Anda di halaman 1dari 3

PENANGGUNG JAWAB LAPORAN KEUANGAN

PERDATA

Pasal 69 ayat (4) UUPT menyatakan direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab atas
kebenaran laporan keuangan. Pasal ini mengalihkan tanggung jawab atas kerugian dari
perusahaan ke direksi dan/atau dewan komisaris. Jika mereka tidak memiliki pengetahuan
dan keahlian cukup dalam penyusunan lapkeu sehingga menggantungkan pada pekerjaan
orang lain, ketidak-benaran tersebut tidak dapat dialihkan pada orang lain (UUPT Pasal 103).

Kalimat “pihak yang dirugikan” berarti siapapun/pihak mana pun yang merasa dirugikan,
dapat mengajukan tuntutan ganti rugi karena kelalaian direksi/dewan komisaris. Oleh karena
itu, beban untuk membuktikan adanya kerugian dipihak yang dirugikan. Sementara,
direksi/dewan komisaris harus membuktikan bahwa lapkeu yang disajikan sudah benar.

Salah satu pihak yang kemungkinan besar dirugikan adalah pemegang saham, kerugian ini
bersifat tidak langsung melainkan akibat dari kerugian perseroan. Mereka yang mewakili
1/10 saham berhak suara yang dikeluarkan dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan
negeri (UUPT Pasal 97 ayat 6).

Kalimat “anggota direksi… bertanggung jawab kepada pihak yang dirugikan” dapat
diinterpretasikan bahwa tuntutan hukum yang berkaitan dengannya bersifat perdata. Tuntutan
perdata dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang memperoleh manfaat dari kontrak.
Umumnya, tuntutan perdata berkaitan dengan kelalaian berupa tuntutan ganti rugi.

PIDANA

Pengertian tentang “tidak benar” terdapat dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Pasal 90 UUPM mengatur tentang kegiatan yang dilarang dalam perdagangan efek. Terdapat
empat perbuatan yang tercakup dalam pasal ini yaitu :

1. Menipu.
2. Mengelabuhi.
3. Membuat pernyataan tidak benar atau menyesatkan.
4. Tidak mengungkap fakta material.

Tindakan sengaja untuk membuat pernyataan atau memberi keterangan yang tidak benar dan
menyesatkan lebih ditegaskan lagi dalam Pasal 93 UUPM. Terdapat dua keadaan yaitu :
1. Pihak yang bersangkutan telah mengetahui atau sepatutnya mengetahui tentang
ketidak -benaran. Kecurangan/Fraud
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran
material. Kelalaian

Berdasar pasal tersebut, laporan keuangan dianggap sebagai “pernyataan”. Untuk perusahaan
terbuka, direksi memang harus membuat pernyataan tertulis tentang lapkeu. Jadi, lapkeu yang
tidak benar atau menyesatkan dipandang sebagai pelanggaran hukum.

Pasal 90 dan 93 merupakan pasal pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000. Namun, Pasal 93 juga dapat
mengakibatkan adanya tuntutan ganti rugi dari pihak ketiga.

PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN

Pada umumnya, penyusun laporan keuangan tidak dilakukan oleh direksi secara langsung.
Terdapat bagian tersendiri (akuntasi keuangan) yang menangani penyusunan tersebut yang
berada dibawah tanggung jawab direktur keuangan. Akuntan manajemen seharusnya mengisi
bagian ini sesuai dengan pengetahuan dan keahliannya. Bagian akuntansi keuangan yang
bertugas menyusun lapkeu, secara organisatoris, bekerja dibawah arahan, persetujuan dan
pengawasan direktur keuangan.

Penyusunan lapkeu juga dapat diserahkan kepada akuntan publik atau akuntan professional
lain (kantor jasa akuntansi) atas dasar kontrak jasa antara perusahaan dan pihak independent.
Jika ini dilakukan, klausula tentang tanggung jawab perusahaan diwakili oleh direksi
terhadap lapkeu yang dihasilkan perlu dicantumkan dalam kontrak secara jelas dan tegas.

PEMBERI ASURANS LAPORAN KEUANGAN

Tanggung jawab hukum untuk profesi akuntan biasanya dikaitkan dengan akuntan publik
dalam fungsinya sebagai pemberi asurans terhadap lapkeu yang disampaikan pada publik
oleh direksi perusahaan. Masalah hukum akan dihadapi akuntan publik jika ia salah dalam
memberikan opini karena tidak dipatuhinya kode etik dan standar audit. Keadaan ini oleh
Arens dkk (2012:99) disebut dengan kegagalan audit.

Tanggung jawab hukum akuntan publik tidak hanya berhubungan dengan kegagalan audit,
mencakup juga hal-hal lain, misalnya melanggar kontrak yang tidak disebabkan oleh
kelalaian dalam pelaksanaan.
Perikatan untuk penugasan audit lapkeu (dan penugasan lainnya) biasanya dituangkan dalam
suatu kontrak tertulis antara akuntan publik dan kliennya yang disebut dengan surat
penugasan. Bagian terpentingnya adalah kesepakatan dan kesepahaman tentang tanggung
jawab manajemen dan tanggung jawab akuntan publik. Tanggung jawab itu harus mengacu
pada ISA (International Standard on Auditing) yang relevan. Ruang lingkup pekerjaan harus
diuraikan dengan jelas. Tujuan penggunaan lapkeu yang diaudit perlu dicantumkan juga agar
pihak ketiga yang termasuk dalam kontrak dapat ditentukan dengan jelas dan tegas.

Dalam

Anda mungkin juga menyukai