Anda di halaman 1dari 26

1.

1 Pengertian Audit Kinerja Sektor Publik

Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan
“kinerja”. Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi
terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan
kriteria yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job
or task is done by an individual, a group of organization”.[“Kinerja adalah cara
perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan”].
Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal yaitu
proses dan hasil yang dicapai.
Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith,
dan Lockridge (1984), sebagai berikut:

“Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan evaluating


evidence regarding the performance of an organization, program, function, or activity.
Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations,
effectiveness in achieving of desire results, and compliance with relevan policies, law,
and regulations, for the purposes of ascertaining the degree of correspondence
between performance and established criteria and communicating the results to
interest the users. The performance audit function provides an independent, third-
party review of management’s performance and the degree to which the perfomanced
of audited entity meets pre-stated expectation”.
“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program,
fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi
operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap
peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi dari
audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan
menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”
Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja
sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan
aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP
mendefinisikan audit kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara
dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek
kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
Terakhir, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
audit kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang
berkaitan dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi,
pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah
audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk
menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit
kinerja (performance audit) merupakan perluasan dari audit laporan keuangan, dalam
hal prosedur dan perluasan.

1.1.1 Pentingnya Audit Sektor Publik


a. Pemerintah
Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan
perbaikan atas 3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan
pemerintah dan pelayanan publik.

b. Legislatif & Masyarakat


Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara
3E serta mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.

c. BPK
Melakukan peningkatan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan
pembelajaran.

Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran
laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan

2
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor
publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta
keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah.
Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik rendah, akan
mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan
akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan. Sehubungan
dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.

1.1.2 Perbedaan Audit Kinerja dengan Audit Keuangan


Menurut I Gusti Agung Rai dalam bukunya yang berjudul “Audit Kinerja pada
Sektor Publik”, perbedaan antara audit kinerja dan audit keuangan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit
kinerja lebih spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi
audit.
2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan
merupakan audit reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara
berkala.
3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu
unqualified, qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan
merupakan audit dengan jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin
dan lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas
pengetahuan akuntansi.
5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan
keragaman. Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor
dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.
6.
Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan
No Perbedaan Audit Kinerja Audit Keuangan
1 Tujuan Menilai apakah audit Menilai apakah akun-
telah mencapai tujuan akun benar dan
atau harapan yang disajikan secara wajar.
telah ditentukan.

3
2 Dasar Ekonomi, ilmu politik, Akuntansi
Akademik sosiologi, dan lain-lain.
3 Metode Bervariasi antara satu Kurang lebih telah
objek dan proyek lain. terstandarisasi.
4 Fokus Program dan kegiatan Sistem akuntansi dan
organisasi. sistem manajemen.
5 Kriteria Lebih subjektif Kurang subjektif
Penilaian Terdapat kriteria yang Kriteria untuk semua
unik untuk masing- kegiatan audit.
masing audit.
6 Laporan Struktur dan isi laporan Bentuk laporan kurang
bervariasi. lebih terstandarisasi.
Dipublikasikan secara Dipublikasikan secara
tidak tetap (adhoc berkala.
basis).

Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing :


Theory and Practice

Menurut Indra Bastian dalam bukunya yang berjudul “Audit Sektor Publik”, perbedaan
antara audit kinerja dan audit keuangan dijelaskan pada tabel berikut.

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek: Laporan Keuangan Objek: Organisasi, program,


aktivitas/kegitan, atau fungsi

Menguji kewajaran laporan keuangan sari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi dan
salah saji yang material dan efektivitas dalam penggunaan sumber
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi daya untuk mencapai tujuan
umum

Lebih bersifat kuantitatif-keuangan Lebih bersifat kualitatif

Tidak terlalu analisis Sangat analistis

Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan


standar, dan target kinerja target kinerja untuk mengukur kinerja

4
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis
analisis biaya manfaat biaya manfaat

Waktu pelaksaaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu

Audit dilakukan untuk peristiwa keuangan Mempertimbangkan masa lalu, sekarang,


masa lalu dan yang akan datang

Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi


melakukan alokasi sumber daya secara sumber daya secara optimal dan
optimal memperbaiki kinerja

Tidak terdapat rekomendasi audit dan Terdapat rekomendasi audit dan tindak
tindak lanjut (follow-up) audit lanjut (follow-up) audit

1.2 Karakteristik Audit Kinerja Sektor Publik

Beberapa karakteristik dari audit kinerja, antara lain :

1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing theright things)?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the
things right)?

Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya


adalah untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat.
Pertanyaan kedua ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil
telah diterapkan dengan benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan
dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari
efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus. Suatu kegiatan yang telah
dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa kegiatan itu telah dilakukan secara
efisien, demikian juga sebaliknya.

2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi
internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan pengujian terinci.

5
Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja
sebagai berikut :

a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara


pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical
check up” (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam
“otopsi post mortem (pemeriksaan mayat). Jadi, pemeriksaan seharusnya
dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya dapat
hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-
sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus
dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat
bepikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, mengingat bahwa dalam
tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta tingkah
lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak secara diplomatis seterusnya
ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik dalam
tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan
sampai akhrnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dari berbagai macam bidang seperti
ekonomi, hokum, moneter, statistic, computer, keinsinyuran, dan sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa
harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat
mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan
gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat dierapkan dalm organisasi
yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning
system” (system peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan
korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya.

Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit
for management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor

6
harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang dimiliki.

1.3 Manfaat dan Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik


1.3.1 Manfaat Audit Kinerja Sektor Publik
Manfaat utama audit kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas publik.

A. Peningkatan Kinerja

Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan cara :

1) Mengidentifikasi Permasalahan dan Alternatif Penyelesaiannya.


Auditor sebagai pihak independen dapat membantu memberikan suatu
pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih tajam
dari sisi operasional. Untuk mendefinisikan permasalahan, auditor dapat
melakukan diskusi dengan orang – orang yang berkecimpung di bidang
operasional dan menginformasikan hal tersebut kepada manajemen.

2) Mengidentifikasi Sebab – Sebab Actual dari Suatu Permasalahan yang Dapat


Diatasi oleh Kebijakan Manajemen atau Tindakan Lainnya.
Auditor harus dapat menetapkan suatu permasalahan yang actual dan
solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Auditor
sebaiknya tidak memberikan rekomendasi atau usulan perbaikan jika auditor
tidak dapat membantu dalam pelaksanaan rekomendasi tersebut.

3) Mengidentifikasi Peluang atau Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan atau


Ketidak-efisienan.
Perlu diingat bahwa pengurangan setiap rupiah jangan sampai
mengurangi efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan. Pengurangan
biaya merupakan elemen yang penting dalam audit kinerja. Namun,
penghematan biaya dapat menyebabkan masalah yang lebih besar dalam
jangka panjang. Biaya harus berada pada suatu tingkat yang tepat dan jika
perlu dilakukan pemotongan biaya. Keputusan untuk mengurangi biaya harus
mempertimbangkan dampaknya terhadap keseluruhan operasi.

7
4) Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi.
Pada beberapa situasi, kriteria yang terkait mungkin tidak tersedia. Oleh
karena itu, auditor dapat membantu manajemen dalam membangun kriteria
tersebut.

5) Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal.


Auditor harus menentukan apakah mekanisme pelaporan telah
menyediakan informasi tentang efektivitas operasional. Beberapa hal yang
dapat dipertimbangkan yaitu : (1) apakah ada perbedaan tingkat
kedalaman/detail laporan?, (2) apakah ada informasi yang belum disajikan
dalam laporan?, (3) apakah indikator kinerja telah dipertimbangkan dalam
menyusun laporan?. Dan sebagainya.

6) Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen


Di beberapa organisasi, terdapat perbedaan yang jelas antara tataran
operasional dan manajemen, tetapi ada juga organisasi yang tidak
membedakan secara jelas antara keduanya. Hubungan kerja dalam organisasi
ini merupakan keputusan dari manajemen. Audit kinerja dapat menjadi sarana
untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat disalurkan melalui
struktur komunikasi yang sudah disusun organisasi tersebut.

7) Melaporkan Ketidakberesan.
Audit kinerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada
manajemen setiap penyimpangan sehingga kerugian dan dampak yang lebih
besar dapat segera diatasi.

B. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas,


berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan,
pengembangan bentuk - bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja,
perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta
penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi
karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci

8
atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi yang baik
perlu diperhatikan.

1.3.2 Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit


kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan
dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian
internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai
suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan
perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.

1.4 Jenis-Jenis Audit Kinerja Sektor Publik

Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi
dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau
operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.

1.4.1 Audit Ekonomis

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sector publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

1.4.2 Audit Efisiensi

Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan
input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi

9
mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya
diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber
daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai
dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.

Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan
efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab
terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan
organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan struktur organisasi.

Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:

1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat;


2. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan pada biaya terendah;
3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;
4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
jelas tujuannya;
5. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang
berlebihan;
6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien;
7. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas
yang tepat;
8. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara;
9. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah
organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang
dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada
periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
kinerja tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau
pada organisasi yang berbeda.

10
1.4.3 Audit Efektifitas

Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah


efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.
Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.
Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti
menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang
untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.

Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau


manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain
yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih
rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah dalam rangka:

1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat;
2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah;
4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan dengan biaya yang lebih rendah;
6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih
baik;
8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku untuk
program tersebut;
9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program;
10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.

11
Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan
manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria
tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun
efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu
mengukur dampak atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang
menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat
permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja
yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program
hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,
apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

1.5 Proses dan Tahapan Audit Kinerja Sektor Publik

Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika:

1. Struktur audit kinerja


2. Tahapan audit kinerja
3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolak ukur audit kinerja.

1.5.1 Struktur Audit Kinerja

Pada dasarnya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah


spesific tasks pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-
masing audit.
Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas:

a. Tahap-tahap audit
b. Elemen masing-masing tahap audit
c. Tujuan umum masing-masing elemen
d. Tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai setiap tujuan.

12
1.5.2 Tahapan Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan
struktur audit kinerja yang terdiri atas:
A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)
B. Tahap pengauditan (audit phase)
C. Tahap pelaporan (reporting phase)
D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)

TAHAP ELEMEN
Tahap pengenalan dan perencanaan Survei pendahuluan
(familiarization and planning phase) Review SPM

Tahapan audit Review hasil-hasil program


(audit phase) Review ekonomi
Review kepatuhan

Tahap pelaporan Persiapan laporan


(reporting phase) Review dan revisi
Pengiriman dan penyajian laporan

Tahap penindaklanjutan Desain follow up


(follow-up phase) Investigasi
Pelaporan

1.5.1 TAHAP PENGENALAN & PERENCANAAN (Familiarization and Planning


Phase)
Tahap pengenalan dan perencanaan terdiri dari dua elemen:
a) Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)
Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang
detail yg dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja. Auditor akan
berupaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang lingkungan
organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan:
1. Struktur dan operasi organisasi

13
2. Lingkungan manajemen

3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja

Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan


membantu auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara
detail, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat
material, mendesain tugas secara efisien dan menghindari kesalahan.

b) Review Sistem Pengendalian (Control System Review)


Review SPM, bertujuan untuk mengembangkan temuan berdasarkan
perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada audit keuangan, audit dimulai dengan review dan evaluasi terhadap SPI
terutama yang berkaitan dengan prosedur akuntansinya. Pada audit kinerja,
auditor harus menelaah SPM untuk menemukan kelemahan pengendalian yang
signifikan agar menjadi perhatian manajemen dan untuk luas, sifat dan waktu
pekerjaan pemeriksaan berikutnya.

SPM memberikan gambaran tentang metoda dan prosedur yg digunakan oleh


organisasi untuk mengendalikan kinerjanya. Pengendalian manajemen
bertujuan utk memastikan bahwa tujuan organisasi dicapai secara ekonomis,
efisien, dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada review sistem pengendalian:

1. Menganalisis sistem manajemen organisasi

2. Membandingkannya dengan model yang ada.

3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian

Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:

1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data

a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability,


dan reliability data.

b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan


data untuk memastikan integritas data.
c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.

14
d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas
data.

2. Kecukupan pelaporan data

a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang


konsisten dengan tahun sebelumnya
b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu

Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen:

1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material dalam


sistem pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi untuk
perbaikan atas kelemahan tersebut.
2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem
pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit
berikutnya.

Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja


organisasi yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi
juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu
organisasi berbeda dengan ukuran kerja organisasi lain.

1.5.2 TAHAPAN AUDIT (Audit Phase)

Tahapan dalam audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu:

1. Telaah hasil-hasil program (program results review)


2. Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review)
3. Telaah kepatuhan (compliance review)

Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam


mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor
untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review
ekonomi dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk mengetahui apakah entitas
telah melakukan sesuatu yang benar tadi secara ekonomis dan efisien. Review
kepatuhan akan membantu auditor untuk menentukan apakah entitas telah melakukan
segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan dan hukum yang berlaku.

15
Dalam menjalankan elemen-elemen tersebut, auditor juga harus
mempertimbangkan biaya. Atas dasar tersebut, setiap elemen harus dijalankan secara
terpisah. Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari :

1. Identifikasi Lingkungan Manajemen


Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami
keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui
secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum,
organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan
(a). Persyaratan hukum dan kinerja (b). Gambaran organisasi (c). Sistem
informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan
harapan.

2. Perencanaan dan Tujuan


Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan
organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan
rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan antara
aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

3. Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk
pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait
organisasi.

4. Kebijakan dan Praktik


Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan kesepakatan
masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan
administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.

5. Sistem dan Prosedur


Ini merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk menelaah struktur
pengendalian, efektivitas, ketepatan, logika, dan kebutuhan organisasi.

6. Pengendalian dan Metode

16
Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan
administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun
rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan
dan reabilitas data keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana,
metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efisiensi operasional,
efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen serta
ketentuan yang berlaku.

7. Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik


Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas,
dan kondisi fisik pekerjaan.

8. Praktik Pengelolaan Staf


Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk
melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi, metode dan prosedur yang mengatur administrasi penggajian,
metode dan prosedur untuk menilai kinerja karyawan, kebijakan dan prosedur
pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu berbagai rencana yang
disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi affirmative action plans
untuk memastikan hal ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan
pelaksanaan rencana berjalan secara efektif.

9. Analisis Fiskal
Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi,
ekonomi, dan efektivita unit organisasi yang dievaluasi.

10. Area Khusus Investigasi


Ini bersifat lebih spesifik. Investigasi ini diarahkan pada usaha mengevaluasi
soulusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan efektivitas dan sfisiensi atau
peningkatan nilai ekonomis sebuah fungsi organisasi.

1.5.3 TAHAPAN PELAPORAN (reporting phase)

17
Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas
publik. Hal terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
menerima dan membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:

1) Persiapan (Preparation)
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit,
menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta
menyiapkan bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
2) Penelaahan (Review)
Ini adalah tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh
staf audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak
auditor.
3) Pengiriman (Transmission)
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim
ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.

Keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar menghasilkan
laporan yang efektif adalah:
a. Keahlian Teknis
Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi
audit menjadi sebuah laporan yang koheren.
b. Keahlian Manajerial
Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk
memastikan hasil akhir yang berkualitas dan tepat waktu.
c. Keahlian Interpersonal
Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif
sehingga mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.

Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas:


I. Pendahuluan
1) Umum

18
2) Surat pengiriman atau memorandum
3) Laporan ringkasan
4) Daftar isi laporan secara keseluruhan
5) Daftar tabel dan gambar
II. Teks
1) Pendahuluan
2) Body atau badan, mencakup:
a) Pengantar masalah
b) Temuan-temuan
c) Kesimpulan dan rekomendasi
3) Komentar auditee
III. Referensi Masalah
1. Footnotes
2. Lampiran
3. Bibliografi
4. Bahan referensi

1.5.4 TAHAP PENINDAKLANJUTAN (follow up)


Tahap penindaklanjutan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang
berkompeten. Tindak lanjut didisain untuk memastikan atau memberikan pendapat
apakah rekomendasi auditor sudah diimplementasikan. Dari sisi auditor, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara lain:
1. Dasar Pelaksanaan Follow Up
Ini adalah perencanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Untuk setiap
rekomendasi yang diberikan auditor, manajemen harus menentukan hal
tersebut diterima atau ditolak. Jika diterima apakah rekomendasi tersebut
diimplementasikan atau tidak, jika tidak diimplementasikan periode sekarang,
kapan implementasi akan dilaksanakan. Jika rekomendasi telah dilaksanakan
sebelum laporan diterbitkan, seharusnya telah diverifikasi oleh auditor. Jika
rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang dihadapi
oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi.

2. Pelaksanaan Review Follow Up

19
Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah
menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi
dan tingkat kesulitan implementasi.

3. Batasan Review Follow Up


Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak
rekomendasi yang diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up
yang overload. Kegiatan follow up diharapkan mampu menjelaskan
peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit dilaksanakan pada
organisasi tertentu.

4. Implementasi Rekomendasi
a. Implementasi oleh unit kerja
Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf
auditor ini dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali
untuk mempelajari temuan dan rekomendasi audit.
b. Implementasi oleh Eksekutif
Diskusi antara auditor dan manejemen sebelum laporan audit
dipublikasikan akan memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang
didesain untuk mengoreksi permasalahan.
c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit
Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di
dalamnya. Ini untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada
kemungkinan bahwa masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit
dengan auditor yang sama. Aoditor memberi penjelasan bagaimana dan
mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga memonitor kegiatan dan
tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk mengetahui
perkembangan implementasi rekomendasi audit.
d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit
Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan
implementasi rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi,
dan lain-lain.

20
5. Pemeriksaan kembali secara periodik
Audit kinerja merupakan suatu usaha yang meliputi lebih dari satu
periode waktu karena sebagaiman variabel lain yang terus berubah, kinerja
organisasi juga dapat mengalami fluktuasi. Setiap organisasi dapat menjadi
objek pemeriksaan kembali. Laporan hasil pemeriksaan sebelumnya dapat
dijadikan sebagai dasar memulai pekerjaan audit sehingga dapat menghemat
waktu untuk perencanaan audit, dan isu-isu spesifik dapat diidentifikasi lebih
awal dari proses perencanaan.

1.5.3 Penentuan Kriteria Audit


Menurut DR. J. B. Sumarlin dalam bukunya ”Pemeriksa” mengemukakan
bahwa :
”Dalam perencanaan audit, seorang auditor harus dapat menyatakan kriteria yang
akan dipergunakan dalam audit diantaranya:
a. Mengenal dan Mengembangkan Kriteria Audit
Kriteria audit dapat dipergunakan sebagai alat untuk menilai pengendalian,
menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan.
Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar
yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang
lebih khusus sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan,
efesiensi atau efektivitas atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin
umum kriteria yang dipergunakan oleh auditor maka semakin kualitatif hasil
penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur pendapat dan demikian
sebaliknya
.
b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit
Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk
norma-norma yang dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti
norma-norma pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku termasuk sasaran, kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.

c. Menentukan Kriteria Audit Dari Pekerjaan Auditan


Hubungan antara auditor dengan auditan dalam menentukan dan
mengembangkan kriteria audit cukup penting, namun auditor harus menyadari

21
pengaruh negatifnya. Berdiskusi dengan auditan memberikan peluang bagi auditor
untuk menguji objektivitas kriteria yang akan dipakai dan oleh karena itu auditor harus
memperhatikan kepentingan auditan sepanjang kepentingan tersebut tidak mengarah
pada kepentingan pribadi yang mempengaruhi penilaian atas hasil audit (vested
interst).
Auditor harus dapat meyakinkan auditan tentang objektivitas kriteria yang
dipergunakan dalam penilaian dan untuk itu auditor harus dapat menunjukkna sumber
informasi yang jelas dan benar akan kebenarannya dari yang bersangkutan.

1.6 AUDIT INVESTIGASI ( Special Audit )


Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang
tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang
di duga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan
hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang ditemukan. Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan
lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk
membuktikan kebenarn berdasarkan pengaduan atau informasi dari masyarakat.
Tanggung jawab audit investigasi ada pada lembaga audit atau satuan pengawas.
Prosedur audit investigasi mengacu pada standar auditing, dan penyesuaian dilakukan
sesuai dengan keadaan yang di hadapi. Dalam merencanakan dan melaksanakan
audit investigasi, auditor menggunakan sikap skeptis yang professional serta
menerapkan asas praduga tidak bersalah. Audit investigasi sebaiknya dilaksanakan
oleh tim atau minimal salah satu auditor yang telah mengembangkan temuan audit
sebelumnya. Laporan hasil audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau
bertanggung jawab dan ditandatangani oleh kepala lembaga audit. Sumber informasi
audit investigasi adalah :

1. Pengembangan temuan audit sebelumnya


2. Adanya pengaduan dari masyarakat
3. Adanya permintaan dari dewan komisaris atau DPR untuk melakukan audit,
misalnya karena adanya dugaan penyelewengan oleh manajemen/pejabat.

Program audit untuk audit investigasi umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu.
Kalau audit investigasi yang dilaksanakan merupakan pengembangan dari temuan
audit sebelumnya, maka seharusnya, sama seperti audit keuangan dan audit

22
operasional, auditor dapat menyusun langkah audit yang hendak dilaksanakan. Kertas
kerja audit biasa disusun sebagai berikut :

1. Kertas kerja audit yang umum, yaitu menyangkut data umum, atau kegiatan
yang diperiksa termasuk ketentuan yang harus dipenuhi.
2. Kertas kerja audit untuk setiap orang yang diduga terlibat, antara lain; identitas
seseorang, tindakan yang melanggar hukum, serta akibatnya yang dilengkapi
dengan bukti yang mendukung. Selain itu, kertas kerja ini dapat disusun per
tahapan transaksi seperti pada kasus kredit macet, antara lain: tahap
permohonan kredit, tahap perhitungan 5C, tahap pencairan dan penggunaan
kredit, serta tahap setelah kredit cair samapi dinyatakan macet. Kertas kerja
garus dibuat sedemikian rupa sehingga laporan khusus mudah dibuat.

Hasil audit investigasi pada umumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.


2. Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari suatu aturan
atau ketentuan yang berlaku namun tidak merugikan negara atau perusahaan.
3. Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh karyawan.
4. Terjadi ketekoran/kekurangan kas atau persediaan barang milik negara, dan
bedaharawan tidak dapat membuktikan bahwa kekurangan tersebut bukan
diakibatkan karena kesalahan atau kelalain bendaharawan.
5. Terjadi kerugian negara sebagai akibat terjadinya wanprestasi atau kerugian
dari perikatan yang lahir dari undang-undang.
6. Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum dan
tindak pidana lainnya.

Laporan audit investigasi bersifat rahasia. Laporan tersebut akan diserahkan


kepada kejaksaan. Dalam menyusun laporan tersebut, auditor tetap menggunakan
asas praduga tak bersalah. Pada umumnya, laporan audit yang akan diserahkan
kepada kejaksaan berisi temuan audit yang terdiri atas: modus operandi, sebab
terjadinya penyimpangan, bukti yang diperoleh, dan kerugian yang ditimbulkan.

23
BAB 2

KASUS

Kasus Hadi Dikaitkan dengan Audit Kinerja KPK

JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menampik adanya motif


tersembunyi dari penetapan mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi
Poernomo sebagai tersangka kasus pajak. Sebelumnya, politisi Partai Keadilan
Sejahtera Fahri Hamzah menuding penetapan Hadi terkait hasil audit kinerja KPK oleh
BPK.

Wakil ketua KPK Bambang Widjojanto merasa heran karena di tengah upaya keras
KPK menangani indikasi korupsi di sektor pajak ada pihak yang mendiskreditkan KPK.

Fahri mengungkapkan, BPK baru saja menyerahkan hasil audit kinerja KPK ke DPR.
Menurutnya, dari laporan BPK ditemukan banyak masalah terkait kinerja KPK selama
ini. Ia pun mengaitkan hasil audit kinerja KPK ini dengan penetapan Hadi sebagai
tersangka. Fahri mengungkapkan “BPK itu berhubungan dengan kasus-kasus besar
yang dalam prosesnya dilakukan KPK, seharusnya mereka (KPK) bisa lebih
transparan menjelaskan proses penetapan Hadi tidak terkait audit BPK atas kasus
Century dan audit BPK pada kinerja KPK,”

Menurut Fahri, proses penetapan Hadi sebagai tersangka oleh KPK juga janggal. Hadi
dijadikan tersangka tanpa ada pemeriksaan sebagai saksi maupun terlapor dalam
kasus tersebut. Fahri memandang, KPK seharusnya tunduk pada prosedur hukum
yang berlaku dan disahkan.

Ia pun menganggap wajar bila ada sebagian masyarakat yang curiga dengan cara
KPK menetapkan Hadi sebagai tersangka. Semakin mencurigkan di mata Fahri karena
Hadi dijadikan tersangka setelah BPK selesai menyerahkan audit skandal Bank
Century. “KPK ini kan belum pernah sama sekali memeriksa HP (Hadi) ini yang
membuat curiga, tiba-tiba jadi tersangka, lagi pula kasusnya ini sudah 12 tahun lalu,”
ujar dari Fahri.

Mengenai laporan hasil audit atas kepatuhan kinerja bidang penindakan, Bambang
melanjutkan, KPK menjadi satu-satunya lembaga penegak hukum yang sudah diaudit

24
BPK. Menurut dia, tidak ada permasalahan dalam hasil audit BPK. “Kinerja KPK cukup
baik dalam laporan itu. Tidak ada satu kata pun yang menyebut secara eksplisit kata
keganjilan,”. “Kalau audit keuangan, KPK sudah hampir tujuh kali mendapat hasil
Wajar Tanpa Pengecualian.”

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, KPK sudah menerima hasil audit kinerja dari
BPK. Ia membenarkan hasil audit itu sudah disampaikan ke DPR. Menurut Johan,
tidak ada masalah dari audit BPK itu. "Tidak ada catatan yang jelek. Tidak ada
hubungannya juga dengan penetapan tersangka HP," ujar Johan.

KPK menetapkan Hadi Poernomo sebagai tersangka korupsi saat Hadi masih
menjabat direktur jenderal pajak pada 2002 hingga 2004. Dia diduga terlibat kasus
penggelapan pajak Bank BCA. Kerugian negara dalam kasus ini disebut mencapai
angka Rp 375 miliar. n ed: andri saubani

Disimpulkan bahwa kasus mengenai Hadi ini awalnya dituding mengenai hasil audit
kinerja KPK oleh BPK yang menyebabkan penangkapan Hadi. Ternyata Hadi sama
sekali tidak terkait audit BPK atas kasus Century dan audit BPK pada kinerja KPK
melainkan kasus korupsi yang di lakukan Hadi di tahun 2002 yang menyebabkan
kerugian sebesar Rp 375 miliar sehingga penangkapan Hadi ini dilakukan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi

Bastian, Indra. 2011. Audit Sektor Publik Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta.

I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi
Kasus. Salemba Empat: Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai