PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penanaman modal asing merupakan suatu tindakan dari orang asing atau badan
hukum asing untuk melakukan investasi modal dengan motif untuk berbisnis
dalam bentuk apapun kewiayah suatu negara lain. Di indonesia, tentang
penanaman modal asing ini pada prinsipnya diatur dalam perundang-unndangan
tentang penanaman modal asing.[1]
Perkembangan investasi dilingkungan bisnis suatu perusahaan selalu ada
keuntungan dan kerugian keuntungan dapat berupa laba penambahan nilai
investasi maka kerugian mengakibatkan kepailitan atau sengketa persuhaan
kemungkinan timbulnya sengketa suatu hal yang sulit untuk dihindari.oleh
karena itu dalam peta bisnis modern dewasa ini para pelaku bisnis sudah mulai
mengantisipasi atau paling tidak mencoba meminimalisasi terjadinya sengketa.
Langkah yang di tempuh adalah dengan melibatkan para penasihat hukum
dalam membuat dan ataupun menganalisis makalah adedidikirawankontrak yang
akan ditandatangani oleh pelaku usaha.yang menjadi soal adalah, bagaimana
halnya kalau pada awal dibentuknya kontrak,para pihak hanya mengandalkan
saling percaya kemudian timbul sengketa, bagaimana cara penyelsaian sengketa
yang tengah di hadapi pebisnis.[2]
Secara konvensional atau tepatnya kebiasaan yang berlaku dalam beberapa
dekade yang lampau jika ada sengketa bisnis, pada umumnya para pebisnis
tersebut membawa kasusnya ke lembaga peradilan. Penyelsaian sengketa bisnis
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang akan disajikan penulis dalam karya tulis ini
adalah sebagai berikut :
1.
pelanggaran apa saja yang menjadi permasalahan di bidang pasar modal
di hubungkandengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal?
2.
bagaimana prosedur penyelsaian sengketa alternatif antara pemerintah
dengan investor domestik dan investor asing dihubungkan dengan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal?
BAB II
PENYELSAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL YANG TIMBUL ANTARA
PEMERINTAH DENGAN INVESTOR DOMESTIK DAN INVESTOR ASING DI
HUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL
A.
b.
c.
Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah atau
pengaruh pihak lain
Pelaku yang terlibat dalam pelanggaran di bidang pasar modal adalah pihakpihak yang berpendidikan cukup tinggi. Pihak-pihak yang berpotensi melakukan
pelanggaran adalah emiten atau perussahaan publik dan pihak-pihak yang
mempunyai posisi strategis didalam perusahaan seperti direksi, komisaris, dan
pemegang saham utama. Pihak lain yang berpootensi melakukan pelanggaran
Sanksi Administratif
a.
b.
c.
Jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh BAPEPAM kepada pihakpihak tersebut diatas adalah:
a.
Peringatan tertulis
b.
c.
d.
e.
f.
Pembatalan persetujuan
g.
Pembatalan pendaftaran
Untuk sanksi denda UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi
administratif diatur oleh peraturan pemerintah, yaitu PP No. 45 Tahun 1995
besarnya jumlah sanksi denda bervariasi yaitu:
a.
Denda Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
b.
Denda Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal Rp.
100.000.000 (seratus juta rupiah)
c.
Denda maksimal Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) untuk pihak
yang bukan perseorangan
d.
Denda maksimal Rp.100.000.000(seratus juta rupiah) untuk orang
perorangan.
2.
Sanksi Perdata
Sanksi perdata lebih banyak didasarkan pada UUPT dan emiten atau perusahaan
publik harus tunduk pula. UUPT dan UUPM menyediakan ketentuan yang
memungkinkan pemegang saham untuk melakukan gugatan secara perdata
kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang tindakan atau
keputusannya meenyebabkan kerugian pada perusahaan.
a.
Gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum (KUHPerdata Pasal
1365).
UUPM Pasal 111 menyatakan bahwa setiap pihak secara sendiri-sendiri atau
bersama dengan pihak lain mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak yang
bertanggung jawab atas pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
b.
c.
d.
Gugatan berdasarkan UUPT Pasal 85 ayat 2 untuk direksi dan 98 ayat untuk
komisaris perseroan terbuka.
Dalam beberapa kasus, pelanggaran dapat saja dilakukan oleh pengelola
perseroan, yaitu direksi dan komisaris. UUPT menganut sistem
pertanggungjawaban pada perseroan karena ia merupakan badan hukum, tetapi
kalau kerugian tersebut disebabkan oleh pengurus perseroan, maka
pertanggungjawaban tidak dapat dialihkan kepada perseroan,makalah
adedidikirawan direksi, komisaris, harus bertanggungjawab. BAPEPAM
menjatuhkan sanksi makalah adedidikirawankepada direksi dan komisaris dalam
hal terbukti bertanggung jawab atas pelanggaran peraturan perundangundangan dibidang pasar modal. Dengan sanksi tersebut, diharapkan kontrol
pemegang saham atas pengurus perseroan di dalam menjalankan tugasnya.
3.
Sanksi Pidana
UUPM (Pasal 103-110) mengancam setiap pihak yang terbukti melakukan tindak
pidana di bidang pasar modal diancam hukuman pidana penjara bervariasi
antara satu sampai sepuluh tahun.
C.
Istilah penyelsaian sengketa berasal dari bahsa inggris, yatiu dispute resolution.
Richard L. Abel mengartikan sengketa (dispute) sebagai:[9]
pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsisten claim)
terhadap sesuatu yang bernilai (dalam Friedman, 2001).
Definisi lain dikemukakan oleh Neder dan Todd. Ia mengatakan sengketa sebagai
:[10]
Litigasi
1.
2.
Memerlukan pembelaan (advocasy) atas setiap maksud yang dapat
memengaruhi putusan.
3.
Benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, apakah
persoalan mmateri(substantive) atau prosedur, untuk persamaan kepentingan
dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang eksterm dan
sering kali marginal.
4.
5.
Fakta-fakta yang dapat dibuktikan membuat kerangka persoalan, para
pihak tidak selalu mampu mengungkapkan khekawatiran mereka yang
sebenarnya.
6.
Tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkkan hubungan
para pihak yang bersengketa dan
7.
Tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa yang
melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan.
Maarc Glanter menggambarkan suatu kecemasan akibat beban perkara yang
semakin menumpuk di pengadilan Amerika Serikat ia mengatakan sebagai
berikut:[16]
Rupanya, masyarakat yng brsengketa cenderung untuk segera mengajukan
perkaranya ke pengadilan formal. Kecenderungan demikian itu menunjukan
makalah adedidikirawansebagai legal centralism; keadilan merupakan suatau
produk yang didistribusikan secara eksklusif oleh negara. Dalam rangkaian ini,
Galanter berpendapat bahwa pengadilan harus dikaji dalam kaitannya dengan
penataaan sistem normatif lainnya. Selanjutnya Glanter mengemukakan , bahwa
pengadilan harus dilihat sebagai bagian dari sistem hukum karena, keadiilan
tidak hanya ditemukan di pengadilan makalah adedidikirawanresmi atau forumforum yang disponsori oleh negara, melainkkan juga dalam institusi-institusi
sosial primer, seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, hubungan
kekerabatan, hubunngan-hubungan bisnis, dan lain sebagainya, sebagai pranatapranata sosial dari sistem norma dan aturan-aturan lokal sesuai tradisi yang
dipertahankan oleh masyarakat setempat
Proses litigasi mensyaratkan pembatasan sengketa dan perssoalan-persoalan
sehingga para hakim atau para hakim atau para pengambil keputusan lainnya
dapat lebih siap membuat keeputusan
2.
Konsultasi
2.
Negoisasi
3.
Mediasi
4.
Konsiliasi
5.
Penilaian ahli.
Persoalannya kini adalah mengapa para pihak menggunakan cara ADR dalam
menyelsaikan sengketa yang muncul diantara mereka. Dalam studi Macaulay,
menunjukan hal-hal berikut ini:[19]
Kemampuan prosedur nonlitigasi penyelsaian sengketa bisnis di AS
beranggapan bahwa dari pada menyelsaikan sengketa secara kaku sesuai
kontrak yang dibuat pengacara masing-masing, mereka cenderung melakukan
negoisasi ulang guna makalah adedidikirawanpenyelsaian dan melahirkan
kesepakatan-kesepakatan baru. Studi ini memberikaan penjelasan bahwa pada
negra yang sudah legal minded seperti AS misalnya, juga menunjukan bahwa
penyelsaian sengketa melalui mekanisme nonlitigasi lebih disukai dari pada
menggunakan hukum formal. Hal yang sama terjadi diinggris ,Korea, Ethopia,
Meksico, dan New Guinea (dalam Abdulah, 2001).
