Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..3
BAB I………………………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4
a. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………….4
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………4
BAB II……………………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….5-11
BAB III………………………………………………………………………………………12
a. Kesimpulan…………………………………………………………………………12
b. Saran…………………………………………………………………………………12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengelolaan Keuangan Negara dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang pengelolaan keuangan negara bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imran Eka Saputra.B.SH.MH selaku dosen mata
kuliah Hukum Keuangan Negara.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
Badan pemeriksa keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.
BPK bersifat bebas dan mandiri. BPK memiliki tugas yang begitu besar seperti memeriksa seluruh
keuangan negara yang berasal dari berbagai lembaga. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak
mengetahui apa tugas, fungsi dari BPK itu sendiri. Sehingga dalam makalah ini kami akan
menjelaskan lebih rinci mengenai BPK agar masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah
No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada
tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan
Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan
dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di
Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab
yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang
ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5)
UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden
Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan
(berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua
diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua
Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil
Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1
Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan
berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia
Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta
Pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali
UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali
menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.
Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS
berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali
menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan
Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam
Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah
Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU)
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain
pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua
dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri coordinator dan Menteri.
pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari
tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan
konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan
BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan
dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan
Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara
dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun
1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23
ayat 5). Kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri
(Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang
3. UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara
(Pasal 23E UUD 1945 dan Pasal 2 UU No.15 Tahun 2006 tentang badan pemeriksa
Keuangan). Menurut uud 1945, bpk merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD(sesuai dengan
kewenangannya).
C. Tugas, Fungsi, Jenis-Jenis Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK)
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 tahun
2006).
Yang dimaksud “keuangan negara” meliputi semua unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang keuangan negara yakni semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Yang dimaksud
“lembaga atau badan lain” antara lain badan hukum milik negara, yayasan yang mendapat fasilitas
negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-undang, dan badan swasta yang menerima
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan negara, fungsi BPK
dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi yakni fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi, fungsi
1) Fungsi pemeriksaan, tercemin dalam tugas BPK melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan
2) Fungsi rekomendasi, tercermin dari konsekuensi bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara selalu diikuti dengan rekomendasi yaitu saran berdasarkan hasil
pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan/atau perbaikan. (Pasal 1 butir 12, Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 20 ayat (1) UU No. 15
Tahun 2004).
3) Fungsi quasi yudisial, tercermin dari tugas BPK mengenakan ganti kerugian negara/daerah
terhadap bendahara dan pengelola perusahaan negara/daerah menurut tata cara yang ditetapkan,
yakni tata cara berupa proses penuntutan yang menyerupai layaknya proses peradilan (Pasal 62
ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 dan Pasal 22 UU No. 15 Tahun 2004).
4) Fungsi legislasi, tercermin dari kewenangan BPK untuk menetapkan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dalam bentuk peraturan BPK, yang mempunyai kekuatan yang mengikat pihak-pihak yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK (Pasal 6 ayat (6) UU No. 15 tahun 2006
Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terdiri atas pemeriksaan
1) Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Laporan hasil pemeriksaan
2) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas. Laporan hasil
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang
adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. Laporan hasil pemeriksaan dengan
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah, laporan hasil pemeriksaan
kinerja pemerintah daerah, dan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu di daerah
disampaikan kepada DPRD dan gubernur/bupati/walikotaa bersangkutan sesuai dengan
kewenangannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan taggungjawab keuangan negara. Menurut uud 1945, bpk merupakan
lembaga yang bebas dan mandiri.BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
B. SARAN
BPK adalah lembaga tertinggi di Indonesia yang memiliki tanggung jawab mengenai keuangan
negara. Jadi sangatlah penting apabila para pejabat yang ada di lingkungan BPK bekerja dengan
baik tidak melakukan penyimpangan. Karena menyangkut hajat orang banyak. Mahasiswa saat ini
adalah penerus dimasa yang akan datang, mahasiswa adalah agent of change sehingga tugas