1. PT. Abadi Nan Jaya (PT. ANJ) berkantor Pusat di Semarang, sedang mengerjakan
pembangunan jalan TOL Semarang – Solo untuk ruas Semarang – Ungaran dengan nilai
kontrak sebesar 25 Milyar Rupiah. Guna menambah modal kerja PT. ANJ mengambil
Kredit ke Bank Maju Terus (Bank MT) sebesar 10 Milyar Rupiah dengan agunan 2 (dua)
bidang tanah dan bangunan senilai 17,5 Milyar Rupiah, yang sertipikat Hak Miliknya atas
nama Tn. Abidin, SE. Direktur Utama PT. ANJ (sebagai personal guarator) ditambah
dengan jaminan Surat Perintah Kerja (SPK). Selain itu PT. ANJ juga menerima pasokan
material Bangunan dari 10 Pemasok senilai 11 Milyar Rupiah. Suatu keteika PT. ANJ
kesulitan keuangan, sehingga telah berhenti membayar angsuran kredit ke Bank MT yang
telah jatuh waktu dan dapat di tagih serta kesu;itan membayar utangnya kepada para
pemasok bahan bangunan, diantaranya kepada PT. Asal Untung (PT. AU) sebesar 1
Milyar Rupiah dan kepada 9 pemasok lain sebesar 7 Milyard Rupiah. PT. AU kemudian
mengajukan permohonan Penyataan Pailit atas PT. ANJ ke Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Semarang, dan PT. ANJ diputus Pailit. Telah ditunjuk SUSANTO,
SH, Mhum Hakim Niaga pada Pengadilan Niaga sebagai HAKIM PENGAWAS dan
SUSILOWATI, SH, SE sebagai KURATOR.
Pertanyaan:
a. Jelaskan tanggung jawab Tn. Abidin, SE sebagai Personal Guarantor dalam
Kepailitan PT. ANJ ? Dalam hal bagaimana perusahaan tersebut dapat dinyatakan
pailit menurut UU kepailitan No. UU No. 37 Tahun 2004 ! Dan mengapa
perusahaan tersebut mengajukan dirinya pailit,bukankah kepailitan merusak nama
baik perusahaannya ? berikan argumentasi yuridis anda! (bobot 10)
Jawab:
Berdasarkan pada pasal 1820 KUH Perdata jaminan perorangan atau borgtocht ini
jaminan yang diberikan oleh debitor bukan berupa benda melainkan berupa
pernyataan oleh seorang pihak ketiga (penjamin/guarantor) yang tak mempunyai
kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun terhadap kreditur, bahwa
debitur dapat dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan; dengan
syarat bahwa apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak
ketiga itu bersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur tersebut.
Pertanyaan:
1. Tolong jelaskan apa yang menjadi keunggulan keunggulan dan kelemahan
kelemahan dari arbitrase dibandingkan Litigasi / pengadilan dan apa apa saja
persyaratan dalam Arbitrase yang harus dipenuhi dan harus dilakukan oleh para
pihak agar keinginan mereka untuk menyelesaikan perkara tersebut dapat melalui
forum arbitrase? Seandainya para pihak sudah menemukan kata sepakat (secara
tertulis) untuk menyelesaikan sengketa melalui forum arbitrase, bisakah salah satu
dari mereka juga meminta Pengadilan Negeri menyelesaikan sengketa mereka?
Mengapa? (jelaskan alasan yuridisnya) (bobot 5)
Jawab:
Keungulan dan Kelemahan Arbitrase dibandingkan dengan Litigasi
a) Arbitrase
Secara umum dalam alinea keempat pada Penjelasan Umum Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dinyatakan bahwa dalam lembaga arbitrase
mempunyai kelebihan/ keunggulan dibanding lembaga peradilan umum.
Pertama, kelebihan arbitrase, meliputi:
1) Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin;
2) Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal
prosedural dan administrative;
3) Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang
cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil;
4) Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalah serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan
5) Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan
dengan melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun
langsung dapat dilaksanakan.
Meskipun banyaknya keuntungan yang dimiliki arbitrase dalam
menyelesaikan sengketa, namun didalam prakteknya ada ternyata
kelemahan dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
Kedua, kelemahan arbitrase:
1) Bahwa untuk mempertemukan kehendak para pihak yang
bersengketa untuk membawanya ke badan arbitrase tidaklah
mudah. Kedua para pihak harus sepakat, padahal untuk dapat
mencapai kesepakatan atau persetujuan itu kadang-kadang
memang sulit dan forum arbitrase mana yang akan dipilih.
2) Seperti telah dimaklumi, dalam arbitrase tidak dikenal adanya
preseden hukum atau keterikatan kepada putusan-putusan arbitrase
sebelumnya. Jadi, setiap sengketa yang mengandung argumentasi-
argumentasi hukum para ahli-ahli hukum kenamaan. Karena tidak
adanya preseden ini, maka adalah logis kemungkinan timbulnya
keputusan-keputusan yang saling berlawanan, artinya fleksibilitas
di dalam mengeluarkan keputusan yang sulit dicapai.
3) Bagaimanapun juga keputusan arbitrase selalu bergantung kepada
bagaimana arbitrator mengeluarkan keputusan yang memuaskan
para pihak.
b) Litigasi
Pertama, keunggulan Litigasi:
1) Proses dilakukan secara formal.
2) Keputusan dibuat oleh hakim dan tidak boleh melibatkan kedua
belah pihak.
3) Berorientasi pada fakta-fakta hukum yang ada.
4) Proses persidangan dilakukan secara terbuka dan dalam waktu
singkat.
5) Keputusan yang dibuat bersifat final dan memaksa.
Kedua, kelemahan Litigasi:
1) Hakim yang tidak berpengalaman. Sebagai pemimpin tertinggi
persidangan, hakim tentu harus memahami dan mengetahui segala
jenis hukum juga perundangannya. Oleh karena kedua belah pihak
tidak diperbolehkan memilih pemimpin persidangan, maka hakim
terpilih harus bersifat netral dan adil.
2) Kepastian hukum yang tidak stabil. Indonesia
memiliki tiga lembaga hukum, yaitu Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Jika keputusan
Pengadilan Negeri dianggap kurang memuaskan, pihak yang kalah
bisa mengajukan banding dan kasasi yang tentunya akan memakan
banyak waktu.
Apa apa saja persyaratan dalam Arbitrase yang harus dipenuhi dan harus
dilakukan oleh para pihak agar keinginan mereka untuk menyelesaikan
perkara tersebut dapat melalui forum arbitrase?
Semua sengketa yang perlu diselesaikan melalui arbitrase harus memenuhi
ketentuan ini para pihak yang bersengketa setuju untuk menyelesaikannya melalui
arbitrase. Dengan oleh karena itu, sengketa tersebut tidak akan dibawa ke otoritas
peradilan. Perjanjian terlampir dalam klausul arbitrase, apakah dibuat sebelum
atau sesudah perselisihan.
Dan jika dengan kasus Kahara bodas company melawan PT. Pertamina dan PT.
PLN putusan dari tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hingga
pinunjauan kembali di Mahkamah Agung sudah tepat karena memang Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk membatalkan putusan arbitrase yang
di jatuhkan di Jenewa Swiss dan kemudian di batalkan Putusan pembatalan yang
dijatuhkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibatalkan kembali di Mahkamah
Agung dengan peraturan-peraturan yang sudah mengatur sebelumnya. Maka, teori
keadilan sudah tepat untuk pembatalan putusan arbitrase tersebut.
4. Salah satu materi yang dipelajari dalam mata kuliah ini adalah tentang objek hukum,
dimana benda merupakan objek hukum dalam perekonomian. Oleh karena itu perlu
dipelajari tentang bagaimana konsep hukum benda dalam hukum. Tugas kalian adalah:
berikan contoh sebuah benda yang menjadi objek transaksi dalam perdagangan dan
analisis benda tersebut berdasarkan: bezit, levering, verjaring, dan bezwaring! (bobot 10)
Jawab:
Maksud dari benda yang tidak tergabung dengan tanah atau dimaksudkan untuk
mengikuti tanah atau bangunan, jadi misalnya barang perabot rumah tangga. Tergolong
benda yang bergerak karena penetapan undang-undang ialah misalnya vruchtgebruik dari
suatu benda yang bergerak, lijfrenten, surat-surat sero dari suatu perseroan perdagangan,
surat-surat obligasi negara, dan sebagainya.
5. Pada tahun 2016 lalu, Pemerintah Indonesia menerapkan Tax Amnesty kepada
masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, berikan penjelasan dan analisis
tentang “aturan hukum yang mendasari dilakukannya tax amnesty” dan kaitkan
penjelasan tersebut dilihat dari tujuan hukum serta unsur-unsur hukum ! (Bobot 10%)
Jawab:
Tax Amnesti diatur di dalam unsur hukum di Indonesia yaitu Undang – Undang Republik
Indonesia No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dengan menimbang bahwa
pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bertujuan untuk
memakmurkan seluruh rakyat Indonesia yang merata dan berkeadilan memerlukan
pendanaan besar yang bersumber utama dari penerimaan pajak. Dalam undang-undang
ini juga disebutkan, wajib pajak hanya perlu mengungkap harta dan membayar tebusan
pajak sebagai pajak pengampunan atas harta yang selama ini tidak pernah dilaporkan.
Dalam menjalankan kegiatan tax amnesty ini pemerintah Indonesia juga memberikan
beberapa kemudahan untuk wajib pajak yang ingin melakukan tax amnesty agar dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Kemudahan-kemudahan tersebut antara lain :
1. Sanksi administratif yang dihapuskan
2. Tidak adanya pemeriksaan pajak untuk penindakan untuk tujuan pidana
3. Segala pajak-pajak yang terutang akan dihapuskan
4. Adanya penghentian pemeriksaan pajak bagi wajib pajak yang sedang diperiksa
5. Tidak adanya PPh Final yang dikenakan untuk pengalihan harta berupa saham,
bangunan, atau tanah.
DAFTAR PUSTAKA
A. Bagian I
a. Slamet, S. (2009). KEPAILITAN SUATU SOLUSI DALAM
MEMAKSIMALKAN PENAGIHAN PIUTANG KREDITUR. Kepailitan Suatu
Solusi dalam Memaksimalkan Penagihan Piutang Kreditur Lex Jurnalica, [online]
6(3). Available at: https://media.neliti.com/media/publications/145544-ID-
kepailitan-suatu-solusi-dalam-memaksimal.pdf [Accessed 25 May 2021].
b. Larassatya (2019). REKRONSTRUKSI UTANG [online] Available at:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123911-PK%20IV%202141.8287-
Rekstrukturisasi%20utang-Literatur.pdf [Accessed 25 May 2021].
c. Indriyani, A. (2006). ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY [Online]
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/82120-ID-aspek-hukum-
personal-guaranty.pdf [Accessed 25 May 2021].
d. Simulasikredit.com. (2013). Apa Itu PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang)? | SimulasiKredit.com. [online] Available at:
https://www.simulasikredit.com/apa-itu-pkpu-penundaan-kewajiban-pembayaran-
utang/#:~:text=Pengajuan%20PKPU%20baik%20oleh%20debitur%20maupun
%20kreditor%20harus%20disertai%20dengan,piutang%20di%20masing
%2Dmasing%20kreditor. [Accessed 25 May 2021].
B. Bagian II
a. Maretta, A. (2017). PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE
DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No.
86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST). [Online] Available at:
https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/download/19380/15312 [Accessed 25
May 2021].
b. Setjen DPR RI (2020). J.D.I.H. - Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
[online] Dpr.go.id. Available at: https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/431
[Accessed 26 May 2021].
c. Yunari, A. (2015). Arbitrase sebagai Lembaga Penyelesaian Sengketa menurut
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Jurnal Ahkam, 3.
d. Tjahjani, J. (2014). Peranan Pengadilan dalam Pelaksanaan Putusan
Arbitrase. Jurnal Independent, 2(1), 26-39.
e. Entriani, A. (2017). Arbitrase Dalam Sistem Hukum Di Indonesia. IAIN
Tulungagung Research Collections, 3(2), 277-293.
C. Bagian III
a. Bpkp.go.id. (2014). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7
TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. [online] Available
at:
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/113/2679.bpkp+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=
id [Accessed 25 May 2021].
D. Bagian IV
a. Gracia, P. (2017). KAJIAN HUKUM HAK ATAS TANAH TANPA
SERTIFIKAT YANG DIDUDUKI SESEORANG MENURUT PASAL 1963
KUHPERDATA 1. (2017). KAJIAN HUKUM HAK ATAS TANAH TANPA
SERTIFIKAT YANG DIDUDUKI SESEORANG MENURUT PASAL 1963
KUHPERDATA [online] . Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/148931-ID-kajian-hukum-hak-atas-
tanah-tanpa-sertif.pdf [Accessed 25 May 2021].
E. Bagian V
a. Kemenkeu.go.id. (2016). Tax Amnesty dan Kinerja Perpajakan 2016. [online]
Available at: https://kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/tax-amnesty-dan-
kinerja-perpajakan-2016/ [Accessed 25 May 2021].
b. CNN Indonesia (2021). Pengertian, Tujuan, dan Cara Kerja Tax Amnesty.
[online] Available at: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210520114324-
537-644655/pengertian-tujuan-dan-cara-kerja-tax-amnesty [Accessed 25 May
2021].
c. Cristin (2020). Mengapa ada Tax Amnesty. [online] Pajakku.com. Available at:
https://www.pajakku.com/read/5f86e92327128775822391df/Mengapa-ada-Tax-
Amnesty- [Accessed 25 May 2021].
d. Kurniawati, L., Keuangan, P. and Stan, N. (2017). TAX AMNESTY UPAYA
MEMPERKUAT PENERIMAAN NEGARA SEKTOR PAJAK. [online] 1.
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/265418-tax-amnesty-
upaya-memperkuat-penerimaan-e2a7bcc5.pdf [Accessed 25 May 2021].