Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI UNTUK VALUTA ASING : TRANSAKSI

DALAM MATA UANG ASING


ILUSTRASI PEMBUKA

Kompas.com, Jakarta: kapal perang produksi PT PAL Indonesia (persero)


ternyata dilirik oleh Negara lain.PT PAL mengekspor dua kapal perang tipe
“strategic sealift vessel” (SSV) kepada kementrian pertahanan Filipina. Dua kapal
perang berukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter itu merupakan alat utama
sistem senjata (alutsista) pertama yang diekspor Indonesia ke Negara lain.
Pengeriman kapal pertama sudah dilaksanakan dengan kontrak 28 bulan sementara
kapal kedua sekitar 36 bulan. BUMN itu memenagkan tender internasional senilai 90
juta dollar AS melawan tjuh perusahaan diantaranya Korea Selatan.

Sesuai dengan peraturan pemerintah,tingkat kandungan dalam negeri


(TKDN) kapal perang yang diekspor itu menurut Firmansyah sudah memenuhi
regulasi yakni 30-35 persen. Pelat besi untuk kapal perang yang dibangun selama
duatahun itu 100 persen menggunakan produk buatan lokal dari PT Krakatau Steel
(persero) Tbk. Diharapkan,suksesnya ekspor kapal perang ke Filipinan itu bisa
mengundang investasi serupa dari Negara lainnya. Menurutnya,tahun ini ada rencana
Pakistan, Brunei Darussalam, dan Thailand berencana untuk membeli kapal buatan
Indonesia.Sumber :dikutip dari kompas.com, maret 2015.

1
RERANGKA BAB

Akuntansi untuk Transaksi


dengan Valuta Asing

Perdagangan Akuntansi untuk Isu Lainnya Terkait


Internasional dari Transaksi dengan Valuta Asing
Transaksi dengan Valuta asing
Valuta Asing

Konsep Mata Transaksi


Transaksi Aset
Uang Spekulasi
di Luar Negeri

Jenis-jenis Transaksi
Nilai Tukar Ekspor Penyajian dan
Pengungkapan

Kuotasi dan Transaksi


Perubahan Impor
Nilai Tukar

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN TRANSAKSI


DENGAN VALUTA ASING
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Ecnomic community) yang mulai
diimplementasikan pada tahun 2015 merupakan tantangan dan peluang tersendiri
yang dihadapi Indonesia. Indonesai sebagai sebuah Negara dengan perekonomian
terbuka,sejak lama telah memiliki hubungan perdangan yang luas dengan berbagai
Negara didunai baik melalui skema kerja sama bilateral ataupun melalui perjanjian
multilateral. Keberdayaan masyarakat Ekonomi ASEAN diperkiraan akan
meningkatkan volume dan nilai perdagangan lintas Negara yang selama ini dibatasi
dengan berbagai restriksi terutama yang berbentuk pengenaan tarif lintas batas.
Selain pengimplementasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Indonesia sebagai salah
satu anggota kelompok Negara-negara dengan perekonomian terbesar didunia, G-20,
mengahadapi tantangan dan peluang serupa dalam kehidupan perekonomiannya.

Keberadaan berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi suatu Negara


sebagai dampak keterlibatannya dalam masyarakat ekenomi dunia tentunya memaksa
berbagia entitas usaha yang ada didalamnya untuk juga terlibat aktif menjalankan
peran-peran dunia bisnis. Bahkan dapat dikatakan dalam kehidupan perekonomian
yang sangat terbuka, sangat sulit bagi entitas-entitas usaha yang ada di dalamnya

2
untuk menghindari berbagai aktivitas bisnis yang melibatkan pelaku usaha dari
Negara lain. Berbagai faktor memaksa suatu entitas perlu untuk berinteraksi dengan
entitas usaha dari Negara lain antara lain (1) kebutuhan bahan produksi atau
pendukung produksi yang tidak tersedia secara memadai di dalam negeri, (2)
pemasaran produk yang dihasilkan entitas, (3) memperoleh sumber pendanaan yang
lebih menarik, hingga (4) tujuan pengembangan entitas secara keseluruhan melalui
transaksi-transaksi strategi di luar batas Negara.

Walaupun setiap Negara biasanya memiliki mata uang tersendiri yang juga
merupakan lambang supremasi kebangaan Negara tersebut, tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu implikasi dari interaksi dan transaksi dengan entitas
usaha dari Negara lain adalah kemungkian penggunaan mata uang yang berbeda dari
mata uang yang digunakan oleh entitas usaha ( penggunaan mata uang dari rekanan
traksaksi). Misalkan dalam kasus PT PAL yang menjual dua buah hasil produksi
kapal perangnya kepada pemerintah Filipina, atas kontrak penjualan tersebut,
digunakan mata uang dollar Amerika Serikat sebagai mata uang dan PT PAL akan
menerima pembayaran senilai $90.000.000 AS.Disisi lain,PT Kereta Api Indonesia
melakukan inpor kereta api dari Jepang senilai Yen 13.000.000.000
(www.tribunnews.com/internasional/2015/03/04/pesanan-kereta-api-jepang-unuk-
indonesia-senilai-13-miliyar-yen), kontrak pembelian tersebut dilakukan dalam mata
uang jepang yang berarti PT Kereta Api Indonesia harus membayar dalam mata uang
tersebut. Lalu bagaimanakah entitas di Indonesia memperlakukan transaksi yang
menggunakan mata uang asing baik yang sifatnya penerimaan valuta asing maupun
penyerahan mata uang asing ?

Standar akuntansi Indonesia secara jelas telah mengatur bagaimana suatu


entitas di Indonesia memperlakukan transaksi yang menggunakan mata uan asing.
Melalui PSAK 10 (Revisi 2010) Pengaruh dari Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
telah mengatur bagaimana suatu entitas memperlakukan transaksi menggunakan
valuta asing baik untuk pengakuan awal maupun saat pelaporan di akhir periode.
Mengatahui perlakukan akuntansi atas transaksi yang menggunakan valuta asing

3
adalah sangat penting mengingat dalam perdagangan internasional, entitas-entitas
usaha di Indonesia lebih banyak menggunakan mata uang asing seperti dolar Amerika
Serikat, yen Jepang, atau euro Uni Eropa yang memang lebih umum digunakan
sebagai mata uang dalam perdagangan internasional.

Konsep Mata Uang

Salah satu konsep penting yang perlu dipahami terkait aktivitas perdagangan
internasional adalah konsep mata uang dan nilai tukar (kurs). Secara umum menurut
standar akuntansi, jenis mata uang yang digunakan suatu entitas adalah :

1. Mata uang fungsional, yakni mata uang pada lingkungan ekonomi utama
dimana entitas beroperasi.
2. Mata uang penyajian (pelaporan), yakni mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.
3. Mata uang asing, yakni mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas.

Keberadaan berbagai jenis mata uang yang mungkin muncul dalam


kehidupan aktivitas suatu entitas menyaratkan suatu entitas menentukan terutama
mata uang fungsionalnya.Penentuan mata uang fungsional yang digunakan oleh suatu
entitas berimplikasi pada mata uang lain yang tidak di anggap sebagai mata uang
fungsional maka akan dianggap sebagai mata uang asing. Mata uang yang berlaku di
suatu Negara tempat suatu entitas berlokasi tidak serta-merta menjadikan mata uang
tersebut sebagai mata uang fungsional bagi setiap entitas didalamnya. Sebagai
contoh, PT Garuda Indonesia Tbk (persero) adalah sebuah entitas usaha yang
bertempat dan berkedudukan di Indonesia, tetapi memiliki mata uang fugsional dolar
Amerika Serikat.

Menurut PSAK 10 (Revisi 2010), dalam menentukan mata uang fungsional


bagi suatu entita, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan anatara lain bahwa
mata uang fungsinal merupakan mata uang yang :

1. Paling memengauhi harga jual

4
2. Dari suatu Negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya
sebagaian besar menentukan harga jual dari barang dan jasa suatu entitas.
3. Memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan
barang atau jasa.
4. Menjadi sumber dana dari aktivitas pendanaan (financing)
5. Penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.

Indikator pertama hingga ketiga merupakan indikator utama yang digunakan sebagai
pertimbang menentukan mata uang fungsional. Sedangkan indikator lainnya
merupakan indikator pendukung dalam kondisi indikator yang diberikan
menunjukkan hasil yang beragam, maka manajemen perlu menggunakan
pertimbangan dalam menentukan mata uang fungsional yang secara andal
mencerminkan transaksi, kondisi atau kejadian yang mendasarinya (PSAK 10 (Revisi
2010)). Selain itu perlu juga dipertimbangkan isu-isu seperti tinggi rendahnya
proporsi kegiatan diluar negeri serta pengaruh arus kas dari aktivitas yang dilakukan
diluar negeri. Pada saat suatu mata uang fungsional telah ditentukan bagi suatu
entitas, maka mata uang fungsional tersebut tidak dapat diubah kecuali adanya
perubahan kondisi mendasar yang dihadapi oleh suatu entitas.

Jika suatu perusahaan memiliki operasi diluar negeri, maka nilai tukar
fungsional dari operasi tersebut dapat berupa (1) mata uang fungsional induk, (2)
mata uang lokal tempat operasi berlokasi, (3) mata uang ketiga. Dalam penentuan
mata uang fungsional dari operasi di luar neger, sifat hubungan antara perusahaan
induk dan operasi di luar negeri menjadi suatu hal yang dipertimbangkan. Tabel 9.1
menunjukkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan mata uang
fungsional suatu operasi diluar negeri berdasarkan PSAK 10 (Revisi 2010).

TABEL 9.1

Perbandingan Faktor yang perlu Diperhatikan dalam Menentukan Mata uang


Fungsional Operasi di Luar Negeri

5
Indikator Mata uang fungsional Mata uang fungsional
adalah mata uang lokal. adalah mata uang
fungsional induk.
Hubungan operasi dengan Operasi dijalankan dengan Aktivitas yang dijalankan
entitas induk otonomi yang cukup luas adalah perpanjang
dari entitas induk. tanganan entitas induk.
Transaksi dengan entitas Transaksi dengan Transaksi dengan entitas
induk perusahaan induk adalah induk adalah tinggi bila
rendah bila dibandingkan dibandingkan dengan
dengan keseluruhan keseluruhan aktivitas
aktivitas operasi. operasi.
Hubungan terkait arus kas Arus kas dari aktivitas Arus kas dari aktivitas
pada operasi diluar negeri pada operasi di luar negeri
tidak secara langsung secara langsung
memengaruhi kinerja memengaruhi kinerja
entitas induk. entitas induk.
Independensi keuangan Operasi diluar negeri dapat Operasi diluar negeri dapat
mencukupi kebutuhan mencukupi kebutuhan
sendiri dan tidak terikat sendiri dan terikat dengan
dengan entitas induk untuk entitas induk untuk tujuan
tujuan pembiayaan. pembiayaan.

Dalam kasus PT Garuda Indonesia Tbk (persero) yang di sebutkan diatas,


sebelumnya tahun 2012, perusahaan tersebut menggunakan mata uang rupiah sabagai
mata uang fungsional. Namun pertahun 2012, perusahaan mengubah mata uang
fungsionalnya menjadi dolar Amerika Serikat dengan pertimbangan bahwa transaksi
bahan baku dan pendanaan asset-aset utama yang dimiliki perusahaan lebih banyak
menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat walaupun Garuda Indonesia memiiki
pendapatan juga dalam satuan rupiah atas penjualan tiket penerbangan domestiknya.

6
Jenis-Jenis Nilai Tukar

Sebagai dampak dari keberadaan berbagai jenis mata uang yang dimiliki oleh
suatu entitas, terdapat rasio (perbandingan) pertukaran dua mata uang atau yang
disebut dengan kurs. Dalam perkembangan sejarahnya, seluruh mata uang yang ada
di dunia ini memiliki nilai tukar yang dikaitan (backup) terhadap emas berdasarkan
kesepakatan yang dikenal dengan Bretton Wood. Melalui sistem keuangan ini, setiap
Negara memiliki kewajiban untuk memiliki kebijakan moneter tertentu dalam rangka
menjaga nilai tukar mata uangnya. Namun, pada tahun 1971, secara sepihak Amerika
Serikat membatalkan kesepakatan Bretton Wood sehingga mekanisme nilai tukar
yang dikaitkan dengan emas pun berakhir, dan niai tukar menjadi bersifat
mengambang bebas (free-floatig) (Lowrey,2011).

Saat ini nilai tukar mata uang yang ada pada perekonomian sebagian besar telah
menggunakan nilai tukar mengambang bebas (floating rate) yang ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dipasar. Hanya sedikit sekali Negara yang masih
menggunakan sistem nilai tukar tetap (pegged exchange rate). Salah satu Negara
dengan perekonomian besar yang masih menerapkan sistem tersebut adalah Republik
Rakyat Tiongkok, walaupun saat ini memiliki sistem nilai tukar tetap yang lebih
fleksibel yang disebut dengan nilai tukar terkendali (managed exchange rate)
(Goodman 2010). Selain itu terdapat juga Negara yang menggunakan sistem nilai
tukar yang dikaitkan (linked exchange rate) dengan mata uang (sekumpulan mata
uang) tertentu seperti yang diterapkan oleh Hongkong dan Singapura. Umumnya
mata uang yang dikaitkan adalah mata uang yang dianggap kuat seperti Dolar
Amerika Serikat, Yen Jepang atau Euro Uni Eropa. Dampak dari penggunaan nilai
tukar dikaitkan adalah Negara tersebut akan dipengaruhi kebijakan ekonomi yang
terjadi pada Negara yang menjadi acuan mata uangnya.

Keberdaan informasi nilai tukar dapat diperoleh dari berbagai sumber sesuai
dengan kebutuhan transaksi yang dilakukan suatu entitas. Misalnya saat perusahaan
melakukan transaksi terkait perpajakan maka nilai tukar yang akan digunakan adalah

7
informasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh kementrian keuangan. Broker valuta asing
atau bank juga biasanya mengelurkan nilai tukar tersendiri yang digunakan untuk
transaksi dengan mereka.

