Anda di halaman 1dari 25

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEMAHIRAN HUKUM

PENDIRIAN PARTAI POLITIK

LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

KATA PENGANTAR
Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang memberi kesempatan kepada segenap mahasiswa untuk memperdalam
keilmuan yang dimiliki, terlebih khusunya secara teknis di lapangan.
Salah satu yang menjadi agenda rutin Laboratorium Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Malang adalah dengan mengadakan
Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum, sebagai salah satu bentuk untuk
menjadikan mahasiswa mahir dalam bidang hukum dalam dunia kerja yang
sesungguhnya kelak. Sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan
yang nyata ditemukan dan tidak hanya memahami sebatas teori semata. Untuk
itulah dibuat sebuah buku pegangan untuk pelaksanaan Pendidikan dan Latihan
Kemahiran Hukum.
Sebagai sebuah hal yang dibuat oleh manusia tentulah buku pegangan
Pendiidkan dan Latihan Kemahiran Hukum ini bukan sebuah hal sempurna, oleh
karenanya membutuhkan banyak evaluasi dan masukan, sehingga buku pegangan
ini menjadi sebuah buku pegangan yang tetap bisa digunakan keberadaannya
secara akademik. Dan kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih
terhadap keberadaannya buku pegangan ini kami sampaikan banyak terimakasih.

Malang, 20 Februari 2017

Tim Penyusun
Lab Hukum FH-UMM

Tim Penyusun

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page ii


Modul Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum 2017

Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Hukum : Dr. Sulardi, SH.,M.Si
Pembantu Dekan I : Dr. Tongat, SH.,M.Hum
Pembantu Dekan II : Fifik Wiryani, SH.,M.Hum.,M.Si
Pembantu Dekan III : Sofyan Arif, SH.,M.Kn
Kepala Program Studi FH : Nu’man Aunuh, SH.,M.Hum
Sekretaris Program Studi FH : Ratri Novita R Dianti, SH.,MH
Kepala Laboratorium FH : Bayu Dwiwiddi Djatmiko, SH.,M.Hum
Divisi Praktikum : Cholidah, S.H.,M.H

Pelaksana
1. Radhityas Kharisma Nuryasinta, S.H
2. Yohana Puspitasari W, S.H
3. Kasyful Qulub, S.H
4. Sunarto Efendi, S.H
5. Husnul Khatimah, S.H.,S.Sy
6. Muhammad Luthfi, S.H.,S.Sy
7. Fazat Aziza, S.H.,S.Sy
8. Febrianika Maharani, S.H

Diterbitkan Oleh :
Laboratorium Fakultas Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
2017

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Partai politik di negara demokrasi merupakan suatu keniscayaan. Pada
masa demokrasi belum dikenal (lagi)1, tidak ada ruang bagi kehidupan partai
politik. Seiring perkembangan kepolitikan dunia, dan tuntutan hak hak warga
negara dalam berdemokrasi, partai politik pun mulai muncul. Status dan
peranan partai politik yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi.
Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-
proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat
bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi, seperti
dikatakan oleh Schattscheider (1942), “Political parties created democracy”.
Karena itu, partai merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat
derajat pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap
sistem politik yang demokratis. Bahkan, oleh Schattscheider dikatakan pula,
“Modern democracy is unthinkable save in terms of the parties”.
Partai politik baru muncul pada abad sembilan belas ditandai dengan
semakin berkembangnya lembaga-lembaga perwakilan dan meningkatnya
frekuensi pemilihan umum dan meluasnya hak mereka yang bisa mengambil
bagian dalam pemilihan umum. Ada alur-alur pendapat, kelompok-kelompok
rakyat, masyarakat-masyarakat yang dikelompokkan karena memiliki aliran
filsafat tertentu, ada kelompok-kelompok di dalam parlemen, tetapi belum
ada partai politik dalam artian sebenarnya. Namun menurut catatan para ahli
pada tahun 1950-an semua negara bagian di dunia sudah memiliki partai

