Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era perdagangan bebas seperti sekarang ini, membuat para pelaku bisnis

berlomba-lomba untuk menarik perhatian para investor dengan berbagai cara.

Banyaknya pesaing menyebabkan persaingan yang semakin ketat sehingga

menuntut perusahaan untuk meningkatkan performanya.

Perusahaan adalah suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorieasint pada pencapaian laba

maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran

pemiliknya. Oleh karena itu, perusahaan memiliki rencana strategis dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk

mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Pendapat lain

mengemukakan bahwa tujuan perusahaan adalah ingin memakmurkan pemilik

perusahaan atau pemilik saham. Sedangkan pendapat yang lain lagi menyatakan

bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin

pada harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara substansial

tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapainya berbeda

antara tujuan yang satu dengan lainnya (Martono dan Agus Harjito, 2008).
2

Nilai perusahaan merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sejauh

mana perusahaan dihargai oleh publik. Nilai pe rusahaan juga dapat di katakan

salah satu tolak ukur bagi investor dan masyarakat untuk mengetahui seberapa

baik nilai atau citra perusahaan yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini juga

akan membuat minat investor pada suatu perusahaan tinggi, sehingga harga

saham dan nilai perusahaan naik. Nilai perusahaan tinggi menjadi prestasi untuk

pemilik perusahaan, karena dapat memberikan kemakmuran serta kesjahteraan

bagi para pemegang saham. Semakin tnggi harga saham semakin tinggi

kemakmuran bagi para pemgang saham (Andani, 2017).

Naik turunnya harga saham dipasar modal menjadi fenomena yang menarik

untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan. Pada

bulan Agustus 2018 lalu harga saham-saham tambang merosot. Indeks saham

tambang bahkan mencetak kinerja paling buruk, merosot 5,15% sepanjang

agustus 2018. Mengutip data Bloomberg, tercatat ada 10 saham sektor

pertambangan yang harganya menurun. Paling beasar PT. Citra Tbk (CTTH) yang

turun sebesar 25,21%. Analisis Trimegah sekuritas Rovandi mengatakan, indeks

sektor pertambangan atau sektor mining tercatat 1.989. jika sampai di posisis

1.924, maka saham pertambangan sudah masuk area bearish, artinya ke depannya

sektor pertambangan akan tekoreksi jauh lebih dalam. Harga-harga saham turun

karena sentiment negatif lebih banyak datang dari pasar global yang mulai

menurunkan demand dan pengaruh harga global (m.kontan.co.id). kondisi


3

tersebut secara tidak langsung mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai

peusahaan dilihat dari kemakmuran para pemegang saham yang diukur melalui

harga saham di pasar modal.

Nilai perusahaan itu sendiri keadaan yang telah dicapai oleh perusahaan

sebagai tanda dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Nilai

perusahaan menjadi konsep penting bagi investor, karena digunakan sebagai

indikator bagi pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan (Agus, 2016).

Nilai perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerja perusahaan dalam

menghasilkan laba atau keuntungan. Kasus lumpur lapindo di Porong Sidoarjo

tahun 2005 sampai sekarang masih menyisakan permasalahan sosial. Masih

banyak ganti rugi atas kerusakan yang ditimbul kan PT. Lapindo Brantas yang

belum diselesai kan. Fonemena semacam ini akan mempengaruhi kinerja

perusahaan di masa mendatang, apalagi saat ini kondisi keuangan saja tidak

cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan.

Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan sebuah tanggung jawab

sosial dan peningkatan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan saja

menjadi bagian yang bertanggung jawab kepada pemiliknya saja (shareholder)

tetapi bertanggung jawab terhadap seluruh pihak-pihak yang berhubungan dengan

perusahaan (stakeholder). Semakin berkembangnya suatu perusahaan maka

tingkat eksploitasi sumber-sumber alam semakin tinggi dan tidak terkendali,

karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini. Banyak
4

perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social

Responsibility (CSR).

Menurut Muh. Arief Effendi (2016: 162 dan 166) dalam bukunya “The

Power of Good Corporate Governance “ bahwa salah satu implementasi GCG di

perusahaan adalah penerapan CSR. Dalam era globalisasi, kesadaran akan

penerapan CSR menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

masyarakat terhadap produk (barang) yang ramah lingkungan. CSR dapat

dianggap sebagai investasi masa depan bagi perusahaan. Minat para pemilik

modal dalam menanamkan modal di perusahaan yang telah menerapkan CSR

lebih besar, dibandingkan dengan yang tidak menerapkan CSR. Melalui program

CSR dapat dibangun komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis

antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya.

Kepedulian dunia usaha untuk menyisihkan dana aktifitas CSR secara

berkelanjutan sebenarnya juga akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi dunia

bisnis itu sendiri. CSR dapat digunakan sebagai alat marketing baru bila

pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misi perusahaan dan dilaksanakan secara

berkelanjutan, maka citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas

konsumen makin tinggi (Wijayanti, 2012). Dengan meningkatnya loyalitas

konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan akan meningkat dan pada

akhirnya tingkat profitabilitas perusahaan juga akan meningkat. CSR terhadap

nilai perusahaan pada sektor pertambangan sangatlah penting, karena dengan


5

adanya CSR dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan, dimana para

investor cenderung menanamkan modalnya kepada perusahaan yang memiliki

kepedulian sosial, dengan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai

salah satu keunggulan perusahaannya. Oleh Karena itu dengan adanya CSR,

diharapkan bisa menjadi penawar bagi lingkungan dan masyarakat sekitar

perusahaan.

Selanjutnya, profitabilitas digunakan sebagai variabel moderating dalam

penelitian ini karena profitabilitas merupakan salah satu alat ukur perusahaan

untuk menentukan keefektifan kinerja perusahaan. Menurut Gaby Kusuma

Andani (2017) kinerja keuangan mampu memoderasi hubungan antara Corporate

Social Responsibility dengan nilai perusahaan dikarenakan nilai perusahaan akan

terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan memperhatikan kinerja

keuanganya. Adapun kinerja keuangan yang di uraikan oleh Andani adalah

profitabilitas, leverage, dan aktivitas.

Handoko (2010) menyatakan bahwa semakin besar profitabilitas suatu

perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan

tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan aset.

Secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka

semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial perusahaan dengan nilai

perusahaan. Menurut Manadasai et.al (2013) perusahaan dengan tingkat


6

profitabilitas yang tinggi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kegiatan

sosial yang dilakukan perusahaan sebagai usaha untuk meyakinkan investor.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai

perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Salah satu faktor

tersebut adalah Corporate Social Responsibility (CSR) yang diteliti oleh Eka

Kurniawati (2010), Muhammad Chabibi Nazaruddin (2014), Putri et.al (2016),

Mandasari et.al (2013), Nanang Adi Utomo (2016), dan Gaby Kusuma Andani

(2017).

Maimunah (2005) menyatakan bahwa semakin luas tingkat pengungkapan

tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai

perusahaannya. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan saja tidak cukup untuk

menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan dan pengungkapan

tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih perusahaan untuk

memperlihatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Sehingga para investor tentunya akan lebih percaya dengan eksistensi perusahaan

dengan tingkat pengungkapan yang lebih luas karena menunjukkan bahwa

perusahaan akan selalu mendapatkan dukungan dari masyarakat melalui

banyaknya program CSR yang dilakukan sehingga akan menjamin keberlanjutan

usaha dari perusahaan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Kurniawati (2010), Nanang Ari Utomo

(2016), Muhammad Chabibi Nazaruddin (2014), Mandasari et,al (2013) dan


7

Gaby Kusuma Andani (2017), menunjukkan bahwa CSR berpengaruh terhadap

nilai perusahaan, sedangkan menurut Puspitaningrum (2014) dan Putri et.al

(2016), menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Corporate social responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada

saat profitabilitas perusahaan tinggi. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kegiatan sosial yang

dilakukan oleh perusahaan sebagai usaha untuk meyakinkan investor bahwa

perusahaan tidak hanya memperhatikan tujuan jangka pendek (profit), namun

juga tujuan jangka panjang yaitu peningkatan nilai perusahaan dengan

mempertimbangkan kegiatan sosial yang dilakukan (Pramana dan Musanda,

2016). Hal ini didukung olen Mandasari et.al (2013) yang menyatakan bahwa

profitabilitas sebagai variabel moderating mampu mempengaruhi hubungan

pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Namun, menurut Andani (2017)

menyatakan bahwa Corpotare social responsibility berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan

antara corporate social responsibility dengan nilai perusahaan.

Banyaknya permasalahan terkait kerusakan lingkungan di Indonesia

menjadi alasan peneliti untuk melihat sejauh mana pertanggungjawaban sosial

yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaannya

dengan melihat profitabilitas sebagai variabel moderating. Populasi yang akan

digunakan yaitu, pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek


8

Indonesia pada tahun 2016-2018. Penelitian ini dilakukan karena hasil dari

penelitian terdahulu yang masih menunjukkan ketidakkonsistenan. Sehingga judul

peneliti yang akan di lakukan adalah “Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating (studi

empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2016-2018)”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2013-2015?

2. Apakah Profitabilitas dapat mempengaruhi hubungan antara Corporate Social

Responsibility dengan Nilai Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Eferk

Indonesia periode 2016-2018.

2. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas dalam hubungan antara Corporate

Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.


9

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian empiris mengenai pengaruh

pertanggungjawaban social/corporate social responsibility (CSR) terhadap

nilai dari sebuah perusahaan dan juga untuk mengetahui sejauh mana

profitabilitas dapat mempengarui hubungan antara corporate social

responsibility (CSR) dengan nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan atas

pentingnya pertanggungjawaban sosial yang diungkapkan oleh perusahaan

dalam laporan tahunan atau laporan keberlanjutan dan juga diaharapkan

penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat

kebijakan-kebijakan bagi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para

investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi terkait

informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.

4. Bagi masyarakat
10

Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat agar dapat mengenali

hak-hak yang seharusnya diterima dan membantu masyarakat untuk ikut

mengontrol kegiatan bisnis perusahaan.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah gambaran mengenai kondisi perusahaan. Nilai

perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, tercermin dalam

harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi nilai

perusahaan. Keputusan manajerial akan mempengaruhi nilai perusahaan,

dengan keputusan keuangan yang tepat dapat memaksimumkan nilai

perusahaan sehingga nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya

kesejahteraan investor (Riny, 2017).

Menurut Sudana (2011 : 8) mengatakan bahwa memaksimumkan nilai

perusahaan dinilai tepat sebagai tujuan perusahaan karena :

1. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang

dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di

masa yang akan dating atau berorientasi jangka panjang.

2. Mempertimbangkan factor risiko.

3. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas

daripada sekedar laba menurut pengertian akuntansi.


12

4. Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab

sosial.

Perlu diketahui bahwa sebuah perusahaan memiliki tujuan jangka

pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk

memperoleh laba semaksimal mungkin dengan memanfaatkan semua

sumber daya perusahaan yang dimiliki. Sedangkan tujuan jagnka panjang

perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaannya (Andani.

2017). Hal ini sejalan dengan theory of the firm, yang menyatakan bahwa

tujuan utama suatu perusahaan adalah untukm meningkatkan nilai

perusahaannya (value of the firm) (Salvatore, 2005 : 6). Menurut Husnan

(2000:58) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh

calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, sedangkan menurut

Nurlaila dan Ishlahuddin (2008) peningkatan nilai perusahaan dapat ditandai

dengan naiknya harga saham dipasar.

Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin dalam dalam

harga saham perusahaan. Sedangkan perusahaan yang belum go public

nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual, prospek perusahaan,

risiko usaha, lingkungan usaha, dan lain-lain (Margaretha, 2011 :1)

Erich A. Helfert (1996 :234) dalam bukunya menyatakan bahwa para

akademisi dan analisis di bidang keuangan mengembangkan berbagai

konsep nilai sebagai upaya dalam memahamitingkah laku harga saham.


13

Konsep nilai menurut Erich A. Helfert (1996 : 234) :

1. Nilai Ekonomi

Konsep ini berkaitan dengan kemampuan dasar suatu aktifa untuk

memberikan aliran arus kas sesudah pajak kepada pemilik perusahaan.

Arus kas ini dapat dihasilkan dari laba, atau pembayaran kontrak, atau

likuidasi sebagian atau seluruhnya pada suatu waktu dimasa depan.

2. Nilai Pasar

Nilai ini juga dikenal sebagai nilai pasar wajar, yaitu nilai setiap aktiva,

atau kumpulan aktiva pada saat diperdagangkan dalam suatu transaksi

tanpa beban dan paksaan.

3. Nilai Buku

Nilai buku aktiva atau kewajiban adalah nilai yang ditetapkan dalam

neraca yang disususun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

lazim. Pada dasarnya nilai buku tersebut ditangani secara konsisten untuk

keperluan akuntansi, dan biasanya memiliki sedikit hubungan dengan

nilai ekonomi pada saat itu

4. Nilai Likuidasi

Nilai ini berkaitan dengan kondisi khusus manakala suatu perusahaan

harus melikuidasikan sebagian atau seluruh aktiva serta tagihan-

tagihannya. Di bawah situasi kegagalan usaha maupun tekanan yang


14

terus-menerus dari kreditur, manajemen akan mendapati bahwa nilai

likuidasi pada umumnya jauh di bawah potensi nilai pasarnya.

5. Nilai Pemecahan

Konsep nilai pemecahan berkaitan dengan pengambilalihan (take over)

dan restrukturisasi aktivitas perusahaan. Dengan asumsi bahwa kombinasi

nilai ekonomi dari masing-masing segmen multi usaha melebihi nilai

perusahaan secara keseluruhan, karena manajemen masa lalu yang tidak

cakap ataupun kesempatan-kesempatan saat ini yang tidak diketahui lebih

awal, perusahaan dipecah menjadi komponen-komponen yang dapat

dijual untuk dilepaskan kepada pembeli lain.

6. Nilai Reproduksi

Nilai ini merupakan jumlah yang diperlukan untuk menggantikan aktiva

tetap yang sejenis. Nilai reproduksi pada kenyataannya adalah salah satu

dari beberapa tolak ukur yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai

perusahaan yang masih berjalan.

