OLEH
NAMA : ANGGRI K.Y NDUN
NPP : 24.1369
KELAS : D-5
DOSEN : H. BASUKI RAHMAT,MM.,M.Si
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang ada di Indonesia
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system
tanggungjawab keuangan negara. BPK bersifat bebas dan mandiri. BPK memiliki tugas yang
begitu besar seperti memeriksa seluruh keuangan negara yang berasal dari berbagai lembaga.
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui apa tugas, fungsi dari BPK itu sendiri.
Sehingga dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih rinci mengenai BPK agar
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca makalah ini
mengetahui sejarah BPK, definisinya, fungsi dan tugas dari BPK. Sehingga masyarakat
PEMBAHASAN
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah
pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu
Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa
Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua
instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan
Dalam penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan
yang ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23
ayat (5) UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Piagam
Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan
(berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai
Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat
sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS
berkantor di Bogor menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah
Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal
1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan
berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia
Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta
Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali
UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950
kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian
kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di
dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah
sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal
undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-
Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain
pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara.
Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri coordinator
dan Menteri.
pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari
tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan
konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan
BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan
negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan
profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun
1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal
23 ayat 5). Kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab
tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Negara
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system
keuangan negara (Pasal 23E UUD 1945 dan Pasal 2 UU No.15 Tahun 2006 tentang badan
pemeriksa Keuangan). Menurut uud 1945, bpk merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15
tahun 2006).
Yang dimaksud “keuangan negara” meliputi semua unsur keuangan negara sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang keuangan negara yakni semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Yang
dimaksud “lembaga atau badan lain” antara lain badan hukum milik negara, yayasan yang
mendapat fasilitas negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-undang, dan badan
BPK dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi yakni fungsi pemeriksaan, fungsi
2) Fungsi rekomendasi, tercermin dari konsekuensi bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara selalu diikuti dengan rekomendasi yaitu saran
berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang
berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. (Pasal 1 butir 12, Pasal 16 ayat
3) Fungsi quasi yudisial, tercermin dari tugas BPK mengenakan ganti kerugian negara/daerah
terhadap bendahara dan pengelola perusahaan negara/daerah menurut tata cara yang
ditetapkan, yakni tata cara berupa proses penuntutan yang menyerupai layaknya proses
peradilan (Pasal 62 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 22 UU No. 15 Tahun 2004).
4) Fungsi legislasi, tercermin dari kewenangan BPK untuk menetapkan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara dalam bentuk peraturan BPK, yang mempunyai kekuatan yang mengikat pihak-pihak
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK (Pasal 6 ayat (6) UU No. 15
Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terdiri atas
2) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. Laporan hasil
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di
bidang keuangan, pemeriksaan investigative, dan pemeriksaan atas system pengendalian intern
adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. Laporan hasil pemeriksaan
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, laporan hasil
pemeriksaan kinerja pemerintah daerah, dan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu
dengan kewenangannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara. Menurut uud 1945, bpk
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga
negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.
B. SARAN
BPK adalah lembaga tertinggi di Indonesia yang memiliki tanggung jawab mengenai keuangan
negara. Jadi sangatlah penting apabila para pejabat yang ada di lingkungan BPK bekerja
dengan baik tidak melakukan penyimpangan. Karena menyangkut hajat orang banyak.
Mahasiswa saat ini adalah penerus dimasa yang akan datang, mahasiswa adalah agent of
change sehingga tugas mahasiswalah supaya membuat Indonesia sejahtera tanpa korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://www.bpk.go.id/page/sejarah
Veronicasandhyputra.blogspot.com/2013/03/tugas-dan-wewenang-bpk-badan-
pemeriksa.html?m=1