Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FRAUD TRIANGLE THEORY


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keperilakuan

Disusun oleh :
Faranadila Aril Triyanto (32420008)
Qori’ Nur Cahyanti (32420028)

Dosen Pengampu :
Achmad Wicaksono, M.Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Sidoarjo, 17 Oktober 2023

Penyususun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
FRAUD TRIANGLE THEORY..............................................................................5
A. Karakterisitk Kecurangan (Fraud)...................................................................6
B. Kejadian-Kejadian yang Menandai Terjadinya Kecurangan (Fraud)..............7
C. Salah Saji yang Timbul Karena Pelaporan Keuangan.....................................9
D. Fraud Triangle (Segitiga Kecurangan)..........................................................10
BAB III..................................................................................................................12
K E S I M P U L A N.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada setiap tahapan transaksi. Kesalahan
dapat terjadi Kecurangan berbeda dengan kesalahan. Kesalahan terjadi karena
tidak disengaja. karena tidak disengaja atau disengaja. Kesalahan yang disengaja
inilah yang dinamakan kecurangan atau FRAUD. Kecurangan dapat dilakukan
oleh pihak perusahaan dan pihak diluar perusahaan. Kecurangan dapat terjadi
karena ada tiga penyebab yang dinamakan Fraud Triangle, yakni pressure,
opportunity, dan rasionalzation. Pada bab ini akan mempelajari tentang Fraud
Triangle Theory atau Teori Segitiga Kecurangan Pada akhir bab akan diberikan
contoh artikel hasil penelitian tentang perilaku tindakan kecurangan atau fraud
triangle.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kecurangan?
2. Apa Karakteristik?
3. Bagaimana kejadian-kejadian yang menandai terjadinta kecurangan?
4. Apa salah saji yang Timbul karena Kecurangan Pelaporan Keuangan?
5. Apa fraud triangle?

Tujuan
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami materi tentang Fraud Triangle Theory. Dan dapat menjadi acuan untuk
penulisan makalah-makalah yang sejenis selanjutnya.
BAB II
FRAUD TRIANGLE THEORY

Kecurangan (FRAUD) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors).


Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes”(kesalahan yang
tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan
transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal,
pencatatan debit kredit pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan.
Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi
prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena
penghilangan/kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. “Commission”
merupakan kesalahan prinsip (error of principle) seperti perlakuan pengeluaran
pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan “Omission” berarti bahwa
suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan Informasi tidak benar.
Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan
kecurangan (FRAUDulent). Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan penyajian
keuangan yang disengaja atas informasi keuangan.
G.Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T.Wells mendifinisikan
kecurangan “FRAUD is criminal deception intended to financially benefit the
deceiver (1993,hal 3)” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang
bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini
berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan
dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya
secara financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1)
tindakan/theact., (2) Penyembunyian atau the concealment dar (3) konversi atau
the conversion. Misalnya pencurian atas harta persediaan adalah tindakan,
kemudian pelaku akan menyembunyikan kecurangan tersebut misalnya dengan
membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif.
FRAUD (kecurangan) adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang
atau sekelompok orang secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang
atau kelompok mendapat keuntungan, dan merugikan orang atau kelompok lain.
Fraudulent financial reposting (kecurangan laporan keuangan) adalah salah saji
atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud
menipu para pemakai laporan. Kecurangan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement FRAUD)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan
Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat
financial atau kecurangan non financial.
2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan
‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya secara curang (FRAUDulent disbursement).
3. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan
(economic extortion).
A. Karakterisitk Kecurangan (Fraud)

Dilihat dari pelaku FRAUD auditing maka secara garis besar kecurangan
bisa dikelompokkan menjadi dua jenis:
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu:
a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from
FRAUDulent financial reporting, untuk menghidari hal tersebut ada
baiknya karyawan mengikuti auditing workshop dan FRAUD
workshop).
b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa
penyalahgunaan.
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing
yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
B. Kejadian-Kejadian yang Menandai Terjadinya Kecurangan (Fraud)

Dibawah ini adalah suatu daftar yang disusun oleh American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) pada tahun 1979 mengenai kondisi-kondisi
atau kejadian-kejadian yang dapat menandai adanya kecurangan:
1. Manajemen senior yang sangat menguasai/mendominasi dan terdapat satu
atau lebih kondisi berikut atau yang sama:
a. Dewan direksi dan/atau panitia audit yang tidak efektif.
b. Indikasi dari penolakan manajemen atas pengendalian akuntansi internal
yang penting.
c. Kompensasi atau opsi saham yang signifikan yang berkaitan dengan
kiner yang dilaporkan atau terhadap transaksi khusus, yaitu manajemen
senior mempunyai pengendalian nyata atau penuh.
d. Indikasi kesulitan keuangan pribadi dari manajemen senior.
e. Perebutan perwalian yang melibatkan pengendalian perusahaan atau
status dari manajemen senior.
2. Kemerosotan atau kemunduran dari mutu pendapatan yang dibuktikan oleh:
a. Penurunan dalam volume atau mutu penjualan (misalnya, risiko kredit
yang meningkat atau penjualan sama dengan atau dibawah harga pokok).
b. Perubahan yang signifikan dalam praktik usaha.
c. Kepentingan yang berlebihan oleh manajemen senior dalam laba per
saham
(EPS/Earnings per Share) yang dipengaruhi oleh pilihan akuntansi.
3. Kondisi usaha yang dapat menciptakan tekanan yang tidak biasa.
a. Modal kerja yang tidak memadai.
b. Kelenturan/fleksibilitas yang kecil dalam pembatasan hutang, seperti rasio
modal kerja dan keterbatasan dalam pinjaman tambahan.
c. Perluasan atau ekspansi yang cepat dari suatu produk atau lini usaha yang
menyolok sekali dengan melebihi rata-rata industri.
d. Investasi yang besar dari sumber daya pemisahan dalam suatu industri
yang mengalami perubahan cepat,seperti suatu industri yang
bertekhnologi tinggi.
4. Struktur korporat yang rumit, yaitu kompleksitas yang terjadi tidak tampak
diperlukan oleh operasi atau ukuran perusahaan.
5. Lokasi usaha yang menyebar secara luas disertai oleh manajemen yang
didesentralisasi secara ketat dengan sistem pelaporan tanggungjawab yang
tidak memadai.
6. Kekurangan staf yang tampak memerlukan karyawan tertentu bekerja pada
jam yang tidak biasa, tidak memerlukan cuti dan/atau melakukan kerja
lembur yang substansial.
7. Tingkat perputaran yang tinggi dalam posisi keuangan penting, seperti
hendaharawan atau kontroler.
8. Sering terjadi perubahan additor atau penasihat hukum.
9. Kelemahan material yang diketahui dalam pengendalian intern yang dapat
secara praktis dikoreksi akan tetapi tidak diperbaiki, seperti:
a. Akses terhadap peralatan computer atau alat pemasukan data elektronik
tidak cukup dikendalikan.
b. Kewajiban yang tidak sesuai/bertentangan tetapi tidak digabungkan.
10. Terdapat transaksi yang material dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa atau terdapat transaksi yang mencakup benturan kepentingan.
11. Pengumuman yang terlalu cepat atau premature atas hasil operasi atau
pengharapan masa depan yang positif.
12. Prosedur penelaahan analitis mengungkapkan fluktuasi yang signifikan yang
tidak dapat secara wajar dijelaskan, seperti:
a. Saldo akun yang material.
b. Antar hubungan keuangan dan operasional.
c. Selisih perhitungan persediaan.
d. Tingkat perputaran persediaan.
13. Transaksi besar yang tidak biasa, khususnya pada akhir tahun, dengan
pengaruh yang material atas pendapatan.
14. Pembayaran besar yang tidak biasa berhubungan dengan jasa yang diberikan
dalam usaha normal kepada pengacara, agen, atau pihak lain (termasuk
karyawan).
15. Kesulitan dalam memperoleh bukti audit yang berhubungan dengan:
a. Ayat jurnal yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan.
b. Dokumentasi dan/atau otorisasi yang tidak lengkap atau hilang.
c. Pengubahan dalam dokumentasi atau akun.
16. Dalam pelaksanaan pengujian laporan keuangan masalah yang tidak dapat
diramalkan ditemukan, seperti:
a. Tekanan klien untuk menyelesaikan audit dalam waktu singkat yang tidak
biasa atau dalam kondisi yang sulit.
b. Situasi pemindahan yang mendadak.
c. Tanggapan yang bersifat mengelakkan dari manajemen terhadap
penyelidikan audit.
C. Salah Saji yang Timbul Karena Pelaporan Keuangan

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan


ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management FRAUD), misalnya berupa:
manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan,
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan
(intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari
laporan keuangan, untuk itu sebaiknya anda mengikuti auditing workshop dan
FRAUD workshop. Salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva.
Kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee
FRAUD). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan meliputi penggelapan
aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum ada baiknya
karyawan mengikuti seminar FRAUD dan seminar auditing). Penggelapan
aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah
keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada
pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan
tersebut. Contoh salah saji jenis ini adalah Penggelapan terhadap penerimaan
kas, Pencurian aktiva perusahaan, Mark-up harga dan Transaksi “tidak
resmi”.
D. Fraud Triangle (Segitiga Kecurangan)

Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure
(dorongan), opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi),
sebagaimana tergambar berikut ini:
1. Pressure
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan fraud, contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya
hidup mewah ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang
mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial.
Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.
2. Opportunity
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi.
Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah,
kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3
elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur,
dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
3. Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud,
dimana pelak mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:
f. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan
orang-ora yang dicintainya.
g. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak
mendapatk lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi,
gaji, promosi, dll.)
h. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan
tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari
keuntungan tersebut.

Berikut disajikan gambar Fraudtriangle :


BAB III
KESIMPULAN

Kecurangan pada laporan keuangan merupakan hal yang umum dan dapat
berlanjut jika tidak terdeteksi. Kecurangan merupakan suatu tindakan yang
sengaja dilakukan individu atau entitas dengan melakukan manipulasi guna
mencapai tujuan tertentu untuk keuntungan individu atau kelompok, dan
menimbulkan kerugian bagi pihak lain secara langsung atau tidak langsung.
Kecurangan laporan keuangan dapat terjadi dengan menggunakan berbagai cara,
termasuk mengubah angka, mengubah akun, dan dengan sengaja
menyalahgunakan kebijakan, prinsip, dan prosedur akuntansi untuk mengukur,
mengidentifikasi, dan melaporkan transaksi. Kecurangan laporan keuangan dapat
dilakukan atas berbagai motivasi yang akan memberikan keuntungan bagi pihak
tertentu.
Menurut Cressey (1953), terdapat tiga faktor penyebab seseorang
melakukan kecurangan. Pertama, pressure, yaitu kondisi dimana seseorang
merasakan adanya tekanan dan menghadapi keadaan yang sulit sehingga membuat
seseorang termotivasi dalam melakukan tindakan kecurangan. Kedua,
opportunity, yaitu adanya peluang keadaan yang memungkinkan adanya tindakan
kecurangan yang dapat disebabkan ketidakefektifan pengawasan, pengendalian
internal yang lemah, atau penyalahgunaan jabatan. Terakhir, rationalization, yaitu
karakter pembenaran atau normalisasi perilaku tidak etis yang dianggap wajar.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sigit Hermawan, SE, M.Si & Sarwenda Biduri, SE., M.SA .2019.
Akuntansi Keperilakuan Edisi Pertama 1.Sidoarjo:Indomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai