Anda di halaman 1dari 18

-WORKING PAPER-

KEDUDUKAN PENERIMA CESSIE


(CESSIONARIS) SEBAGAI KREDITOR
DARI DEBITOR YANG DIMOHONKAN
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
(PKPU)
Oleh :Fica Candra Isnani

EDISI 7 | SEPTEMBER
2023

PDB Law Firm Smart Wikan Profesional


"
PDB Law Firm
Working Paper

KEDUDUKAN PENERIMA CESSIE


(CESSIONARIS) SEBAGAI KREDITOR DARI
DEBITOR YANG DIMOHONKAN
KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
(PKPU)

LATAR BELAKANG
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang merupakan salah satu
skema penyelesaian sengketa terkait masalah utang-piutang. Namun, tidak
sedikit masyarakat yang masih bingung membedakan antara Pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Pailit merupakan suatu
keadaan yang menimbulkan akibat hukum terhadap Debitor terkait penguasaan
harta bendanya termasuk dalam pembayaran utang kepada para Kreditornya.
Sejak putusan pailit diucapkan, maka demi hukum pengurusan terkait harta
Debitor akan beralih pada Kurator, yang mana disebut sebagai sita umum.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun


2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (UU
Kepailitan dan PKPU)

Merujuk pada ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepailitan
dan PKPU) menyatakan bahwa “Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh
Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam
Undang-undang ini”. Dengan kata lain, akibat kepailitan hanyalah terhadap
kekayaan Debitor, sedangkan Debitor tidaklah berada di bawah pengampuan
(Purwanto, 2022:2235). Berbeda dengan Pailit, PKPU sendiri merupakan skema
penundaan pembayaran utang oleh Debitor tanda adanya sita umum dan sifatnya
hanya pengurusan terkait harta Debitor selama proses PKPU.

01
PDB Law Firm
Working Paper

Permohonan Kepailitan dan PKPU Ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU


sendiri tidak lain untuk memberikan Kepailitan dan PKPU termasuk dalam
perlindungan terhadap Debitor dan prinsip pembuktian sederhana
Kreditor dalam menyelesaikan terhadap pengajuan pailit. Dalam
permasalahan pelunasan utang. Dalam penjelasan Pasal 8 ayat (4) UU
hal Debitor ternyata dinyatakan insolven Kepailitan dan PKPU bahwa yang
(keadaan tidak mampu membayar) dimaksud dengan pembuktian
maka peran UU Kepailitan dan PKPU sederhana adalah terpenuhinya kedua
memberikan perlindungan terhadap unsur tersebut maka terhadap subjek
pembagian hasil penjualan harta hukum dapat diajukan permohonan
Debitor pailit terhadap masing-masing pailit.
Kreditor sesuai dengan prinsip pari
passu pro rata parte. Selain hal tersebut,
keberadaan Hukum Kepailitan juga
bertujuan mencegah terjadinya
kesewenangan Kreditor dalam menagih
utang kepada Debitor Pailit secara
paksa ataupun kesewenangan dalam
melakukan penyitaan dan eksekusi
secara mandiri terhadap boedel pailit.

Merujuk kembali kepada salah satu


“Pembuktian Sederhana
persyaratan dalam mengajukan
dalam Permohonan Kepailitan permohonan pailit ialah adanya
dan PKPU” minimal 2 (dua) Kreditor. Dalam Pasal 1
angka (1) UU Kepailitan dan PKPU
bahwa yang dimaksud Kreditor adalah
Berdasarkan aturan UU Kepailitan dan orang yang mempunyai piutang karena
PKPU, tidak semua subjek hukum dapat perjanjian atau Undang-Undang yang
diajukan permohonan Pailit atau dapat ditagih di muka pengadilan.
permohonan PKPU. Subjek hukum yang Syarat tersebut berlaku bagi Debitor
dapat diajukan permohonan pailit dan baik berbentuk Perorangan maupun
permohonan PKPU meliputi subjek Korporasi (Perusahaan).
hukum Perorangan maupun subjek
Debitor yang hanya memiliki satu
hukum berbentuk Korporasi
Kreditor maka dalam hal ini tidak dapat
(Perusahaan) atau dalam bentuk
diajukan permohonan pailit atau PKPU
Koperasi dengan memenuhi
kepadanya. Namun, dalam praktiknya
persyaratan sebagaimana yang diatur
sudah sering terjadi dimana pihak
dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan
Kreditor menyiasati agar persyaratan
PKPU yakni:
minimal 2 (dua) Kreditor tersebut
1. Memiliki dua Kreditor
terpenuhi dengan cara mengalihkan
2. Tidak membayar lunas sedikitnya satu
sebagian hak tagihnya kepada pihak
utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ketiga melalui Cessie.
ditagih. 02
PDB Law Firm
Working Paper

