Anda di halaman 1dari 20

Daftar Isi

1 Pendahuluan...........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
2 Tinjauan Pustaka....................................................................................................3
2.1 Audit dan Auditor.....................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Audit dan Auditor..................................................................................4
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Auditor.......................................................................5
2.4 Teori Keagenan (Agency Theory)...........................................................................6
2.5 Teori Kecurangan (Fraud Theory).........................................................................6
2.6 Teori Peran................................................................................................................7
2.7 Teori Dasar Good Corporate Governance............................................................7
2.8 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal......................................................8
3 Hasil Dan Pembahasan...........................................................................................9
3.1 Analisis peran dan kualitas internal auditor dalam efektifitas pengendalian
internal.......................................................................................................................9
3.2 Peran auditor internal dan auditor eksternal dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia................................................................................................11
3.3 Peran audit internal dalam mencegah fraud di tengah wabah covid-19...........12
3.4 Peran audit internal terhadap kepatuhan perangkat daerah dalam pengelolaan
keuangan pada kantor Inspektorat.........................................................................14
3.5 Peran audit internal dan komite audit dalam pencapaian tujuan good corporate
governance..............................................................................................................16
4 Kesimpulan Dan Saran.........................................................................................17
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
4.2 Saran.........................................................................................................................18
Daftar Pustaka..............................................................................................................19

1
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR
EKSTERNAL & AUDITOR INTERNAL

Oleh :
Ricky | Lusi Amelia | Ika Monalisa Tambunan
Irwansyah Putra | Bagus Kuncoro | Ryan Riesky P

1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Audit dapat diartikan sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya. Proses auditing
tersebut dilaksanakan oleh auditorm yaitu akuntan public yang memberikan jasa
kepada auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji.
Elder, Beasle, dan Arens (2015:41) mengatakan proses auditing merupakan
proses dimana auditor mengumpulkan dan mengevaluasi semua informasi dan juga
bukti-bukti yang ditemui dan dapat menjadikan entitas ekonomi menjadi lebih
kompeten dan independen dalam menentukan dan melaksanakan pelaporan informasi
yang telah didapat sesuai dengan aturan-aturannya. Seorang audior harus memiliki
kualitas yang baik agar dapat dipercaya dalam pengambilan suatu keputusan.
Dalam pelaksanaan audit, auditor yang ditugaskan harus mampu melaksanakan
tugasnya dengan independen dan tanpa melakukan pertimbangan-pertimbangan
terhadap objeknya. Tanpa sikap independen auditor akan sulit untuk menentukan
hasil sesuai dengan kenyataan yang terjadi dan dapat berpengaruh terhadap kualitas
audit itu sendiri dalam penetapan keputusan.
Proses audit internal maupun eksternal berperan penting dalam memberikan
informasi atau mendeteksi kecurangan dan pelanggaran yang terjadi di perusahaan
maupun pemerintah di Indonesia. Fungsi auditor dalam struktur organisasi harus
mampu menjadi mitra manajemen dengan menjalankan tanggungjawabnya dalam

2
pengawasan keuangan perusahaan yang semakin kompleks dan rentan terhadap risiko
terjadinya pelanggaran. Oleh karena itu peran dan tanggung jawab auditor internal
dan eksternal begitu penting dalam perusahaan yang memerlukan komunikasi
terbuka, transparan, dan saling percaya diantara pemangku kepentingan yang terlibat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
peran dan tanggung jawab auditor internal dan eksternal dalam perusahaan dan
pemerintahan di Indonesia sebagai berikut :
1. Analisis peran dan kualitas internal auditor dalam efektifitas pengendalian
internal.
2. Peran auditor internal dan auditor eksternal dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia.
3. Peran audit internal dalam mencegah fraud di tengah wabah covid-19.
4. Peran audit internal terhadap kepatuhan perangkat daerah dalam pengelolaan
keuangan kantor inspektorat.
5. Peran audit internal dan komite audit dalam pencapaian tujuan good
corporate governance.

2 Tinjauan Pustaka
2.1 Audit dan Auditor
Menurut (Mulyadi 2014:9), audit adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian setara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan.
Menurut (Mulyadi 2014:71), auditor adalah akuntan publik yang memberikan
jasa audit kepada auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah
saji. Menurut (Tuanakotta 2014:84) tujuan audit adalah mengangkat tingkat
kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan
itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan

3
keuangan disusun dalam segala hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
2.2 Jenis-jenis Audit dan Auditor
Menurut (Agoes 2017:11) ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan atas :
1. Peran audit internal dan komite audit dalam pencapaian tujuan good
corporate governance. Manajemen Audit (Operational Audit), yaitu suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen,
untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern
perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal
(Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-
lain).
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang
telah ditentukan.
4. Computer Audit yaitu pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang
memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data
Processing (EDP) sistem.
Menurut (Mulyadi 2014:28), jenis auditor dibagi menjadi tiga yaitu

1. Auditor Independen (Independent Auditors) adalah auditor professional yang


menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit
atas laporan keuangan yang dibuat kliennya.
2. Auditor Internal (Internal Auditor) adalah auditor yang bekerja dalam
perusahaan (perusahaan negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah

4
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
puncak telah dipatuhi, yaitu menentukan baik atau tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan kendalan informasi yang dihasilkan
oleh berbagai bagian organisasi. Utama Perusahaan.
3. Auditor Pemerintah (Government Auditor) Auditor Pemerintah adalah auditor
profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya
melakukan audit atas pusat pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi
dua yaitu: 1) Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). 2) Auditor Internal Pemerintah yang
dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APIP).

2.3 Peran dan Tanggung Jawab Auditor


Adapun peran dan tanggung jawab auditor internal dan eksternal sebagai
berikut :
1. Auditor eksternal terhadap kecurangan diatur dalam Statement on Auditing
Standard (SAS) No. 82 mengenai Consideration of Fraud in a Financial
Statement Audit, yang menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab
yang besar untuk mendeteksi kecurangan dengan merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh kepastian mengenai apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji (misstatement) secara material baik yang
disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan.
2. Peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap kecurangan diatur dalam
Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No.3, yang menjelaskan
bahwa tanggung jawab auditor internal dalam mendeteksi fraud mencakup
yaitu Pertama, auditor internal harus memperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang memadai atas fraud agar dapat mengidentifikasi kondisi
yang menunjukkan tanda-tanda fraud yang mungkin akan terjadi. Dan kedua,
auditor internal harus mempelajari dan menilai struktur perusahaan atau

5
instansi pemerintahan untuk mengidentifikasi timbulnya kesempatan, seperti
kurangnya perhatian dan efektivitas terhadap sistem pengendalian internal
yang ada.

2.4 Teori Keagenan (Agency Theory)


Menurut Adams pada tahun 2008. teori agensi adalah bagian dari kelompok
positivis teori yang berasal dari literatur ekonomi keuangan. Ini mendalilkan bahwa
perusahaan terdiri dari perhubungan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomi
(para pelaku) dan manajer (para agen) yang dibebankan untuk menggunakan dan
mengendalikan sumber daya, Selanjutnya, teori keagenan didasarkan pada premis
bahwa agen memiliki lebih banyak informasi daripada pemilik sumber daya dan
asimetri informasi ini berdampak buruk pada kemampuan memonitor para manajer
secara efektif apakah kepentingan mereka terpenuhi dengan baik dilayani oleh agen.
Adanya kepentingan yang tidak selaras antara prinsipal dan agen menjadi penyebab
munculnya agency theory.

2.5 Teori Kecurangan (Fraud Theory)


Teori Fraud merupakan teori yang mencoba menjelaskan mengapa fraud dapat
terjadi dalam suatu perusahaan. Menurut Cressey (1953) teori kecurangan dimulai
dari teori kecurangan segitiga (triangle theory) yang menjelaskan tiga faktor yang ada
dalam setiap situasi penipuan, yaitu tekanan, peluangdan rasionalisasi. Teori segitiga
penipuan kemudian berkembang menjadi teori fraud Diamond. Menurut Wolfe dan
Hermanson pada tahun 2004 dengan menambahkan komponen baru yaitu kopabilita.
Evolusi terakhir dari teori kecurangan adalah teori penipuan pentagon dikemukakan
oleh Marks (2012), Marks menambahkan 2 komponen baru ke teori penipuan, yaitu
kapabilitas dan kesombongan. Menurut Crowe (2011) menyatakan bahwa terdapat 5
faktor utama yang kemudian dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
fraud yaitu pressure (tekanan), Opportunity (kesempatan), Rationalization
(rasionalisasi), Competence (kompetensi) dan Arrogance (arrogansi). Kelima faktor
penyebab fraud ini kemudian dapat disebut sebagai fraud pentagon.

6
2.6 Teori Peran
Menurut Kozier dikutip dalam Lia (2011:19) menyatakan bahwa toeri peran
merupakan bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. Dikatakan Levinson yang dikutip dalam Soekanto (2012:20) menyatakan
bahwa peranan meliputi tiga hal, yaitu:
1. Meliputi aturan yang berhubungan dengan posisi atau kedudukan seseorang
dalam bermasyarakat. Dalam artianya peran ini merupakan rangkaian aturan
yang menuntun seorang di dalam menjalankan kehidupan dalam masyarakat.
2. Adalah konsep mengenai apa yang dapat dilakukan individu didalam
berorganisasi dan bersosialisasi di masyarakat.
3. Merupakan pentingnya perilaku individu yang dapat mempengaruhi struktur
sosial dalam bermasyarakat.

2.7 Teori Dasar Good Corporate Governance


Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011, prinsip-
prinsip Good Corporate Governance meliputi
1. Transparansi (Transparancy), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
materil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
4. Kemandirian atau Independen (Independency), yaitu keadaan dimana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

7
5. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan.
Dari berbagai penjelasan prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip GCG
yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan
kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders)

2.8 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal


Menurut Hery (2017:52) terdapat perbedaan antara audit internal dan audit
eksternal yaitu:

1. Internal audit dilaksanakan oleh pihak yang berasal dari dalam perusahaan
sedangkan eksternal audit dilaksanakan oleh pihak yang bukan dari dalam
perusahaan.
2. Audit internal sering disebut tidak independen oleh pihak luar organisasi
sedangkan audit eksternal merupakan pihak yang bersifat independen.
3. Audit internal bertugas dalam memberikan penilaian, analisis dan juga saran.
Sedangkan audit eksternal bertugas dalam pemberian opini dan pendapat.
4. Audit internal memuat temuan tentang penyimpangan yang dilakukan oleh
pihak dalam organisasi, dan kecurang yang terjadi. Sedangkan audit eksternal
memuat opini auditor tentang laporan keuangan yang diperiksa dengan
indikasi wajar atau tidak wajar.
5. Berpedoman pada standar oleh Institute of Internal Auditors yaitu Internal
Auditing Standard dan dalam lingkungan BUMN/BUMD digunakan Norma
Pemeriksaan Internal oleh BPKP oleh BPKP. Dan audit eksternal
menggunakan pedoman sesuai penetapan Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
6. Kegiatan pemeriksaan audit internal memiliki waktu lebih banyak dari pada
audit eksternal dalam melakukan pemeriksaan didalam organisasi.

8
7. Pemeriksaan audit internal tidak harus dipimpin oleh akuntan yang terdaftar
dan memiliki nomor register (registreted accountant) sedangkan eksternal
audit harus.
8. Didalam pemeriksaan audit internal tidak membutuhkan surat perwakilan
klien sedangkan pada audit eksternal harus terlebih dahulu di mintai surat
perwakilan tersebut.

