DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas matakuliah
“PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN” di bawah bimbingan Ibu
Hasninar, S.Pd. M.Pd. dengan judul “OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI.”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan saran serta kritik dari pembaca sekalian, agar di lain kesempatan kami dapat
menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi
para pembaca maupun bagi kami, penulis makalah. Terima kasih.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. i
BAB I ( PENDAHULUAN )
B. RUMUSAN MASALAH…………………………….………………………………. 1
C. TUJUAN……………. ……………………………….……………………………… 1
BAB II ( PEMBAHASAN )
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………….7
B. SARAN………………………………………………………………...……………...7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik konstitusional. Meski begitu, tetap
didampingi dengan sistem pemerintahan demokrasi dan sistem presidensial.
Berdasar Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu, disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia
adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Bentuk pemerintahan republik, terbagi menjadi tiga macam, yakni republik absolut,
republik konstitusional, dan republik parlementer. Bentuk pemerintahan Indonesia
telah disesuaikan berdasarkan pola kehidupan di negara, serta menyalurkan aspirasi
rakyat dalam memilih pemimpin. Salah satu ciri pemerintahan Indonesia (Republik
Konstitusional) adalah sistem otonomi daerah yang berarti. Menyerahkan sebagian
urusan pemerintah pusat pada masing-masing daerah. Segala kewenangan dan
tanggung jawab dipegang oleh pemerintah daerah. Makalah ini akan membahas
mengenai seluk-beluk sistem otonomi daerah atau dengan kata lain hal-hal yang
berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, untuk lebih memperjelas dalam
memahaminya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Otonomi Daerah ?
2. Bagaimana Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah ?
4. Bagaimana pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Hakikat Otonomi Daerah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
3. Untuk Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah
4. Untuk Mengetahui Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam penerapan asas desentralisasi terdapat konsekuensi logis yang mana menuntut
pemerintah daerah untuk siap menata keseluruhan perangkat organisasi daerah, serta
kemampuan untuk menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan eksternal agar
mampu melaksanakan amanat yang diberikan rakyat. Tuntutan tersebut dihadapi oleh
setiap pemerintah daerah, terutama di tingkat kabupaten yang merupakan ujung
tombak pelaksanaan asas desentralisasi daerah otonom yang mandiri dan memiliki
kewenangan dalam mengatur daerah masing-masing. Di pihak lain, daerah baik
masyarakat maupun pemerintahnya harus benar-benar mempersiapkan diri agar
mampu melaksanakan tugas, hak dan kewajibannya tersebut dengan baik, sehingga
pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara mandiri dengan menggali potensi-
potensi yang dimiliki secara optimal dengan tanpa mengabaikan kepentingan
nasional.
2
B. SEJARAH OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
1. Era kolonial
Dalam buku Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan (2002) karya Syaukani dkk,
pada Pemerintahan Hindia Belanda sudah mengeluarkan peraturan mengenai
otonomi daerah, yaitu Reglement op het Beleid der Regering van Nederlandsch
Indie (Peraturan tentang administrasi Negara Hindia Belanda). Kemudian pada
1903, belanda mengeluarkan Decentralisatiewet yang memberi peluang
dibentuknya satuan pemerintahan yang memiliki keuangan sendiri.
2. Era Jepang
Meski hanya dalam waktu 3,5 tahun (1941-1945) ternyata Pemerintah Jepang
banyak melakukan perubahan yang cukup fundamental. Pembagian daerah pada
masa Jepang jauh lebih terperinci ketimbang pembagian di era Belanda.
Awal mula masuk ke Indonesia, Jepang membagi daerah bekas jajahan Belanda
menjadi tiga wilayah kekuasaan. Wilayah tersebut yaitu Sumatera di Bukittinggi,
Jawa dan Madura dengan kedudukan di Jakarta, serta wilayah timur, seperti
Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil, dan Maluku. Di Jawa, Jepang mengatur
penyelenggaraan pemerintah daerah dalam beberapa bagian, dikenal dengan
sebutan Syuu (tiga wilayah kekuasaan Jepang) dibagi dalam Ken (kabupaten) dan
Si (kota). Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan. Pemerintah daerah
hampir sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan otonomi daerah pada
masa itu bersifat menyesatkan. Namun, struktur administrasi lebih lengkap bila
dibandingkan dengan pemerintah Belanda. Struktur administrasi tersebut adalah:
Panglima Balatentara Jepang Pejabat Militer Jepang Residen Bupati Wedana
Asisten Wedana Lurah atau Kepala Desa Kepala Dusun Rt atau RW Kepala
Rumah Tangga Sistem adminsitrasi tersebut yang kemudian diwariskan ke
3
pemerintah Indonesia pasca proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945.