1
Pada abad ke V SM, di negara Yunani telahdikenal dan diselenggarakan demokrasi secara
langsung, semua warga negara kecuali anak anak, budak dan perempuan mempunyai hak untuk
menyampaikan pendapat. Namun Demokrasi seolah lenyap setelah Romawi berkuasi, dan
memasuki abad peretengahan ( X-XV), bahkan negara negara pada masa itu diselenggarakan
secara otoriter dan absulut. Kebangkitan demokrasi ditandai dengan runtuhnya rezim otoriter
melalaui Revolusi Perancis 14 Juli 1789, yang melahirkan negara negara demokrasi. Hingga saat
ini demokrasi terus menuju pada kesempurnaan dan mengalami pembaruan –pembaruan dalam
menjalankannya.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 1


politik.2
Partai politik di Indonesia merupakan manifestasi dari kemerdekan
berkumpul dan berserikat sebagaimana amanat konstitusi, yaitu Pasal 28E
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat”. Kemudian dalam pasal 28 ditegaskan kembali
bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”.
Sebagai undang-undang “pelaksana” hak tersebut, lahirlah undang-
undang partai politik, yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Partai Politik, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan terakhir
Undang-Undang 8 Tahun 2011.
Sebagaimana disebutka di atas, bahwa partai politik memiliki peranan
penting dalam negara demokrasi, eksistensi partai politik di Indonesia setelah
terdapat dalam Pasal 6A ayat (2) dan Pasal 22E ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan :
1. Pasal 6A ayat (2) : Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
2. Pasal 22E ayat (3) : Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah adalah partai politik.
Ketentuan di atas menunjukkan bahwa proses pemerintahan akan
berjalan dengan adanya partai politik. Selain itu, dalam hubungannya dengan
kegiatan bernegara, peranan partai politik sebagai media dan wahana tentulah
sangat menonjol. Di samping faktor-faktor yang lain seperti pers yang bebas
dan peranan kelas menengah yang tercerahkan, dan sebagainya, peranan
partai politik dapat dikatakan sangat menentukan dalam dinamika kegiatan
bernegara. Pertai politik betapapun juga sangat berperan dalam proses

2
Farchan Bulkin, 1985, Analisa kekuatan-kekuatan politik, Jakarta: Penerbit LP3ES.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 2


dinamis perjuangan nilai dan kepentingan (values and interests) dari
konstituen yang diwakilinya untuk menentukan kebijakan dalam konteks
kegiatan bernegara.3
Partai politik lah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses
pengambilan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga
negara dengan institusi-institusi kenegaraan. Menurut Robert Michels dalam
bukunya, “Political Parties, A Sociological Study of the Oligarchical
Tendencies of Modern Democracy”, “... organisasi ... merupakan satu-
satunya sarana ekonomi atau politik untuk membentuk kemauan kolektif”4.
Oleh karena itu maka sangat penting bagi mahasiswa untuk mengetahui
lebih dalam mengenai partai politik, khususnya pendiririan partai politik di
Indonesia. Berangkat dari latar belakang ini, maka melalui media Pendidikan
dan Latihan Kemahiran Hukum (PLKH) tentang Pendirian Partai Politik,
diharapkan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
mempunyai bekal dalam menyikapi permasalahan hukum mengenai Badan
Hukum khususnya dalam pendirian Perseroan Terbatas.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pelaksanaan PLKH adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan pada mahasiswa tentang pendirian
partai politik di Indonesia;
2. Memberikan pelatihan dan kemahiran hukum praktis kepada mahasiswa
terkait dengan prosedur pendirian partai politik di Indonesia.

C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini sebagai berikut :
3
Oleh Jimly Asshiddiqie, Dinamika Partai Politik Dan Demokrasi, Makalah, diakses dari
www.jimly.com.
4
Robert Michels, dalam Jimly Asshiddiqie, Ibid.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 3


1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pendirian partai politik
di Indonesia;
2. Mahasiswa menguasai konsep dan teknik pengajuan pendirian partai
politik di Indonesia;
3. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan dan alur pendirian partai politik di
Indonesia.

D. Ketentuan Penilaian
Adapun ketentuan penilaian sebagai berikut :
1. Kehadiran (Presensi)
Materi Nilai
Stadium General 25 %
Pelatihan 1 25 %
Pelatihan II 25 %
Pelatihan III 25 %
Total 100 %

2. Tugas
Materi Nilai
Resume Stadium General 25 %
Tugas Pelatihan 1 25 %
Tugas Pelatihan II 25 %
Tugas Pelatihan III 25 %
Total 100 %

3. Keaktifan
Materi Nilai
Stadium General 70 %
Pelatihan 1 10 %
Pelatihan II 10 %
Pelatihan III 10 %

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 4


Total 100 %

4. Pembagian
Materi Nilai
Kehadiran 100 %
Tugas 100 %
Keaktifan 100 %
Total 300 %

Nilai Akhir = Kehadiran + Tugas + Keaktifan = 100 %


30
5. Nilai Angka
ANGKA HURUF
0-20 E
21-40 D
41-50 C
51-60 C+
61-70 B
71-80 B+
81-100 A

BAB II
PENDIRIAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 5


A. Sejarah dan Dinamika Partai Politik di Indonesia
Pada umumnya perkembangan partai politik sejalan dengan
perkembangan demokrasi, yakni dalam hal perluasan hak pilih dari rakyat dan
perluasan hak-hak parlemen.5 Partai politik pada pertama kali lahir di negara
– negara Eropa barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan
faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik,
maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi
penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.6
Partai politik di Indonesia memiliki sejarah perjalanan panjang.
Keberadaan partai politik di Indonesia dapat dilacak sejak masa penjajahan
Belanda. Pada masa itu sudah mulai berkembang kekuatan-kekuatan politik
dalam tahap pengelompokan yang diikuti dengan polarisasi, ekspansi, dan

pelembagaan. Partai politik di Indonesia lahir bersamaan dengan tumbuhnya


gerakan kebangsaan yang menandai era kebangkitan nasional. Berbagai
organisasi modern muncul sebagai wadah pergerakan nasional untuk
mencapai kemerdekaan. Walaupun pada awalnya berbagai organisasi tidak
secara tegas menamakan diri sebagai partai politik, namun memiliki program-
program dan aktivitas politik.7
Budi Utomo (berdiri pada 20 Mei 1908) dan Sarekat Islam (berdiri pada
1911) adalah contoh organisasi yang tidak secara tegas menyatakan diri
sebagai organisasi politik. Namun dalam perkembangan kedua organisasi
tersebut, program dan aktivitasnya telah merambah ke wilayah politik. 8

5
Ichsanul Amal, 2012, Teori – Teori Mutakhir Partai Politik,Tiara Wacana: Yogyakarta, hal.
19.
6
Ibid
7
Muchamad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik Di Indonesia (Analisis Pengaturan
Hukum dan Praktik Pembubaran Partai Politik 1959 – 2004), Disertasi, Fakultas Hukum Program
Pascasarjana Universitas Indonesia, hal. 119
8
Hal itu dapat dilihat dari keterlibatan kedua organisasi tersebut dalam Volksraad. Bahkan,
pada 23 Juli 1916 BU dan SI telah melakukan aktivitas politik menuntut ketahanan Hindia
Belanda guna menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia saat itu telah berpikir mandiri. Aksi itu
dikenal dengan Weerbaar Actie. Wakil-wakil BU dan SI juga menjadi anggota koalisi radical
concentratie di dalam Volksraad yang menuntut adanya Majelis Nasional sebagai parlemen
pendahuluan untuk menetapkan hukum dasar sementara bagi Hindia Belanda.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 6


Keberadaan kedua organisasi politik tersebut diikuti dengan munculnya
berbagai organisasi partai politik, seperti Indische Partij (IP), Insulinde,
Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya
(Parindra), Partai Indonesia (Partindo), Indische Sociaal Democratische Partij
(ISDP), Indische Katholijke Partij, Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), dan
Partai Rakyat Indonesia (PRI).
Kehidupan partai politik Indonesia sebelum kemerdekaan mulai menurun
setelah 1930. Hal itu terjadi karena kebijakan represif yang dijalankan oleh
Pemerintahan Kolonial Belanda. Gubernur Jenderal B.C. de Jonge (1931) dan
A.W.L. Tjarda van Starkenborg Stachouwer (1936) menolak memberi
pengakuan pada organisasi pergerakan nasionalis. Pada masa-masa ini banyak
partai politik yang dibubarkan karena dianggap membahayakan keamanan,
ketertiban, dan stabilitas pemerintahan. Di antara partai-partai yang ada pada
masa pemerintahan kolonial Belanda tersebut, yang pernah dibubarkan adalah
IP, PKI, dan PNI.9
Menurunnya aktivitas politik pada masa pemerintahan kolonial Belanda
terus berlanjut pada masa pendudukan Jepang. Pemerintahan pendudukan
Jepang melarang keras semua kegiatan politik, termasuk rapat-rapat yang
membicarakan organisasi dan struktur pemerintahan. Namun walaupun
demikian, tokoh-tokoh partai politik tetap berperan besar dalam usaha-usaha

mencapai kemerdekaan. Bahkan pada saat dibentuk BPUPK dan PPKI oleh
pemerintahan Jepang, yang keanggotaannya diisi oleh tokoh-tokoh nasional
yang sebelumnya merupakan pimpinan partai politik.
Pasca Indonesia merdeka, awalnya Presiden Soekarno menginginkan
adanya partai tunggal guna melaksanakan pembangunan yang disebutnya
sebagai “motor perjuangan rakyat”. Dalam pidatonya seperti yang dimuat
di Merdeka,  pada 25 Agustus 1945, Presiden Soekarno menginginkan partai
itu adalah Partai Nasional Indonesia. Namun, seiring masifnya proses

9
Adnan Buyung Nasution, 1995, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi
Sosio-Legal atas Konstituante 1956 – 1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal. 6 – 8.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 7


pembentukan KNIP di daerah-daerah, maka pembentukan PNI untuk
sementara ditunda.10 Hingga pada akhirnya para tokoh nasional menyadari
pentingnya partai politik dalam kehidupan bernegara. Kemudian atas usul
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), dikeluarkan
Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945 yang berisi pernyataan bahwa
pemerintah menyukai adanya partai-partai politik. Disebutkan pula bahwa
partai-partai politik diharapkan sudah terbentuk sebelum dilangsungkannya
pemilihan anggota badanbadan perwakilan yang direncanakan pada Januari
1946.
Setelah adanya Maklumat itu, terbentuklah sekitar 40 partai politik.11
Sejumlah partai politik yang telah ada sejak era Pergerakan Nasional, tumbuh
dengan kemasan yang baru. Partai-partai tersebut telah memiliki massa dan
basis pendukungnya sendiri-sendiri.
Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem
kepartaian Indonesia dilakukan penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun
1959 dan Perpres No. 13 Tahun 1960 yang mengatur tentang pengakuan,
pengawasan dan pembubaran partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April
1961 diumumkan hanya 10 partai yang mendapat pengakuan dari pemerintah,
Partai-partai yang diakui adalah PNI, NU, PKI, Partai Katolik, Partai
Indonesia, Partai Murba, PSII, dan IPKI. Selain itu juga dikeluarkan Keppres
Nomor 129 Tahun 1961 tentang Penolakan Pengakuan Partai-partai yang
memenuhi Perpres Nomor 13 Tahun 1960. Partai-partai yang ditolak
pengakuannya adalah PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng
Lalo, dan Partai Rakyat Nasional Djodi Gondokusumo. Di samping itu,
melalui Keppres 440 Tahun 1961 diakui pula Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) dan Persatuan Tarbiyah Islam (Perti). 12 Sementara Masjumi dan
PSI dibubarkan setahun sebelumnya, yakni melalui Keppres Nomor 200/1960
10
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
hlm. 425.
11
Jimly Asshiddiqie, 2005, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan
Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Konstitusi Press, hal. 174.
12
M. Rusli Karim, 1993, Perjalanan Partai Politik di Indonesia; Sebuah Potret Pasang-
Surut, Jakarta: Rajawali Press, hal. 149.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 8


yang diterbitkan Pada 17 Agustus 1960.
Dinamika partai politik pada masa Orde Baru ditandai dengan
dibubarkannya PKI pada tanggal 12 Maret 1966. Kemudian pada tanggal 20
Pebruari 1968 sebagai langkah peleburan dan penggabungan ormasormas
Islam yang sudah ada tetapi belum tersalurkan aspirasinya maka
didirikannyalah Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI). Selanjutnya pada
tanggal 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya
Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik,
Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk
kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII,
dan Perti. Serta ada suatu kelompok fungsional yang dimasukkan dalam salah
satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut Golongan Karya.
Adanya pembinaan terhadap parpol-parpol tersebut kemudian oleh
Presiden Soeharto diadakan perampingan parpol sebagai wadah aspirasi
warga masyarakat waktu itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum
1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Hingga
Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta pemilu hanya terdiri
sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1 Golkar. Selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memenangkan Pemilu.
Berakhirnya Orde baru menjadi sebuah uforia partai politik.
Pembentukan partai politik yang sebelumnya dikungkung. Era Reformasi
yang melahirkan sistem multi-partai ini sebagai titik awal pertumbuhanpartai
yang didasari kepentingan dan orientasi politik yang sama di antara
anggotanya. Jumlah partai yang berpartisipasi pada pemilu 1999 adalah 48
partai, 24 partai yang mengikuti Pemilu 2004, dan 40 partai politik yang
mengikuti Pemilu 2009. Hal inimengindikasikan suburnya demokrasi yang
terjadi di Indonesia, terlepas dari tercapainya fungsi partai politik tersebut.

B. Tujuan dan Fungsi Partai Politik


Pembentukan partai politik merupakan implementasi atas hak

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 9


kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Hal ini
diatur secara jelas dalam Pasal 28E ayat (3) dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada yang berbunyi bahwa “Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat”.
Kemudian sebagai jaminan atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat lebih lanjut diatur dalam Undang–Undang Nomor 2
Tahun 2011 tantang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008
tentang Partai Politik.
Tujuan didirikannya partai politik diatur dalam pasal 10 ayat (1), ayat (2),
UU No. 2 Tahun 2011 yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai
berikut:
1) Tujuan umum partai politik adalah:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
yang dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
c. Mengembangkan kehidupan berdemokrasi berdasarkan Pancasila
dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan
d. Mewujudkan kesejahtraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Tujuan khusus Partai Politik adalah:
a. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam
rangka penyelanggaraan kegiatan politik pemerintahan;
b. Memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
c. Membangun etika dan budaya berpolitik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Terdapat beberapa fungsi dari partai politik, Miriam Budiardjo
menjelaskan bahwa setidaknya ada empat fungsi partai politik yang terkait

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 10


satu dengan yang lainnya, yaitu 13: Pertama, sebagai sarana komunikasi
politik, dalam hal ini peran partai politik adalah sebagai “penggabungan
kepentingan“ (interest aggregation) dan “perumusan kepentinngan” (interests
articulation). Sebagai penggabung kepentingan berarti menyalurkan aneka
ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa
sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Kemudian
pendapat, ide-ide dan kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diolah dan
dirumuskan sehingga dapat diharapkan mempengaruhi atau bahkan menjadi
materi kebijakan kenegaraan yang resmi. Pada intinya kedua pengertian
tersebut menyatakan bahwa komunikasi politik merupakan proses penyaluran
aspirasi. “Komunikasi politik ialah proses penyaluran aneka ragam pendapat
dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga
kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang” (Budiardjo, 2000:
163).
Kedua, sebagai sosialisasi politik (political socialization), Ide, visi dan
kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan
kepada konstituen untuk mendapatkan ‘feedback’ berupa dukungan dari
masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan
sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi
struktur-antara atau ‘intermediate structure’ yang harus memainkan peran
dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif
masyarakat warga negara.
Ketiga, sebagai sarana rekruitmen politik (political recruitment), fungsi
ini merupakan fungsi yang penting, baik bagi kontinuitas dan kelestarian
partai politik itu sendiri maupun untuk mencetak pemimpin bangsa dan wakil
rakyat yang berkualitas. Pada dasarnya partai dibentuk dalam rangka menjadi
“kendaraan” yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara dalam
posisi tertentu. Dalam hal ini Umar mengemukakan bahwa proses seleksi
pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang dilakukan guna lebih
menjamin bahwa mereka yang diterima adalah yang dianggap paling tepat,

13
Miriam Budiardjo, 2000, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, hal. 163-164.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 11


baik dengan kriteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah yang dibutuhkan.14
Keempat, sebagai pengatur konflik (conflict management), nilai-nilai
(values) dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam
kehidupan masyarakat sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling
bersaing dan bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya banyak,
berbagai kepentingan yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui
polarisasi partai-partai politik yang menawarkan ideologi, program, dan
altrernatif kebijakan yang berbeda-beda satu sama lain. Artinya, sebagai
pengatur atau pengelola konflik (conflict management) partai berperan
sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of interests) yang
menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui saluran
kelembagaan politik partai.
Keempat fungsi partai politik diatas menunjukkan bahwa partai politik
adalah elemen yang penting untuk membangun kehidupan yang demokratis.
sampai saat ini Indonesia masih berproses dan mencari bentuk ideal menuju
kehidupan demokrastis (demokratisasi) idela sebagaimana dicitata-citakan
konstitusi. Tentunya “proses menuju” tersebut harus dilakukan dalam segala
sisi, termasuk dalam demokrasi internal partai politik.

C. Pendaftaran, Verifikasi, dan Pengesahan Partai Politik


Permohonan pendaftaran penyesuaian partai politik berbadan hukum
dan pendaftaran pendirian dan pembentukan partai politik baru menjadi
badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
harus diajukan sekurang-kurangnya oleh Ketua Umum partai politik dengan

14
Husein Umar, 2005, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Edisi Revisi dan
Perluasan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 8-9

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 12


mengisi formulir yang telah disediakan dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut.
1. Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh)
warga Negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
sudah menikah dari setiap provinsi dan didaftarkan oleh paling sedikit 50
(lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik
dengan akta notaris yang memuat:
a. Anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan kepengurusan pusat
partai politik;
b. Pendiri dan pengurus partai politik menyertakan 30% (tiga puluh
perseratus) keterwakilan perempuan.
2. Didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan
melampirkan:
a. Salinan akta notaris pendirian dan pembentukan partai politik
bermeterai cukup sebagaimana dimaksud dalam huruf A yang
memuat:
1) Pendiri
2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
mencantumkan:
a) asas dan ciri partai politik;
b) visi dan misi partai politik;
c) nama, lambang atau tanda gambar partai politik;
d) tujuan dan fungsi partai politik;
e) organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan
keputusan;
f) kepengurusan partai politik;
g) mekanisme rekrutmen keanggotaan partai politik
dan jabatan politik;
h) sistem kaderisasi;
i) mekanisme pemberhentian anggota partai politik;
j) peraturan dan keputusan partai politik;

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 13


k) pendidikan politik;
l) keuangan partai politik; dan
m) mekanisme penyelesaian perselisihan internal partai
politik (yang di dalamnya memuat Mahkamah Partai
Politik atau sebutan lain).
n) nama, lambang atau tanda gambar yang tidak
mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan nama, lambang atau tanda
gambaryang telah dipakai secara sah oleh partai
politik lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, sebanyak 2 (dua) asli dan 5 (lima)
fotokopi;
o) kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit
75% dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang
bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima puluh
perseratus) dari jumlah kecamatan pada
kabupaten/kota yang bersangkutan yang dibuktikan
dengan daftar kepengurusan partai politik:
i. pada setiap provinsi disertai
(1) Surat Keterangan dari Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik provinsi bersangkutan
yang menyatakan bahwa kepengurusan
partai politik tersebut benar telah dilaporkan
keberadaannya
(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang
dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh
pejabat yang berwenang (antara lain pejabat
yang menandatangani KTP atau setingkat di
atasnya), pengadilan negeri, atau notaris
atas nama sekurang- kurangnya 3 (tiga)
orang fungsionaris utama, misalnya Ketua,

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 14


Sekretaris, dan Bendahara.
ii. paling sedikit 75 % dari jumlah kabupaten/kota
pada provinsi yang bersangkutan disertai
(1) Surat Keterangan dari Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik kabupaten/kota
bersangkutan yang menyatakan bahwa
kepengurusan partai politik tersebut benar
telah dilaporkan keberadaannya
(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang
dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh
pejabat yang berwenang (antara lain pejabat
yang menandatangani KTP atau setingkat di
atasnya), pengadilan negeri, atau notaris
atas nama sekurang- kurangnya 3 (tiga)
orang fungsionaris utama, misalnya Ketua,
Sekretaris, dan Bendahara.
iii. paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari
jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang
bersangkutan disertai:
(1) Surat Keterangan dari Camat bersangkutan
yang menyatakan bahwa kepengurusan
partai politik tersebut benar telah dilaporkan
keberadaannya.
(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang
dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh
pejabat yang berwenang (antara lain pejabat
yang menandatangani KTP atau setingkat di
atasnya), pengadilan negeri, atau notaris
atas nama sekurang- kurangnya 3 (tiga)
orang fungsionaris utama, misalnya Ketua,
Sekretaris, dan Bendahara.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 15


p) Alamat kantor tetap pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota yang tidak berubah sampai tahapan
terakhir pemilihan umum yang dibuktikan dengan:
i. surat keterangan domisili partai dari
lurah/kepala desa setempat;
ii. bukti sah status kantor tersebut berupa sertifikat,
perjanjian sewa menyewa, perjanjian pinjam
pakai atau perjanjian lain yang berlaku.
q) Surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan
bahwa orang bersangkutan benar pendiri atau
pengurus dari partai tersebut dan tidak menjadi
pendiri, pengurus atau anggota partai lain.
r) Bukti rekening atas nama partai politik berupa
keterangan dari bank.
3. Dokumen sebagaimana tersebut pada di atas merupakan dokumen terbaru
yang diterbitkan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik.
4. Dokumen yang telah diserahkan oleh partai politik menjadi milik negara
yang dikelola oleh Kementerian Hukum dan HAM dan tidak dapat ditarik
kembali.
Kemudian proses pendaftaran selanjutnya adalah sebagaimana berikut:
1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menerima permohonan
pendaftaran penyesuaian partai politik berbadan hukum dan pendirian
dan pembentukan partai politik baru menjadi badan hukum pada
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
2. Penyerahan kelengkapan berkas permohonan pendaftaran paling lambat
diterima 7 (tujuh) hari kerja sebelum dilakukan penelitian dan/atau
verifikasi.
3. Dalam menerima pendaftaran, petugas pendaftaran:
a. memberikan tanda terima sementara berkas permohonan pendaftaran

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 16


penyesuaian partai politik berbadan hukum dan pendaftaran
pendirian/pembentukan partai politik baru menjadi badan hukum yang
belum lengkap (Lampiran III);
b. memberitahukan kekurangan persyaratan administratif tersebut kepada
pemohon;
c. memberikan tanda terima bahwa partai politik yang bersangkutan telah
melengkapi persyaratan yang kurang (Lampiran IV);
d. mencatat dalam buku register permohonan pendaftaran penyesuaian
partai politik berbadan hukum dan pendaftaran pendirian/pembentukan
partai politik baru menjadi badan hukum, yang meliputi:
(1) nama pemohon/kuasanya;
(2) waktu dan tanggal permohonan;
(3) nama partai politik
(4) nama pengurus/pimpinan pusat partai politik;
(5) alamat tetap sekretariat partai politik;
(6) memproses permohonan pendaftaran penyesuaian partai politik
berbadan hukum dan pendaftaran pendirian/pembentukan partai
politik baru menjadi badan hukum yang telah lengkap.

Setelah partai politik baru melengkapi syarat syarat yang diatur dalam
undang-undang partai politik maka partai politik akan melaui tahapan
verifikasi, yaitu Verifikiasi pendirian partai politik atau untuk mendapatkan
badan hukum dan Verifikasi Kepesertaan pemilu. Penelitian dan/atau
verifikasi partai politik adalah pemeriksaan, pengujian dan pembuktian
kelengkapan dan kebenaran persyaratan partai politik yang dilakukan secara
administratif oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bekerja
sama dengan instansi terkait, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat
(1), (2), dan (3) UU Partai Politik:
1) Kementerian menerima pendaftaran dan melakukan penelitian
dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (2).
2) Penelitian dan/atau verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 17


dilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya
dokumen persyaratan secara lengkap.
3) Pengesahan Partai Politik menjadi badan hukum dilakukan dengan
Keputusan Menteri paling lama 15 (lima belas) hari sejak berakhirnya
proses penelitian dan/atau verifikasi.

Verifikiasi pendirian partai politik atau untuk mendapatkan badan


hukum dan Verifikasi Kepesertaan pemilu. Verifikiasi pendirian partai
politik atau untuk mendapatkan badan hukum dilakukan oleh Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). sementara verifikasi
Kepesertaan pemilu tahun 2014 adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU)
beserta jajarannya KPU Tingkat Provinsi dan Kab/Kota yang syarat dan
proses verifikasi yang diatur dalam peraturan Mentri Nomor: M.HH-
04.AH.11.01 TAHUN 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan pendaftaran
Penyesuaian Partai Politik Berbadan Hukum dan Partai politik baru
Menjadi badan Hukum Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011
tntang perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai
Politik.
Adapun tahapan penelitian dan/atau verifikasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengesahkan pendaftaran penyesuaian partai politik berbadan
hukum dan partai politik baru menjadi badan hukum, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan penelitian dan/atau
verifikasi terhadap partai politik pendaftar yang telah memenuhi
persyaratan.
2. Penelitian dan/atau verifikasi partai politik dilakukan secara administratif
dan periodik bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa
dan Politik Kementerian Dalam Negeri berkaitan dengan penerbitan surat
keterangan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan.
3. Penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan
partai politik dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
4. Tugas Tim adalah memeriksa dan meneliti, baik secara administratif

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 18


maupun substansial terhadap persyaratan permohonan pendaftaran
penyesuaian partai politik berbadan hukum dan pendaftaran partai politik
baru.
5. Dalam melakukan penelitian dan/atau verifikasi partai politik, Tim dapat
melakukan penelitian/verifikasi langsung kepada instansi atau kantor
yang menerbitkan persyaratan administratif pendaftaran penyesuaian
partai politik berbadan hukum dan pendirian dan pembentukan partai
politik baru yang dituangkan dalam berita acara penelitian (Lampiran V)
6. Penelitian dan/atau verifikasi partai politik dilakukan paling lama 45
(empat puluh lima) hari kerja.

Setelah proses verifikasi selesai baru dilakukan pengesahan -baik


penyesuaian partai politik berbadan hukum atau partai politik baru menjadi
badan hukum- sebagai berikut:
1. Pengesahan penyesuaian partai politik berbadan hukum dan partai politik
baru menjadi badan hukum dilakukan dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Hukum dan Asasi Manusia dalam waktu paling lama 15 (lima
belas) hari kerja sejak berakhirnya proses penelitian dan/atau verifikasi.
2. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia disampaikan kepada
partai politik yang bersangkutan setelah menyerahkan bukti pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
3. Salinan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia disampaikan
kepada:
a. Mahkamah Agung;
b. Mahkamah Konstitusi;
c. Menteri Dalam Negeri;
d. Komisi Pemilihan Umum;
e. Percetakan Negara untuk diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia;

D. Pedoman Mengenai Penggunaan Nama, Lambang Atau Tanda Gambar

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 19


Partai Politik
Adapun pedoman mengenai penggunaan nama, lambang atau tanda
gambar partai politik adalah sebagai berikut:
1. Nama, lambang atau tanda gambar partai politik tidak boleh mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambing
atau tanda gambar partai politik lain.
2. Yang dimaksud dengan ”mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan nama, lambang atau tanda gambar partai politik
lain” adalah memiliki kemiripan yang menonjol dan menimbulkan
kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
penulisan maupun kombinasi antara unsur-unsur yang terdapat dalam
nama, lambing atau tanda gambar partai politik lain.
3. Dalam hal ada partai politik yang mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan nama, lambang atau tanda gambar partai politik lain,
maka cara penyelesaiannya adalah:
(1) apabila ada persamaan pada pokoknya dengan nama, lambang atau
tanda gambar antara partai politik baru yang mendaftar dan partai
politik yang telah berbadan hukum, maka partai politik baru yang
mendaftar harus mengubah nama, lambang atau tanda gambarnya;
(2) apabila ada persamaan pada pokoknya dengan nama, lambang atau
tanda gambar antar partai politik yang mendaftar, maka partai
politik yang mendaftar kemudian harus mengubah nama, lambang
atau tanda gambarnya. Apabila hari dan tanggalnya sama, maka
yang dipergunakan sebagai pedoman adalah jam pada waktu
memasukkan permohonan pendaftaran.
4. Selain itu, partai politik juga dilarang menggunakan nama, lambang
atau tanda gambar yang sama dengan:
(1) bendera atau lambang negara Republik Indonesia. Yang dimaksud
dengan lambang negara Republik Indonesia adalah burung
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Penggunaan sebagian dari gambar/simbol yang ada dalam lambing

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 20


negara tidak termasuk dalam ketentuan ini.
(2) lambang lembaga negara atau lambang pemerintah. Yang dimaksud
dengan lambang lembaga negara adalah lambang dari lembaga-
lembaga negara yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan
perundangundangan lain. Misalnya: lambang MPR, DPR, DPD,
Presiden, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi. Yang dimaksud
dengan lambang pemerintah adalah lambang instansi pemerintah,
seperti kementerian, lembaga pemerintah lain, dan pemerintah
daerah.
(3) nama, bendera, atau lambang negara lain dan nama, bendera, atau
lambang lembaga/badan internasional.
(4) nama, bendera, simbol organisasi gerakan separatis atau organisasi
terlarang; atau
(5) nama atau gambar seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Ichsanul. 2012. Teori – Teori Mutakhir Partai Politik. Tiara Wacana:
Yogyakarta.
Asshiddiqie, Jimly. Dinamika Partai Politik Dan Demokrasi. Makalah. Diakses
dari www.jimly.com.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 21


_______________. 2005. Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik,
dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi Press.
______________. 2000. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Bulkin, Farchan. 1985. Analisa Kekuatan-Kekuatan Politik. Jakarta: Penerbit
LP3ES.
Karim, M. Rusli. 1993. Perjalanan Partai Politik di Indonesia; Sebuah Potret
Pasang-Surut, Jakarta: Rajawali Press.
Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di
Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956 – 1959. Jakarta:
Pustaka Utama.
Safa’at, Muchamad Ali. Pembubaran Partai Politik Di Indonesia (Analisis
Pengaturan Hukum dan Praktik Pembubaran Partai Politik 1959 – 2004).
Disertasi. Fakultas Hukum Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Edisi Revisi
dan Perluasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum – Pendirian Partai Politik Page 22

Anda mungkin juga menyukai