3 Hasil Dan Pembahasan


3.1 Analisis peran dan kualitas internal auditor dalam efektifitas pengendalian
internal
Peran Auditor Internal dalam efektivitas pengendalian internal adalah untuk
mendorong perusahaan dalam membuat pelaporan keuangan yang transparan dan
berintegritas. Membantu perusahaan dalam meningkatkan akuntabilitas. Kemudian
Kualitas Internal Auditor bisa dilihat dari dua hal yaitu kompetensi dan independensi.
Kompetensi berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai
dan dimiliki oleh seorang auditor dalam bidang audit dan akuntansi. Sedangkan
independensi merupakan sikap professional auditor yang tidak dapat dipengaruhi oleh
orang lain. Auditor Internal harus memiliki alur pelaksanaan audit secara sistematis
dan terstruktur. Ketika alur pelaksanaan jelas dan berurutan maka hal tersebut bisa
membuat pelaksanaan audit internal dengan sangat mudah dan praktis.
Penerapan pengendalian internal perusahaan dengan berdasarkan teori COSO
2013 yang memiliki lima unsur yaitu, lingkungan pengendalian, penilaian resiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian.
Berikut merupakan hasil perbandingannya :
1. Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses, dan struktur
yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di sebuah
organisasi.
2. Penilaian resiko merupakan sebuah kombinasi antara kemungkinan dan akibat
yang memiliki potensi menimbulkan sebuah kerugian. Untuk meminimalisir
risiko. Penilaian risiko adalah aktivitas analisis dan evaluasi risiko dalam

9
tindakan sebuah organisasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan penilaian
risiko menurut COSO yaitu menilai risiko, mengelola risiko, menaksir potensi
kecurangan dan perubahan.
3. Kegiatan pengendalian perusahaan sebagai entitas organisasi memilih dan
mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi dalam
pengelolaan risiko. Aktivitas pengendalian merupakan tindakan-tindakan yang
ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk memastikan arahan
manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Tindakan- tindakan pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui
penggunaan dan pengelolaan teknologi serta dengan membuat kebijakan-
kebijakan untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi.
4. Informasi dan komunikasi, sebuah organisasi harus memiliki komunikasi yang
baik karena komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Komunikasi
yang baik akan menghasilkan informasi yang baik pula. Dari komunikasi yang
baik tersebut menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tanggung jawab pengendalian internal demi tercapainya tujuan perusahaan.
Dengan demikian, Perusahaan harus menggunakan informasi yang relevan
dan berkualitas dari sumber eksternal maupun dari sumber internal untuk
mendukung fungsi pengendalian internal.
5. Pemantauan Pengendalian dalam melaksanakan pengendalian internal,
perusahaan perlu melaksanakan kegiatan pemantauan. Kegiatan pemantauan
dilaksanakan untuk memberikan penilaian kinerja pengendalian internal pada
waktu tertentu.. Pemantauan terhadap pengendalian internal akan menemukan
kekurangan-kekurangan yang menghambat tercapainya tujuan organisasi
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Auditor internal melakukan
inspeksi mendadak pada bagian tertentu untuk memastikan bahwa
pengendalian internal berjalan dengan baik, auditor internal melakukan
perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan dalam pengendalian
internal, melaksanakan evaluasi atas wewenang dan tanggung jawab masing –
masing bagian

10
3.2 Peran auditor internal dan auditor eksternal dalam upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia
Dalam teori Audit Kecurangan (Fraud Audit), berdasarkan skema pohon kecurangan
(Fraud Tree), korupsi termasuk dalam kategori tindakan fraud atau kecurangan.
Fraud sendiri memiliki cakupan definisi yang lebih luas, meliputi segala tindakan
ilegal yang bercirikan penipuan, penyembunyian, atau penyalahgunaan kepercayaan
dengan tujuan keuntungan finansial, bisnis, atau menutupi kesalahan tertentu. Adapun
jenis auditor dalam lingkup pemerintahan sebagai berikut :
1. Auditor Internal (APIP) berfungsi sebagai audit internal dalam memerangi
korupsi dan fraud secara umum adalah melalui penguatan organisasi audit
internal dan transformasi peran audit internal dalam pencegahan, pendeteksian
dan investigasi fraud khususnya korupsi yang didukung oleh komitmen dan
dukungan nyata dari manajemen senior dan pemangku kepentingan lain yang
bersedia untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi termasuk
mengembangkan fungsi audit internal yang efektif.
Auditor Internal (APIP) mempunyai peran dan tanggungjawab antara lain :
a. membantu pencegahan fraud melalui evaluasi kecukupan dan efektivitas
pengendalian intern.
b. membantu manajemen menetapkan langkah pencegahan fraud melalui
konsultasi serta pemetaan kekuatan dan kelemahan organisasi.
c. berperan dalam manajemen risiko fraud melalui penyelidikan terhadap
dugaan fraud.
d. analisis akar masalah.
e. rekomendasi perbaikan pengendalian, pemantauan hotline pengaduan, dan
pelatihan etika.
2. Auditor Eksternal (BPK) merupakan suatu lembaga negara yang menjalankan
tugasnya bebas dan mandiri, memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Peran Auditor Eksternal (BPK) dalam upaya pencegahan
fraud dapat dilakukan melalui pelaksanaan Fraud Risk Assestment, sebagai
berikut :

11
a. peran pendeteksian yaitu melalui pemeriksaan didesain dan dilaksanakan
untuk mendeteksi fraud yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
b. peran pemeriksaan investigatif untuk memperoleh bukti adanya fraud atau
melalui perhitungan kerugian negara dengan tujuan untuk menghitung
kerugian negara atau daerah.
c. peran investigatif yang dapat mengurangi isu krusial terkait pemberian
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) yang diberikan oleh BPK hanyalah penilaian atas kewajaran atas
laporan keuangan yang dihasilkan dari pemeriksaan keuangan, bukan
jaminan tidak ada korupsi. Jika dimaksudkan untuk menemukan korupsi,
maka lebih tepat melalui audit investigatif.

3.3 Peran audit internal dalam mencegah fraud di tengah wabah covid-19
Audit internal dalam mencegah fraud adalah SPI (Satuan Pengawas Internal)
pada rumah sakit. Tugas SPI berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur
nomor: 71 Tahun 2017 Tentang Tata kelola RSUD Dr. Soetomo adalah melakukan
pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu Direktur Utama
untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial
sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis yang sehat. Audit
internal dalam wadah SPI memegang peranan penting dalam satuan kerja BLUD
untuk dapat mendorong akuntabilitas yang andal serta kinerja yang berkualitas. SPI
harus mampu menempatkan diri dan berkontribusi secara tepat sesuai dengan
karakteristik organisasinya sehingga mampu menjaga sekaligus mengembangkan
BLUD secara optimal.
Pendampingan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal (BPK
RI, BPK perwakilan jawa timur, Inspektorat Jenderal BNPB, Inspektorat, KAP).
Pendampingan Eksternal adalah kegiatan Satuan Pengawas Internal (SPI) yang
dilakukan dalam rangka menjembatani maksud dan tujuan auditor eksternal (KAP,
Itjen, BPK) dan APIP lainnya terhadap data atau dokumen pendukung dalam
melakukan audit. SPI menjadi pendamping (counterpart) bagi auditor eksternal dan

12
bertugas melakukan koordinasi dengan unit kerja dalam menyelesaikan tindak lanjut
temuan-temuan auditor eksternal. SPI juga bertugas mendampingi auditor eksternal
dan berupaya untuk meminimalkan duplikasi audit.
Auditor eksternal maupun internal diharapkan melakukan upaya mengoptimalkan
sumber daya, kapasitas, dan kompetensi pengawasan. APIP dan SPI agar dapat
memberikan advice untuk penerapan tata kelola organisasi yang baik sesuai best
practice dan menjaga potensi kecurangan untuk mencegah morale hazards dan
conflict of interest. APIP harus berperan secara optimal, tidak hanya sebagai
watchdog apabila BLUD terjadi permasalahan, namun juga sebagai catalyst,
memberikan consulting and assurance services, serta menjadi strategic partner and
trusted advisor bagi BLUD.
Satuan Pengawasan internal telah melakukan fungsi pengawasan internal dalam
mencegah fraud di tengah pandemi Covid-19, sebagai berikut :
1. Melakukan pengawasan khusus terkait anggaran percepatan penanganan
covid-19 meliputi anggaran belanja tak terduga (BTT1,BTT2,BTT3),
anggaran fungsional, serta bantuan CSR (corporate social responsibility)
Covid -19. Obyek yang dilakukan pengawasan adalah pada pemeriksaan atas
kesesuaian dokumen penerimaan dan distribusi APD, melakukan monitoring
dan evaluasi kesesuaian dokumen atas penggunaan akomodasi hotel bagi tim
medis penanganan covid 19 dan kesesuaian dokumen atas pengadaan mobil
PCR.
2. Melakukan pengawasan rutin yang sudah tertuang dalam PKPT. Pengawasan
rutin dilakukan pada bidang/bagian/instlasi terkait evaluasi kinerja.
Pemantauan atas tindak lanjut (monitoring) dilakukan pada
bidang/bagian/instalasi terkait temuan dan rekomendasi LHP tahun
sebelumnya yang belum selesai ditindaklanjuti.
3. Melakukan Pendampingan Pemeriksaan/Penyelesaian TL Audit APIP,
Eksternal & KAP padatahun 2020 terfokus pada kepatuhan dan kinerja
penanganan pandemi Covid -19 yang dilaksanakan RSUD dr. Soetomo telah
difasilitasi dan ditindaklanjuti hasil pemeriksaannya.

13
4. Pelaksanaan tugas di tengah pandemi covid-19 dilakukan dengan protokol
kesehatan yang ketat, yaitu dalam pelaksanaan tugas auditor diharuskan
memakai masker dan sanitizer, juga meminimalkan penerimaan data audit
secara hardcopy namun sebisa mungkin data berupa softfile yang dikirim
melalui email. Pelaksanaan pekerjaan dengan cara work from office (WFO).

3.4 Peran audit internal terhadap kepatuhan perangkat daerah dalam


pengelolaan keuangan pada kantor Inspektorat
Inspektorat Daerah telah dijelaskan dalam Tupoksi Inspektorat Daerah sesuai
dengan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara No. 63 Tahun 2008 tentang
uraian Tugas Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Adapun tugas pokok Inspektorat
yaitu menolong Gubernur untuk melaksanakan pengawasan di dalam pemerintah
melaksanakan urusanurusan pemerintahan daerah baik di daerah provinsi maupun di
daerah kabupaten/kota juga pengawasan terhadap pelaksanaan pembinaan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah dikabupaten/kota.
Indikator-indikator untuk mewujudkan independensi didalam menjalankan fungsi
pengawasan inspektorat dapat dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini:
1. Independensi dalam pengujian audit:
a. Pelaksanaan audit dilaksanakan dengan kerja sama antar seluruh
perangkat daerah.
b. Melaksanakan audit sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan tidak
tertarik melaksanakan arahan dari pihak tertentu sesuai dengan keinginan
dan kepentingannya serta melaksanakan prosedur dalam penetapan bukti
yang diterima.
c. Melaksanakan pengawasan dan penugasan dalam audit dengan tidak
mengikuti kepentingan dari pihak yang di audit dan tidak melaksanakan
pembatasan pengujian audit.
d. Bebas melakukan akses ke seluruh catatan, kekayaan, dan pegaia yaitu
relevan dengan penugasan auditnya.
2. Independensi pelaporan hasil pengawasan:

14
a. Terlepas dari tekanan dalam enggan mencampurkan masalah yang
signifikan didalam laporan hasil audit.
b. Terlepas dari segala macam daya yang diperuntukan dalam pelanggaran
sebagai auditor yang andal.
c. Terbebas dalam emosi yang mengharuskan untuk melakukan perubahan
terhadap fakta yang harus dilaporkan.
3. Independensi dalam program kerja pengawasan. Terlepas dari pengaruh
penyusunan program kerja pengawasan yang melawan kebijakan dan aturan
dalam proses audit.
Inspektorat sangat berperan dalam pengawasan pengelolaan keuangan
perangkat daerah. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan fungsinya dalam Audit
Internal sebagai Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mengawasi
dan mengawal jalannya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengkoordinasian pengelolaan keuangan oleh SKPD di Sulawesi Utara.
Inspektorat juga memiliki peran dalam pemberlakuan early morning system atau
peringatan dini kepada perangkat daerah. Yang dimana APIP melakukan probity
audit dengan memeriksa di awal sejak penyusunan rencananya pengadaan. Jadi
selain mengawal dan memeriksa APIP juga memiliki peran sebagai pencegahan
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan SKPD sebagai tugas pokok dan
fungsi Inspektorat dalam pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Inspektorat Daerah dalam menjaga Independensinya melaksanakan
penyusunan dan penataan penugasan audit dengan memperhatikan keterkaitan
antara objek dan auditor untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik
kepentingan. Karenanya Inspektur atau kepala Inspektorat secara periodik
melakukan reviuw hasil pekerjaan audit untuk memastikan kegiatan audit telah
dilaksanakan secara objektif. Kemudian dilakukan rotasi penugasan bagi staf
audit. Ketika terjadi konflik kepentingan atau objektivitas yang terganggu, auditor
diharuskan untuk melaporkan kepada pimpinan auditnya. Auditor juga dapat
meminta untuk dipindahkan atau digantikan tugasnya dalam pemeriksaan ketika
memang terjadi konflik kepentingan.

15
3.5 Peran audit internal dan komite audit dalam pencapaian tujuan good
corporate governance.
Komite Audit memiliki Audit Committee Charter sebagai pedoman untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efisien, efektif, transparan,
independen, dan dapat dipertanggungjawabkan. Audit Committee Charter disusun
oleh Komite Audit dengan persetujuan Dewan.Komisaris. Charter ini dikaji ulang
setiap satu tahun sekali oleh Komite Audit. Jika ada perubahan peraturan, Charter
akan dikaji ulang dan berlaku sejak perubahan peraturan tersebut tiap tahun sebagai
landasan pelaksanaan kegiatannya. Program kerja inidisampaikan dalam Laporan
Keuangan tahunan yang telah diaudit oleh eksternal auditor. Komite Audit turut
berperan dalam pemenuhan prinsip-prinsip dan pencapaian tujuan Good Corporate
Governance. Sebagai salah satu komite penunjang Dewan Komisaris, Komite Audit
berperan membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan
terhadap pengendalian internal dan informasi keuangan perusahaan. Lebih lanjut
dalam Piagam Komite Audit disebutkan bahwa Komite Audit merupakan salah satu
ujung tombak dalam membantu Dewan Komisaris melalui pelaksanaan fungsi
pengawasan, pemberian nasihat serta memastikan telah dilaksanakannya prinsip-
prinsip GCG dan Standar Etika.
Dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas pengendalian internal,
Komite Audit harus berkoordinasi dengan SPI untukmengadakan pertemuan reguler
untuk membahas temuan Auditor Internal dan jika diperlukan Komite Audit dapat
memperluas review-nya untuk menilai sifat, lingkup, besaran, dan dampak dari
kelemahan signifikan pengendalian intern serta pengaruhnya pada Laporan
Keuangan. Komite Audit juga dapat menggunakan laporan auditor independen untuk
melakukan identifikasi kemungkinan adanya kelemahan pengendalian internal.
Terkait pelaksanaan fungsi nasihat, Komite Auditsebagai bagian dari Dewan
Komisaris dapat memberi masukan atas Program Kerja Pemeriksaan Tahunan
(PKPT) yang disusun oleh Audit Internal. Komite Audit juga melakukan penelaahan
atas pelaporan risiko dan pelaksaaan manajemen risiko. Assessment terhadap ruang
lingkup dan efektivitas manajemen risiko merupakan tanggung jawab Komite

16
Manajemen Risiko. Namun, jika dalam pelaksanaan tugasnya Komite Audit
mendapati adanya aktivitas perusahaan yang memiliki risiko tinggi tetapi belum ada
upaya mitigasi risiko dan/atau pengendalian internal yang memadai, Komite Audit
melalui Dewan Komisaris dapat meminta Komite Manajemen Risiko menindaklanjuti
Laporan Komite Audit tersebut. Untuk risiko yang berkaitan dengan pelaporan
keuangan, Komite Audit akan mengadakan koordinasi dengan Komite Manajemen
Risiko mengenai dampak yang mungkin muncul dan bagaimana cara memitigasi
risiko tersebut.
Penerapan Good Corporate Governance dinilai telah sesuai dengan peraturan-
peraturan yang ada, ini terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan untuk mendukung
penerapan Good Corporate Governance diantaranya dengan menyusun pedoman
GCG yaitu Code of Corporate Governance, adanya charter, Prosedur Operasional
Baku, dan kebijakan perusahaan lain yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Audit Internal memberikan peran pada pencapaian tujuan Good Corporate
Governance. SPI menjalankan dengan baik fungsinya berdasarkan pada prinsip-
prinsip GCG sebagai tangan kanan Dewan Direksi dan mitra kerja Komite Audit
dalam melakukan pengawasan. Semua tugas dan tanggung jawab yang dilakukan
menunjukkan SPI telah memenuhi perannya sebagai watchdog, konsultan dan
katalisator.

4 Kesimpulan Dan Saran


4.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan peran dan tanggung
jawab auditor eksternal dan internal memeliki peranan penting baik pada perusahaan
dan pemerintahan. Auditor internal dan eksternal memang ada permasalahan dan
berbedaannya. Beberapa persamaannya melakukan pembandingan antara fakta-fakta
dengan kriterianya, berpedoman pada standar audit, perilaku auditornya harus taat
pada kode etik profesi dan independen terhadap kegiatan yang diaudit. Perbedaan
antara keduanya berada pada pendekatan dalam pelaksanaan auditnya, struktur
organisai lembaga audit dan persyaratan menjadi auditor.

17
Auditor internal berfokus dengan pendekatan pada kejadian masa depan, sebagai
hasil dari reviu berkelanjutan dan evaluasi atas proses dan pengendaliannya serta
membantu manajemen dalam bentuk audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
lainnya. Auditor eksternal memberikan opini independen atas kewajaran penyajian
laporan keuangan organisasi yang diauditnya, audit eksternal menilai hasil akhir dari
kegiatan atau program yang diaudit.

4.2 Saran
Baik auditor internal dan eksternal yang ada di Indonesia, masih adanya auditor
internal dan eksternal yang belum maksimal untuk memenuhi peran dan tanggung
jawab yang dimiliki seorang auditor dalam menjalankan tugasnya, untuk itu sebagai
seorang auditor internal dan eksternal baik di perusahaan atau pemerintahan, akan
lebih baik dan maksimal jika para auditor melakukan tugasnya dengan sungguh-
sungguh.

18
Daftar Pustaka

Aldi, F., & Sari, R. P. (2021). Analisis Peran Dan Kualitas Internal Auditor Dalam
Efektifitas Pengendalian Internal. Jawa TImur: Seminar Nasional Akutansi
senapan.upnjatim.ac.id.

Hatijah, S., & Yuhertiana, I. (2021). Peran Audit Internal Dalam Mencegah Fraud
Di Tengah Wabah Covid-19 (Studi Kasus Pada SPI RSUD DR. Soetomo
Surabaya). Surabaya: Jurnal Proaksi, Vol 8 Nomor 2.

Hutabarat, R., & Tobing, S. F. (2022). Peran Audit Internal Dan Komite Audit
Dalam Pencapaian Tujuan Good Corporate Governance Pada PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Palembang: Jurnal Riset Akutansi Tridinanti (Ratri)
Vol 3 No 2.

Rambing, T. A., Tinangon, J. J., & Pontoh, W. (2018). Peran Audit Internal
Terhadap Kepatuhan Perangkat Daerah Dalam Pengelolaan Keuangan Pada
Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern 13(4).

Rinjani. (2022). Peran Auditor Internal Dan Auditor Eksternal Dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Jakarta Barat: E-Jurnal Akutansi TSM.

Segah, B. (2018). Dua Sisi Auditing : Audit Eksternal dan Internal Pemerintah.
Palangkaraya: Anterior Jurnal .

Yukmi, Agussalim, & Meriyani. (2020). Pengaruh Penilaian Kinerja Auditor Dan
Penerapan Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Intern Pada Kantor
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat: Jurnal Kajian
Akuntansi Dan Auditing Vol 15 No 1 .

19
20

Anda mungkin juga menyukai