Jenis-jenis nilai tukar yang dikenal menurut standar akuntasi adalah :

1. Kurs spot, yakni nilai tukar untuk realisasi segera, umumnya untuk realisasi
dalam dua hari kerja setelah perdagangan. Kurs spot ini yang digunakan pada
kebanyakan transaksi utama yang menggunakan mata uang asing.
2. Kurs penutup, yakni kurs spot pada akhir periode pelaporan.
3. Kurs forward, yakni nilai tukar untuk penyelesaian transaksi di masa depan
yang telah ditentukan.

Suatu transaksi forward adalah perjanjian antara dua pihak yang menyepakati untuk
menyerahkan suatu mata uang dengan mata uang lain pada nilai tukar yang disepakati
saat ini untuk penyerahan yang ditentukan dimasa mendatang. Misalkan pada 1
November 2015, sebuah perusahaan masuk pada sebuah kontrak forward dengan
sebuah broker untuk menjual Yen 1.000.000 pada nilai tukar forward seharga
Rp.110/unit Yen untuk peyerahan tanggal 15 Desembar 2015. Diketahui pula bahwa
nilai tukar spot adalah Rp.112/unit yen. Perjanjian ini memberikan perusahaan sebuah
hak untuk menerima uang senilai Rp.110.000.000 pada 15 Desember 2015 serta
sebuah kewajiban untuk menyerahkan Yen 1.000.000 kepada broker pada hari yang
sama.

Perbedaan antara nilai tukar forward dan nilai tukar spot disebut premi atau
diskon. Jika nilai tukar forward lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tukar spot,
maka terdapat premi. Sedangkan saat nilai tukar forward lebih kecil dibandingkan
dengan nilai spot, maka terdapat diskon.

Koutasi dan Perubahan Nilai Tukar

Berdasarkan sudut pandang perbandingan antar mata uang, terdapat dua jenis
nilai tukar yakni nilai tukar langsung (direct exchange rate) dan nilai tukar tidak

8
langsung (indirect exchange rate). Nilai tukar langsung adalah jumlah mata uang
lokal yang dibutuhkan untuk mendapatkan 1 unit mata uang asing. Misalnya untuk
memperoleh $1 Amerika Serikat dibutuhkan Rp. 13.000, atau dengan kata lain

DER = Jumlah Rupiah yang dibutuhkan / 1 unit mata uang asing

Sedangkan nilai tukar tidak langsung adalah jumlah mata uang asing yang dibutuhkan
untuk memperoleh satu unit mata uang lokal. Misalnya, untuk memperoleh Rp 1
dibutuhkan $ 0,0000769 Amerika Serikat. Nilai tukar tidak langsung merupakan
kebalikan dari nilai tukar langsung dan memiliki hubungan yang terbalik antara
keduanya. Nilai tukar tidak langsung dapat diformulasikan sebagai berikut

IER = Jumlah mata uang asing yang dibutuhkan / Rp 1

Saat ini berbagai sumber menyediakan informasi harian terkait nilai tukar suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya, sehingga sangat mudah bagi perusahaan untuk
memperoleh koutasi nilai tukar mata uang tertentu. Tabel 9.2 menunjukkan contoh
nilai tukar tidak langsung untuk beberapa mata uang di dunia terhadap rupiah.

TABEL 9.2

Nilai Tukar Beberapa Mata Uang terhadap Rupiah

Mata Uang Asing Nilai Tukar Tidak Mata Uang Asing Nilai Tukar Tidak
Langung atas langsung atas
Rupiah Rupiah
$ Amerika Serikat 14,499,50 Bath Thailand 404,07
Yen Jepang 120,42 Ringgit Malaysia 3,389,79
Euro Uni Eropa 16,197,03 Dong Vietnam 0,64
Pound Inggris Raya 22,362,99 Peso Filipina 311,37
Yuan Tiongkok 2,262,28 Lira Turki 4,807,05

9
$ Australia 10,340,77 Riyal Arab Saudi 3,860,07
Won Korea Selatan 12,22 Rand Afrika 1,078,28
Selatan
Rubbel Rusia 218,02 Rupee India 219,36
Kurs per 21 September 2015, sumber: http://www.xe.com

Salah satu indikator makro-ekonomi yang menjadi pertimbangan dalam


menentukan strategi baik di tingkat kehidupan perekonomian suatu Negara maupun
suatu entitas usaha adalah nilai tukar. Biasanya akan dilakukan ekspektasi nilai tukar
dalam suatu periode sebagai dasar terhadap penentuan sasaran-sasaran yang
dipengaruhi nilai tukar. Karena nilai tukar umumnya ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran dipasar, maka dalam perjalananya nilai tukar akan selalu
mengalami perubahan. Istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan
hubungan nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya adalah mata uang
menguat dan mata uang melemah. Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang
dihubungkan dengan nilai tukar langsung mata uang.

Nilai tukar langsung yang menguat (apresiasi) terjadi pada saat jumlah mata
uang lokal yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing menjadi
lebih sedikit. Penguatan suatu mata uang disebabkan oleh tingginya permintaan
terhadap mata uang lokal dibandingkan mata uang asing. Sebagai contoh :

1 Januari 2015 15 Januari 2015


Nilai Tukar per USD Rp. 13,000 Rp. 12,500

Sedangkan nilai tukar langsung yang melemah (depresiasi) terjadi pada saat jumlah
mata uang lokal yang diperlukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
menjadi lebih banyak. Pelemahan suatu mata uang disebabkan oleh tingginya
penawaran atas mata uang lokal dibandingkan mata uang asing sedangkan permintaan
terhadap mata uang lokal adalah rendah. Sebagai contoh :

10
1 Januari 2015 15 Januari 2015
Nilai Tukar per USD Rp. 13,000 Rp. 13,500

Dampak dari menguat atau melemahnya mata uang lokal terhadap mata uang asing
dapat berupa dampak operasinal maupun dampak akuntansi (Neo et al., 2015).
Dampak operasional merupakan dampak yang memengaruhi posisi kompetitif suatu
entitas yang berujung pada nilai entitas tersebut. Sedangkan dampak akuntansi
merupakan akibat yang ditimbulkan terhadap laporan posisi keuangan maupun laba
yang dilaporkan.

Dampak operasi cenderung lebih sulit untuk diukur dan mencerminkan


dampak rill dari perubahan nilai tukar suatu mata uang. Misalnya, pada saat mata
uang melemah, maka produk-produk yang dihasilkan suatu Negara secara relative
menjadi lebih murah dari sudut pandang ekonomi Negara lain sehingga dianggap
meningkatkan kekompetitifan produk-produk dari negra tersebut. Disisi lain dampak
akuntansi dapat dengan mudah diukur dan terlihat langsung pengaruhnya pada
laporan keuangan suatu entitas. Dampak akuntansi dapat diindefikasi menjadi dua
yakni dampak transaksi dan dampak translasi (Neo et al., 2015). Dampak transaksi
merupakan pengaruh yang timbul akibat suatu entitas memiliki transaksi
menggunakan mata uang asing serta dicatat pada buku setiap entitas secara individu.
Sedangkan dampak translasi adalah pengaruh yang muncul dari penranslasian laporan
keuangan dari operasi di luar negeri dan disajikan pada laporan keuangan
konsolidasian atau pada tataran kelompok usaha.

AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI MENGGUNAKAN VALUTA


ASING

Menurut PSAk 10 (Revisi 2010), setidaknya terdapat tiga kelompok transaksi yang
memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, yaitu :

11
1. Transaksi pembelian atau penjualan barang dan/atau jasa yang harganya
didenominasikan dalam suatu mata uang asing.
2. Transaksi pinjam- meminjam dana ketika jumlah yang merupakan utang atau
piutang didenominasikan dalam mata uang asing.
3. Transaksi pelepasan atau perolehan aset, pengadaan atau penyelesaian suatu
kewajiban yang didenominasikan dalam mata uang asing.

Gambar 9.1 menunjukan alur tipikal yang biasanya terjadi terkait transaksi valuta
asing yang dilakukan oleh suatu entitas.

GAMBAR 9.1

Gambaran Alur Transaksi Valuta Asing yang Umumnya Terjadi

Transaksi valuta asing


dicatat pada nilai tukar Penyelesaian aset
aktul (historis) sehingga dan kewajiban
memunculkan ada aset moneter
dan liabilitas moneter

Secara prinsip pada Akhir periode Pelaporan


saat pengakuan awal segala transaksi dalam mata uang
asing haruslah diakui menggunakan mata uang fungsional berdasarkan nilai tukar
mata uang terhadap mata uang fungsional pada tanggal transaksi. PSAK 10 (Revisi
2010) mengenal istilah pos-pos moneter dan pos-pos nonmoneter untuk membedakan
dampak transaksi valuta asing terhadap pos-pos laporan keuangan yang dimiliki oleh
suatu entitas. Pos-pos moneter adalah “unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset
serta liabilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang
pasti atau dapat ditentukan.” Keberadaan hak (kewajiban) untuk menerima
(menyerahkan) sejumlah uang tertentu yang dapat ditentukan inilah yang menjadi
pembeda suatu pos dapat dikategorikan sebagai pos-pos moneter atau nonmoneter.
Contoh pos-pos moneter berupa aset adalah kas, piutang usaha, dan simpanan di

12
bank. Disisi lain, contoh pos-pos moneter berupa liabilitas adalah utang usaha,
pinjaman bank, dan utang pajak.

Pada pengakuan awal suatu transaksi menggunakan mata uang asing, PSAK
10 (Revisi 2010) mensyaratkan suatu entitas untuk mencatat dan mengukur transaksi
valuta asing tersebut menggunakan nilai tukar spot pada tanggal terjadinya transaksi.
Sedangkan untuk periode-periode pelaporan selanjutnya, PSAK 10 (Revisi 2010)
mengindikasikan perlakuan sebagai berikut :

1. Pos-pos moneter perlu disajikan menggunakan kurs penutup pada tanggal


pelaporan.
2. Pos-pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, perlu disajikan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi
3. Pos-pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, maka perlu disajikan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

Jika terdapat selisih kurs yang timbul dari penyelesaian, maka (1) selisih kurs
(keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing) tersebut diakui pada laporan
laba rugi pada saat terjadinya untuk penyelesaian pos-pos moneter, (2) selisih kurs
diakui pada laporan laba rugi atau penghasilan komprehensif lainnya untuk pos-pos
nonmoneter tergantung pelaporan untuk keuntungan atau kerugian lainnya
dilaporkan.

Dalam praktiknya, banyak terdapat variasi transaksi dalam valuta asing yang
memiliki dampak terhadap peloporan transaksi tersebut, antara lain :

1. Transaksi pembelian atau penjualan valuta asing (bertujuan spekulasi).


2. Transaksi pembelian atau penjualan barang atau jasa dalam valuta asing.
3. Transaksi pembelian yang didahului perolehan valuta asing.

Transaksi dengan Tujuan Spekulasi (Transaksi Valuta Asing Murni)

13
Pada transaksi dengan tujuan spekulasi atau transaksi valuta asing murni,
sebuah entitas sengaja melakukan jual beli valuta asing untuk memperoleh
keuntungan dari ekspektasi perubahan nilai tukar suatu mata uang. Sebagai contoh
bila sebuah entitas memiliki ekspektasi bahwa mata uang rupiah akan melemah
terhadap dolar Amerika Serikat dimasa mendatang, maka entitas tersebut akan
membeli (menggunakan kontrak forward untuk membeli) dolar Amerika Serikat saat
ini untuk kemudian dijual saat pelemahan terjadi.

Akuntansi untuk transaksi dengan tujuan spekulasi diharapkan dapat


menunjukkan dampak yang diperkirakan muncul atas laporan keuangan suatu entitas
dari aktivitas spekulasi yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan.
Keuntungan dan kerugian yang muncul dari perubahan kurs mata uang asing yang
dimiliki suatu entitas bertujuan spekulasi.

Sebagai ilustrasi, misalkan pada 1 Novembar 2015, PT Nusantara menyepakati


perjanjian forward dengan Bank Penduduk Indonesia (BPI) untuk menjual
US$10.000 dengan kurs untuk 90 hari sebesar Rp.13,700 per USD. Nilai tukar spot
per tanggal 1 Novembar 2015 adalah Rp. 13,600/US$. PT Nusantara memeiliki
periode tutup buku per 31 Desember setiap tahunnya. Pada tanggal 30 Januari 2016,
PT Nusantara akan menyerahkan USD kepada bank berdasarkan kurs yang telah
disepakati.

Tanggal Kurs Spot Kurs Forward


1 November 2015 US$1 = Rp 13,600 US$1 = Rp 13,700 (90 hari)
31 Desember 2015 US$1 = Rp 13,400 US$1 = Rp 13,600 (30 hari)
30 Januari 2016 US$1 = Rp 13,500
Atas transaksi spekulasi tersebut, maka PT Nusantara akan mencatatnya sebagai
berikut :

1 November 2015

(1) Aset Keuangan (Rp) 137.000.000


Ddss Liabilitas Keuangan (USD) 137.000.000

14
Mencatat transaksi spekulatif melalui perjanjian forward,90 hari (US$ 10.000xRp 13.700)

Jurnal (1) ini digunakan untuk mencatat pengakuan atas masuknya PT Nusantara
kepada transaksi spekulatif melalui perjanjian forward (90 hari) dengan Bank
Penduduk Indonesia. Dapat terlihat bahwa PT Nusantara mengakui munculnya aset
keuangan berupa rupiah disertai diakuinya liabilitas keuangan berupa dolar Amerika
Serikat pada jumlah yang sama. Jumlah instrumen keuangan pada kedua sisi
merupakan nilai mata uang dolar Amerika Serikat saat didenominasikan terhadap
rupiah menggunakan kurs spot per tanggal 1 Novembar 2015.

31 Desember 2015
(2) Liabilitas Keuangan 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang asing 1.000.000

Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai kontrak berdasarkan kurs
forward selama 90 hari dengan kurs forward selama 30 hari .(US$10.000 x (Rp 13.700-Rp 13.500)

Jurnal (2) ini mencatat pengakuan atas perubahan kurs forward yang terjadi per
tanggal pelaporan keuangan PT Nusantara. PT Nusantara mengakui adanya
keuntungan karena dari sudut pandang PT Nusantara berdasarkan kurs forward per
tanggal 31 Desembar 2015, nilai liabilitas keuangan berupa dolar Amerika Serikat
yang harus diserahkan kepada bank lebih kecil dibandingkan yang diakui
sebelumnya.

30 Januari 2016
(3) Liabilitas Keuangan (USD) 1.000.000
Keuntungan Transaksi Mata Uang Asing 1.000.000

Mencatat keuntungan kontrak forward atas perbedaan antara nilai kontrak berdasarkan kurs
forward selama 30 hari dengan kurs spot per 30 Januari 2016.(US$10.000 x (Rp 13.600-Rp 13.500)

Pada 30 Januari 2016 yang merupakan tanggal penyelesaian kontrak, PT Nusantara


kembali mangakui keuntunga atau kerugian yang muncul dari transaksi spekulatif ini.
Namun kali ini, kurs forward yang terakhir digunakan, yakni kurs forward 30 hari per
31 Desember 2015 dibandingkan dengan kurs spit per tanggal 30 januari 2016.

15

(4) Mata Uang Asing (US$) 135.000.000


Berdasarkan perbandingan tersebut, PT Nusantara kembali mengakui adanya
keuntungan karena liabilitas keuangan yang dimilikinya lebih rendah menurut kurs
spot berlaku.

Mencatat pembelian dolar Amerika Serikat dari pasar spot menggunakan kurs spot (US$ 10.000 x Rp
13.500)

Selanjutnya PT Nusantara akan melakukan pembelian dolar Amerika Serikat dari


pasar spot menggunakan kurs spot yang berlaku seperti yang dicatat melalui jurnal
(4). Atas pembelian ini, maka PT Nusantara memperoleh dolar Amerika Serikat yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi forward yang dilakukan dengan bank.

(5) Liablitas Keuangan (USD) 135.000.000


Mata Uang Asing (USD) 135.000.000
Mencatat penyelesaian kontrak forward dengan bank penduduk Indonesia melalui penyerahan mata
uang asing (USD)(US$ 10.000 x Rp 13.500)

(6) Kas 137.000.000


Aset Keuangan 137.000.000
Mencatat penyelesaian kontrak forward dengan bank penduduk Indonesia melalui penerimaan kas
(US$ 10.000 x Rp 13.700)

Jurnal (5) dan (6) merupakan pencatatan penyelesaian transaksi forward dengan Bank
Penduduk Indonesia. Pada jurnal (5) PT Nusantara menyerahkan mata uang asing
(USD) yang diperoleh sebelumnya dari pasar spot untuk melunasi kewajiban
menyerahkan dolar Amerika Serikat. Berdasarkan kurs spot yang diperoleh, PT
Nusantara menyerahkan dolar Amerika Serikat yang pada tanggal penyelesaian
memiliki nilai setara dengan Rp 135,000,000. Disisi lain, PT Nusantara menerima kas
sebesar Rp 137,000,000 atas penyerahan dolar Amerika Serikat sesuai dengan kurs
yang disepakati pada 1 November 2015.

Dalam hal ini dpat terlihat bahwa spekulasi yang dilakuka PT Nusantara
mengahasilkan keuntungan sebesar Rp 2,000,000 yang berasal dari keuntungan yang

16
diakui pada tanggal 31 Desember 2015 ditambah keuntungan yang diakui pada 30
Januari 2016 masing-masing senilai Rp 1,000,000.

Transaksi Ekspor

Transaksi ekspor adalah transaksi penjualan barang atau jasa dari dalam
negeri kepada entitas lain diluar negeri. Atas transaksi ekspor, suatu entitas akan
memperoleh pembayaran dari luar negeri yang mungkin didenominasikan dalam mata
uang asing. Walaupun didenominasikan dalam mata uang asing, untuk tujuan
pencatatan pada laporan keuangan, suatu entitas haru menyajikan transaksi tersebut
dalam mata uang fungsionalnya. Adapun nilai tukar yang digunakan untuk
mendenominasikan nilai transaksi ke dalam mata uang fungsional adalah kurs spot
yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi. Merujuk pada Gambar 9.1,
umumnya transaksi ekspor maupun impor memerlukan pengakuan secara akuntansi
pada tanggal-tanggal berikut ini:

1. Tanggal transaksi, yakni tanggal terjadinya transaksi sehingga entitas perlu


mencatat transaksi berdasarkan kurs spot.
2. Tanggal pelaporan keuangan, yakni akhir periode pelaporan bila entitas masih
memiliki pos-pos yang terkait transaksi menggunakan valuta asing. Pada
tanggal ini, entitas perlu melakukan penyesuaian atas instrument keuangan
terkait transaksi berdasarkan kurs berlaku untuk kemudian mengakui adanya
keuntungan atau kerugian yang muncul dari perbedaan kurs.
3. Tanggal penyelesaian, yakni tanggal diselesaikannya transaksi terkait valuta
asing. Entitas perlu menyesuaikan terlebih dahulu nilai terakhir yang dimiliki
terhadap kurs spot yang berlaku untuk kemudian mengakui adanya
keuntungan atau kerugian yang muncul dari perbedaan kurs. Setelah itu,
entitas melakukan penyelesaian atas transaksi.

Sebagai ilustrasi, diketahui bahwa PT Nusantara memiliki unit usaha yang


memproduksi dan mendistribusikan mesin pemindai untuk mendukung keamana
kepada bandara-bandara di kawasan Asia. Pada tanggal 20 Oktober 2015, PT

17
Nusantara melakukan penjualan 10 unit mesin pemindai kepada Bandar Udara
Changi Singapura. Harga jual mesin ini senilai US$100.000 (beban pokok penjualan
adalah 60% dari harga jual) yang pembayarannya akan diterima dalam dolar
Singapura pada tanggal 1 Febuari 2016. PT Nusantara memiliki akhir periode
akuntansi per 31 Desember serta memberikan informasi nilai tukar untuk tanggal-
tanggal penting sebagai berikut :

Tanggal Kurs Spot


20 Oktober 2015 10,200
31 Desember 2015 10,250
1 Febuari 2016 10,150
Atas transaksi ekspor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara
ditunjukkan sebagai berikut :

20 Oktober 2015

(7) Piutang Usaha 10.200.000.000


Penjualan 10.200.000.000
Mencatat mesin pemindahan kepada Bandara Changi di Singapura (10xS$100.000 x Rp 10.200) x 60%

(8) Beban Pokok Penjualan 6.120.000.000


Persediaan 6.120.000.000

Beban pokok dari penjualan mesin pemindai 910 unit)(10 x S$100.000 x Rp 10.200) x 60%

Jurnal (7) dan (8) merupakan jurnal standar yang digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan. Hanya ketika transaksi menggunakan mata uang asing, nilai dari penjualan
yang dilakukan perlu didenominasikan kedalam mata uang fungsional (dalam kasus
ini adalah rupiah) menggunakan kurs spot berlaku per 20 Oktober 2015.

31 Desember 2015
(9) Piutang Usaha 50.000.000
Keuntungan Perubahaan Kurs Valuta Asing 50.000.000

Mengakui keuntungan atas perubahaan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp 10.200-10.250)

18
Jurnal (9) mencatat pengakuan atas perubahan kurs dolar Singapura pada tanggal
pelaporan keuangan dibandingkan kurs saat terjadinya transaksi. Kurs rupiah
terhadap dolar Singapura mengalami pelemahan, sehingga dari sudut pandang PT
Nusantara berdasarkan kurs berlaku jumlah piutang menjadi lebih besar sehingga
mengakui adanya keuntungan sebesar selisih kurs.

1 Febuari 2016
(10) Kerugian Perubahaan Kurs Valuta Asing 100.000.000
Piutang Usaha 100.000.000

Mengakui kerugian perubahaan kurs valuta asing (10 x S$100.000 x (Rp 10.250-10.150)
(11) Valuta Asing (SGD) 10.150.000.000
Piutang Usaha 10.150.000.000

Menerima pelunasan piutang dari bandara Changi Sigapura (10 x S$100.000 x Rp 10.150
(12) Kas 10.150.000.000
Valuta Asing 10.150.000.000

Menukarkan valuta asing menjadi rupiah kepada broker (10 x S$100.000 x Rp 10.150)

Jurnal (10) (11) dan (12) adalah jurnal yang dicatat oleh PT Nusantara pada tanggal
penyelesaian. Pada jurnal (10) PT Nusantara kembali melakukan pengakuan atas
keuntungan (kerugian) yang muncul dari perubahan kurs valuta asing. Namun kali ini
PT Nusantara membandingkan kurs pada tanggal sebelumnya yakni pelaporan (31
Desember 2015) dengan kurs yang berlaku per tanggal 1 Febuari 2016. Atas
perubahan kurs ini, PT Nusantara mengakui kerugian karena menguatnya mata uang
rupiah terhadap dolar Singapura sehingga ekuivalen rupiah yang diperoleh lebih kecil
nilainya.

Sedangkan jurnal (11) dan (12) merupakan jurnal penerimaan pelunasan


piutang dari Bandara Changi. Bandara Changi akan menyerahkan mata uang asing
berupa dolar Singapura yang per tanggal 1 Febuari 2016 memiliki nilai ekuivalen
sebesar Rp 10,150,000,000 berdasarkan kurs spot berlaku. Secara keseluruhan PT
Nusantara mengalami kerugian atas transaksi menggunakan valuta asing ini, karena
jumlah yang awalnya diakui ternyata terealisasi lebih rendah saat tanggal

19
penyelesaian. Besarnya kerugian akibat perubahan kurs valuta asing yang diakui oleh
PT Nusantara adalah sebesar Rp 50,000,000 yang berasal dari pengakuan keuntungan
sebesar Rp 50,000,000 pada tanggal 31 Desember 2015 dikurangi pengakuan
kerugian sebesar Rp 100,000,000 pada tanggal 1 Febuari 2015. Table 9.3 menyajikan
perbandingan jika transaksi tersebut didenominasikan dalam mata uang rupiah.

Tabel 9.3

Perbandingan Transaksi Ekspor Menggunakan Mata Uang Fungsional dan


Mata Uang Asin

Transaksi dalam Rupiah Transaksi dalam dolar Singapura


15-Des-15
Beban Pelatihan 1.570.000.000 Beban Pelatihan 1.570.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000 Utang Usaha 1.570.000.000
31-Des-15
Kerugian Selisih Kurs 10.000.000
Tidak Terdapat Jurnal
Utang Usaha 10.000.000
15-Jan-16
Utang Usaha 20.000.000
Kerugian Selisih Kurs 20.000.000
Tidak Terdapat Jurnal
Valuta Asing (Euro) 1.560.000.000
Kas 1.560.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000 Utang Usaha 1.560.000.000
Kas 1.570.000.000 Kas 1.560.000.000

Transaksi Impor

Transaksi impor adalah transaksi pembelian barang atau jasa dari luar negeri
untuk didatangkan kedalam negeri. Atas transaksi impor, suatu entitas akan memiliki
kewajiban untuk menyerahkan pembayaran kepada entitas lain di luar negeri yang
kemungkinan besar didenominasikan dalam mata uang asing. Walaupun
didenominasikan dalam mata uang asing, untuk tujuan pencatatan pada laporan
keuangan, suatu entitas harus menyajikan transaksi tersebut dalam mata uang

20
fungsionalnya. Sama halnya dengan transaksi ekspor, nilai tukar yang digunakan
untuk mendenominasikan nilai transaksi ke dalam mata uang fungsional adalah kurs
spot yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi.

Sebagai ilustrasi, diketahui bahwa untuk mendukung kegiatan produksi PT


Nusantara mendatangkan tenaga ahli yang memberikan pelatihan penggunaan
teknologi produksi terkini dari perancis. Pada tanggal 15 Desember 2015, PT
Nusantara menerima pelatihan dari tenaga ahli selama 5 hari dengan honor tenaga
ahli per harinya €20,000. PT Nusantara baru akan membayarkan honor tenaga ahli
tersebut pada 15 Januari 2016 melalui perusahaan produsen teknologi yang menaungi
tenaga ahli ini. Berikut informasi nilai tukar euro Uni Eropa terhadap rupiah untuk
tanggal-tanggal penting sebagai berikut :

Tanggal Kurs Spot

15 Desember 2015 15,700

31 Desember 2015 15,800

15 Januari 2016 15,600

Atas transaksi impor tersebut, maka jurnal yang akan dicatat oleh PT Nusantara
ditunjukkan sebagai berikut :

15 Desember 2015
(13) Beban Pelatihan 1.570.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000
Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (5 hari x €20.000 x Rp15.700)

Jurnal (13) merupakan jurnal standar yang digunakan untuk mencatat transaksi
pengakuan beban. Hanya ketika transaksi menggunakan mata uang asing, nilai beban
yang diakui yang dilakukan perlu didenominasikan kedalam mata uang fungsional

21
(dalam kasus ini adalah rupiah) menggunakan kurs spot berlaku per 15 Desember
2015.

31 Desember 2015
(14) Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000
Utang Usaha 10.000.000
Mengakui kerugian perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700-15.800)

Jurnal (14) mencatat pengakuan atas perubahan kurs euro pada tanggal pelaporan
keuangan dibandingkan kurs saat terjadinya trasaksi. Kurs rupiah terhadap euro
mengalami pelemahan, sehingga dari sudut pandang PT Nusantara berdasarkan kurs
berlaku jumlah utang usaha menjadi lebih besar sehingga mengakui adanya kerugian
sebesar selisih kurs.

15 Januari 2016

(15)Utang Usaha 20.000.000


Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 20.000.000
Mengakui keuntungan perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.800-15.600))

(16) Valuta Asing (EUR) 1.560.000.000


Kas 1.560.000.000
Membeli valuta asing dari broker (5 hari x €20.000 x Rp15.600)
(17) Utang Usaha 1.560.000.000
Valuta Asing (EUR) 1.560.000.000
Melunasi pembayaran honor atas pelatihan (5 hari x €20.000 x 15.600)

Jurnal (15),(16),dan (17) adalah jurnal yang dicatat oleh PT Nusantara pada tanggal
penyelesaian. Pada jurnal (15), PT Nusantara kembali melakukan pengakuan atas
keuntungan (kerugian) yang muncul dari perubahan kurs valuta asing. Namun kali ini
PT Nusantara membandingkan kurs pada tanggal sebelumnya yakni tanggal
pelaporan (31 Desember 2015) dengan kurs yang berlaku per tanggal 15 Januari
2016. Atas perubahan kurs ini, PT Nusantara mengakui keuntungan karena
menguatnya mata uang rupiah terhadap euro sehingga ekuivalen rupiah yang akan
dibayarkan lebih kecil nilainya.

22
Jurnal (16) dan (17) merupakan jurnal pembayaran utang usaha kepada produsen. PT
Nusantara akan membeli terlebih dahulu euro dari pasar spot untuk kemudian
diserahkan kepada penyedian tenaga pelatihan yang per tanggal 15 Januari 2016
memiliki nilai ekuivalen sebesar RP. 1,560,000,000 berdasarkan kurs spot berlaku.
Secara keseluruhan PT Nusantara mengalami keuntungan atas transaksi
menggunakan valuta asing ini, karena jumlah utang usaha yang awalnya diakui
ternyata terealisasi lebih rendah saat tanggal penyelesaian. Besarnya keuntungan
akibat perubahan kurs valuta asing yang diakui oleh PT Nusantara adalah sebesar Rp.
10,000,000 yang berasal dari pengakuan kerugian sebesar Rp. 10,000,000 pada
tanggal 31 Desember 2015 dikurangi pengakuan keuntungan sebesar Rp. 20,000,000
pada tanggal 15 Januari 2016. Tabel 9.4 menunjukkan perbandingan jika transaksi
tersebut didenominasikan dalam mata uang rupiah.

Tabel 9.4

Perbandingan Transaksi Impor Menggunakan Mata Uang Fungsional

Transaksi dalam Rupiah Transaksi dalam dolar Singapura


15-Des-15
Beban Pelatihan 1.570.000.000 Beban Pelatihan 1.570.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000 Utang Usaha 1.570.000.000
31-Des-15
Kerugian Selisih Kurs 10.000.000
Tidak Terdapat Jurnal
Utang Usaha 10.000.000
15-Jan-16
Utang Usaha 20.000.000
Kerugian Selisih Kurs 20.000.000
Tidak Terdapat Jurnal
Valuta Asing (Euro) 1.560.000.000
Kas 1.560.000.000
Utang Usaha 1.570.000.000 Utang Usaha 1.560.000.000
Kas 1.570.000.000 Kas 1.560.000.000

23
Transaksi Impor dengan Valuta Asing yang Diperoleh Sebelumnya

Ketika suatu entitas melakukan transaksi impor, seringkali entitas tersebut


akan memperoleh valuta asing yang dibutuhkan untuk penyelesaian transaksi jauh
sebelum transaksi impor dilaksanakan. Upaya ini dilakukan agar entitas memperoleh
nilai tukar tertentu yang dianggap menguntungkan bagi entitas tersebut. Sebagai
ilustarsi, kita menggunakan kasus pembayaran jasa pelatihan yang diberikan oleh
lima tenaga ahli. Misalkan PT Nusantara telah merencanakan kegiatan pelatihan ini
sebelumnya, kemudian melakukan pembelian euro pada tanggal 1 November 2015
dengan kurs sebesar Rp. 15,500/EUR maka pencatatan yang dilakukan PT Nusantara
adalah :

1 November 2015
(18) Mata Uang Asing (EUR) 1.550.000.000
Kas 1.550.000.000

Mencatat pembelian mata uang asing (Euro dari broker (€20.000 x Rp 15.500)

Jurnal (18) dicatat oleh PT Nusantara untuk mengakui pembelian mata uang asing
(euro) dari broker berdasarkan kurs spot yang berlaku per 1 Novenber
2015.Selanjutnya pencatatan yang dilakukan oleh PT Nusantara adalah

15 Desember 2015

(19) Mata Uang Asing (EUR) 20.000.000


Keuntungan Perubahaan Kurs 20.000.000

Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (€20.000 x (Rp15.700- Rp15.500)

(20) Beban Pelatihan 1.570.000.000


Utang Usaha 1.570.000.000

Mencatat pengakuan beban jasa pelatihan yang diterima (5 hari x €20.000 x Rp15.700)

31 Desember 2015

(21) Kerugian Perubahan Kurs Valuta Asing 10.000.000


Utang Usaha 10.000.000

Mengakui kerugian atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700- Rp15.800)

(22) Mata Uang Asing (EUR) 10.000.000


Keuntungan Perubahan Kurs 24 10.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.700- Rp15.800))

Jurnal (21) adalah jurnal identik dengan jurnal (14) yang digunakan untuk mencatat
pengakuan atas perubahan kurs euro pada tanggal pelaporan keuangan dibandingkan
kurs saat terjadinya transaksi. Kurs rupiah terhadap euro mengalami pelemahan,
sehingga dari sudut pandang PT Nusantara berdasarkan kurs berlaku jumlah mata
uang menjadi lebih besar sehingga mengakui adanya kerugian sebesar selisih kurs.
Disisi lain, PT Nusantara pun mengakui keuntungan atas mata uang asing (EUR)
yang di milikinya karena mengalami kenaikan nilai sebesar jumlah yang sama seperti
yang terlihat pada jurnal (22).

15 Januari 2016
(23) Utang Usaha 20.000.000
Keuntungan Perubahan Kurs Valuta Asing 20.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.800- Rp15.600))

(24) Kerugian Perubahan Kurs 20.000.000


Mata Uang Asing (Euro) 20.000.000
Mengakui keuntungan atas perubahan kurs valuta asing (5 hari x €20.000 x (Rp15.800- Rp15.600))

(25) Utang Usaha 1.560.000.000


Valuta Asing (Euro) 1.560.000.000

Melalui pembayaran honor atas pelatihan (5 hari x €20.000 x Rp15.600)

Jurnal (23),(24) dan (25) adalah jurnal yang dicatat oleh PT Nusantara pada tanggal
penyelasaian. Pada jurnal (23), PT Nusantara kembali melakukan pengakuan atas
keuntungan (kerugian) yang muncul dari perubahan kurs valuta asing. PT Nusantara
membandingkan kurs pada tanggal sebelumnya yakni tanggal pelaporan (31
Desember 2015) dengan kurs yang berlaku per tanggal 15 Januari 2016. Atas
perubahan kurs ini, PT Nusantara mengakui keuntungan karena menguatnya mata
uang rupiah terhadap euro sehingga ekuivalen rupiah yang akan dibayarkan lebih
kecil nilainya. Disisi lain, PT Nusantara pun mengakui keutungan atas mata uang
asing (EUR) yang dimilikinya karena mengalami kenaikan nilai sebesar jumlah yang
sama seperti yang terlihat pada jurnal (24).

25
Jurnal (25) merupakan jurnal pembayaran utang usaha kepada produsen, jurnal
menggunakan mata uang asing yang sebelumnya telah diperoleh PT Nusantara dari
broker, PT Nusantara melakukan penyelesaian pembayaran utang kepada penyedia
tenaga pelatihan yang per tanggal 15 januari 2016 memiliki nilai ekuivalen sebesar
Rp. 1,560,000,000 berdasarkan kurs spot berlaku. Secara keseluruhan PT Nusantara
mengalami keuntungan atas transaksi menggunakan valuta asing ini, karena mata
uang yang sebelumnya diperoleh nilainya lebih rendah dibandingkan jumlah utang
usaha yang diakui. Besarnya keuntungan akibat perubahan kurs valuta asing yang
diakui oleh PT Nusantara adalah sebesar Rp. 10,000,000 yang merupakan selisih
keuntungan (kerugian) dari perubahan kurs atas mata uang asing (EUR) dan
perubahan kurs atas utang usaha.

ISU LAINNYA TERKAIT TRANSAKSI MENGGUNAKAN


VALUTA ASING
Transaksi Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri

Selain transaksi ekspor atau impor yang menyebabkan suatu entitas akan
berinteraksi dengan mata uang asing, transaksi perolehan aset tetap yang dilakukan
diluar negeri pun membutuhkan mata uang asing dalam penyelesaian transaksinya.
Misalnya suatu entitas yang membeli tanah atau bangunan di luar negeri maka karena
keberadaan aset-aset tersebut berada dinegara lain dan tidak memungkinkan untuk
dipindahkan ke dalam negeri. Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap, bahwa
suatu aset tetap perlu diukur berdasarkan harga perolehan pada pengukuran awal
kemudian entitas tersebut dapat memilih untuk menggunakan model biaya historis
atau model revaluasi untuk mengukur aset tetap pada periode-periode setelahnya.

Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri (Model Biaya Historis)

Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011), pengkuran awal aset tetap adalah


menggunakan biaya perolehan. Biaya perolehan yang didenominasikan dalam mata
uang asing perlu ditranslasikan kedalam mata uang fungsional entitas menggunakan
kurs spot yang berlaku pada tanggal transaksi. Selanjutnya pada tanggal pelaporan,
entitas perlu mengukur nilai dari aset tetap tersebut menggunakan kurs penutup
kemudian mengakui munculnya keuntungan atas kerugian atas perubahan kurs
dibandingkan dengan kurs yang digunakan saat perolehan awal atau periode
pelaporan sebelumnya.

Sebagai ilustrasi, misalkan PT Nusantara membeli sebuah lahan (tanah) di


Malaysia seharga RM1.000.000 pada tanggal 1 juni 2015. Tanah tersebut akan
dipergunakan untuk keperluan membangun pabrik perusahaan dalam rangka

26
mendukung rencana ekspansi di luar negeri. Perusahaan memilih menggunakan
model biaya historis untuk mencatat aset sejenis. Diketahui pula informasi kurs spot
ringgit Malaysia atas rupiah sebagai berikut :

Tanggal Kurs Spot


1 Jan 2015 3,500
31 Desember 2015 3,400
Berdasarkan informasi di atas, maka jurnal yang perlu dibuat oleh PT Nusantara
adalah sebagai berikut :

1 Juni 2015
(26) Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000
Kas 3.500.000.000
Melakukan pembelian Valuta asing (ringgit Malaysia)(RM1.000.000 X Rp3.500)

(27) Tanah 3.500.000.000


Valuta Asin (MYR) 3.500.000.000
Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM 1.000.000 x Rp3.500)

31 Desember 2015
(28) Kerugian Perubahan Kurs 100.000.000
Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs (RM 1.000.000 x (Rp3.500-Rp3.400)

Jurnal (26) dan (27) digunakan untuk mencatat pengukuran awal saat diakuisisnya
tanah. Pertama- tama PT Nusantara melakukan pembelian mata uang asing dari
broker untuk menyelesaiakan transaksi akuisi. Mata uang asing yang diperoleh
kemudian digunakan untuk menyelesaikan pengakuisisian tanah sesuai kurs spot
yang berlaku per tanggal transaksi. Sedangkan jurnal (28) digunakan untuk mengakui
kerugian penurunan nilai tanah yang disebakan menguatnya rupiah terhadap ringgit
Malaysia. Kerugian atas perubahan kurs ini akan dilaporkan sebagai komponen biaya
lain-lain pada laporan laba rugi sehingga memengaruhi laba bersih PT Nusantara
pada periode berjalan.

Perolehan Aset Tetap di Luar Negeri (Model Revaluasi)


Pada bagian sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana proses pencatatan
untuk transaksi aset tetap di luar negeri untuk model biaya historis. Selain
menggunakan model biaya historis, PSAK 16 (Revisi 2011) memperkenankan suatu
entitas untuk menggunakan model revaluasi atas aset tetap yang dimilikinya.
Berdasarkan model revaluasi, nilai aset tetap akan diukur berdasarkan nilai wajar saat

27
tanggal pelaporan untuk kemudian mengakui adanya surplus revaluasi (kerugian
penurunan nilai) atas perbedaan nilai tercatat dengan nilai wajarnya.

Sebagai ilustrasi, kita kembali melihat kasus pembelian tanah yang dilakukan
oleh PT Nusantara di Malaysia. Jika PT Nusantara memiliki kebijakan untuk
menggunakan model revaluasi untuk mengukur tanah tersebut, maka pencatatan yang
dilakukan adalah :

1 Juni 2015

(29) Valuta Asing (MYR) 3.500.000.000


Kas 3.500.000.000

Melakukan pembelian valuta asing (ringgit Malaysia (RM 1.000.000 x Rp3.500)

(30) Tanah 3.500.000.000


Valuta Asing 3.500.000.000

Melakukan pembelian tanah di Malaysia (RM 1.000.000 x Rp3.500)

Jurnal yang digunakan untuk pengukuran awal baik menggunakan model biaya
historis maupun model revaluasi adalah sama, seperti yang tampak di atas. Pengaruh
penggunaan model revaluasi akan terlihat pada periode setelah pengukuran, PT
Nusantara akan menggunakan nilai wajar tanah untuk pengukuran per tanggal
pelaporan. Bila diketahui bahwa nilai wajar tanah tersebut berdasarkan pengukuran
oleh jasa penilain adalah sebesar RM1,100,000 maka jurnal yang akan dicatat oleh
PT Nusantara adalah :

31 Desember 2015

(31) Tanah 340.000.000


Surplus Revaluasi 340.000.000

Mengakui kenaikan nilai tanah berdasarkan nilai wajar (RM 1.100.000) x Rp3.400)

(32) Kerugian atas Perubahan Kurs 100.000.000


Tanah 100.000.000
Mengakui kerugian penurunan nilai tanah akibat perubahan kurs (RM 1.100.000 x (Rp3.500-Rp3.400)

Jurnal (31) dan (32) digunakan untuk mengakui perubahan nilai tanah berdasarkan
pengukuran nilai wajar serta kerugian yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata
uang asing. Karena tanah yang dimiliki PT Nusantara di Malaysia mengalami

28
kenaikan berdasarkan informasi nilai wajar, maka kenaikan tersebut dilaporkan pada
penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income) serta pada bagian
ekuitas laporan posisi keuangan. Selain itu, kerugian yang muncul atas perubahan
kurs pun akan dilaporkan pula pada penghasilan komprehensif lain mengikuti
pelaporan yang dilakukan atas komponen utama keuntungan atau kerugian atas
perubahan nilai wajarnya.

Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Menggunakan Valuta


Asing
PSAK 10 (Revisi 2010) menyatakan bahwa suatu entitas perlu mengungkapkan :

1. Jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih
nilai tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya
melalui laba atau rugi sesuai PSAK 55 (Revisi 2014).

2. SSSSSelisih nilai tukar neto diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan
diakumukasikan dalam komponen ekuitas terpisah, dan juga harus mengungkapkan
rekonsiliasi dari selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode.

Selain itu, ketika mata uang fungsional dan mata uang pelaporan adalah berbeda,
maka entitas tersebut harus mengungkapkan alas an perbedaan tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai