NIM : 190102126
MK : HUKUM KETENAGAKERJAAN
• Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua
krediturnya. Tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada semua kreditur
dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing.
Adapun pengaturan mengenai kepailitan di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa ketentuan antara
lain:
• Pasal- Pasal yang Terdapat Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yaitu Pasal 1131-1134;
• Dan beberapa Undang-Undang Lainnya yang mengatur Mengenai BUMN (UU No.19 Tahun 2003),
Pasar Modal ( UU No. 8 Tahun 1995), Yayasan (UU No.16 Tahun 2001 ), Koperasi (UU No. 25 Tahun
1992).
Sejarah masuknya aturan-aturan kepailitan di Indonesia sejalan dengan masuknya Wetboek Van
Koophandel (KUHD) ke Indonesia. Adapun hal tersebut dikarenakan Peraturan-peraturan mengenai
Kepailitan sebelumnya terdapat dalam Buku III KUHD. Namun akhirnya aturan tersebut dicabut dari
KUHD dan dibentuk aturan kepailitan baru yang berdiri sendiri.
• Asas Keseimbangan
Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas
keseimbangan. di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan
pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur.
• Asas Kelangsungan Usaha
Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif
tetap berjalan.
• Asas Keadilan
Asas ini mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran
tagihannya tanpa mempedulikan kreditor lainnya.
• Asas Integrasi
Asas Integrasi dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan
materiil peraturan kepailitan merupakan suatu kesatuan utuh dari sistem hukum perdata dan hukum
acara perdata nasional.
Filosofi kepailitan adalah mekanisme pendistribusian asset secara adil dan merata terhadap para
kreditor berkaitan dengan keadaan tidak membayarnya debitor karena ketidakmampuan debitor
melaksanakan kewajiban tersebut. Oleh karena itu keberadaan UU KPKPU (Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang) ini bertujuan untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam
waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor, untuk menghindari
adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang
miik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para kreditor lainnya, dan untuk
menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor
sendiri.
f. Syarat Kepailitan
Syarat-syarat yuridis agar suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut:
• Adanya utang
• Adanya debitor
• Adanya kreditor
• Pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan khusus yang disebut dengan “Pengadilan Niaga"
g. Akibat Kepailitan
Akibat hukum dari putusan pailit dari pengadilan niaga bagi seorang debitur pailit itu dikelopmpokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu :
• Akibat hikum kepailitan terhadap kewenangan berbuat debitur pailit dalam ranah hukum kekayaan.
Berdasarkan pembagian kelompok besar tersebut masing-masing dibagi lagi secara rinci dan jelas.Pada
intinya kepailitan mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga kehilangan segala
“hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta
pailit.
• Orang perorangan : pria dan wanita; menikah atau belum menikah. Jadi pemohon adalah debitur
perorangan yang telah menikah, maka permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau
isterinya, kecuali tidak ada percampuran harta.
• Perserikatan atau perkumpulan tidak berbadan hukum lainnya. Jika pemohon berbentuk Firma harus
memuat nama dan tempat kediaman masimh-masing persero yang secara tanggung renteng terikat
untuk seluruh utang Firma.
• Harta warisan.
Sumber :
Situmorang, Victor M. dan Henry S., Pengantar Hukum Kepailitan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.