7. Nilai Jaminan

Nilai ini merupakan nilai aktiva yang digunakan sebagai jaminan untuk

pinjaman ataupun sejenis kredit lainnya. Nilai jaminan ini umumnya

dipertimbangkan sebagai jumlah maksimum kredit yang dapat diberikan

terhadap penggadaian aktiva tersebut. Biasanya kreditur menetapkan nilai

jaminan yang lebih rendah dari nilai pasarnya.

8. Nilai Penetapan
15

Konsep nilai ini ditetapkan dalam undang-undang hukum setempat

sebagai dasar untuk menetapkan pajak kekayaan. Aturan-aturan penilaian

pemerintah ini bersifat sangat luas dan mungkin saja tidak memasukkan

nilai pasar dalam perhitungannya penggunaan nilai penetapan ini terbatas

untuk mengumpulkan penerimaan pajak dan nilai-nilai seperti itu hanya

mengandung sedikit hubungan dengan konsep nilai lainnya.

9. Nilai Apraisal

Nilai apraisal ditentukan secara subjektif dan digunakan bila aktiva yang

dinilai tersebut tidak memiliki nilai pasar secara jelas. Upaya ini biasanya

dialksanakan untuk menemukan bukti transaksi yang secara wajar dapat

diperbandingkan dengan aktiva yang sedang dinilai.

10. Nilai Berkesinambungan

Nilai ini merupakan penerapan dari nilai ekonomi karena perusahaan

yang masih berjalan diharapakan akan menghasilkan rangkaian arus kas

dimana pembeli potensial harus menilai untuk memperkirakan harga dari

perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Dengan memahami berbagai definisi nilai dari harga saham akan

memudahkan investor untuk memahami pergerakkan harga saham. Hal ini

dikarenakan nilai perusahaan sering kali dikaitkan dengan harga sagam. Nilai

perusahaan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan rasio

Tobin’s Q.
16

Tobin’s Q atau biasa disebut juga Q Ratio atau Q Teori diperkenalkan

pertama kali oleh James Tobin dan William Brainard pada tahun 1968. James

Tobin adalah seorang ekonomi Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang

ekonomi dan juga merupakan seorang profesor di Yale University. Ia

mengembangkan hipotesis bahwa sebuah perusahaan harus memiliki “nilai”

yang sesuai dengan biaya penggantiannya. Tobin’s Q menggambarakan rasio

nilai pasar perusahaan dari jumlah saham yang beredar (share capital)

terhadap nilai pergantian aset perusahaan (Ali et.al, 2016).

Tobin’s Q adalah salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi

paling baik, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam

kegiatan perusahaan (Wardani, 2013). Pengukuran nilai perusahaan dengan

menggunakan Tobin’S Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek

fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari

berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor. Menurut

Smithers dan Wright (2000: 37), Tobin’s Q didefinisikan sebagai rasio nilai

ekuitas ditambah nilai pasar hutang perusahaan dibagi nilai pengganti aktiva

perusahaan.

Jika Tobin’s Q lebih dari satu (Tobin’s Q > 1), maka nilai pasar

perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat di

laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa pasar menilai baik perusahaan

sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan volume

perdagangan sahamnya. Jika Tobin’s Q sama dengan satu (Tobin’s Q = 1),


17

maka nilai pasar perusahaan sama dengan nilai aktiva perusahaan yang

tercatat. Apabila nilai Tobin’s Q kurang dari satu (Tobin’s Q < 1), berate

biaya ganti aktiva lebih besar dari pada nilai pasar perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut (Ali et.al,

2016).

Rasio Tobin’s Q merupakan ukuran yang menggambarakan prediksi pasar

terhadap return yang dihasilkan dari setiap mata uang yang diinvestasikan

dalam asset perusahaan. Rasio Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James

Tobin dan William Brainard saat ini telah banyak mengalami perkembangan,

yaitu telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Hal ini dikarenakan

sulitnya mengukur nilai pergantian dari aset perusahaan.

Rasio Tobin’s Q dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

Equity Market Value+ D


Q=
TA

Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

EMV = Closing price x jumlah saham yang beredar

D = Nilai buku dari total hutang

TA = Total aset
18

2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek

positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa

yang diperlukan masyarakat dan juga lapangan kerja. Namun di sisi lain

tidak jarang masyarakat yang mendapatakan dampak buruk dari aktivitas

bisnis perusahaan. Banyak kasus ketidakpuasan public yang bermunculan

baik yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar-

besaran terhadap energy dan sumber daya alamyang menyebabkan

kerusakan alam (Arijanto, 2012: 137). Dampak tersebut tentunya sangat

merugikan masyarakat setempat dan mengganggu aktivitas keseharian

mereka.

Menurut Sudana (2011: 10) mendefinisikan CSR sebagai tanggung

jawab sebuah perusahaan terhadap dampak dari keputusan-keputusan dan

kegiatannya kepada masyarakat dan lingkungan.

Secara teoritis CSR merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu

perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan

legal kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga

mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan

(stakeholders) (Azheri, 2012: 5). Pihak yang disebut stakeholders tersebut

mepunyai peranan penting dalam keberlanjutan hidup sebuah perusahaan.


19

CSR sudah diatur secara tegas di Indonesia, yaitu dalam Undang-

Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007 tentang

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan, khusus untuk perusahaan-perusahaan BUMN. Pasal 74 ayat (1)

Terdapat dua jenis konsep CSR, yaitu dalam pengertian luas dan dalam

pengertian sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan

mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity).

Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya terkait soal tanggung jawab

sosial tetapi juga menyangkut akuntabilitas (accountability) perusahaan

terhadap masyarakat dan bangsa serta dunia internasional. CSR dalam

pengertian sempit dapat dipahami dari beberapa peraturan sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-5/MBU/2007 tentang

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan, konsep CSR dapat dipahami dalam Pasal 2 bahwa menjadi

kewajiban bagi BUMN baik Perum maupun Persero untuk

melaksanakannya.

2. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD: 2000)

Mendefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi pada

pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan para karyawan


20

dan keluarganya, masyarakat sekitar serta publik pada umumnya guna

meningkatkan kualitas hidup mereka.

Ebert (2003) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai

usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap

kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan

tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan

lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan perhatian terhadap

lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum (Darwin,

2004).

Penerapan kegiatan corporate social responsibility didasarkan pada

banyak alasan dan tuntutan, sebagai paduan antara faktor internal dan

eksternal. Sebagaimana dijelaskan lebih jauh oleh Frynas (2009) yang

melihat bahwa pertimbangan perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR

antara lain umumnya karena alasan-alasan berikut:

1) Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan

2) Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan image yang

positif

3) Bagian dari strategi bisnis perusahaan

4) Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat


21

5) Bagian dari risk management perusahaan untuk meredam dan

menghindari konflik sosial

Menurut Kotler dan Lee (2005), corporate social responsibility (CSR)

merupakan suatu komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui kebijaksanaan di dalam praktek bisnis dan

pengkontribuasian sumber daya perusahaan.

John Elkingston’s mengelompokkan CSR atas tiga aspek yang lebih

dikenal dengan istilah “Triple Bottom Lines (3BL)”. Ketiga aspek ini

meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi, peningkatan kualitas

lingkungan, dan keadilan sosial. Ia juga menegaskan bahwa suatu

perusahaan yang ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) harus memerhatikan “Triple P”, yaitu profit,

plant, and people. Bila dikaitkan antara 3BL dengan “Triple P” dapat

disimpulkan bahwa “profit” sebagai wujud aspek ekonomi. “plant” sebagai

wujud aspek lingkungan dan “peple” sebagai aspek sosial (Azheri, 2012: 34-

35). Triple P yang dikemukakan oleh John Elkingston tersebut secara tidak

langsung menghubungi antara tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba

diiringi dengan berbagai aspek lingkungan dan sosial tempat dimana

perusahaan tersebut menghasilkan laba. Hadi (2011: 59) menguraikan

prinsip-prinsip tanggung jawab sosial menjadi tiga yaitu:


22

1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan melakukan

aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya dimasa

depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada keberpihakan dan

upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap

memperhatikan generasi masa depan.

2. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan tanggung

jawab atas aktifitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas akan dijadikan

sebagai media bagi perusahaan membangun emage dan network terhadap

para pemangku kepentingan.

3. Transparency, merupakan suatu hal yang sangant penting bagi pihak

eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi,

kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai

dampak dari lingkungan.

Prinsip-prinsip dalam tanggung jawab sosial akan mengarahkan

perusahaan untuk sesalu berperilaku etis dalam mewujudkan suatu tata

kelola perusahaan yang baik (GCG), karena CSR merupakan salah satu

bagian dari Good Corporate Governance. Klasifikasi tanggung jawab sosial

perusahaan menurut Hadi (2011: 134) sebagai berikut:

1. Lingkungan, berupa investasi untuk pengelolaan limbah, pencegahan

terjadinya pencemaran, keamanan lingkungan sekitar, riset lingkungan

dan hal lain yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan.


23

2. Community, berupa bantuan perbaikan dan penerangan jalan, bantuan

koperasi dan UKM, bantuan kesehatan, bantuan air bersih, bantuan

kegiatan kepemudaan, bantuan bencana alam, bantuan keagamaan dan

hari besar, serta bantuan-bantuan lainnya.

3. Employee, berupa jaminan kesehatan bagi karyawan, peningkatan

keterampilan pendidikan dan pelatihan, tunjangan, insentif, dan imbalan

pension bagi karyawan pasca kerja, penciptaan suasana kerja yang

kondusif, dan lain-lain.

4. Product, berupa research dan development, memiliki prosedur produksi

dan mengacu pada standar kualitas produk, jaminan kualitas dan

kesehatan produk, layanan aduan konsumen, sosialisasi tentang

kesehatan produk pada konsumen.

5. Energy, berupa penggunaan perlengkapan hemat energi, membangun

energi alternatif, bantuan listrik untuk masyarakat sekitar, pelatihan

penghematan energy, penggantian peralatan yang sudah using untuk

penghematan energy.

6. Other, berupa penghargaan-penghargaan corporate social responsibility

dan annual report award.

Panduan pelaporan yang banyak digunakan perusahaan sebagai stadar

pelaporan saat ini adalah GRI (Global Reporting Intiative). Pada tanggal 22

Mei 2013, GRI telah mengeluarkan standar baru yaitu GRI-G4. Global

Reporting Intiayive (GRI) merupakan sebuah jaringan berbasis organisasi


24

yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan

kerangka laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus

melakukan perbaikan dan penerapan diseluruh dunia

(www.grobalreporting.org).

2.1.3. Pofitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam

mengelola perusahaan (Petronila dan Mukhlasin, 2003). Profitabilitas

merupakan sebuah gambaran bagaimana suatu perusahaan dapat

mengahsilkan keuntungan dari aset ataupun modal yang mereka miliki.

Profitabilitas yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dapat

menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Tingginya rasio

profitabilitas tersebut, tentunya akan menjadi daya tarik utama dari sebuah

perusahaan bagi investor yang ingin menanamkan modal. Semakin tinggi

minat para investor kepada suatu perusahan tentunya akan meningkatkan

harga saham perusahaan tersebut.

Menurut Sadono (2010: 122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Selanjutnya menurut Kasmir

(2011: 196) Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba merupakan sumber pembayaran

bunga dan pokok pinjaman bagi kreditor sedangkan bagi investor ekuitas
25

laba merupakan salah satu faktor penentu perubahan nilai efek. Perusahaan

dengan profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan di masa

yang akan datang. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan

dan keputusan manajemen perusahaan. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang

dilakukan pada periode akuntansi.

Dalam penelitian ini, digunakan rasio ROE (return on equity) untuk

mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu perbandingan antara Net

Income dengan Modal Sendiri. Semakin tinggi pengembalian atas ekuitas

saham biasa ROE (retun on equity) berarti menunjukkan efisiensi

penggunaan ekuitas sendiri semakin tinggi, semakin rendah pengembalian

atas ekuitas saham biasa ROE (retun on equity) berarti menunjukkan

efisiensi penggunaan ekuitas sendiri semakin rendah. Perusahaan dengan

profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya, semakin

tinggi profitabilitas akan meningkatkan nilai perusahaan. Profitabilitas yang

tinggi setiap tahunnya, memiliki kecenderungan untuk menggunakan modal

sendiri dibandingkan dengan menggunakan hutang.

Pengertian Net Income dan Modal Sendiri menurut Jumingan (2011:

142) adalh seluruh penghasilan dikurangi dengan harga pokok penjualan,

biaya usaha, biaya lain-lain, biaya insidentil, dan pajak perseroan.


26

Sedangkan modal sendiri menunjukkan bagian pemegang saham pada akhir

periode setelah diperhitungkan danya laba ditahan.

Profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik

usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan,

terutama bagi pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan

dengan perusahaan.

Menurut Kasmir ( 2011: 197) tujuan dan manfaat dari profitabilitas

bagi perusahaan maupun pihak luar adalah:

1. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi

pihak luar perusahaan:

 Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

 Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

 Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

 Untuk menilia besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

 Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

2. Manfaat dari rasio profitabilitas:


27

 Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam

satu periode.

 Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

 Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

 Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

 Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Dengan mengetahui tujuan dan manfaat dari profitabilitas, perusahaan

akan dapat menilai kinerja perusahaan dalam satu periode dan mampu

memilih strategi yang tepat untuk dapat mengelola sumber daya perusahaan

secara tepat guna/efisien agar mampu menghasilkan laba dengan maksimal.

Profitabilitas menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan

perusahaan dalam menghasilkan atau memperoleh keuntungan. Profitabilitas

merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel

untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham

(Heinze, 1976). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan,

semakin besar pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan

perusahaan.
28

2.3.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan

Corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan

dalam pengambilan keputusan, perusahaan harus mempertimbangkan

berbagai masalah sosial dan lingkungan jika perusahaan ingin

memaksimumkan hasil keuangan jangka panjang yang nantinya dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Matteww Brine, 2008).

Dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan kekayaan

pemegang saham atau memaksimalkan nilai perusahaan, yang tercermin

pada harga pasar saham bagi perusahaan yang telah go public, perusahaan

tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat menyangkut aspek

yang sangat luas, seperti perlindunga terhadap konsumen, pembayaran upa

yang wajar terhadap karyawan, keselamatan kerja, dukungan kepada dunia

pendidikan, kesehatan, dukungan terhadap lingkungan yang bersih dan hijau,

dan sebagainya (Sudana, 2011: 11). Semua aspek tersebut harus diperhatikan

oleh perusahaan karena merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan

atas semua keuntungan yang diterima dari kegiatan operasi perusahaan di

lingkungannya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, telah banyak perusahaan yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial sebagai perwujudan tanggung jawab


29

sosial perusahaan kepada masyarakat. Hal ini tidak terepas dari adanya

aturan yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab

sosial kepada masyarakat, serta tumbuhnya kesadaran dari para pengusaha

tentang pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial untuk kelangsungan

hidup perusahaan dalam jangka panjang, yaitu untuk membuat nilai

perusahan tumbuh secara berkelanjutan. Tanggung jawab sosial merupakan

aktivitas rutin yang dilakukan perusahaan dan telah menjadi bagian penting

dari organisasi perusahaan untuk eksistensinya dalam jagka panjang.

Pelaksanaa tanggung jawab sosial dapat memperkuat keberlangsungan hidup

perusahaan, dengan membangun kerja sama di antara stakeholders yang di

fasilitasi oleh perusahaan melalui penyusunan program-program

pengembangan masyarakat di sekitar perusahaan.

Menurut Epstein dan Freedman (1994) menmukan bahwa investor

individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporakn dalam laporan

keuangan. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta

aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan informasi mengenai

etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. Melalui informasi

tersebut dapat membuat investor yakin dengan prospek kerja perusahaan di

masa mendatang dan menceminkan nilai perusahaan yang baik di mata para

investor. Dan hal ini sejalan dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa
30

pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi

sinyal bagi investor agar tertarik untuk menanamkan modalnya.

Hasil survey “The Millenium Poll on CSR” pada tahun 1999 yang

dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New

York), dan Prince of Walles Business Leader Forum (London) terhadap

25.000 responden di 23 negara yang disurvei terkait social responsibility

dalam membentuk opini dan image perusahaan, menunjukkan 60% dari

responden menyatakan bahwa etika bisnis, praktik sehat terhadap karyawan,

dan dampak terhadap lingkungan paling berperan dalam membentuk reputasi

perusahaan. Sementara 40% responden juga berpendapat bahwa citra

perusahaan dan brand image paling mempengaruhi kesan positif mereka

(Hadi, 2011: 27). Banyak responden yang berpendapat tidak akan membeli

produk yang dihasilkan perusahaan jika tidak berkomitmen terhadap social

responsibility, mereka akan berbicara kepada orang lain tentang reputasi

jelek perusahaan yang bersangkutan (Hadi, 2011:27). Oleh karena itu, CSR

berperan penting dalam meningkatka nilai perusahaan.

Semakin luas tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang

dilakukan perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahannya. Hal ini

dikarenakan kondisi keuangann saja tidak cukup untuk menjamin nilai

perusahaan tumbuh secara berkelanjutan dan pengungkapan tanggung jawab

sosial merupakan salah satu media yang dipilih perusahaan untuk


31

memperlihatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Sehingga para investor tentunya akan lebih percaya dengan eksistensi

perusahaan dengan tingkat pengungkapan yang lebih luas karena

menunjukkan bahwa perusahaan akan selalu mendapatkan dukungan dari

masyarakat melalui banyaknya program CSR yang dilakukan. Sehingga akan

menjamin keberlanjutan usaha dari perusahaan tersebut. Berdasarkan

perspektif ekonomi, Maemunnah (2005) menyatakan bahwa perusahaan

akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga pengungkapan informasi CSR

tentunya merupakan salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan nilai

perusahaan.

2.3.5 Pengaruh Profitabilitas sebagai variabel moderating dalam hubungan antara

Corporate Social Responsibility dengan Nilai Perusahaan

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam

mengelola perusahaan (Petronila dan Mukhlasin, 2003). Profitabilitas

merupakan sebuah gambaran bagaimana suatu perusahaan dapat

mengahsilkan keuntungan dari asset ataupun modal yang mereka miliki.

Profitabilitas yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dapat

menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Tingginya rasio

profitabilitas tersebut, tentunya akan menjadi daya tarik utama dari sebuah

perusahaan bagi investor yang ingin menanamkan modal. Semakin tinggi


32

minat para investor kepada suatu perusahan tentunya akan meningkatkan

harga saham perusahaan tersebut. Kinerja manajemen suatu perusahaan

dapat tergambar dari profitabilitas perusahaan tersebut. Ang (1997)

menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dengan tingginya

profitabilitas, maka akan banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di

perusahaan tersebut. Banyaknya investor tentunya akan meningkatkan harga

saham dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai dari perusahaan itu

sendiri.

Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang beragam,

dimana dalam penelitian ini profitabilitas digunakan sebagai variabel yang

memoderasi hubungan antara corporate social responsibility (tanggung

jawab sosial perusahaan) dengan nilai perusahaan.

Menurut Wardani (2013) terdapat hubungan positif antara kinerja

ekonomi/profitabiltas suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung

jawab sosial. Perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan

mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Sehingga pada saat

informasi tersebut sampai kepada para principal atau pemegang saham,

diharapkan mereka akan menilai baik kinerja perusahaan tersebut sehingga

dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Pramana dan Mustanda


33

(2016) perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan selalu berusaha

untuk meningkatkan pengungkapan kegiatan pengungkapan kegiatan sosial

yang dilakukan oleh perusahaan sebagai usaha untuk meyakinkan investor

bahwa perusahaan tidak hanya memerhatikan tujuan jangka pendek (profit).

namun juga tujuan jangka panjang yaitu peningkatan nilai perusahaan.

Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin

banyak investor yang berinvestasi. Profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih. Semakin besar laba suatu perusahaan,

maka semakin luas perusahaan tersebut dalam mengungkapkan tanggung

jawab sosialnya dalam laporan tahunan. CSR merupakan bentuk tanggung

jawab perusahaan untuk memperbaiki masalah sosial dan lingkungan yang

terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan, agar perusahaan dapat

tumbuh secara berkelanjutan. Secara teori, semakin baik perusahaan dalam

aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, maka nilai perusahaan akan

meningkat. Nilai Perusahaan yang merupakan nilai pasar, menjadi

meningkat karena adanya CSR pada perusahaan tersebut.

2.2. Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Puspitaningrum (2014) berjudul pengaruh

Corporate Social Responsibility dan kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan dengan profitabilitas dan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderasi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang


34

terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan variabel CSR dan kepemilikan

manajerial sebagai variabel independen, nilai perusahaan sebagai variabel

dependen dan profitabilitas dan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderasi. Hasil penelitian ini mengatakan CSR berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial

berpengaruh positif dan tidak signifikan, variabel profitabilitas tidak dapat

memoderasi nilai perusahaan dan kepemilikan manajerial sedangkan ukuran

perusahaan dapat memoderasi nilai perusahaan dan kepemilikan manajerial.

Rahmadani (2012) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh

Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan

prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating pada

perusahaan manufaktur terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini yaitu CSR

berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kepemilikan manajemen dapat

memoderasi CSR terhadap nilai perusahaan.

Putri Ayu, et.al (2016) memiliki judul pengaruh CSR terhadap nilai

perusahaan dengan ukuran perusahaan dan jumlah dewan komisaris sebagai

variabel moderasi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini yaitu, CSR tidak berpengaruh

terhadap nilai perushahaan sedangkan ukuran perusahaan dan jumlah dewan

komisaris dapat memoderasi pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan.


35

Peneliti selanjutnya adalah Eka Kurniawati (2010) dengan judul

pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan

Leverage dan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel dari

penelitian ini adalah pada perusahaan High Profil yang terdaftar di BEI.

Hasil dari penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social

Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan

Leverage dan profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak dapat

mepengaruhi hubungan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

nilai perusahaan.

Muhammad Chabibi Nazaruddin (2014) dengan judul pengungkapan

Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan leverage

sebagai variabel moderating (Studi pada Industri Dasar dan Kimia yang

Masuk dalam Daftar Efek Syariah Tahun 2010-2012). Hasil penelitian

adalah CSR berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan dan

leverage sebagai variabel pemoderasi tidak dapat mempengaruhi hubungan

antara pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan.

Retno Kurniasih (2011) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai

Variabel Moderasi. Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas,

likuiditas, dan leverage sebagai variabel independen, nilai perusahaan

sebagai variabel dependen dan Corporate Social Responsibility sebagai


36

variabel moderasi. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Profitabilitas,

Likuiditas, Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dan

Corporate Social Responsibility tidak memoderasi kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan.

Gaby Kusuma Andani (2017) dengan judul pengaruh Corporate

Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan dengan Kinerja

Keuangan sebagai variabel pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan

sektor pertambangan yang terdaftar di BEI). Kinerja keuangan sebagai

variabel pemoderasi yang terdiri atas empat rasio keuangan, yaitu rasio

profitabilitas, leverage, likuiditas dan rasio aktivitas. Hasil penelitian adalah

(1) Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. (2) Rasio profitabilitas tidak dapat memoderasi

hubungan antar Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan. (3)

Rasio leverage dapat memoderasi hubungan antara Corporate Social

Responsibility dengan nilai perusahaan. (4) Rasio likuiditas dapat

memoderasi hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan nilai

perusahaan. (5) Rasio aktivitas tidak dapat memoderasi hubungan antara

Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan.

Nanang Ari Utomo (2016) dengan judul Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan indeks LQ45 di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas, ukuran


37

perusahaan (Size), Leverage, dan CSR sebagai variabel independen, nilai

perusahaan sebagai variaebel dependen. Hasil penelitian adalah bahwa

Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai perusahaan,

Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai

perusahaan. Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan, dan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap Nilai perusahaan.

Penelitian yang dialkukan oleh Agung Raditia Adi (2016) dengan

judul pengaruh penerapan Good Corporate Government dan pengungkapan

Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaanpada perusahaan

Sektor Agriculture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian

ini variabel independen adalah kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, dewan komisaris independen, komite Audit, Good Corporate

Government, dan Corporate Social Responsibility. Dan variabel dependen

adalah nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bawha kepemilikan

institusional, Good Corporate Government dan Corporate Social

Responsibility yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan

selebihnya tidak berpengaruh terhadap nlai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, ringkasan mengenai peneliti terdahulu dapat

dilihat pada table berikut:


38
No Nama (tahun) Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Puspitaningrum Pengaruh Corporate Independen: 39
1.
(2014) Social Responsibility  CSR  Tidak

dan kepemilikan berpengaruh

manajerial terhadap  Kepemilikan  Berpengaruh

nilai perusahaan manajerial positif dan

dengan profitabilitas tidak

dan ukuran signifikan

perusahaan sebagai Moderating:

variabel moderating  Profitabilitas  Tidak dapat

(studi empiris pada memoderasi

perusahaan

pertambangan di  Ukuran  Dapat

Bursa Efek Indonesia) perusahaan memoderasi


2. Rahmadani, Surya Pengaruh Corporate Independen:

Laras (2012) Social Responsibility  CSR  Berpengaruh

terhadap nilai signifikan

perusahaan dengan Moderating:

prosentase  Kepemilikan  Dapat

kepemilikan manajemen memoderasi

manajemen sebagai

variabel moderating

pada perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI
3. Putri, Ayu Pengaruh Corporate Independen:

Kemala, Made Social Responsibility  CSR  Tidak

Sudarma dan terhadap nilai berpengaruh

Bambang perusahaan dengan Moderating:


40

2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1 Corporate Social Responsibility (CSR) dan Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai

perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila

perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup

karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-

kepentingan ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Dimensi tersebut di

dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan

perusahaan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian

terhadap lingkungan di sekitar perusahaan. Banyak manfaat yang diperoleh

perusahaan dengan pelaksanaan CSR, antara lain produk semakin disukai

oleh konsumen, lingkungan sekitar perusahaan akan terjaga, loyalitas

karyawan meningkat, reputasi perusahaan meningkat di mata masyarakat,

yang artinya pelaksanaan CSR tersebut akan memberikan peningkatan

kinerja perusahaan sehingga perusahaan juga diminati oleh para investor.

Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001

menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk

yang mempunyai citra produk atau diberitakan negatif. CSR mampu

meningkatkan reputasi perusahaan baik di mata masyarakat maupun

investor.
41

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Utami (2008)

menyimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan, artinya semakin banyak perusahaan

mengungkapkan item pengungkapan sosialnya dan semakin bagus kualitas

pengungkapannya, maka akan semakin tinggi nilai perusahaannya. Weshah,

R.Sulaiman, et al. (2012) menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang

signifikan antara CSR, ukuran bank, tingkat risiko di bank dengan kinerja

keuangan perbankkan. Penelitian oleh Rosiana et al. (2013) dan Handriyani

(2013) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa CSR berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas sebagai variabel moderasi dalam hubungan

antara Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap

aktivitas yang dilakukan dalam suatu periode akuntansi disebut dengan

profitabilitas. Corporate social responsibility dapat ditunjukkan dengan

pengungkapan sosial yang dilaporkan pada laporan tahunan ataupun

sustainability reporting masing-masing perusahaan dan terwujud dari kinerja


42

ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan. Semakin baik kinerja yang

dilakukan perusahaan didalam memperbaiki lingkungannya baik ekonomi,

lingkungan, dan sosial maka investor akan semakin tertarik untuk

menanamkan sahamnya pada perusahaan dan nilai perusahaan akan semakin

meningkat. Hal itu sebagai akibat bahwa para investor lebih cenderung

tertarik untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang menjaga

kelestarian lingkungannya, dan tetap mengutamakan kepentingan

stakeholder-nya. Kusumadilaga (2010) menyatakan bahwa semakin luas

informasi yang disampaikan kepada stakeholder dan shareholder maka akan

semakin memperbanyak informasi yang diterima mengenai perusahaan. Hal

ini akan menimbulkan kepercayaan stakeholder dan shareholder kepada

perusahaan.

Perilaku etis perusahaan berupa tanggungjawab sosial terhadap

lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka

panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan

peningkatan kinerja keuangan. Menurut Bowman dan Haira (1976) dalam

Anggraini (2006) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka

semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahan.

