Anda di halaman 1dari 14

DASAR HUKUM DAN PERAN BPK DALAM PEMERIKSAAN

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

KELOMPOK 1 :
ANDI TASSA MAULANA (10400121035)
NUR ADILLAH IRIANI (10400121036)
ANDI ATHALLAH MANAF (10400121037)
NUR RAHMAH (10400121039)
MURSIL AKHSAM (10400121040)
RISMA (10400121044)
MUTIAH DALILAH (10400121045)
SYAIFUL HIDAYAT K (10400119048)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok

untuk mata kuliah Hukum Keuangan Negara dengan judul “DASAR HUKUM DAN PERAN

BPK DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak

yang dengan tulus memberikan doa ,saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan

segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan

Makassar, 26 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
A. Dasar-dasar hukum yang mengatur mengenai kewenangan BPK ....................................... 6
B. Peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara
menurut UU No. 15 Tahun 2006................................................................................................. 8
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan perekonomian suatu negara, karena berkaitan erat dengan mampu dan tidaknya
negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan kesejahteraan.
Lemahnya sistem pengelolaan keuangan negara dan sistem hukum di negara kita adalah
pemicu tindakan penyalahgunaan kekayaan dan keuangan negara serta maraknya tindakan
KKN. Pengelolaan keuangan negara memiliki tujuan untuk menjaga dan menjamin
eksistensi negara dan membiayai pengelolaan negara untuk mewujudkan kesejahteraan.
Agar segala kekurangan dalam laporan keuangan pemerintah dapat dideteksi secara akurat
sebagai bahan untuk memperbaiki sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara serta sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan secara tepat maka diperlukan
suatu Lembaga negara khusus yang independent, objektif, dan tidak memihak dalam
memeriksa keuangan pemerintah. Sehingga dibentuklah Lembaga Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah suatu lembaga yang dibentuk yang
bebas dan mandiri berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi. Badan Pemeriksa Keuangan, sebagai badan pemeriksa keuangan eksternal
terhadap pengelolaan keuangan negara. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh BPK
dilakukan dalam rangka memberikan pendapat atas kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. BPK adalah satu-satunya pemeriksa keuangan ekternal
di Indonesia yang mempunyai kewenangan besar memberikan opini terhadap laporan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara .

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja dasar- dasar hukum yang mengatur mengenai kewenangan BPK?
2. Bagaimana peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan
negara menurut UU No. 15 Tahun 2006 ?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dasar – dasar hukum yang mengatur mengenai kewenangan BPK.


2. Mengetahui peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan
negara menurut UU No. 15 tahun 2006.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar hukum yang mengatur mengenai kewenangan BPK

Keberadaan BPK pertama-tama ditetapkan oleh Undang Undang Dasar 1945. Pada
pasal 23 ayat (5) UUD 1945 memuat amanat: "Untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan undang-undang".

Kehadiran pasal tersebut menunjukkan bahwa sejak awal, para pendiri Republik
Indonesia sudah menyadari bahwa dalam rangka menegakkan pemerintahan yang
bertanggungjawab, diperlukan sebuah Badan Pemeriksa Keuangan. Karena itu di dalam
UUD tersebut tercantum ketetapan yang mewajibkan pembentukan BPK sebagai lembaga
negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pengaturan undang-undang yang pertama kali mengikuti amanat UUD 1945 baru
terbit pada tahun 1973. Kedudukan konstituonal BPK RI dinyatakan sebagai ”Lembaga
Tinggi Negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah, akan tetapi tidak berdiri diatas pemerintah” (Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun
1973).

Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban dalam memeriksa tanggung jawab


pengelolaan keuangan negara, sejak tanggal 9 November 2001 landasan hukum BPK RI
sesuai dengan Amandemen Ketiga UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah Bab VIII A Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G.

Pasal 23E

1. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya.
3. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F

1. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh
Presiden.
2. Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G

1. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan Undang-
UndangSelanjutnya Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia.

Undang-undang yang dijadikan landasan hukum dan landasan operasional BPK dalam
menjalankan tugasnya adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945
2. Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3. Undang Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
4. Undang Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
5. Undang Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, sebagai
pengganti dari Undang Undang No. 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
No. 15 Tahun 2006 secara jelas menyatakan bahwa BPK harus berposisi sebagai
lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri dan profesional. Hal ini sangat diperlukan
dalam rangka upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme.
B. Peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara

menurut UU No. 15 Tahun 2006

BPK memiliki kewenangan untuk menghitung, menilai, dan/atau menetapkan


kerugian negara dalam penggunaan anggaran oleh suatu entitas.

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara, temuan yang mengindikasikan pidana dilaporkan
kepada aparat penegak hukum.

Undang-undang No. 15 tahun 2006 tentang BPK menjelaskan bahwa :

Pasal 6 ayat (1) “Badan Pemeriksa Keuangan, bertugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah dan Lembaga atau Badan lain yang mengelola
keuangan negara.

Pasal 7 ayat (1) : “BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, DPRD sesuai dengan kewenangannya”.

Pasal 8 ayat (1) : “Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1). BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
presiden, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Ayat (3) “ Apabila
dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal kepada instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan paling lama satu bulan sejak
diketahui adanya unsur pidana tersebut. Ayat (5) “BPK memantau pelaksanaan tindak
lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat sebgaimana yang dimaksud pada ayat
(1), dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta
pemerintah.

Adapun kewenangan BPK diatur dalam pasal 9 :


a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan

b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara

c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di


tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara

d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK

e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan


Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK

h. Membina jabatan fungsional Pemeriksa

i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan

j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah


Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

Adapun Peran pokok BPK adalah memeriksa asal usul dan besarnya penerimaan
negara dari manapun sumbernya dan harus mengetahui tempat uang negara disimpan dan
untuk apa uang negara itu di gunakan. Beberapa tahap yang dilalui BPK dalam
melaksanakan pemeriksaan yaitu; tahap perencanaan, pelaksaan dan pelaporan hasil
pemeriksaan. Setiap tahap prinsipnya dilaksanakan secara bebas dan mandiri. Adapun
tahapannya :

1. Tahap perencanaan pemeriksaan

Untuk mewujudkan perencanaan yang komprensif, BPK dapat memanfaatkan hasil


pemeriksaan aparat pengawas internal pemerintah, memperhatikan permintaan, saran, dan
pendapat lembaga perwakilan, serta mempertimbangkan informasi dari pemerintah, Bank
Sentral dan masyarakat. Perencanaan pemeriksaan harus dengan jelas menentukan tujuan
pemeriksaan, kewenangan pemeriksaan dan metode pemeriksaan.

Metodologi pemeriksaan meliputi:

a. Audit subject, menentukan apa yang diperiksa.


b. Audit objective, menentukan tujuan pemeriksaan.
c. Audit scope, menentukan sistim, fungsi, dan bagian dari organisasi yang secara khusus
akan diperiksa.
d. Audit procedures and steps for data gathering, melakukan cara melakukan audit untuk
memeriksa dan mengkaji kendali, menentukan siapa yang akan diwawacara.
e. Evaluasi hasil pengujian dan pemeriksaan, spesefik, pada tiap organisasi.
f. Prosedur komunikasi dengan pihak manajemen, spesifik pada tiap organisasi.
g. Audit Report Preparation, menentukan bagaimana cara, mereview hasil audit, yaitu
evaluasi keahlian dari dokumen-dokumen prosedur, dan kebijakan dari organisasi yang
di audit.

Dalam menunjang tugas BPK, telah diatur dalam wewenang BPK pada pasal 9 UU No. 5
tahun 2006, sebagaimana yang telah dituliskan di atas

2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam menyelenggarakan pemeriksaan meliputi kebebasan dalam menentukan


waktu pemeriksaan dan metode pemeriksaan, termasuk dalam pemeriksaan investigatif.
Kemandirian BPK dalan pemeriksaan keuangan adalah ketersediaan memadai sumber
daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana pendukung lainnya. BPK juga diberi
kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa,
kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan
uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan
berlangsung. Hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal pemerintah
dapat di manfaatkan oleh BPK. Sehingga, luas pemeriksaan akan disesuaikan dan
difokuskan pada bidang-bidang secara potensial berdampak pada kewajaran laporan
keuangan serta tingkat efesiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Oleh karna
itu, aparat pengawas diwajibkan untuk menyampaikan hasil pemeriksaan kepada BPK.

3. Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan
keuangan akan menghasilkan opini.

Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi,


sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap
laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.

Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga


disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi
dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited
financial statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD.
Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang
dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam
laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksa
menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK melaporkannya kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan.

BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1


(satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang bersangkutan
agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan. Dalam rangka
transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan bahwa
setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs
web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti
rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan
hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.

Serta untuk penyelenggaraan negara agar dapat tertib maka terdapat beberapa
larangan bagi BPK dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa yang terdapat pada
pasal 28 UU No. 15 tahun 2006 yang menjelaskan mengenai larangan bagi anggota BPK
yaitu:

a. Memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang mengadung unsur


pidana kepada instansi yang berwenang.

b. Mempergunakan keterangan, bahan, data, informasi dan dokumen lainnya yang


diperolehnya pada waktu melaksanakan tugas yang melampaui batas kewenangannya
kecuali kepentingan penyidikan terkait dengan adanya tindak pidana.

c. Secara langsung maupun tidak langsung menjadi pemilik seluruh, sebagian, atau
penjamin badan usaha yang melakukan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan laba atau
keutungan atas beban keuangan negara.

d. Merangkap dalam lingkungan lembaga negara lain, badan-badan lainnya yang


mengelola keuangan negara swasta/asing.

e. Menjadi anggota partai politik


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Dasar-dasar hukum yang mengatur mengenai kewenangan BPK

Keberadaan BPK pertama kali ditetapkan oleh Undang Undang Dasar 1945 yang
terdapat Pada pasal 23 ayat (5) UUD 1945 memuat amanat: "Untuk memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang". Kedudukan konstitusional BPK RI
dinyatakan sebagai ”Lembaga Tinggi Negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas
dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, akan tetapi tidak berdiri diatas pemerintah
dijelaskan dalam (Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1973).

Adapun landasan hukum BPK RI sesuai dengan Amandemen Ketiga Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat pada Bab VIII A Pasal 23 E, Pasal
23 F, dan Pasal 23 G.

2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa


Keuangan (BPK), peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan
keuangan negara, BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa yang diberi wewenang
oleh UUD 1945 untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap keuangan negara yang
dikelolah oleh pengelola keuangan negara. menyusun laporan hasil pemeriksaan,
menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD dan menyerahkan
pula kepada Presiden, Gubernur/walikota untuk di tindak lanjuti, menilai dan
menetapkan kerugian negara dan menjadi saksi ahli dalam peradilan .
DAFTAR PUSTAKA

Undang - Undang No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Undang - Undang No.15 tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

https://www.bpk.go.id/menu/dasar_hukum

https://jambi.bpk.go.id/wp-content/uploads/2020/08/UU-No-15-Tahun-2006.pdf

https://www.bpk.go.id/news/bpk-gelar-sosialisasi-optimalisasi-peran-bpk-dan-dpr
https://jakarta.bpk.go.id/dasar-hukum-bpk
Kurnia, Beni ; Ikhsan, Muhammad “Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara
Melalui Kerja Sama BPK dan KPK” Vol. 3, No. 2 Tahun 2017 Hal 40-45.
Raba,Rayu,Mieke “Peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan
negara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik menurut UU No.15 tahun 2006” Vol. 6 No.3
Tahun 2017 Hal. 153-155.

Anda mungkin juga menyukai