PENDAHULUAN
banyak
yang
digunakan
sesuai
aturan
yang
berlaku
tanpa
BAB II
PEMBAHASAN
kehidupan
manusia
dan
makhluk
hidup
lainnya.
Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah.
Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa Kerusakan tanah untuk
produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria
baku kerusakan tanah.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar
0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033%
dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan
tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam waktu lama.
Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam
jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang
merusak
tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang
tercemar tersebut. Maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga
menjadi sumber pencemar yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar,
sampah rumah sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan
limbah industri.
2.3 KOMPONEN-KOMPONEN BAHAN PENCEMARAN TANAH
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya
kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat
dan cair.
1.1. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik
yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh
anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan
air
dan mineral
yang
dapat
menyuburkan
jumlah
2.1 Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan
daging dll.
2.2 Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat
mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme.
Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme
yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
3. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama
tanaman. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat
ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan
penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada
jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus
menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
10
adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan
dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N.
Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO 3, namun bentuk lain
yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami
mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.
Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
c. Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada
pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P terlihat bahwa kadar PLarutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineralmineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan
kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Menurut
Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik
dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan
atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik
kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 0,5 %. Tanah-tanah tua di
Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya
fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan
besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika
kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya
kerdil.
d. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat,
11
Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan
Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman
yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali
ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau
tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan
jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah.
Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat
tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit kalium.
e. Kalsium
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali
sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun
manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji
serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu
pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
f. Magnesium
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna
yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
g. Belerang
Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4- .
Di suatu daerah terjadi pencemaran SO2 d iatmosfer, maka belerang dapat
diadsorpsi oleh daun daun tanaman sebagai sulfur oksida. Kandungan SO 2
yangcukup tinggi di atmosfer dapat mematikan tanaman.
12
13
14
(resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya
nekrosis.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu ++ dan mungkin dapat diserap
dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen
diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate
acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu
membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan
dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk
senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS),
kalkopirit
(CuFeS2),
borinit
(Cu
FeS4),
luvigit
(Cu3AsS4),
tetrahidrit
[(Cu,Fe).12SO4S3 )], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu 2(OH)2 CO3], adirit
[(Cu3 (OH)2 (CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4]. Kebanyakan Cu terdapat dalam
kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat
molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu.
Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan
plastosianin. Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokromoksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman
generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan
lignin.Adapun gejala defisiensi/ kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan
pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah,
layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
e. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan
toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga
berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara
mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya
tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam
tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo) 3 .8H2O. Molibdenum (Mo)
dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah
15
organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan
senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari
pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo
dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III)
oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Fungsi Mo dalam tanaman adalah
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala
yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N.
Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat
dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari
daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun
menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya
terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
f. Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H 2BO3) dan kadarnya
berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat
B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total
boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman
melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam
bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung
melalui proses substitusi isomorfik dengan Al 3+ dan atau Si4+ . Mineral dalam
tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H 2MgNaAl3 (BO)2 Si4O2)O20
yang mengandung 3 - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan
sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung
boron adalah kernit (Na2B4O7 . 4H2O), kolamit (Ca2B6O11 . 5H2O), uleksit
(NaCaB5O9 . 8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama
seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3). Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan
dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di
samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan
diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal
defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan
16
meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang
sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.
g. Klor (Cl)
Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman
dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya
daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering.
Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap
masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral,
sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering
berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan
defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi
sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan
air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa
dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting dan juga berperan dalam
fotosistem II dari proses fotosintesis.
BAB III
17
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah,
diantaranya dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan
cara
proses
pembersihan
pencemaran
tanah
dengan
menggunakan
18