Kecenderungan menghindari konflik, lebih-lebih melalui pengadilan, dapat dilihat
di Jepang, dimana sistem litigasi dipandang tidak cocok untuk menyelsaikan
sengketa makalah adedidikirawan. litigasi telah dinilai salah secara moral
sehingga menyebabkan adanya jarak aantara hukum negara dengan kenyataan
sosial yang berlaku. Takeyoshi Kawashima menunjukan lataar belakang kulturnya
pada dua ciri tradisional masyarakat Jepang, yaitu sebagai berikut:[20]
Pertama, status sosial dibedakan berdasarkan sikap hormaat dan otoritas dalam
komunitas desa dan keluarga, dan sifat hirarkis ini berlaku juga dalam hubungan
kontraktual. Misalnya, dari kontrak bangunan muncul sebuah hubungan dalam
mana kontraktor menghormati pemilik sebagai pelindung, dalam sewa menyewa
muncul hubungan dimana pihak penyewamakalah adedidikirawan menghormati
yang menyewakan, dan dalam jual-beli muncul hubungan dimana pihak penjual
menghormati pembeeli. Sifat hirarkis ini mencerminkan yang satu dengan yang
lain tidak saling menghormati pembeli. Sifat hirarkis ini mencerrminkan yang
satu dengan yang lain tidak slaing mendominasi, namun saling melindungi.
Kedua dalam kelompok-kelompok tradisional, hubungan antara orang-orang
yang sama statusnyajuga sangat khusus, dan dalam waktu sama kabur secara
fungsional. Misalnya hubungan antara anggota-anggota komunitas yang sama
2.
Litigasi.
Konsultasi
2.
Negoisasi
3.
Mediasi
4.
Konsiliasi
5.
Penilaian ahli
Apabila kelima cara itu tidak dapat diselsaikan oleh kedua belah pihak, salah
satu pihak yang dirugikan dapat mengajukan persoalan itu kepengadilan.
Prosedur yang harus ditempuh adalah pihak investor domestik tersebut
mengajukan gugatan ke pengadilan di wilayah ttempat perbuatan hukum dan
tempat sengketa terjadi. Pengadilanlah yang akan memutuskan perkara
tersebut.[33]
Dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal antara pemerintah dengan investor domestik. Dalam ketentuan itu,
diitentukan empat cara dalam penyelsaian sengketa dalam penanaman modal.
Keempat cara itu, antara lain:[34]
1.
2.
Arbitrase
3.
4.
Pengadiilan
1.
Konsultasi
2.
Negoisasi
3.
Mediasi
4.
Konsiliasi
5.
Penilaina ahli
2.
Arbittrase internasional.
3.
4.
5.
Chapter V Replacement and disqualification of conciliators and arbitrator
(Artikel 56 sampai dengan artikel 58)
6.
7.
8.
9.
Ada dua pola penyelsaian sengketa yang diatur dalam ICSID, yaitu :[50]
1.
2.
1.
Komisi konsiliasi
2.
Anggota komisi
3.
Pengajuan konsiliasi
4.
Jenis perselisihan
5.
Permohonan konsiliasi
6.
7.
8.
Penyelsaian konsiliasi
Komisi konsiliasi
Komisi konsiiliasi diatur dalam artikel 29 ICSID. Komisi konsiliasi berada dibawah
pengawasan Dewan Administratif yang diketuai oleh presiden Bank dunia. Badan
komisi konsiliasi(pendamai), yang merupakan salah satu lembaga yang berada
dibawah ICSID,makalah adedidikirawan disamping badan arbitrase. Komisi
konsiliasi ini mempunyai kewenangan khusus untuk menyelsaikan
persengketaan melalui jalan damai.[55]
2.
Anggota komisi
Anggota komisi konsiliasi ditentukan dalam artikel 29 ayat (1) ICSID. Anggota
yang duduk dalam komisi konsiliasi disebut dengan konsiliator. Jumlah anggota
konsiliator boleh terdiri dari satu orang yang disebut konsiiliator tunggal
(soleconciliator), tetapi boleh juga terdiri dari beberapa orang asalkan
jumlahnyaganjil (any uneven number).[56]
3.
Pengajuan konsiliasi
Jenis Perselisihan
Pada dasarnya, tidak semua jenis perselisihan dapat diselsaikan melalui komisi
ICSID. Jenis perselisihan yang dapat diajukan kepada komisi ICSID hanya
persengketaan yang timbul dari perjanjian penanaman modal atau joint venture
antara warga negara dengan warga negara asing. Jenis perselisihan joint venture
tersebut bisa menyangkut bidang keuangan, perdagangan, atau alih teknologi.
Hal ini sesuai dengan ketentuan artikel 25 tentang yuridiksi dari ICSID.[58]
5.
Permohonan Konsiliasi
b.
c.
Melampirkan kesepakatan tentang penyelsaian melalui komisi menurut
ketentuan ICSID.
Sekretaris Jendral meneliti tentang permohonan salah satu pihak tersebbut.
Berdasarkan hasil penelitiannya, perselisihan yang diajukan oleh salah satu
pihak tersebut termasuuk bidang yurisdiksi. Maka permohonan konsiliasi
didaftarkan. Akan tetapi, apabila tidak termasuk yuridiksinya, pendaftaran
ataupun penolakan pendaftaran (artikel 28 ayat (3) ICSID). Segera setelah
sekretaris jendaral menerima permohonan konsiliasi, dia harus menyampaikan
salinan permohonan kepada pihak lawan.makalah adedidikirawan Tujuannya
adalah agar pihak lawan tahu tentang adanya permohonan konsiliasi dari pihak
pemohon. Demikian juga halnya dengan pendaftaran dan penolakan pendaftaran
harus diberi tahu oleh sekretaris jendral kepada para pihak . hal itu dijelaskan
dalam Pasal 28 ayat 3 ICSID yang berbunyi he shall forwith notify of registration
or resfusal to regiter.[60]
6.
b.
c.
Sedang anggota konsiliator ketiga yang akan bertindak sebagai ketua,
ditunjuk berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.
Seandainya komisi konsiliasi belum juga terbentuk dalam jangka waktu 90 hari
dari tanggal pemberitahuan pendaftaran permohonan, salah satu pihak dapat
mengajukan permintaan kepada the chairmant of administrative council agar
menunjukmakalah adedidikirawan anggota konsiliator. Penunjukan dilakkukan
oleh chairman, setelah lebih dahulu mengadakan konsultasi dengan kedua belah
pihak. Dalam pasal 14 ayat 1 ICSID telah ditentukan syarat menjadi konsiliator
syarat tersebut antara lain :[63]
1.
2.
Dikenal sebagai orang yang memiliki kompetisi dibidang hukum,
perdagangan, industri, keuangan dan
3.
Orangnya benar-benar dapat memberikan pertimbangan yang bebas
(independent judment), dan tidak bersikap parsial atau memihak
Syarat-syarat tersebut terutama harus dipenuhi apabila anggota konsiliator yang
ditunjuk dari luar anggota ICSID.
7.
Penyelsaian Konsiliasi
Dalam Pasal 34 ICSID telah ditentukan empat tahap dalam proses penyelsaian
konsiliasi yang dilakukan oleh komisi keempat tahap itu disajikan berikut ini:[65]
a.
Cara yang pertama dilakukan oleh komisi adalah menjernihkan (menjadi bersih)
pokok sengketa diantara kedua belah pihak (to clarify the issues in disputes
betwen the parties). Ada dua cra yang dilakukan, yaitu:[66]
1)
2)
Melalui konsultasi terbuka berhadapan kedua belah pihak dalam suatu
pertemuan yang ditentukan
b.
Menemukan Kesepakatan
Tahap kedua yang dilakukan pleh komisi konsiliasi adalah mencoba menemukan
dan membawa para pihak kearah perumusan penyelsaian perdamaian yang
dapat diterima dan disetujui kedua belah pihak.disini diperlukan kejelian dan
kesaksamaan menampung keinginan para pihak agaar dapat menyusun
rumusan yang memenuhi dapat disetujui para pihak secara timbal balik. Sedapat
mungkin komisi konsiliasi menyusun rumusan yang saling menguntungkan yang
dapat mendekatkan mereka menerima dan menyetujui usaha konsiliasi. Usaha
mencoba menemukan persetujuan konsiliasi yang dapat diterima secara timbal
balik oleh para pihak, bisa juga dilakukan oleh komisi konsiliasi dengan cara
menyampaikan rekomendasi atau berupa anjuran untuk menerima rumusan
perdamaian yang disusun komisi untuk itu, dalam rekomendasi, komisi memberi
dasar-dasar yang cukup dan masukmakalah adedidikirawan akal dihubungkan
dengan hukum yang berlaku dalam kasus perselisihan yang bersangkutan.
Usaha konsiliasi merupakan usaha yang berat, sebab harus berusaha dan
mampu menghasilkan perdamaian yang dapat disetujui kedua belah pihak. Salah
satu faktor yang paling penting peranannya menemukan dan menghasilkan
perdamaian makalah adedidikirawanyang dapat disetujui kedua belah pihak.
Peran aktif dan kerja sama para pihak yang dilandasi itikad baik dari kedua belah
pihak sangat menentukan. Tanpa hal itu, sangat sulit bagi komisi menunaikan
fungsi konsiliasi yang disetujui kedua belah pihak.[67]
c.
Tahap ketiga yang dilakukan komisi adalah membuat nota laporan persetujuan
para pihak. Tahap ini baru dilakukan apabila para pihak menyetujui perumusan
penyelsaian konsiliasi yang ditawarkan oleh komisi. Nota laporan (report noting)
berisi tentang:[68]
a.
Pokok perselisihan
b.
Mmencatat atau merekam dalam laporan tentang isi persetujuan yang
dicapai kedua belah pihak
Nota laporan ini sekaligus menjadi hasiil konsiliasi. Nota laporan dapat
disamakan dengan putusan atau ketetapan the concilition commision.hal yang
dimuat dalam nota laporan mengikat dan harus ditaati kedua belah pihak sebab
apa yang tercantum dalam nota laporan merupakan persetujuan atau agreement
kedua belah pihak.[69]
2.
c)
b)
Tetapi boleh juga arbiternya terdiri dari beberapa orang yang jumlahnya
ganjil (any uneven number of arbitrator).
Jika para pihak menyetujui jumah arbiter yang ditunjuk atau mereka tidak dapat
menerima tata cara penunjukan yang dilakukan centre, cara lain penunjukan
arbiter merujuk kepada ketentuan artikel 37 ayat (2) huruf b ICSID, dengan
acuan penerapan :[75]
a)
b)
c)
Anggota yang ketiga ini langsung mutlak menjadi kketua (Presiden) dari
tribunal arbitrase yang bersangkutan.
Para pihak dapat menyetujui arbiter yang ditunujuk centre sebaliknya dapat
menolak apabila arbiter yang ditunjuk tidak mereka setujui, atau apabiila metode
dan tata cara penunjukan mereka anggap kurang sesuai. Dalam hal yang
demikian, pengangkatan anggota arbiter sepenuhnya menjadi hak dan
kewenaangan para pihak untuk mengangkat masing-masing aeorang arbiter.
Sementara itu, pengangkatan atau penunjukan arbiter ketiga harus atas
persetujuan bersama dari semua pihak. Dan anggota yang ketiga ini langsung
akan bertindak sebagai ketua (presiden). Selanjutnya menurut artikel 38 ICSID,
apabila dalam tempo 90 hari dari tanggal pemberitahuan pendaftaranmakalah
adedidikirawan permohonan tribunal arbbitrase belum dibentuk, ketua dewan
administratif centre (chairman of the administrative council) berwenang
menunjjuk seorang atau beberapa aorang arbiter . kewenangan yang demikian
ada pada diri ketua dewan administratif apabila telah ada permohonan dari salah
satu pihak. Disamping itu, kewenangan penujukan arbiter yang seperti itu tidak
boleh diambil dari negara peserta konvensi yang sedang berselisih. Satu hal lagi
yang perllu diketahui dalam komposisi anggota arbiter, yaitu mayoritas anggota
arbitrase harus ditunjuk daari luar negara peserta konvensi yang sedang
berselisih. Hal itu ditegaskan dalam artikel 39 konvensi. Namun demikian,
kettentuan ini dapat dikesampingkan apabila para pihak menyetujui bahwa
arbiter tunggal ditunjuk dari salah satu negara para pihak atau mereka setuju
mayoritas anggota arbiter dapat ditunjuk dari salah satu negara para pihak.[76]
3)
Putusan Provisi
Tujuan utama arbitrase centre ialah memutus perselisihan yang timbul apabila
perselisihan itu telah diajukan kepadannya dalam artikel 48 ICSID telah
ditentuukan tata cara pengambilan keputusan. Tata cara pengambilan keputusan
oleh arbitrase centre, disajikan berikut ini:[81]
a)
b)
Iinterpretasi putusan
b)
Revisi putusan
c)
Pembatalan putusan
Interpretasi putusan
Pada prinsipnya, setiap putusan yang dijatuhkan oleh centre dapat direvisi atau
diubah. Dalam artikel 51 ICSID telah ditentukan bahwa setiap pihak
diperkenankan untuk mengajukan permintaan revisi atas putusan yang
dijatuhkan. Pengajuan permintaan revisi dibuat secara tertulis yang diajukan
kepada sekretaris jendral.
Pengajuan permintaan revisi didasarkan atas alasan ditemukanmakalah
adedidikirawan fakta-fakta yang bersifat sangat menentukan mempengaruhi
putusan. Pengajuan revisi dalam tempo 90 hari dari tanggal pengiriman salinan
putusan. Penilaian atas permohonan makalah adedidikirawanrevisi
dapatdiselsaikan oleh tribunal arbitrase semula. Jika hal itu tidak mungkin
dibentuk tribunal arbitrse baru yang secara khusus menilai dan memutus
permohonan revisi. Apabila dianggap penting, selama permasalahan revisi belum
diselsaikan pelaksanaan putusan ditangguhkan.
c)pembatalan Putusan
pada prinsipnya keputusan oleh centre dapat diajukan pembatalan oleh salah
satu pihak. Permohonan pembatalan putusan diajuukan dalam bentuk tertulis,
dan ditujukan pada sekretaris jendaral.
Setiap permohonan pembatalan putusan harus didasarkan atas alasan yang
dapat digunakan oleh para pihak adalah sebagai berikut:
(1) Pembentukan tribunal arbitrase yang memutus tidak tepat
(2) Tribunal arbitrase yang memutus melampaui batas kewenangan atau
manisfestly exeeded its powers
(3) Adakecurangan atau coruption dari sementara anggota arbiter
(4) Ada penyimpangan yang sangat serius dari fundamentum atau aturan acara
(5) Putuusan gagal mencantumkan alasan-alasan yang menjadi dasr putusan
Permohonan pembatalan putusan diajukan dalam tenggang waktu 120 hari dari
tanggasl pengiriman salinan putusan kecuali jika pembatalan didasarkan atas
alasan kecurangan tenggang waktunya 120 hari dari tanggal kecurangan
ditemukan tata cara pembatalan putusan telah ditentukan dalam artikel 52 ayat
(3) ICSID. Tata cara itu adalah sebagai berikut:
(1) Ketua dewan adminstratif (chairman of the administratif council) dalam hal
ini presiden bank dunia menunjuk anggota arbiter untuk duduk dalam komite ad
hocmakalah adedidikirawan yang terdiri dari tiga orang.
(2) Penunjukan anggota arbiter yang akan duduk dalam komite ad hoc tidak
boleh di ambil dri anggota arbiter yang semula menjatuhkan putusan
permohonan pembatalan.
Selama permohonan berjalan,makalah adedidikirawan pelaksaanan putusan
dapat ditangguhkan jika putusan dibatalkan atas permintaan salah satu pihak,
perselisihan semula akan diputus oleh tribunal arbittrase baru yang dibentuk
untuk itu
Aturan arbitrase yang dapat dipilih oleh para pihak untuk menyelsaikan sengketa
penanaman investasi asing adalah:
(1) ICC (international chamber of commerce)Rules
(2) UNCITRAL (united nation commision on international trde law)
(3) Konvensi New York
(4) Konvensi Washington
a.
b.
c.
Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah atau
pengaruh pihak lain
2. Dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman
modal antara pemerintah dengan investor domestik. Dalam ketentuan itu,
makalah adedidikirawandiitentukan empat cara dalam penyelsaian sengketa
dalam penanaman modal. Keempat cara itu, antara lain:
1.
2.
Arbitrase
3.
4.
Pengadiilan
3. Pasal 32 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang penanaman modal telah diatur cara penyelsaian sengketa yang timbul
dalammakalah adedidikirawan penanaman modal antara pemerintah dengan
investor asing. Dalam ketentuan itu, ditentukan dua cara dalam penyelsaian
sengketa antara pemerintah indonesia dengan investor asing. Kedua cara itu
adalah:
1.
2.
Arbittrase internasional.
Saran
**********************************************************************************
*