Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Oleh :

ANDI ZHEILA QONITA


04020190744

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..3

BAB I………………………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4
a. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….4
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………4

BAB II……………………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….5-11

BAB III………………………………………………………………………………………12
a. Kesimpulan…………………………………………………………………………12
b. Saran…………………………………………………………………………………12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengelolaan Keuangan Negara dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang pengelolaan keuangan negara bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imran Eka Saputra.B.SH.MH selaku dosen mata
kuliah Hukum Keuangan Negara.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 27 Mei 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan

Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

BPK bersifat bebas dan mandiri. BPK memiliki tugas yang begitu besar seperti memeriksa seluruh

keuangan negara yang berasal dari berbagai lembaga. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak

mengetahui apa tugas, fungsi dari BPK itu sendiri. Sehingga dalam makalah ini kami akan

menjelaskan lebih rinci mengenai BPK agar masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa

mengetahui apa BPK yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana awal mula adanya BPK?

2. Apa yang dimaksud dengan BPK?

3. Apa fungsi dan tugas BPK?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab

tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya

ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah

No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada

tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan

Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa

Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan

dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di

Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab

tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan

yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan

Hindia Belanda), yaitu ICW dan IAR.

Dalam penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan

Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang

ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5)

UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden

RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.


Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan Piagam

Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan

(berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua

diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua

Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor

menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil

Administration (NICA).

Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1

Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan

berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia

Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta

dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.

Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali

UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali

menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.

Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS

berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali

menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan

kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR.

Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam

Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah

dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga


dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober

1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7

Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU)

No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.

Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain

menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi pemegang kekuasaan

pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua

dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri coordinator dan Menteri.

Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan

pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari

tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5

Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan

konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan

BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan

dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan

Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara

dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.

Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun

1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23

ayat 5). Kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri

(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang

Keuangan Negara, yaitu;

1. UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

2. UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

3. UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara

B. Definisi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan

Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara

(Pasal 23E UUD 1945 dan Pasal 2 UU No.15 Tahun 2006 tentang badan pemeriksa

Keuangan). Menurut uud 1945, bpk merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyatdengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil

pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD(sesuai dengan

kewenangannya).

C. Tugas, Fungsi, Jenis-Jenis Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK)

1. Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 tahun

2006).

Yang dimaksud “keuangan negara” meliputi semua unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang keuangan negara yakni semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Yang dimaksud

“lembaga atau badan lain” antara lain badan hukum milik negara, yayasan yang mendapat fasilitas

negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-undang, dan badan swasta yang menerima

dan/atau mengelola uang negara.

2. Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan negara, fungsi BPK

dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi yakni fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi, fungsi

quasi yudisial dan fungsi legislasi.

1) Fungsi pemeriksaan, tercemin dalam tugas BPK melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara dengan semua aspeknya.

2) Fungsi rekomendasi, tercermin dari konsekuensi bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara selalu diikuti dengan rekomendasi yaitu saran berdasarkan hasil

pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan

tindakan dan/atau perbaikan. (Pasal 1 butir 12, Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 20 ayat (1) UU No. 15

Tahun 2004).

3) Fungsi quasi yudisial, tercermin dari tugas BPK mengenakan ganti kerugian negara/daerah

terhadap bendahara dan pengelola perusahaan negara/daerah menurut tata cara yang ditetapkan,
yakni tata cara berupa proses penuntutan yang menyerupai layaknya proses peradilan (Pasal 62

ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 22 UU No. 15 Tahun 2004).

4) Fungsi legislasi, tercermin dari kewenangan BPK untuk menetapkan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

dalam bentuk peraturan BPK, yang mempunyai kekuatan yang mengikat pihak-pihak yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK (Pasal 6 ayat (6) UU No. 15 tahun 2006

tentang Badan Pemeriksa Keuangan).

3. Jenis-jenis Pemeriksaan BPK

Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terdiri atas pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

1) Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Laporan hasil pemeriksaan

atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.

2) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas

pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. Laporan hasil

pemeriksaan kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang

keuangan, pemeriksaan investigative, dan pemeriksaan atas system pengendalian intern

pemerintah. Pemeriksaan investigative adalah pemeriksaan dengan tujuan untuk mengungkap

adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. Laporan hasil pemeriksaan dengan

tujuan tertentu memuat kesimpulan.

4. Laporan Hasil Pemeriksaan

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, laporan hasil pemeriksaan

kinerja pemerintah daerah, dan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu di daerah
disampaikan kepada DPRD dan gubernur/bupati/walikotaa bersangkutan sesuai dengan

kewenangannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan Indonesia yang

memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara. Menurut uud 1945, bpk merupakan

lembaga yang bebas dan mandiri.BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank

Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

B. SARAN

BPK adalah lembaga tertinggi di Indonesia yang memiliki tanggung jawab mengenai keuangan

negara. Jadi sangatlah penting apabila para pejabat yang ada di lingkungan BPK bekerja dengan

baik tidak melakukan penyimpangan. Karena menyangkut hajat orang banyak. Mahasiswa saat ini

adalah penerus dimasa yang akan datang, mahasiswa adalah agent of change sehingga tugas

mahasiswalah supaya membuat Indonesia sejahtera tanpa korupsi.

Anda mungkin juga menyukai