagas standar atau

pedoman pelaksanaan standar tanggungjawab sosial perusahaan. Pada tahun 2001

Dewan managemen ISO menetapkan bahwa yang diperlukan adalah Standar

73
Tanggungjawab Sosial atau Social Responcibility Standard (ISO, 2005). Pada

hakekatnya CSR merupakan salah satu bagian dari tanggungjawab sosial. Sebenarnya

bukan hanya perusahaan yang perlu terpanggil melakukan tanggungjawab sosial tetapi

semua organisasi, termasuk pemerintah dan LSM. Sejak Januari 2005 dibentuk

kelompok kerja ISO 26000 untuk merumuskan draf Standar SR. Definisi

tanggungjawab Sosial—Social Responsibility(SR), berdasarkan dokumen draf

dokumen ISO 26000, adalah etika dan tindakan terkait tanggungjawab organisasi yang

mempertimbangkan dampak aktivitas organisasi pada berbagai pihak dengan cara-cara

yang konsisten dengan kebutuhan masyarakat. Tanggungjawab sosial (Social

Responcibility) merupakan kepedulian dan tindakan managemen organisasi pada

masyarakat dan lingkungan, disamping harus mentaati aspel legal yang berlaku. ISO

26000 memberikan prinsipprinsip dasar, isu-isu universal dan kerangka pikir yang

menjadi landasan umum bagi penyelenggaraan SR oleh setiap organisasi, tanpa

membedakan ukuran dan jenis organisasi. ISO 26000 tidak dimaksudkan untuk

menjadi standar sistem management dan tidak untuk sertifikasi perusahaan.

ISO 26000 juga tidak dimaksudkan untuk menggantikan konsensus

internasional yang sudah ada, tetapi untuk melengkapi dan memperkuat berbagai

konsensus internasional, misalnya tentang lingkungan, hak azazi manusia, pelindungan

pekerja, MDGs, dan lain sebagainya. Prinsip Penyelenggaraan SR antara lain terkait

dengan pembangungan berkelanjutan, penentuan dan pelipatan stakeholders;

komunikasi kebijakan kinerja SR; penghargaan terhadap nilai-nilai universal,

74
pengintegrasian SR dalam kegiatan normal organisasi. Untuk itu, ada tujuh isu utama

dalam perumusan ISO 26000 yaitu 1) isu lingkungan, 2) isu hak asasi manusia, 3) isu

praktek ketenaga-kerjaan, 4) isu pengelolaan organisasi, 5) isu praktik beroperasi yang

adil, 6) isu hak dan perlindunagn konsumen, dan 7) isu partisipasi masyarakat.

Dokumen Final ISO 26000 dipublikasi pada awal tahun 2009. Keberadaan ISO 26000

diharapkan akan berdampak positif pada upaya percepatan penanggulangan masalah

kemiskinan, masalah pangan dan gizi, masalah kesehatan, masalah pendidikan, dan

masalah kesejahteraan sosial.

Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di

dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen,

investor, pemasok, dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung

perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang

pasar dan keunggulan kompetitifnya. Perusahaan yang menerapkan CSR akan

menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang

meningkat. Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan

hubungan praktik CSR terhadap keuntungan perusahaan sehingga banyak kalangan

dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap CSR tidak memberi dampak atas

prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa CSR hanya merupakan komponen

biaya yang mengurangi keuntungan.

Praktek CSR akan berdampak positif jika dipandang sebagai investasi jangka

panjang, karena dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan

75
mendapat tempat di hati dan ijin operasional dari masyarakat, bahkan mampu

memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di

Indonesia adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep

ini akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas

masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal

sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan

peluangpeluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga. kerja dengan kualifikasi

yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah

dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa

memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan

bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar komunitas dapat diartikan angat luas,

namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi

organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama

bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di

mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar

dengan sungguhsungguh memperhitungkan akibatnya terhadap seluruh pemangku

kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini

mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam

pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang

76
merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Ada tiga alasan penting

mengapa kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung

jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya, antara lain: 1) perusahaan adalah bagian

dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan

masyarakat;

2) kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat

simbiosis mutualisme, 3) kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara

untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Program yang dilakukan oleh

suatu perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial di Indonesia dapat

digolongkan dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Public Relations Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas

tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. b. Strategi defensif Usaha yang

dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas yang sudah

tertanam terhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya untuk melawan serangan negatif

dari anggapan komunitas. Usaha CSR yang dilakukan adalah untuk merubah anggapan

yang berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru yang bersifat

positif. c. Kegiatan yang berasal dari visi perusahaan Melakukan program untuk

kebutuhan komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari

hasil dari perusahaan itu sendiri. Pada praktik, CSR yang baik akan meningkatkan nilai

tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja,

77
meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut. Sesungguhnya substansi keberadaan

CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan

Perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerja sama antar stakeholder

yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program

pengembangan masyarakat sekitarnya. Pada saat ini di Indonesia, praktek CSR belum

menjadi perilaku yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya

desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR

semakin besar. Tidak menutup kemungkinan bahwa CSR menjadi kewajiban baru

standar bisnis yang harus dipenuhi seperti layaknya standar ISO. Dan diperkirakan

pada akhir tahun 2009 mendatang akan diluncurkan ISO 26000 On Social

Responsibility, sehingga tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya

program CSR dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari

perusahaan tersebut.

CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk

menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk

(loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan

kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya

pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan

kriteriakriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa

mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan

berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yangmenguntungkan

78
semua pihak (true win win situation) – konsumen mendapatkan produk unggul yang

ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya

akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung. Pelaksanaan CSR di

Indonesia sangat tergantung pada pimpinan puncak korporasi. Artinya, kebijakan CSR

tidak selalu dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika pimpinan perusahaan

memiliki kesadaran moral yang tinggi, besar kemungkinan pimpinannya hanya

berkiblat pada kepentingan kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit

besar, nilai saham tinggi) serta pencapaian prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR

hanya sekadar kosmetik. Sifat CSR yang sukarela, absennya produk hukum yang

menunjang dan lemahnya penegakan hukum telah menjadikan Indonesia sebagai

negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai

kosmetik.Yang penting, Laporan Sosial Tahunannya tampil mengkilap, lengkap

dengan tampilan foto aktivitas sosial serta dana program pembangunan komunitas yang

telah direalisasi. Sekali lagi untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program

CSR, diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua

pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu

penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan

kondisikondisi kehidupan umat manusia di masa datang. Konsep kedua yaitu Planet,

memastikan bahwa pelaksanaan usaha tetap melindungi keanekaragaman hayati dan

mengurangi penurunan kualitas lingkungan. Konsep ketiga People dengan meyediakan

kesempatan untuk ikut serta dalam pengentasan kemiskinan serta menjadi tempat untuk

pilihan pekerjaan.

79
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa :

1) Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata busy

yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, maupun masyarakat. Dalam

artian, sibuk mengerjakan kegiatan-kegiatan maupun pekerjaan yang dapat

mendatangkan keuntungan. etimologi, bisnis berarti keadaan di mana seseorang atau

kelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata

“bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya, penggunaan singular

kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis,

dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Dalam ilmu ekonomi,

bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau

bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Etika berasal dari bahasa (Yunani kuno)

“ethikos” yang berarti “timbul dari kebiasaan” adalah sebuah sesuatu dimana dan

bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi

studi mengenai standar dan penilaian moral.

2) Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat keyakinan

benar dan tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah melakukan sesuatu

yang diayakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan self-respect

80
(menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia

pertangungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap orang

lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian. Etika

diartikan sebagai seperangkat prinsip moral yang memebedakan apa yang benar dan

apa yang salah. Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan dan

menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau hindarkan

3) Ketika seseorang bergabung dalam perusahaan maka karyawan tersebut harus

konsekwen untuk mentaati dan patuh pada perintah dan arahan yang diberikan oleh

perusahaan karena mereka terikat dengan perusahaan. Kewajiban karyawan

selanjutnya adalah kewajiban konfidensialitas atau kerahasiaan. Setiap karyawan

dalam sebuah perusahaan yang memiliki akses terhadap kerahasiaan perusahaan wajib

menyimpan informasi yang bersifat rahasia. Misalnya, bagian keuangan, operasional,

atau IT tidak diperkenankan membuka rahasia perusahaan kepada orang

lain.Kewajiban karyawan lainnya adalah kewajiban dalam hal loyalitas atau kesetiaan.

Seorang karyawan juga harus memiliki konsekwensi loyalitas dan dedikasi terhadap

perusahaan. Karyawan tersebut harus mendukung apa yang menjadi visi dan misi

perusahaan.

4) Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu

wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis. Secara

konkret teori etika ini sering terfokuskan pada perbuatan. Bila dikatakan juga bahwa

teori etika membantu kita untuk menilai keputusan etis.

81
5) Periklanan merupukan hal yang tak dapat dipisahkan dalam dunia bisnis.

Sebagaimana yang dikemukakan Munandar dan Priatna (2005: 7) bahwa periklanan

merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam

mempromosikan produknya. Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2005: 226)

mengemukakan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari

pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah

pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.

6) Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mencapai laba atau

keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk itu dalam rangka untuk mendatangkan laba,

perusahaan selalu berusaha mencari peluang dan kesempatan untuk melakukan sesuatu

yang dapat memberikan nilai tambah. Jika hal itu tidak dapat dikendalikan,

kemungkinan dapat muncul dampakdampak negatif yang dapat merugikan lingkungan

dan masyarakat.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,

karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.

82
DAFTAR PUSTAKA

Khoirul Anhar, 2017.Etika Bisnis-Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern.Volume


10, Nomor 2.Journal Bussiness Ethics.
Dhiva Virdana Khoir, 2019.Analisis Bisnis Modern Merupakan Realitas yang Amat
Kompleks.Volume 20, No 6.Journal Etika dan Bisnis Dalam Dunia
Modern.
Hermawan Kartajaya, 2008. Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam.Jakarta
Sri Warni, 2022.Pengantar Etika Bisnis.Yogyakarta:Kanisius.
Ritonga, Erni, 2010.Definisi Etika.Volume 1, No 1.Journal Bisnis.
Saragih, Yuli Riani.2015.Pelanggaran Etika.Volume 4, Nomor 1.Bussiness Journal.

83

Anda mungkin juga menyukai