Anda di halaman 1dari 3

Bahan PPT HHI mengenai Konflik Donbass UKRAINA

Slide 1: Kronologi kasus:

Konflik yang terjadi karena adanya penolakan Kerjasama antara UE Viktor Yanukovich
yang pro dengan Rusia menimbulkan demonstrasi yang bertujuan untuk meminta presiden turun
dan diganti. Karena penurunan jabatan presiden itu terjadi pro kontra. Wilayah ukraina timur
dan ukraina selatan, tepatnya di wilayah Donetsk dan Lugansk di kedua wilayah itu mengalami
demonstrasi. Masyarakat dua kota tersebut tidak setuju dengan pemerintahan ukraina yang
memberhentikan presiden Viktor Yanukovich dikarenakan masyarakat pro terhadap presiden
tersebut dan juga pro terhadap Rusia kemudian timbul konflik antara separatis di wilayah
Donetsk dan Lugansk dengan mendeklarasikan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk dan
Luganks ingin meminta referendum atau kemerdekaan atas wilayah tersebut, hal tersebut
memicu pemerintah Ukraina untuk mengerahkan angkatan bersenjata nasional guna meredakan
konflik yang terjadi.
Semenjak Maret 2014, terjadi demonstrasi antara kelompok pro-separatis Rusia dan anti
pemerintah pecah di Oblast Donetsk dan Luganks melakukan unjuk rasa dan berhasil
menjatuhkan pemerintahan Viktor Yanukovych yang pro-Rusia. Demonstrasi itu menjadi konflik
pasukan separatis Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang dibantu oleh Rusia melawan
tentara pemerintah Ukraina dibantu NATO. Rusia memberikan bantuan senjata dan mengirimkan
pasukan bantuan untuk mengamankan wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Sejumlah 3
tank tempur juga dikerahkan untuk mengamankan perbatasan.
Rusia mengintervensi wilayah Ukraina guna memasok senjata dan mengirimkan
sejumlah pasukan bersenjata kewilayah Donetsk dan Lugank. Konflik tersebut terjadi hingga
September 2014 yang diakhiri dalam Perjanjian Minks.

Slide 2: Analisa masuk non internasional atau Internasional

Berdasarkan analisa jenis konflik bersenjata, peristiwa konflik donbass Ukraina ini termasuk konflik non
internasional. konflik yang lebih banyak terjadi bukanlah konflik antar negara, tetapi lebih banyak antara
negara dengan kelompok bersenjata yang terorganisasi, atau antar kelompok yang serupa, yang sifatnya
bukanlah konflik internasional. Konflik seperti ini memiliki banyak istilah antar lain perang saudara,
pemberontakan, revolusi, terorisme, perang gerilya, perlawanan, pemberontakan internal, atau perang
untuk menentukan nasib sendiri.140 Pengaturan Hukum Humaniter Internasional mengenai konflik
bersenjata non internasional dapat ditemukan pada Pasal 3 ketentuan yang bersamaan dari Konvensi-
Konvensi Jenewa 1949 serta Protokol Tambahan II 1977. Konflik bersenjata non-internasional dalam
pengertian Pasal 3 tidak harus melibatkan pemerintah yang diberontak, melainkan juga terjadi dalam
situasi yang melibatkan sesama pemberontak, dalam hal ini kelompok-kelompok bersenjata yang
terorganisasi. Kecenderungan tersebut dapat ditemukan misalnya dalam suatu negara dengan
pemerintahan yang lemah, atau oleh Nils Melzer disebut ―failed states. Pasal 3 tidak mempersyaratkan
bahwa kelompok pemberontak tersebut harus diakui sebagai belligerent oleh pemerintah. Lain halnya
dengan pengaturan dalam konvensi lama yang menyatakan bahwa pemberontakan baru dapat
diperlakukan menurut hukum internasional—yaitu dianggap sebagai belligerent—apabila mereka telah
diakui statusnya sebagai pihak yang berperang. Pengakuan itu dapat diberikan oleh pemerintah de jure
(pemerintah yang diberontak) atau oleh negara ketiga. Pengakuan semacam itu oleh pemerintah de jure
akan sangat memperkuat kedudukan pemberontak.

sesuai dengan kriteria konflik bersenjata non internasional (Pasal 1 protokol Tambahan II 1977):

-Pertikaian terjadi di dalam wilayah pihak peserta agung

-Pertikaian terjadi antar angkatan bersenjata pihak Peserta Agung dengan kekuatan bersenjata pihak
yang memberontak (belligerent)

-Kekuatan bersenjata pihak yang memberontak ini harus berada di bawah satu komando yang
bertanggung jawab

-Pihak pemberontak telah menguasai sebagian wilayah negara

-Pihak pemberontak dapat melaksanakan ketentuan Protokol Tambahan II 1977

HHI mempersyaratkan 2 kriteria yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu konflik bersenjata yaitu
pertama, bahwa kelompok bersenjata yang terlibat harus mempunyai tingkat organisasi dan kedua,
bahwa permusuhan bersenjata berlangsung secara berlarut-larut dan dan menahun, yang kemudian
diperjelas oleh majelis pengadilan ICTY bahwa konflik bersenjata berbeda dari tindakan para penjahat
atau pemberontakan tidak terorganisasi dan tidak berlangsung lama

Slide 3: alasan masuk mana

Peristiwa yang terjadi di Donbass, Ukraina ini merupakan jenis konflik bersenjata non-internasional. Atas
perintah Vladimir Putin, intervensi militer Rusia telah dilakukan dalam konflik bersenjata di Ukraina
walaupun Presiden Rusia itu terus menyangkalnya. Hal-hal tersebut belum bisa menguatkan intensitas
serangan angkatan bersenjata dan keberadaan Rusia di wilayah Ukraina. Tindakan Rusia hanya sebatas
memberikan dukungan senjata dan perlindungan kepada pihak separatis belum sampai pada tingkat
yang lebih tinggi seperti serangan secara terus menerus ke Ukraina untuk bisa dikatakan sebagai konflik
bersenjata internasional

Slide 4: Dasar Hukum

Slide 5: kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai