Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 15:

PERBURUHAN DAN KETENAGAKERJAAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Perburuhan dan
Ketenaga kerjaan,Hubungan Kerja, Hubungan Industrial,Pengupahan dan
kesejahteraan,Mogok kerja, PHK, Keselamatan dan Perlindungan Kerja,
Perselisihan Perburuhan, Penyidikan dan Pemidanaan. Anda harus mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Perburuhan dan Ketenagakerjaan.
1.2 Menjelaskan tentang Hubungan Industrial.
1.3 Menjelaskan tentang Perselisihan Perburuhan.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengidentifikasi konsep pengertian Perburuhan dan
Ketenagakerjaan.

Pengertian
Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap laki-laki atau
perempuan yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.Selanjutnya, yang dimaksud
dengan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada
pengusaha dengan mendapat upah. Sedangkan yang dimaksud dengan upah di sini
adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah
atau akan dilakukan, ditetapkan atau dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja dan keluarganya.

160
Hukum yang mengatur sektor ketenagakerjaan ini disebut dengan hukum
ketenagakerjaan atau hukum perburuhan.Yang dimaksud dengan hukum
perburuhan adalah ketentuan hukum yang mengatur tentang hubungan kerja
dengan mana terdapat pekerjaan yang dilakukan oleh pihak buruh (tenaga kerja)
kepada pihak majikan (pengusaha) sebagai atasannya, dengan menerima upah.
Di samping itu, yang dimaksud dengan pengusaha adalah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang men jalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan memberlakukan prinsip-
prinsip yuridis sebagai berikut:
1. Landasan, asas, dan tujuan pembangunan ketenagakerjaan yang baik.
2. Kesempatan dan pemberlakuan yang sama.
3. Perencanaan dan informasi ketenagakerjaan sebagai dasar meng-atur
kebijakan.
4. Pembinaan hubungan industrial sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan industrial, seperti Lembaga
Tripartit, Bipartit, Kesepakatan Kerja Bersama dan Lain-lain.
6. Perlindungan tenaga kerja.
7. Pelatihan kerja.
8. Pelayanan penempatan tenaga kerja.
9. Pembinaan dan perlindungan tenaga kerja.
10. Pengawasan ketenagakerjaan.

Hubungan Kerja
Hubungan kerja ada yang merupakan hubungan kerja sektor formal dan
hubungan kerja sektcr informal.Hubungan kerja sektor formal adalah hubungan
kerja yang terjalin antara pengusaha dan pekerja berdasa'rkan perjanjian kerja,
baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang mengandung

161
adanya unsur kepercayaan, upah dan perintah.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan kerja sektor informal adalah
hubungan kerja yang terjalin antara pekerja dan orang perorangan atau beberapa
orang yang melakukan usaha bersama yang tidak ber-badan hukum atas dasar
saling percaya dan sepakat dengan menenma upah dan atau imbalan atau bagi
hasil.
Hubungan kerja didasari atas suatu perjanjian kerja antara majikan dan
buruh, baik perjanjian kerja lisan ataupun perjanjian kerja tertulis Perjanjian kerja
dibuat berlandaskan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kemauan bebas dari kedua belah pihak.
2. Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umunru
kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha
secara lisan dan atau tertulis.baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak
tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis.
Perjanjian kerja berakhir manakaia:
1. Pekerja meninggal dunia.
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
3. Adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
5. Keadaan memaksa.
Di samping itu, yang dimaksud dengan Perselisihan Hubungan Kerja
adalah perselisihan yang disebabkan oleh ketidaksepahaman antara pengusaha
dan pekerja mengenai pelaksanaan hubungan kerja.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan tentang Hubungan Industrial.

162
Hubungan Industrial
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi peng-usaha,
pekerja dan pemerintah. Hubungan industrial yang sesuai dengan keadaan di
Indonesia disebut dengan Hubungan Industrial Pancasila.
Hubungan industrial meliputi pokok-pokok kerja sama sebagai berikut:
1. Kerja sama produksi (partner in production).
2. Kerja sama keuntungan (partner in profit).
3. Kerja sama dalam tanggung jawab (partner in responsibility).
Hubungan industrial dilaksanakan dengan menggunakan sarana industrial
sebagai berikut:
1. Serikat pekerja.
2. Organisasi pengusaha.
3. Lembaga kerja sama bipartit.
4. Lembaga kerja sama tripartit.
5. Peraturan perusahaan.
6. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
7. Penyelesaian perselisihan industrial.
Lembaga Kerja Sama Bipartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah tentang masalah hubungan industrial di perusahaan yang anggotanya
terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja.
Sedangkan yang dimaksud dengan Lembaga Tripartit adalah forum komu-
nikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah hubungan industrial di
perusahaan yang anggotanya terdiri dari unsur pengusaha, pekerja dan
pemerintah.
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib peiusahaan.Kecuali
yang telah memiliki kesepakatan kerja bersama, niaka setiap perusahaan wajib
memiliki peraturan perusahaan yang disahkan oleh menteriyang berwenang.
Peraturan perusahaan minimal memuat hal-hal sebagai terikut:
1. Hak dan kewajiban pengusaha.
2. Hak dan kewajiban pekerja.

