Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam
system ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. BPK bersifat bebas dan
mandiri. BPK memiliki tugas yang begitu besar seperti memeriksa seluruh
keuangan negara yang berasal dari berbagai lembaga. Banyak masyarakat
Indonesia yang tidak mengetahui apa tugas, fungsi dari BPK itu sendiri. Sehingga
dalam makalah ini kami akan menjelaskan lebih rinci mengenai BPK agar
masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa mengetahui apa BPK yang
sebenarnya.

B.     Rumusan Masalah


1. Bagaimana awal mula adanya BPK?
2. Apa yang dimaksud dengan BPK?
3. Apa fungsi dan tugas BPK di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)


Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut dikeluarkan Surat
Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan pada tangga l 1 Januari1947 yang
berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa
Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya,
Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah
mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai
tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan
Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan
yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan
Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.
Dalam penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat
kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke
Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun
1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK
Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus
1949.
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk
Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu

2
alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal
31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah
Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS
yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor
menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan
Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan
berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan
Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan
RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih
tetap menggunakan ICW dan IAR.
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg
Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi
MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk
menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat
kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober
1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti
dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Gaya Baru.

3
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965
yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi
pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan
pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan
masing-masing sebagai Menteri coordinator dan Menteri.
Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan
BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi
Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya
baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang
Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah
mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa
eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR
No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan
Negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang
independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK
RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI
hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5). Kemudian dalam Perubahan Ketiga
UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga
pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat
Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

1. UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara


2. UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3. UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara

4
B.   Definisi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam


system ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara (Pasal 23E UUD 1945 dan Pasal
2 UU No.15 Tahun 2006 tentang badan pemeriksa Keuangan). Menurut uud
1945, bpk merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan  pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan
oleh Presiden.  Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR,
DPD, dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya)

C.  Tugas, Fungsi, Jenis-Jenis Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

1. Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 tahun 2006).
Yang dimaksud “keuangan negara” meliputi semua unsur keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang keuangan negara yakni semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Yang dimaksud “lembaga atau
badan lain” antara lain badan hukum milik negara, yayasan yang mendapat

5
fasilitas negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-undang, dan badan
swasta yang menerima dan/atau mengelola uang negara.

2. Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan


keuangan negara, fungsi BPK dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi yakni
fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi, fungsi quasi yudisial dan fungsi
legislasi.

1. Fungsi pemeriksaan, tercemin dalam tugas BPK melakukan pemeriksaan


terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dengan semua
aspeknya.
2. Fungsi rekomendasi, tercermin dari konsekuensi bahwa hasil pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara selalu diikuti
dengan rekomendasi yaitu saran berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang
ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan/atau perbaikan. (Pasal 1 butir 12, Pasal 16 ayat (2) dan Pasal
20 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004).
3. Fungsi quasi yudisial, tercermin dari tugas BPK mengenakan ganti
kerugian negara/daerah terhadap bendahara dan pengelola perusahaan
negara/daerah menurut tata cara yang ditetapkan, yakni tata cara berupa
proses penuntutan yang menyerupai layaknya proses peradilan (Pasal 62
ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 22 UU No. 15 Tahun 2004).
4. Fungsi legislasi, tercermin dari kewenangan BPK untuk menetapkan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam bentuk peraturan
BPK, yang mempunyai kekuatan yang mengikat pihak-pihak yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK (Pasal 6 ayat (6)
UU No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan).
3. Jenis-jenis Pemeriksaan BPK

6
Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
terdiri atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.
1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat
opini.
2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta
pemeriksaan aspek efektivitas. Laporan hasil pemeriksaan kinerja memuat
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas
hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigative, dan
pemeriksaan atas system pengendalian intern pemerintah. Pemeriksaan
investigative adalah pemeriksaan dengan tujuan untuk mengungkap
adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. Laporan
hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.
4. Laporan Hasil Pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah,
laporan hasil pemeriksaan kinerja pemerintah daerah, dan laporan hasil
pemeriksaan dengan tujuan tertentu di daerah disampaikan kepada DPRD dan
gubernur/bupati/walikotaa bersangkutan sesuai dengan kewenangannya.

D. Nama-Nama Ketua BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Yang Pernah


Menjabat

7
1 R. Soerasno 1947 1949

2 R. Kasirman 1949 1949

3 A.K. Pringgodigdo 1957 1961  

4 I Ketut Pudja 1960 1964  

5 Sri Sultan Hamengkubuwono IX 1964 1966  

6 D. Suprayogi 1966 1973  

7 Umar Wirahadikusumah 1973 1983  

8 M. Jusuf 1983 1993  

9 J.B. Sumarlin 1993 1998  

10 Satrio Budihardjo Joedono 1998 2004  

11 Anwar Nasution 2004 2009  

12 Hadi Poernomo 2009 28 April 2014  

13 Rizal Djalil 2014 15 Oktober 2014  

14 Harry Azhar Azis 2014 Sekarang

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

8
Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga tertinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenanang memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga
yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden. Anggota BPK sebelum
memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.

B. SARAN

Sebagaimana yang telah dijelaskan BPK merupakan salah satu lembaga


politik yang ada di Indonesia yang bergerak secara independen dalam ikutserta
mengawasi berjalannya roda pemerintahan hendaknya benar-benar dapat
dijalankan fungsinya yang sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang
sehingga akan tercapainya cita-cita bangsa ini dengan seiring dengan berjalannya
roda pemerintahan

DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia/Badanpemeriksakeuangan
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 Tentang badan pemeriksa keuangan

9
10

Anda mungkin juga menyukai