3. Orde Lama
Untuk menyusun kembali Pemerintahan Daerah di Indonesia, sementara
pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No 6 Tahun 1959 dan Penetapan
Presiden tahun 1960. Peraturan tersebut mengatur tentang Pemerintahan Daerah.
Di Era Orde Lama, Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi. Daerah
otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu: Kotaraya Kotamadya
Kotapraja Orde Baru Pada era ini secara tegas menyebutkan ada dua tingkat
daerah Otonom, yaitu Daerah Tingkat I dan Darah Tingkat II. Selama Orde Baru
berlangsung, pemerintah pusat memperketat pengawasan atas pemerintah daerah
sebagai pengejawantahan dari pelaksanaan tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam era tersebut dikenal tiga jenis pengawasan, yaitu pengawasan preventif,
pengawasan represif, dan pengawasan umum.
4. Era Reformasi
Era awal reformasi pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan tentang otonomi
daerah, yaitu: UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah UU No 25 Tahun
1999 Tentang Perimbangan Kuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam
perkembangannya, kebijakan otonomi melalui undang-undang tersebut dinilai
baik dari segi kebijakan maupun implementasinya.
Otonomi daerah di Era Reformasi menjadi jawaban dari persoalan otonomi daerah
di Era Orde Baru. Seperti masalah Desentralisasi Politik, Desentralisasi
Administrasif, dan Desentralisasi Ekonomi.
4
2. Prinsip Riil dan tanggung jawab
Otonomi daerah nyata dan bertanggung jawab untuk kepentingan seluruh
masyarakat. Pemda berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan
daerah.
3. Prinsip Penyebaran
Asas desentralisasi dan dekonsentrasi bermanfaat untuk masyarakat melakukan
inovasi pembangunan daerah.
4. Prinsip Keserasian
Daerah otonom mengutamakan aspek keserasian dan tujuan di samping aspek
demokrasi
5. Prinsip Pemberdayaan
Tujuan otonomi daerah adalah bisa meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah di daerah. Utamanya dalam aspek pelayanan dan
pembangunan masyarakat. Selain itu dapat meningkatkan pembinaan kestabilan
politik dan kesatuan bangsa.
Secara garis besar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dengan
jelas telah mengatur masalah pembagian kewenangan ini. Undang-undang
menyuratkan bahwa kewenangan pemerintah di tingkat lokal akan bertambah dan
mencakup kewenangan pada hampir seluruh bidang pemerintahan .
Sementara itu kewenangan yang terdapat pada pemerintah pusat terbatas hanya
pada kewenangan di bidang: (a) politik luar negeri; (b) pertahanan keamanan; (c)
peradilan; (d) moneter dan fiskal; (e) agama; dan (f) kewenangan di bidang lain.
Khusus mengenai kewenangan dan tanggung jawab di bidang lain yang masih
dimiliki oleh pusat sebagaimana dijelaskan didalam pasal 7, UU No. 22 Tahun 1999
meliputi kewenangan: (a) perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro; (b) dana perimbangan keuangan; (c) sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara; (d) pembinaan dan pemberdayaan
5
sumberdaya manusia; (e) pendayagunaan sumberdaya alam serta teknologi tinggi
yang strategis; (f) konservasi; dan (g) standarisasi nasional.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bentuk pemerintahan Indonesia telah disesuaikan berdasarkan pola kehidupan di
negara, serta menyalurkan aspirasi rakyat dalam memilih pemimpin. Salah satu ciri
pemerintahan Indonesia (Republik Konstitusional) adalah sistem otonomi daerah yang
berarti menyerahkan sebagian urusan pemerintah pusat pada masing-masing daerah.
Segala kewenangan dan tanggung jawab dipegang oleh pemerintah daerah.
B. SARAN
Mengetahui dan memahami materi otonomi daerah dalam kerangka NKRI sangatlah
penting karena sistem tersebut merupakan salah ciri dari sistem pemerintahan di
Indonesia, juga merupakan hal yang dapat menambah wawasan mengenai wewenang,
prinsip, sejarah, dan hakikat dari sebuah sistem yang diterapkan dalam ruang lingkup
daerah.
7
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Latifatul Fajri. 2021. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Otonomi Daerah.
https://katadata.co.id/safrezi/berita/615ff9201f24a/pengertian-tujuan-dan-prinsip-
otonomi-daerah diakses 9 November 2021.