Ketika suatu perusahaan profitable maka para investor baru akan tertarik

untuk berinvestasi pada perusahaan dan para investor lama akan merasa

nyaman untuk tetap berinvestasi pada perusahaan tersebut karena


43

mendapatkan umpan balik atas dana yang di investasikan. Perusahaan juga

memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban mereka dan mampu

melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Semakin tinggi profitabilitas

tersebut semakin banyak dana yang bisa dialokasikan ataupun digunakan

untuk berinvestasi pada program-program CSR perusahaan yang berujung

pada kenaikan nilai perusahaan dan sustainability perusahaan juga akan

semakin terjamin. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H2 : Profitabilitas akan memperkuat hubungan antara Corporate Social

Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk

memperbaiki masalah sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas

operasional perusahaan, agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan.

Secara teori, semakin baik perusahaan dalam aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan, maka nilai perusahaan akan meningkat. Nilai Perusahaan yang

merupakan nilai pasar, menjadi meningkat karena adanya CSR pada

perusahaan tersebut, dengan meningkatnya nilai perusahaan investor lebih

tertarik untuk berinvestasi. Banyaknya investor yang berinvestasi, maka

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Semakin besar laba suatu


44

perusahaan, maka semakin luas perusahaan tersebut dalam mengungkapkan

tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan.

Model Penelitian menjelaskan hubungan antara variabel independen,

dependen, dan moderasi dalam penelitian.

Corporate Social Responsibily


Nilai Perusahaan
(CSR)

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Profitabilitas

Variabel Moderating (Z)

BAB III
45

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2018 dengan mengakses wesite

resmi BEI, yaitu www.idx.co.id.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2012: 115). Populasi

bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018, yaitu berjumlah 47

perusahaan. Periode mencakup data pada tahun 2016-2018 agar lebih

mencerminkan kondisi saat ini.

Di samping itu, digunakan beberapa sampel penelitian. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menggunakan

sampel yang diambil dari populasi dan mempelajari sampel itu kemudian ditarik

kesimpulan yang dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2012: 116).


46

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan di sektor pertambangan yang

terdaftar di BEI pada tahun 2016-2018.

Sektor pertambangan dipilih karena merupakan salah satu sektor yang

menggerakkan roda perekonomian di Indonesia. Sektor pertambangan dan energi

merupakan sektor andalan yang menyediakan sumber energi, bahan baku

industri, dan sumber penerimaan negara. Sektor pertambangan merupakan

kegiatan bisnis yang bersentuhan langsung dengan pemanfaatan sumber daya

alam yang mana berdampak langsung pada lingkungan dan cenderung memiliki

potensi untuk merusak alam akibat dari aktivitas pertambangan yang dilakukan

terkait dengan CSR sebagai variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel perusahaan dilakukan

berdasarakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu, yaitu

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama periode 2016-2018

2. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan (financial

report) dan laporan tahunan (annual report) secara berturut-turut untuk

periode 2016-2018.

3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian.
47

Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berjumlah 24 perusahaan yang sajikan dalam tabel berikut:

Kriteria sampel

Kriteria Sampel Jumlah


Perusahaan
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
47
Indonesia (BEI) selama periode 2016-2018
Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan
12
keuangan (financial report) dan laporan tahunan (annual
report) secara berturut-turut untuk periode 2016-2018.
Tidak memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-
11
variabel yang digunakan dalam penelitian.

Jumlah sampel penelitian 24

Sumber: data sekunder yang diolah

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1. Atlas Resource Tbk ARII

2. Adaro Energy Tbk ADRO

3. Byan Resources Tbk BYAN

4. Bumi ResourcesTbk BUMI


48

5. Delta Dunia Makmur Tbk DOID

6. Golden Energy Mines Tbk GEMS

7. Harum Energy Tbk HRUM

8. Indo Tambang Raya Tbk ITMG

9. Resource Alam Indonesia Tbk KKGI

10. Tambang Bukit Asam Tbk PTBA

11. Petrosea Tbk PTRO

12. Goldem Eagle Energy Tbk SMMT

13. Surya Esa Perkasa Tbk ESSA

14. Elnusa Tbk ELSA

15. Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA

16. Medco Energi Internasional Tbk MEDC

17. Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS

18. Citra Mineral Investindo Tbk CITA

19. Vale Indonesia Tbk INCO

20. J Resources Asia Pasifik Tbk PSAB

21. SMR Utama Tbk SMRU


49

22. Timah (persero) Tbk TINS

23. Indo Tambangnya Indah Tbk ITMG

24. Citatah Tbk CTTH

Sumber: (www.idx.co.id)

1.3 Jenis dan Sumber Data

Data merupakan bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018.

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain).

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan

tahunan yang terdapat pada Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id).

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan

metode dokumentasi, yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasi, dan

menganalisis data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan yang

telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan bantuan

software SPSS dalam mengolah data.


50

1.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel pada dasarnya segala sesuatu yang dapat diberi nilai. Variabel

dalam penelitian diklasifikasikan menjadi variable dependen, variabel

independen, dan variabel moderasi/moderating. Definisi dari masing-masing

variabel akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012 : 2). Variabel dependen

yang menjadi perhatian utama peneliti dan disebut juga variabel terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan.

2. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat

entah secara positif atau negatif. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah Corporate Social Responsibility.

3. Variabel moderasi/moderating adalah variabel yang mepengaruhi

(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah

Profitabilitas.

Variabel-variabel tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut ini:

3.5.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan yang

diberi simbol (Y). Nilai perusahaan merupakan gambaran dari suatu


51

perusahaan yang digunakan para investor untuk menentukan pilihan dalam

berinvestasi yang tercermin dari harga saham perusahaan .

Rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah rasio

Tobin’s Q. rasio ini dipilih karena merupakan ukuran yang lebih teliti tentang

seberapa efektif manjemen dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam

kekuasaannya. Indikator ini telah digunakan oleh dengan rumus:

Equity Market Value+ D


Q=
TA

Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

EMV = Closing price x jumlah saham yang beredar

D = Nilai buku dari total hutang

TA = Total aset

Jika Tobin’s Q lebih dari satu (Tobin’s Q > 1), maka nilai pasar

perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat di

laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa pasar menilai baik perusahaan

sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan volume

perdagangan sahamnya. Jika Tobin’s Q sama dengan satu (Tobin’s Q = 1),

maka nilai pasar perusahaan sama dengan nilai aktiva perusahaan yang

tercatat. Apabila nilai Tobin’s Q kurang dari satu (Tobin’s Q < 1), berate

biaya ganti aktiva lebih besar dari pada nilai pasar perusahaan. Hal ini
52

menunjukkan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut (Ali et.al,

2016).

3.5.2 Vriabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Social

Responsibility yang diberi symbol (X). Corporate Social Responsibility

merupakan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dalam hal

ketergantungannya terhadap lingkungan dan masyarakat yang menjadi

kewajiban bagi perusahaan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur tanggung jawab sosial

perusahaan adalah indikator yang telah dimodifikasi oleh Sembiring (2005).

Alasan digunakan indikator ini karena item-item pengungkapan tanggung

jawab sosialnya telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan di Indonesia,

yaitu berjumlah 78 item.

Perhitungan CSRI (corporate social responsibility index) dilakukan

dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu stiap item CSR dalam

instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak

diungkapkan, selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk

memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan dan dibagi dengan

total item pengungkapan yang berjumlah 78 item (Andani, 2017). Rumus

perhitungan CSRI sebagai berikut:

∑n
CSRI =
78
53

Keterangan:

CSRI : Corporate Social Responsibility Index perusahaan

n : Jumlah pengungkapan yang dipenuhi, 1 = jika item

diungkapkan; 0 = jika item tidak diungkapkan.

78 : Total seluruh item pengungkapan

3.5.3 Variabel Moderating (Z)

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang

diberi symbol (Z). profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan rasio yang sama dengan penelitian Riny (2018), yaitu ROE

yang dihitung dengan membagi laba bersih sesudah paja dengan modal

sendiri. Rasio ini mengukur tingkat hasil pengembalian investasi dari para

pemegang saham. Denga kata lain rasio ini menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja untuk menghasilkan laba yang

bermanfaat bagi pemegang saham. Semakin tinggi ROE, maka semakin tinggi

pula kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk para pemegang

saham (Riny, 2018).

Lababersih setelah bunga dan pajak


ROE =
Modal sendiri

3.6 Metode Analisis Data


54

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya. Analisis deskriptif digunakan untuk

mendiskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif

menjelaskan gambaran suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar

deviasi (standar deviation), nilai minimum (minimum), dan nilai maksimum

(maximum) dari masing-masing variabel.

3.6.2 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013: 154) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

variabel independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Dalam uji normalitas ini ada 2 cara untuk

menedeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan

analisis grafik dan uji statistik. Alat uji yang digunakan adalah dengan uji

statistik dengan Kolmogrov-Smirnov Z (1-Sample KS). Untuk mendeteksi

normalitas data dapat diuji dengan Kolmogrov-Smirnov, dengan pedoman

pengambilan keputusan, jika nilai sig < 0,05, menandakan distribusi yang tidak

normal dan nilai sig > 0,05, distribusi data adalah normal.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik


55

Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik. Ghozali (2013: 105), menyatakan bahwa uji asumsi klasik perlu

silakukan untuk menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul

masalah dalam penggunaan analisis regresi tersebut. Uji asumsi klasik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolonieritas, autokorelasi,

heteroskedastisitas.

3.6.3.1 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau tidak. Model yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat

diketahui dari nilai toleransi dan lawannya nilai variance inflation factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan seriap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel indpenden lainnya. Tolerance mengukur variabilitas

variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas

lainnya.

Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut-

off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Menurut Ghozali (2013: 103),

model regresi yang bebas multikolonieritas adalah yang mempunyai nilai


56

tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di bawah

0,1 atau VIF di atas 10, maka terjadi multikolonieritas. Jika ternyata dalam model

regresi terdapat multikolonieritas, maka harus menghilangkan variable

independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi.

3.6.3.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi

linear terdapat kolerasi antara residual/kesalahan pengganggu pada periode t

dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi

yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW test). Metode

Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas bawah dl dan batas atas du.

3.6.3.3 Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedatisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:134).

Dalam penelitian ini, grafik plot digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedatisitas dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi
57

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi

ada atau tidaknya heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED diamna sumbu

Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisi Grafik plot :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yanga ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedatisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas.

3.6.4 Analisi Regresi Linear

Analisi regresi dalam penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana

(simple regression analysis) dan analisi regresi linear berganda (multiple

regression analysis). Penggunaan 2 model regresi dimaksudkan untuk

membandingkan hasil pengujian dari kedua model regresi. Model regresi linear

sederhana digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen tanpa memasukkan variabel moderating. Sedangkan untuk

regresi linear berganda , seluruh variabel dimasukkan dalam uji penelitian dan

untuk menguji pengaruh variabel moderating digunakan uji interaksi. Uji

interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)

merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan


58

regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel

independen) (Ghozali, 2011: 219). Berikut merupakan persamaan regresi yang

digunakan:

Persamaan Regresi Linear Sederhana:

Y = a + b1X + e

Persamaan Regresi Linear Berganda:

Y = a + b1X + b2Z + b3 XZ + e

Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan

a = Konstanta

b1 – b3 = Koefisien Regresi

X = Corporate Social Responsibility

Z = Profitabilitas

XZ = Interaksi antara CSR dan profitabilitas

e = Error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam


penlitian

Model yang digunakan dalam regresi berganda adalah untuk melihat

pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan yang

dimoderating dengan profitabilitas.


59

Variabel perkalian antara CSR dan profitabilitas merupakan variabel

moderating yang menggambarakan pengaruh probitabilitas (ROA) terhadap

hubungan antara CSR dan nilai perusahaan.

3.6.5 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Ghozali (2011), pengukuran koefisien determinasi dilakukan untuk

mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 – 1. Nilai kecil

menunjukkan bahwa variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen kemampuannya amat terbatas dan sebaliknya. Nilai determinasi

ditentukan dengan nilai Adjusted R Square.

3.6.6 Uji F (Signifikansi Simultan)

Uji koefisien regresi simultan digunakan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai

pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji F

dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi

menggunakan SPSS dengan signifikan 0,05 (α=5%). Jika nilai signifikansi lebih

besar dari α maka hipotesis ditolak, jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka

hipotesis diterima.

3.6.7 Uji t (Signifikansi Individual)


60

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan

tingkat signifikan 0,05 maka dapat ditentukan apakah Ho diterima atau Ho

ditolak. Jika hasil penelitian menunjukkan t-hitung < t-table pada taraf signifikan

0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika hasil penelitian

menunjukkan t-hitung> t table pada taraf signifikan 0,05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima (Riduwan: 2010)

3.7 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1

HO1 : Tidak terdapat pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan

Ha1 : Terdapat pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan

Dalam menguji hipotesis pertama ini, uji t digunakan untuk menguji atau

membandingkan rata-rata nilai suatu sampel dengan nilai lainnya. Bila t-hitung >

t-tabel atau profitabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha diterima

dan Ho ditolak, artinya CSR dapat mempengaruhi Nilai Perusahaan. Sedangkan

apabila t-hitung < t-tabel atau profitabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05),

maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya CSR tidak berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan.
61

Hipotesis 2

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas dalam hubungan antara CSR dengan

Nilai Perusahaan.

Ha2 : Terdapat pengaruh Profitabilitas dalam hubungan antara CSR dengan Nilai

Perusahaan.

Dalam pengujian hipotesis kedua ini, uji t digunakan untuk menguji apakah

variabel moderating mampu mempengaruhi hubungan antara variabel

independen dengan dependen, yaitu apakah profitabilitas mampu mempengaruhi

hubungan antara CSR dengan Nilai Perusahaan dengan cara mengalikan hasil t-

hitung CSR hasil t-hitung Profitabilitas. Bila t-hitung > t-tabel atau profitabilitas

< tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya

Profitabilitas dapat mempengaruhi hubungan antara CSR dengan Nilai

Perusahaan. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel atau profitabilitas > tingkat

signifikansi (Sig > 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya Profitabilitas

tidak dapat mempengaruhi hubungan antara CSR dengan Nilai Perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai