Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Disusun Oleh :

Anggi

Ariyani

Deis

Putra Ramadhan

Ramadlan Faturrohim

Yoyon

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya


kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik dengan bahasan Lembaga Tinggi
Negara.

Tugas yang kami susun ini berjudul Peran Badan Pemeriksa Keuangan,
kami susun berdasarkan data-data dan beberapa sumber yang dapat dipercaya.
Namun kami menyadari bahwa hasil penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran dari pembaca yang bersifar membangun sangat
kami harapkan. Walaupun masih banyak kekurangan, semoga tugas yang kami
susun dapat menambah wawasan kita tentang salah satu Lembaga Tinggi Negara
yaitu BPK.

Bandung, 22 Desember 2016

Penulis

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


Daftar isi ..................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... iii
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ iv
1.3 Metode Pemecahan Masalah .............................................................................. iv
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 1
2.1 Sejarah .................................................................................................................. 1
2.2 UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK ..................................................................... 2
2.3 Tugas BPK.............................................................................................................. 4
2.4 Kewenangan BPK .................................................................................................. 7
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang lembaga-lembaga
Negara pada system pemerintahan pusat yang sekarang penting untuk diketahui
maka sekiranya dipaparkan salah satu dari lembaga tersebut untuk diketahui tugas
dan wewenangnya. Dengan demikian perlu untuk diketahuai bersama badan yang
menangani tugas pemeriksaan keuangan Negara yang seperti kita ketahui bersama
banyaknya tindakan melanggar hukum yang berhubungan dengan keuangan.
Tujuannya yaitu untuk lebih membuka wawasan pembaca tentang tugas dan
wewenang dari badan yang ditugaskan memeriksa keuangan dan mengawas
pelaksanaan perekonomian Negara.

Selain itu, makalah ini saya tulis sehubungan dengan pemenuhan tugas
pendidikan kewarganegaraan 1. Dimana mengharuskan mahasiswa membuat
makalah dari pokok bahasan yang telah dibagikan kepada mahasiswa sebelumnya.

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan?
2. Bagimana bunyi UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Negara?
3. Apa tugas dari Badan Pemeriksa Keuangan?
4. Apa wewenang dari Badan Pemeriksa Keuangan?

Tujuan

1. Mengetahui sujarah pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan.


2. Memahami UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Mengetahui tugas Badan Pemeriksa Keuangan.
4. Mengetahui wewenang Badan Pemeriksa Keuangan.

1.3 Metode Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam
menyelesaikan permasalahan yang dituangkan dalam rumusan masalah,
sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam
makalah dalah metode Library Research (keputusan) dan media internet yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam makalah ini.

iv
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan


berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas
Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.

Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg


Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta resolusi
MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk
menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat
kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober
1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang No. 7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti
dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Gaya Baru.

Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan


BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi
Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya
baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang
Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah


mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan
Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa
eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR

1
No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan
negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang
independen dan profesional.

Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK
RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI
hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga
UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga
pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat


Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;

UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara; UU No.1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara; UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; UU No. 15 Tahun 2006
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2.2 UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK


Undang-undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden Republik
Indonesia dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
memutuskan dan menetapkan undang-undang tentang Badan Pemeriksa Keungan:

Bab I Ketentuan Umum dalam pasal 1 dalam undang-undang ini yang dimaksud
dengan:

1. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya di singkat BPK, adalaah


lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara sebagai mana di maksud dalam undang-undang dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945.

2
2. Dewan Perwakilan Rakyat, yang selanjutnya di singkat DPR, adalah Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana di maksud dalam undang-undang dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945.

3. Dewan Perwakilan Daerah, yang selanjutnya di singkat DPD, adalah Dewan


Perwakilan Daerah sebagaimana di maksud dalam undang-undang dasar
negara Republik Indonesia tahun 1945.

4. Pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang


pemeriksaan keuangan negara Republik Indonesia sebagaimana di maksud
dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah


sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD,


adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provensi, Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

7. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

8. Pengelolaan keungan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola


keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

9. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang


dilakukan secara undependen, objektif, dan professional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keungan
negara.

10. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

3
11. Tanggung Jawab Keungan Negara adalah kewajiban pemerintah dan lembaga
negara lainnya untuk melaksanakan pengelolaan keungan negara secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonmis, efektif, ekonomis,
dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

12. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas
nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan,
uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah.

13. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keungan negara yang meliputi standar
umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib
dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

14. Hasil pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran,
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai
pengelolaaan dan tanggung jawab keungan negara yang dilakukan secara
independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.

15. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.

16. Ganti Kerugian adalah sejumlah uang atau barang yang dapat dinilai dengan
uang yang harus dikembalikan kepada negara/daerah oleh seseorang atau
badan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun
lalai.

17. Peraturan BPK adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh BPK yang
mengigat secara umum dan dimuat dalam lembaran negara Republik
Indonesia.

2.3 Tugas BPK


Bab III Tugas dan Wewenang BPK, bagian kesatu Tugas Pasal 6 menyatakan
bahwa:

4
1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang dilakukan oleh Pemerintahan Pusat, pemerintahan Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
menegelola keuangan negara.

2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat(1),


dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.

3. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,


dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

4. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan


ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib
disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

5. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan
pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas BPK


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan BPK.

Pasal 7 menyatakan;

1. BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.

2. DPR, DPD, dan DPRD menindak lanjuti hasil pemeriksaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing
lembaga perwakilan.

5
3. Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh anggota
BPK atau pejabat yang ditunjuk.

4. Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan
DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan
sesuai dengan kewenangannya.

5. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara


yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka
untuk umum.

Pasal 8 menyatakan:

1. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 7 ayat (1), BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara
tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.

2. Tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberitahukan secara tertulis oleh Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota kepada
BPk.

3. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal


tersebut kepada istansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsure
pidana tersebut.

4. Laporan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan dasar


penyidikan yang berwewenag sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan


oleh pejabat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dan hasilnya
diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta pemerintah.

6
2.4 Kewenangan BPK
Bagian II “wewenang” pasal 9 menerangkan:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan


pemeriksaan, menetukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan;

b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap


orang, unit organisasi Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah,
Lembaga Negara lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara;

c. Melakuka pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik


negara, di tempat dilaksanakan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,
surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.

d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK;

e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi


dengan pemerintahan pusat/pemerintahan daerah yang wajib digunakan
dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan negara;

g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang


bekerja untuk dan atas nama BPK;

h. Membina jabatan fugsional Pemeriksa;

i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintah; dan

7
j. Member pertimbangan atas rancangan sistem penegendalian intern
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh
Pemerintahan Pusat/Pemerintah Daerah.

2. Dokumen, data, serta inform asli mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang diminta oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf di hanya dipergunakan untuk pemeriksaan.

Pasal 10 tentang kewenangan BPK menyatakan:

1. BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan


oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan
oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang
menyelanggarakan pengelolaan keuangan negara.

2. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang


berkewajiban membayar ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan BPK.

3. Untuk menjamin pelaksanaan pembayar ganti kerugian, BPK berwenang


memantau:

a. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh


pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;

b. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara,


pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan

c. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan


berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hulum
tetap.

4. Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara


tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.

8
Pasal 11 menyatakan bahwa:

BPK dapat memberikan:

a. Pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah,


Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, dan Lembaga atau
Badan lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaan;

b. Pertimbangan atas penyelasaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan


oleh Pemerintahan Pusat/Pemerintah Daerah; dan/atau

c. Keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerah.

Pasal 12 menyejelaskan bahwa:

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan wewenang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10, dan Pasal 11 diatur dengan peraturan
BPK.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan
Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya di singkat BPK, adalaah
lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagai mana di maksud dalam undang-undang dasar negara
Republik Indonesia tahun 1945.

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara yang dilakukan oleh Pemerintahan Pusat, pemerintahan Daerah, Lembaga

9
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
menegelola keuangan negara. Pelaksanaan pemeriksaan BPK, dilakukan
berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam hal
pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-
undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan
objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang: Menentukan objek


pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menetukan waktu
dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan,Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh
setiap orang, unit organisasi Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah, Lembaga
Negara lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan Negara, Melakuka pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan
barang milik negara, di tempat dilaksanakan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-
surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara, Menetapkan jenis dokumen,
data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
yang wajib disampaikan kepada BPK, Menetapkan standar pemeriksaan keuangan
negara setelah konsultasi dengan pemerintahan pusat/pemerintahan daerah yang
wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara,Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara,Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar
BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK,Membina jabatan fugsional
Pemeriksa,Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintah, dan

10
Member pertimbangan atas rancangan sistem penegendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintahan
Pusat/Pemerintah Daerah.

Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah kita sebagi calon
pendidik sebaiknya pendidik,harus selalu menggali potensi yang ada pada diri
kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan dengan cara mempelajari mekalah ini
agar mendapat sedikit banyak pengetahuan dan wawasan tentang badan pemeriksa
keuangan utamanya pada tugas dan wewenang badan pemeriksa keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org (diakses pada 15 Mei 2013)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa


Keuangan

http://andiramadhana.blogspot.co.id/2013/06/badan-pemeriksa-
keuangan_5226.html

11

Anda mungkin juga menyukai