Istilah Cessie berasal dari kata ”Cedere”


yang artinya melepaskan suatu hak dan
menyerahkannya kepada orang lain
(Kartono, 1997:42). Pengaturan terkait
Cessie diatur melalui Pasal 613 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata
(KUHPerdata).

”Penyerahan piutang-piutang atas


nama dan barang-barang lain yang
tidak bertubuh, dilakukan dengan jalan
membuat akta otentik atau akta
dibawah tangan yang melimpahkan
hak-hak atas barang-barang itu kepada
orang lain. Penyerahan ini tidak ada
akibatnya bagi yang berutang sebelum
penyerahan itu diberitahukan
kepadanya atau disetujuinya secara
tertulis atau diakuinya. Penyerahan
surat-surat utang atas tunjuk dilakukan
dengan memberikannya; penyerahan
surat utang atas perintah dilakukan
dengan memberikannya bersama
endosemen surat itu.” Pasal 613
KUHPerdata

Sementara menurut Subekti, Cessie


ialah suatu cara pemindahan piutang
atas nama, dimana dijual oleh Kreditor
lama kepada pihak yang nantinya
menjadi Kreditor baru, namun
hubungan hukum utang piutang
tersebut tidak hapus, tetapi secara
keseluruhannya dipindahkan kepada
Kreditor baru. Skema Cessie
berdasarkan ketentuan Pasal 613
KUHPerdata ialah masuknya pihak
ketiga dalam hubungan hukum antara
Debitor dengan Kreditor. Pihak ketiga
tersebut nantinya akan berkedudukan
sebagai Kreditor baru tanpa
menghilangkan status perikatan yang
lama.

03
PDB Law Firm
Working Paper

Akibat hukum terhadap pengalihan utang melalui Cessie akan terjadi pengalihan
hak tagih dari Kreditor Lama/Asal ke Kreditor baru. Para pihak yang terlibat dalam
proses Cessie, terdapat 3 pihak yaitu Cedent, Cessionaris dan Cessus. Cedent
(Kreditor Lama/Asal) merupakan Kreditor yang melimpahkan tagihan utang atas
nama Debitor kepada pihak ketiga yang nantinya berkedudukan sebagai Kreditor
baru. Cessionaris (Kreditor Baru) merupakan seseorang yang menerima pengalihan
Piutang dari Kreditor lama dan memiliki hak dalam menagih piutang pada pihak
Debitor sedangkan Cessus merupakan Debitor yang memiliki utang kepada
Kreditor.

Terkait pengalihan utang melalui Cessie dapat dilihat dalam Putusan dengan
Nomor Perkara 01/Pdt-Sus-Pailit/2021/PN.Niaga.Jkt. Pst yakni sengketa yang terjadi
antara PT. Jobroindo Makmur dan PT. Celebes Tangguh Persada yang mengajukan
permohonan pailit kepada PT. Arnov Energy. Dalam kasus permohonan pailit
tersebut, Majelis Hakim dalam amar putusannya menolak permohonan pernyataan
pailit dengan pertimbangan bahwa keberatan pihak PT. Arnov Energy berakibat
pada hak pengalihan tagihan (Cessie) yang harus diuji dalam suatu perkara
tersendiri yang bukan merupakan lingkup pemeriksaan pernyataan Pailit.

Cessie merupakan Penyerahan piutang-piutang atas nama dan


barang-barang lain yang tidak bertubuh, dilakukan dengan jalan
membuat akta otentik atau akta dibawah tangan yang
melimpahkan hak-hak atas barang-barang itu kepada orang lain
"
Sementara pada Putusan dengan Nomor Perkara 63/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst.
yakni permohonan PKPU antara PT. Global dengan PT. Golden. PT. Golden yang
berkedudukan sebagai Kreditor dan Pemohon PKPU melakukan pengalihan
sebagian piutangnya melalui Cessie kepada pihak ketiga untuk memenuhi syarat
permohonan PKPU yang mana Debitor memiliki minimal 2 (dua) Kreditor.
Terhadap permohonan PKPU yang diajukan oleh PT.Golden, Majelis Hakim dalam
amar putusannya mengabulkan permohonan PKPU tersebut dengan
pertimbangan bahwa pengalihan hak melalui Cessie yang dilakukan oleh PT.
Golden telah diberitahukan kepada Debitor dan disetujui olehnya, sehingga dapat
dikatakan sah sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata.

Berdasarkan contoh putusan diatas bahwa belum terdapat kejelasan terkait


pengaturan terhadap Kreditor yang lahir atas dasar Cessie dapat mengajukan
permohonan pailit ataupun permohonan PKPU, khususnya jika piutang yang
dialihkan tidak secara keseluruhan melainkan sebagian. Hal tersebut dikarenakan
beberapa putusan pengadilan yang mengabulkan dan terdapat pula yang
menolak permohonan Pailit atau PKPU yang salah satu Kreditornya lahir dari
pengalihan piutang melalui Cessie. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan
membahas terkait “Kedudukan Penerima Cessie (Cessionaris) Dalam Pengajuan
Permohonan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)”

04
PDB Law Firm
Working Paper

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kedudukan Penerima
Cessie (Cessionaris) Sebagai Kreditor
Dari Debitor yang dimohonkan
Kepailitan dan PKPU?
2. Bagaimana Status Hak Kreditor
Penerima Cessie (Cessionaris) Dalam
Proses Kepailitan Dan PKPU ?

METODE PENELITIAN
Penulisan jurnal ini menggunakan tipe
penelitian hukum normatif yang
bertujuan untuk mengetahui hukum
positif dari kedudukan Kreditor baru
yang lahir sebagai akibat pengalihan
piutang melalui Cessie dalam
permohonan Pailit dan PKPU.
Penelitian hukum ini menggunakan
pendekatan perundang-undangan
(Statue Approach) dan pendekatan
Konseptual (Conseptual Approach).
Penelitian hukum melalui pendekatan
perundang-undangan (Statue
Approach) dilakukan dengan
melakukan pengkajian terhadap
peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Hukum Kepailitan
dan Hukum Acara Perdata. Pendekatan
Konseptual (Conseptual Approach)
dilakukan dengan menganalisis dan
mengkritisi mengenai kedudukan
Kreditor baru yang lahir sebagai akibat
pengalihan piutang melalui Cessie
dalam permohonan Pailit dan PKPU.

05
PDB Law Firm
Working Paper

Kedudukan Penerima Cessie (Cessionaris) Sebagai


Kreditor dari Debitor yang Dimohonkan Kepailitan &
PKPU

Keberadaan penerima Cessie/Kreditor sendiri melainkan terdapat alas hak


baru (Cessionaris) sebagai Kreditor yang yang mendasari timbulnya Cessie yakni
mengajukan permohonan pailit melalui perjanjian obligatoir. Walaupun
maupun permohonan PKPU sering kali dalam hubungan obligatoir yang
ditolak oleh Hakim Pengadilan Niaga. menjadi dasar Cessie tidak diwajibkan
Hal tersebut dikarenakan adanya dalam bentuk tertulis, namun, untuk
perbedaan penerapan hukum terhadap Cessie wajib dituangkan dalam suatu
permohonan pailit dan permohonan akta di bawah tangan maupun akta
PKPU yang diajukan oleh Kreditor baru otentik yang didalamnya tegas
(Cessionaris). Adapun tanggapan menjelaskan terkait pengalihan
bahwa permohonan pailit atau piutang baik terkait identitas para
permohonan PKPU yang diajukan oleh pihak dan jumlah piutang yang
Kreditor baru yang lahir dari Cessie dialihkan.
tidak mencerminkan prinsip
pembuktian sederhana yang dianut
dalam UU Kepailitan dan PKPU.

Terkait pengalihan piutang melalui


Cessie berdasarkan Pasal 613 ayat (2)
KUHPerdata menyebutkan bahwa agar
penyerahan piutang dari Kreditor lama
kepada Kreditor baru mempunyai
akibat hukum kepada Debitor, maka
penyerahan tersebut wajib
diberitahukan kepada Debitor, dan b. Wajib diberitahukan kepada
Debitor telah menyetujui atau Debitor
mengakuinya secara tertulis. Merujuk Pengalihan piutang melalui Cessie
pada ketentuan Pasal 613 KUHPerdata, wajib diberitahukan kepada Debitor
terdapat unsur-unsur yang harus sebagaimana ketentuan Pasal 613
diperhatikan dalam melakukan KUHPerdata yang menjelaskan bahwa
pengalihan piutang melalui Cessie Cessie tidak mempunyai akibat hukum
yakni sebagai berikut: kepada Debitor, kecuali Cessie tersebut
telah diberitahukan kepada Debitor
a. Dituangkan dalam bentuk tertulis atau disetujui dan diakui oleh Debitor
Pasal 613 KUHPerdata menyatakan secara tertulis. Ketentuan tersebut juga
bahwa Cessie harus dilakukan dengan diatur dalam Surat Edaran Mahkamah
membuat suatu akta, yang artinya Agung Nomor 7 Tahun 2012 tentang
wajib berbentuk tertulis. Namun Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleneo
penting untuk diketahui bahwa Kamar Mahkamah Agung sebagai
perjanjian Cessie tidak dapat berdiri pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi
Pengadilan.
06
PDB Law Firm
Working Paper

Penyerahan piutang melalui skema Pada sengketa PKPU dengan Putusan


Cessie berakibat hukum kepada pihak Nomor 63/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst.
ketiga yang berkedudukan sebagai yakni antara PT. Global dengan PT.
Kreditor baru menggantikan Kreditor Golden dimana PT. Golden yang
lama dan diikuti dengan beralihnya hak berkedudukan sebagai Kreditor dan
dan kewajiban Kreditor lama ke Kreditor Pemohon PKPU melakukan pengalihan
baru. Pengalihan hak tagih melalui sebagian piutangnya melalui Cessie
Cessie tidak mengakibatkan berakhirnya kepada pihak ketiga untuk memenuhi
perikatan yang dibuat antara Debitor syarat permohonan PKPU yang mana
dengan Kreditor lama sehingga sifatnya Debitor memiliki minimal 2 (dua)
tidak menggantikan hubungan hukum Kreditor.
yang lama. Sejak pengalihan piutang
disetujui oleh para pihak khususnya Terhadap permohonan PKPU yang
Debitor maka pihak ketiga atau Kreditor diajukan oleh PT.Golden, Majelis Hakim
baru memiliki hak tagih kepada Kreditor. dalam amar putusannya mengabulkan
permohonan PKPU tersebut dengan
Pengalihan piutang dengan cessie pertimbangan bahwa pengalihan hak
cenderung lebih aman karena adanya melalui Cessie yang dilakukan oleh PT.
kewajiban pemberitahuan pengalihan Golden telah diberitahukan kepada
kepada Debitor. Oleh karena itu dalam Debitor dan disetujui olehnya, sehingga
tagihan atas nama, Debitor dapat dapat dikatakan sah sebagaimana yang
mengetahui dengan pasti siapa telah diatur dalam Pasal 613
Kreditornya (Achmad Setiawan & J. KUHPerdata.
Satrio, 2001:1).

Namun terdapat pendapat bahwa “Pengalihan Hak Tagih melalui


Kreditor yang lahir atas dasar
Cessie tidak menghapuskan
pengalihan utang tidak dapat memiliki
kedudukan dalam hal memenuhi syarat perikatan lama”
minimal 2 (dua) Kreditor dikarenakan
tidak memenuhi konsep pembuktian
sederhana. Tidak terpenuhinya konsep Berbeda halnya pada sengketa
pembuktian sederhana tersebut kepailitan dengan Putusan Nomor
terletak dalam hal: (Candra Pratama N & 01/pdt-Sus-Pailit/2021/PN.Niaga.Jkt. Pst.
R. Murjiyanto, 2020: 902-922) antara PT. Jobroindo Makmur dan PT.
Celebes Tangguh Persada yang
a. berapa jumlah klaim tagihan setelah mengajukan permohonan pailit kepada
adanya Cessie atas sebagian jumlah PT. Arnov Energy. Dalam kasus
piutang tersebut, PT. Jobroindo Makmur
b. siapa Kreditor yang sah untuk dapat melakukan pengalihan piutang melalui
memohon pailit Debitor Cessie kepada PT. Celebes Tangguh
c. apakah Cessionaris dapat pula Persada dan mengajukan permohonan
dikatakan sebagai Kreditor yang dapat pailit PT. Arnov Energy.
memohonkan pailit Cessus.

07
PDB Law Firm
Working Paper

Pengalihan piutang tersebut Dalam kasus tersebut memang terjadi


dibuktikan dengan adanya akta kejanggalan yang mana pengalihan
pengalihan piutang antara PT. piutang antara pihak pihak Pemohon I
Jobroindo Makmur kepada PT. Celebes dan Pemohon II jelas telah melakukan
Tangguh Persada yang dituangkan pemberitahuan kepada Debitor namun
dalam bentuk akta Notaris serta Surat dalam hal ini pihak Debitor belum
Pemberitahuan Pengalihan Piutang menyetujui atau mengakui adanya
(Cessie) tertanggal 10 November 2023 pengalihan Cessie yang dilakukan oleh
yang dikirim kepada Debitor. Pemohon.

Keberatan Debitor atas pengalihan


piutang menimbulkan pertanyaan
status akan pengalihan tersebut terkait
sah atau tidaknya dan untuk
membuktikannya maka sudah
seharusnya dibuktikan dalam perkara
lain, yang tentunya bukan kewenangan
hakim pengadilan niaga dan akan
melanggar konsep pembuktian
sederhana dalam kepailitan.

Terdapat beberapa kasus yang mana


pemberitahuan Cessie dilakukan pada
saat mengajukan somasi dimana pihak
Kreditor memberikan surat
pemberitahuan Cessie kepada Debitor
bersamaan dengan somasi. Beberapa
memiliki anggapan bahwa hal tersebut
diperbolehkan padahal dalam hal ini
tindakan tersebut seharusnya kurang
Dalam kasus permohonan pailit tepat, mengingat pemberitahuan Cessie
tersebut, Majelis Hakim dalam amar harus diketahui dan diakui oleh Debitor.
putusannya menolak permohonan Setelah Debitor mengetahui dan
pernyataan pailit tersebut dengan mengakui pengalihan piutang barulah
pertimbangan bahwa keberatan pihak Cessie membawa akibat hukum bagi
PT. Arnov Energy berakibat pada hak para pihak. Sehingga tindakan dari
pengalihan tagihan (Cessie) yang harus pihak Kreditor terkait hal tersebut
diuji dalam suatu perkara tersendiri tidaklah tepat. Meski demikian
yang bukan merupakan lingkup Pengalihan piutang melalui Cessie tidak
pemeriksaan pernyataan Pailit untuk menghilangkan kewajiban Debitor
mengetahui kejelasan apakah Hak dalam membayar utang dalam hal
Pengalihan Tagihan (Cessie) memiliki permohonan pailit atau PKPU ditolak
kekuatan mengikat secara hukum atau oleh Pengadilan Niaga.
tidak.

08
PDB Law Firm
Working Paper

Tidak adanya pengaturan terkait


pengalihan piutang melalui Cessie
dalam UU Kepailitan dan PKPU
mengakibatkan ketidaksamaan para
hakim dalam memutuskan
permohonan Kepailitan dan PKPU
sehingga menimbulkan kekosongan
hukum. Oleh karena itu penting untuk
segera melakukan revisi UU Kepailitan
dan PKPU mengingat dunia bisnis yang
semakin berkembang semakin
menimbulkan konflik-konflik baru
didalamnya salah satunya terkait
pengalihan piutang melalui Cessie
dalam proses permohonan Kepailitan
dan PKPU.

Selain itu, masih terdapat


permasalahan terkait kapan dan cara
pemberitahuan Cessie kepada Debitor.
Terdapat pula yang memberikan
tanggapan terkait pemberitahuan
melalui betekening (pemberitahuan
resmi) yang artinya pemberitahuan
Berdasarkan kasus-kasus tersebut bahwa
resmi melalui juru sita pengadilan
sebenarnya Permohonan Pailit & PKPU
untuk melahirkan kekuatan
yang diajukan oleh Kreditor baru yang
pembuktian yang sempurna. Dalam
lahir atas dasar pengalihan piutang
penelitian oleh James Christian S. Pada
melalui Cessie tetap memiliki hak dalam
tahun 2015 misalnya, disimpulkan
mengajukan permohonan Pailit atau
bahwa penggunaan Cessie semata-
permohonan PKPU. Hal juga dikarenakan
mata untuk memenuhi syarat
belum terdapat ketentuan yang secara
permohonan pernyataan pailit adalah
jelas menyatakan bahwa Penerima Cessie
merupakan perbuatan melawan
tidak boleh menjadi Kreditor yang
hukum sementara dalam praktiknya,
mengajukan permohonan. Permohonan
salah satunya dalam Putusan Nomor
yang diajukan oleh Kreditor Cessie masih
30/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN.Niaga
sangat dimungkinkan asalkan pihak
Jkt.Pst, hal demikian tidak menjadi
Kreditor tetap memperhatikan terkait
penghalang untuk dikabulkannya
keabsahan dari pengalihan piutang
permohonan PKPU (Adinda. R &
melalui Cessie yang keberadaannya diakui
Akhmad Budi, 2021:783).
keberadaannya oleh si Debitor.

09
PDB Law Firm
Working Paper

Status Hak Kreditor Baru (Cessionaris) Dalam Proses


Kepailitan dan PKPU Sebagai Akibat Pengalihan Sebagian
Piutang Melalui Cessie.

Kreditor yang berkedudukan sebagai a. Persetujuan lebih dari ½ (satu


Penerima Cessie dalam hal perdua) jumlah Kreditor konkuren
pengalihan piutangnya sah dan yang haknya diakui atau sementara
utangnya diakui maka secara hukum diakui yang hadir dan mewakili yang
memiliki kedudukan yang sama paling tagihan yang diakui atau yang
dengan Kreditor lainnya dalam sementara diakui dari Debitor
mengikuti proses Kepailitan. Dalam konkuren atau kuasanya yang hadir
proses Kepailitan, Kreditor baik yang dalam sidang tersebut; dan
piutangnya diakui atau sementara b. Persetujuan lebih dari ½ (satu
diakui memiliki hak dalam mengikuti perdua) jumlah Kreditor yang
rapat-rapat Kreditor khususnya dalam piutangnya dijamin dengan gadai,
rapat voting perdamaian terhadap jaminan fidusia, hak tanggungan,
Debitor. Berdasarkan Pasal 229 ayat (1) hipotek atau hak agunan atas
UU Kepailitan dan PKPU mengatur kebendaan lainnya, yang hadir dan
bahwa pemberian penundaan mewakili paling sedikit 2/3 (dua
kewajiban pembayaran utang tetap pertiga) bagian dari seluruh tagihan
berikut perpanjangannya, ditetapkan Kreditor atau kuasanya yang hadir
oleh pengadilan berdasarkan: dalam sidang tersebut;

10
PDB Law Firm
Working Paper

Berdasarkan Pasal 151 UU Kepailitan dan PKPU bahwa Rencana perdamaian


diterima apabila disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari ½ (satu perdua)
jumlah Kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau
yang untuk sementara diakui yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui
dari Kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut. Adapun
akibat hukum dari pelaksanaan Cessie atas Sebagian piutang adalah sebagai
berikut (James Christian Nikiyuluw, 2015:58-60):

a. Bahwa hanya sebagian piutang Cedent terhadap Cessus yang beralih kepada
Cessionaris sesuai dengan perjanjian obligatoir (perjanjian pokoknya). Dengan
demikian karena piutang yang dialihkan hanya sebagian, Cedent masih berhak
menagih sebagian piutangnya kepada Cessus yang belum dialihkan kepada
Cessionaris.
b. Walaupun sudah ada pemberitahuan tentang adanya peralihan sebagian
piutang Kreditor atas debitur secara Cessie, hal tersebut tidak membebaskan
Cessus dari kewajiban pembayaran kepada Cedent, hal tersebut tidak
membebaskan Cessus dari kewajiban pembayaran utang kepada Cedent karena
Cessus masih memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada Cedent.
Hal ini disebabkan karena piutang yang dialihkan secara Cessie oleh Cedent hanya
sebagian sehingga Cessus mempunyai sebagian kewajiban pembayaran kepada
Cedent.
c. Bahwa dalam Cessie atas sebagian piutang memang benar telah terjadi
pergantian Kreditor, namun penggantian Kreditor tersebut hanya untuk sebagian
piutangnya saja dan sebagian piutang yang lain masih berada dalam kepemilikan
Kreditor lama. Yang terjadi sebagai akibat adanya peralihan sebagian piutang
adalah kedudukan Cessionaris, yang berarti Cessionaris juga memiliki segala hak
yang dimiliki oleh Cedent terhadap Cessus dan dapat digunakan sepenuhnya.
Dengan demikian, baik Cedent maupun Cessionaris mempunyai hak-hak sama
atas piutang terhadap Cessus yang dapat dipergunakan sepenuhnya sesuai
dengan perjanjian antara Cedent dan Cessus yang menimbulkan utang-piutang
kecuali dalam perjanjian jual beli piutang antara Cedent dengan Cessionaris telah
ditentukan lain mengenai pembagian hak-haknya terhadap Cessus.
11
PDB Law Firm
Working Paper

d. Tindakan hukum Cessie atas sebagian utang mengakibatkan debitur (Cessus)


memiliki dua Kreditor, yaitu Cedent dan cessionaris yang masing-masing
mempunyai hak yang sama dalam melakukan penagihan kepada Cessus dan
harus dipenuhi Cessus dengan jangka waktu yang sama dengan jangka waktu
pemenuhan pembayaran utang dalam hubungan hukum utang piutang antara
Cessus dengan Cedent. Dengan adanya Cessie atas sebagian piutang yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah Kreditor karena adanya pembagian
piutang, maka konsep Cessie yang merupakan salah satu cara penggantian
Kreditor dan bukan mengganti Kreditor lama menjadi Kreditor baru namun justru
menyebabkan munculnya satu Kreditor lagi yaitu Kreditor baru yang mempunyai
hak sama dengan Cedent dalam melakukan penagihan piutang kepada Cessus.

Hingga saat ini pengakuan atas Meskipun dalam prosesnya


keabsahan Cessie masih banyak pengalihan piutang antara PT. Bank
dipermasalahkan dalam pendaftaran Tabungan Negara kepada PT.
voting penundaan kewajiban Perusahaan Pengelolaan Aset diakui
pembayaran utang, dimana tak semua keabsahannya, namun PT.
Kreditor baru/penerima Cessie diakui Perusahaan Pengelolaan Aset tidak
(Hukumonline, 19 Oktober 2020). dapat mengikuti rapat-rapat Kreditor
karena tidak diterima oleh Pengurus
Adapun dalam kasus lain, yakni antara
maupun Hakim Pengawas. Akibat dari
PT. Boon Meng Enginering Indonesia
kondisi tersebut PT. Perusahaan
dan PT. Pratama Widya mengajukan
Pengelolaan Aset tidak memiliki hak
permohonan PKPU terhadap PT. Batam
suara dalam proses PKPU PT. Batam
Island Marina pada Pengadilan Niaga
Island Marina.
kepada Pengadilan Negeri Medan. PT.
Bank Tabungan Negara sebagai salah
Kreditor PT. Batam Island Marina
mengalihkan hak tagihnya kepada PT.
Perusahaan Pengelolaan Aset.

12
PDB Law Firm
Working Paper

Terkait keabsahan pengalihan piutang


melalui Cessie, jika berpedoman pada
Pasal 613 KUHPerdata, dapat
ditemukan titik terang syarat
pengalihan piutang melalui Cessie.
Namun, muncul pertanyaan kembali
terkait pengalihan piutang yang hanya
diberikan sebagian yang nantinya akan
berpengaruh pada jumlah voting
perdamaian dalam kepailitan maupun
PKPU. Hal tersebut tentunya
menimbulkan ketidakpastian baik bagi
Debitor maupun Kreditor. Seperti
halnya pada PT. Perusahaan
Pengelolaan Aset yang berkedudukan
sebagai penerima Cessie namun
merasa dirugikan dikarenakan tidak
dapat mengikuti proses rapat-rapat
Kreditor bahkan tidak memiliki hak
suara dalam voting PKPU. Diterima
atau tidaknya Kreditor penerima
Cessie hanya ditentukan oleh
Pengurus dan Hakim Pengawas tanpa
adanya dasar hukum dan tidak adanya
kepastian seperti halnya yang dialami
oleh PT. Perusahaan Pengelolaan Aset
selaku penerima Cessie (Indra Tarigan,
2020:5-6).

13
PDB Law Firm
Working Paper

PENUTUP

Merujuk pada ketentuan Pasal 613 Oleh karena itu, penting untuk segera
KUHPerdata bahwa Permohonan melakukan revisi Undang-Undang
Kepailitan dan Permohonan PKPU Kepailitan dan PKPU mengingat dunia
yang diajukan oleh Kreditor baru yang bisnis yang semakin berkembang
lahir atas dasar pengalihan piutang semakin menimbulkan konflik-konflik
melalui Cessie, seharusnya tetap baru didalamnya salah satunya terkait
memiliki hak dalam mengajukan pengalihan piutang melalui Cessie
permohonan Pailit atau permohonan dalam proses permohonan Kepailitan
PKPU. Hal tersebut dikarenakan belum dan PKPU.
terdapat ketentuan yang secara jelas
menyatakan bahwa Penerima Cessie
tidak boleh menjadi Kreditor yang
mengajukan permohonan.
Permohonan yang diajukan oleh
Kreditor Cessie masih sangat
dimungkinkan dengan pertimbangan
pihak Kreditor wajib tetap
memperhatikan terkait keabsahan dari
pengalihan piutang melalui Cessie dan
memastikan bahwa Debitor benar
telah mengetahui dan menyetujui
pengalihan piutang tersebut.

Tidak adanya pengaturan terkait


pengalihan piutang melalui Cessie
khususnya dalam pengalihan piutang
yang sifatnya hanya sebagian
mengakibatkan ketidaksamaan para
hakim dalam memutuskan
permohonan Kepailitan dan PKPU
sehingga menimbulkan kekosongan
hukum. Hal tersebut juga berpengaruh
pada kepastian hukum bagi para
Kreditor penerima Cessie dalam
mempertahankan haknya dalam
proses Kepailitan dan PKPU khususnya
dalam pelaksanaan voting
perdamaian, selain itu dalam
pelaksanaannya hak Kreditor
penerima Cessie di tentukan oleh
Pengurus atau Kurator dan Hakim
Pengawas.

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-Undangan Purwanto. Subjek Hukum Korporasi


Kitab Undang-Undang Hukum Acara Dalam Permohonan Kepailitan Di
Perdata (KUHPerdata) Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan (JISIP) Vol. 6 No.4 November
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 2022.
tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. 22 Mei Rahmania, Adinda & Cahyono, Akhmad
2013. Lembaran Negara Republik Budi. Legalitias Pemecahan Piutang Atas
Indonesia Tahun 2004 Nomor 131. Nama Melalui Cessie: Analisis Pengalihan
Tambahan Lembaran Negara Republik Sebagian Piutang Dalam Perkara
Indonesia Nomor 4443. Permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang Berdasarkan
B. Buku/E-Book Putusan Nomor 279/Pdt.Sus-
Kartono. Hak-Hak Jaminan Kredit. PKPU/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst. Indonesia
Jakarta: Pradnya Paramita. 1997. Notary Volume 3, Article 34 30
September 2021.
Setiawan, Rachmad & Satrio, J.
Penjelasan Hukum Tentang Cessie. D. Internet
Jakarta: PT. Gramedia. 2010. Hukumonline. Perihal Betekening Dalam
Cessie. Diakses melalui
C. Jurnal https://www.hukumonline.com/stories/ar
Indra Tarigan. Pengalihan Hak Tagih ticle/lt5f8c34c2be574/perihal-
(Cessie) Terhadap Debitor Dalam Proses betekening-dalam-Cessie. 9 September
Penundaan Keajiban Pembayaran Utang 2020. diakses pada tanggal 7 September
(PKPU) Studi Kasus Putusan Pengadilan 2023 Pukul 14.51 WIB.
Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan
Nomor : 16/Pdt.Sus-
PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn. Tesis Program
Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Pakuan Bogor. 2020.

Negara, Nanda Chandra Pratama &


Murjiyanto, R. Implementasi Prinsip
Pembuktian Sederhana sebagai Alasan
Penolakan Pailit Dengan Dasar Cessie
Atas Sebagian Piutang Cedent. Kajian
Hasil Penelitian Hukum Vol 4 No.2 2020.
PDB Law Firm

https://pdb-lawfirm.id/

PDB Law Firm


Ruko Mangga Dua Blok B2 No. 7,
Jalan Jagir Wonokromo 100 Surabaya 60244
Jawa Timur, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai