Anda di halaman 1dari 5

SUBUR GROUP adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa boga atau

kuliner yang menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman. Perusahaan
ini termasuk dalam golongan perusahaan menengah ( UKM ) karena masih berbentuk
CV. Subur Group tersebar di berbagai daerah di Kalimantan selatan, antara lain : di
Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, dan Tanah Laut. Subur Group terdiri dari 3
golongan atau bentuk menurut besar kecilnya Outlet. Bentuk yang pertama adalah
Rumah Makan yang termasuk type Golongan Besar ada 3 tempat ( di seberang Bandara
Syamsudin Noor, jalan Rahayu samping STM YPK Banjarbaru dan di jalan A. Yani KM
20 Loktabat. Sedangkan bentuk yang ketiga adalah type depot / warung mie ayam dan
bakso saja ada 15 cabang yang tersebar di Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, dan
Tanah Laut.
 Awal Sejarah : Subur Group berdiri pada mula akhir tahun 1995, ada seorang laki–
Seorang laki-laki yang berasal dari kabupaten Grobogan Jawa Tengah yang merantau
ke negeri Kalimantan yaitu di Banjarbaru. Saat itu hanya berawal dari warung kaki lima
yang dikasih terpal yang mangkal di sebelah timur bundaran simpang empat
Banjarbaru. Pada saat itu aktivitas warga dan kondisi lingkungan belum terlalu
ramai seperti sekarang ini. Awalnya hanya berjualan mie ayam saja tanpa ada
baksonya dan hanya ada 4 orang saja yang mengelola warung tersebut termasuk
pemilik Subur Group.

Dalam perjalanannya sering terhambat berbagai masalah mulai dari transportasi


yang kurang memadai, sarana dan prasarana yang kurang mendukung hingga
sampai omset yang masih sedikit. Namun hal itu tidak membuat pemilik Subur Group
patah arang dan putus asa. Dengan semangat pantang menyerah dan senantiasa
bekerja keras lama kelamaan warung Subur Group berkembang. Selang setahun
kemudian tepatnya tahun 1996, Subur Group membuka cabang di samping Polsek
Banjarbaru Kota dan setahun kemudian membuka cabang lagi di simpang lampu merah
Sekumpul Martapura. Dalam perkembangannya masih saja ada masalah yang
membelitnya sepeti masalah di atas tadi, namun hal itu tidak menyurutkan niat dan
prinsip untuk berwirausaha. Kemudian pada tahun 1997 krisis moneter menghantam
Indonesia, akan tetapi hal itu tidak begitu berdampak di Kalimantan Selatan sehingga
tidak menimbulkan masalah yang begitu berarti bagi Subur Group. Kemudian
pada tahun 1998 dan 1999 Subur Group kembali melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka cabang di Simpang 3 Guntung manggis (yang sekarang menjadi Rumah
Makan Subur Group Lesehan berlantai 2) dan di samping pom bensin Loktabat.
Kemudian pada tahun 2000 datanglah seorang teman yang berasal dari Kabupaten
Grobogan juga yang kebetulan memiliki keahlian di bidang pembuatan pentol bakso.
Dari ide kreatif itulah muncul gagasan untuk ditambahkan menu bakso di setiap warung
atau outlet
yang sudah ada. Lama kelamaan omset semakin bertambah dan pada tahun 2000.
Seiring berkembangnya outlet dan warung Subur Group, penambahan tenaga kerja /
karyawan mutlak harus dilakukan agar bisa mengoptimalkan aktivitas Subur Group.
Kemudian pemilik Subur Group mengajak beberapa saudaranya dari jawa untuk
membantu aktivitas di warung- warung atau outletnya. 2 tahun kemudian Subur Group
membuka cabang di Bundaran Bandara Syamsudin Noor Landasan Ulin dan di jalan A.
Tani KM 7,5 Manaraf.

Dari semua warung atau outlet tersebut hanya masih menyediakan menu mie
ayam dan bakso saja. Seiring berkembangnya usaha, maka pemilik Subur Group
mencoba menambah modal dari pinjaman ke Bank meskipun hanya berskala kecil.
Lambat laun usaha tersebut berkembang dan menambah cabang di wilayah Gambut
tepatnya di seberang Pasar Gambut dan di samping terminal liang anggang. Tidak
terasa sudah 9 cabang yang berhasil didirikan, hal itu pemilik Subur Group
semakin menambah semangat dan totalitas dalam berwirausaha meskipun ada saja
masalah yang selalu menghampiri. 2 tahun kemudian Subur Group kembali menambah
cabang di daerah Banyu Hirang (Kabupaten Tanah Laut), di Pesayangan, Cempaka,
Pasar Ulin, dan Pasar Martapura. Pada tahun 2004 muncul ide untuk merubah konsep
dari yang hanya menyediakan menu mie ayam dan bakso saja, kemudian ditambahkan
menu Nasi Goreng, Mie Goreng, Mie Kuah, Capcay, Lalapan, dan lain-lain.

SUBUR GROUP adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa boga atau
kuliner yang menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman. Perusahaan
ini termasuk dalam golongan perusahaan menengah ( UKM ) karena masih berbentuk
CV. Subur Group tersebar di berbagai daerah di Kalimantan selatan, antara lain : di
Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, dan Tanah Laut. Subur Group terdiri dari 3
golongan atau bentuk menurut besar kecilnya Outlet. Bentuk yang pertama adalah
Rumah Makan yang termasuk type Golongan Besar ada 3 tempat ( di seberang Bandara
Syamsudin Noor, jalan Rahayu samping STM YPK Banjarbaru dan di jalan A. Yani KM
20 Loktabat. Sedangkan bentuk yang ketiga adalah type depot / warung mie ayam dan
bakso saja ada 15 cabang yang tersebar di Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, dan
Tanah Laut.
Awal Sejarah :Subur Group berdiri pada mula akhir tahun 1995, ada seorang
lakilaki yang berasal dari kabupaten Grobogan Jawa Tengah yang merantau ke negeri
Kalimantan yaitu di Banjarbaru. Saat itu hanya berawal dari warung kaki lima yang
dikasih terpal yang mangkal di sebelah timur bundaran simpang empat Banjarbaru. Pada
saat itu aktivitas warga dan kondisi lingkungan belum terlalu ramai seperti sekarang ini.
Awalnya hanya berjualan mie ayam saja tanpa ada baksonya dan hanya ada 4 orang
saja yang mengelola warung tersebut termasuk pemilik Subur Group. Dalam
perjalanannya sering terhambat berbagai masalah mulai dari transportasi yang kurang
memadai, sarana dan prasarana yang kurang mendukung hingga sampai omset yang
masih sedikit. Namun hal itu tidak membuat pemilik Subur Group patah arang dan putus
asa. Dengan semangat pantang menyerah dan senantiasa bekerja keras lama
kelamaan warung Subur Group berkembang.
Selang setahun kemudian tepatnya tahun 1996, Subur Group membuka cabang
di samping Polsek Banjarbaru Kota dan setahun kemudian membuka cabang lagi di
simpang lampu merah sekumpul Martapura. Dalam perkembangannya masih saja ada
masalah yang membelitnya sepeti masalah di atas tadi, namun hal itu tidak menyurutkan
niat dan prinsip untuk berwirausaha. Kemudian pada tahun 1997 krisis moneter
menghantam Indonesia, akan tetapi hal itu tidak begitu berdampak di Kalimantan
Selatan sehingga tidak menimbulkan masalah yang begitu berarti bagi Subur Group.
Kemudian pada tahun 1998 dan 1999 Subur Group kembali melebarkan sayap bisnisnya
dengan membuka cabang di Simpang 3 Guntung manggis (yang sekarang menjadi
Rumah Makan Subur Group Lesehan berlantai 2) dan di samping pom bensin Loktabat.
Kemudian pada tahun 2000 datanglah seorang teman yang berasal dari Kabupaten
Grobogan juga yang kebetulan memiliki keahlian di bidang pembuatan pentol bakso.
Dari ide kreatif itulah muncul gagasan untuk ditambahkan menu bakso di setiap
warung atau outlet yang sudah ada. Lama kelamaan omset semakin bertambah dan
pada tahun 2000. Seiring berkembangnya outlet dan warung Subur Group, penambahan
tenaga kerja / karyawan mutlak harus dilakukan agar bisa mengoptimalkan aktivitas
Subur Group. Kemudian pemilik Subur Group mengajak beberapa saudaranya dari jawa
untuk membantu aktivitas di warung- warung atau outletnya. 2 tahun kemudian Subur
Group membuka cabang di Bundaran Bandara Syamsudin Noor Landasan Ulin dan di
jalan A. Tani KM 7,5 Manaraf. Dari semua warung atau outlet tersebut hanya masih
menyediakan menu mie ayam dan bakso saja. Seiring berkembangnya usaha, maka
pemilik Subur Group mencoba menambah modal dari pinjaman ke Bank meskipun
hanya berskala kecil. Lambat laun usaha tersebut berkembang dan menambah cabang
di wilayah Gambut tepatnya di seberang Pasar Gambut dan di samping terminal liang
anggang. Tidak terasa sudah 9 cabang yang berhasil didirikan, hal itu pemilik Subur
Group semakin menambah semangat dan totalitas dalam berwirausaha meskipun ada
saja masalah yang selalu menghampiri. 2 tahun kemudian Subur Group kembali
menambah cabang di daerah Banyu Hirang (Kabupaten Tanah Laut), di Pesayangan,
Cempaka, Pasar Ulin, dan Pasar Martapura.
Pada tahun 2004 muncul ide untuk merubah konsep dari yang hanya
menyediakan menu mie ayam dan bakso saja, kemudian ditambahkan menu Nasi
Goreng, Mie Goreng, Mie Kuah, Capcay, Lalapan, dan lain-lain. Kemudian pada tahun
2006 Subur Group mencoba bekerja sama dengan Angkasa Pura I dengan system
KONSESI. Angkasa Pura I menyediakan lahan yang disewa yang kemudian bayar sewa
dan royalty dengan besaran angka sudah disepakati oleh Subur Group dan Angkasa
Pura I dan dibangunlah Rumah Makan Wisata Bandara yang terletak di seberang
Bandara Syamsudin Noor Landasan Ulin yang menyediakan bebagai macam menu
makanan dan minuman hingga jumlahnya sekitar seratusan menu karena untuk
memenuhi tuntuan konsumen. Kemudian pada tahun 2010 Subur Group kembali
membuka cabang di depan RS. SARI MULIA Banjarmasin.
Faktor-faktor yang membuat Subur Group mampu sukses :
1. Semangat yang optimis bahwa usaha yang akan didirikan akan sukses.
2. Ada beberapa ciri khusus dari menu yang ditawarkan. Seperti, dengan penambahan
pangsit pada mie, penambahan jamur pada pelengkapnya atau menggantikan
lauknya dengan daging sapi, daging ikan maupun mengubah tampilan mie dengan
memvariasikan pembuatan mie dengan berbagai sayuran.
3. Peningkatan mutu. Seperti, kehalalan menu, standarisasi mutu, higienitas menu
yang ditawarkan, dan lain-lain.
4. Pemilihan tempat yang strategis.
5. Kenyamanan bagi pengunjung diutamakan.
6. Pelayanan yang memuaskan
7. Lakukan promosi di awal usaha dengan mengenalkan menu yang anda sajikan.
Pengelolaan Keuangannya :
1. Menentukan porsi keuangan
Berapa jumlah uang yang akan digunakan untuk membayar gaji, operasional
perusahaan, serta berapa keuntungan yang akan digunakan mengembangkan
usaha dan untuk ditabung.Untuk langkah awal, CV. Subur Group mencoba membagi
porsi 30:30:30:10. Porsi 30 persen untuk gaji, 30 persen lagi untuk operasional
perusahaan, seperti sewa warung, biaya listrik, transportasi, dan lain sebagainya.
Lalu 30 persen lainnya untuk mengembangkan usaha, dan sisa 10 persen untuk
tabungan pribadi.Pemasukan sebesar Rp 20 juta, Rp 6 juta (30 persen) langsung
dipotong di awal untuk disishkan sebagai gaji, Rp 6 juta untuk biaya operasional, Rp
6 juta untuk biaya pengembangan usaha, dan Rp 2 juta untuk tabungan pribadi.
2. Memisahkan rekening pribadi dan usaha
Setelah porsi keuangan ditentukan, langkah berikutnya melakukan pencatatan
keuangan usaha. Uang yang diterima dalam usaha dan uang untuk kepentingan
pribadi. CV. Subur Group tidak mengingnkan keuangan usaha dan keuangan pribadi
digabung, karena akan kesulitan dalam melakukan monitoring pendapatan atau pun
pengeluaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan pemisahan pencatatan
antara keuangan usaha dengan keuangan pribadi, maka akan lebih mudah untuk
membedakan antara arus dana dari usaha dengan penggunaan uang untuk
kepentingan pribadi.
3. Tidak mudah tergoda.
Inilah poin yang utama sebagai bentuk usaha mendisiplinkan diri. Dan, memang
kunci utama mengatur keuangan usaha adalah disiplin dalam mematuhi porsi
persentase yang kita atur untuk keuangan usaha dan pribadi.Godaan biasanya
sering datang saat sedang banyak order. Barang-barang tadinya belum terlalu
penting jadi seperti "minta dibeli". Ada kalanya, saat uang masuk dalam jumlah
besar, tiba-tiba kita merasa butuh ini dan itu. CV. Subur Group membedakan
kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli sesuatu dengan alasan usaha,
tanyakan dulu, apakah itu merupakan kebutuhan mendesak atau keinginan yang
bisa ditunda.

Anda mungkin juga menyukai