163
3. Syarat kerja.
4. Tata tertib perusahaan.
5. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan Collective Labor Agreement adalah hasil dari suatu perundingan yang
diselenggarakan oleh serikat pekerja atau gabungan serikat pekerja dengan
pengusaha atau gabungan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, untuk
mengatur dan melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Masa berlakunya kesepakatan kerja bersama adalah maksimum 2 (dua)
tahun dan dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) tahun.Suatu kesepakatan
kerja bersama.berisikan antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban pengusaha.
2. Hak dan kewajiban pekerja dan serikat pekerja .
3. Tata tertib perusahaan.
4. Jangka waktu berlakunya kesepakatan kerja bersama.
5. Tanggal mulai berlakunya kesepakatan kerja bersama.
Sedangkan yang dimaksud dengan serikat pekerja adalah organisasi
pekerja yang bersifat mandiri, demokratis, bebas, dan bertanggung jawab yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja guna memperjuangkan hak dan
kepentingan kaum pekerja dan keluarganya. Serikat pekerja berhak untuk:
1. Melakukan perundingan dalam pembuatan kesepakatan kerja bersama.
2. Sebagai pihak dalam penyelesaian perselisihan industrial.
3. Setiap pekerja berhak untuk membentuk dan manjadi anggota serikat pekerja.

Pengupahan Dan Kesejahteraan Pekerja


Ukuran filosofis dari pengupahan adalah bahwa setiap pekerja tanpa
memperbedakan jenis kelamin berhak untuk memperoleh penghasilan yang layak
bagi kemanusiaan.Karena itu.besarnya upah haruslah layak dan sekali-kali tidak
boleh di bawah besarnya upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah
perwilayah. Namun demikian.selain dan kewajiban upah minimum, perlindungan
pekerja dalam bidang pengupahan dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
1. Kebijaksanaan upah minimum seperti telah disebutkan.

164
2. Kebijaksanaan upah kerja lembur.
3. Upah tidak masuk kerja karena sakit.
4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lam di luar pekerjaannya.
5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.
Dalam hal perusahaan pailit atau dilikuidasi, maka upah pekerja merupa-
kan hutang yang didahulukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
enetapkan kebijakan pengupahan nasional, dibentuklah Dewan Pengupahan
Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah.yang anggotanya terdin atas wakil-wakil
dari pemerintah, organisasi pengusaha, senkat pekerja. perguruan tinggi dan
pakar.
Pada prinsipnya, upah dibayar sebagai imbalan dan prestasi kerja dari
pihak pekerja.Karena itu, pada prinsipnya upah tidak dibayar jika pekerja tidak
melakukan pekerjaan. Akan tetapi, pengusaha wajib membayar upah menurut tata
cara yang diatur oleh perundang-undangan, meskipun terjadi hal-hal sebagai
berikut:
1. Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
2. Pekerja tidak masuk kerja karena berhalangan.
3. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan
kewajiban kepada negara.
4. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan
kewajiban agamanya.
5. Pekerja bersedia melakukan pekerjaan, tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun karena halangan
yang dialami pengusaha.
6. Pekerja melaksanakan hak istirahat dan cuti.
7. Pekerja melaksanakan tugas organisasi pekerja atas persetujuan pengusaha.
Selanjutnya,-dalam hubungan dengan kesejahteraan pekerja, maka peng
usaha diwajibkan oleh hukum untuk menyediakan fasilitas pekerjaai sesuai
dengan kemampuan perusahaan, kedudukan dan kebutuhan pekerja.
Di antara fasilitas yang diberikan kepada pekerja adalah sebagai berikut:

165
1. Fasilitas perumahan.
2. Fasilitas kendaraan.
3. Pemberian bonus.
4. Tunjangan Lebaran dan hah Natal, dan Lain-Lain" bagi yang ber-agama lain.
5. Cuti tahunan, hamil, dan Lain-Lain.
6. Pembentukan koperasi karyawan.
7. Pendidikan dan pelatihan kerja.
8. Jaminan sosial tenaga kerja.
9. Dan Lain-Lain.

Mogok Kerja
Mogok kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-sama menghenti-kan
atau memperlambat pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan penyelesaian
perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha me-menuhi tuntutan
pekerja.Mogok kerja adalah hak dari pekerja dan hanya dapat dilakukan di
perusahaan yang bersangkutan, yang harus diberitahu-kan secara tertulis kepada
pengusaha dan instansi pemerintah yang ber-tanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.Pemberitahuan lertulis tersebut dilakukan dalam waktu minimal
24 (dua puluh empat) jam sftbelum tindakan mogok dan harus ditandatangani oleh
pengurus serikal pekerja dan wakil pekerja.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Lock Out


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hibungan kerja
karena sesuatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
pekerja dan pengusaha.
Pemutusan hubungan kerja hanya dapat dilakukan oleh pengusaha setelah
segala daya upaya untuk menghindarinya ternyata gagal.Pemutusan hubungan
kerja haruslah dimusyawarahkan dengan oleh pengusaha kepada serikat pekerja
atau dengan pekerja yang bersangkutan apabila pekerja belum menjadi anggota
serikat pekerja.
Pemutusan hubungan kerja tidak dapat dilakukan (dilarang) dalam hal-hal
sebagai berikut:

166
1. Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus.
2. Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena momenuhi kewajiban
terhadap negara.
3. Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja rnenikah, hamil, melahirkan, atau gugur kandungan.
5. Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan peikawinan dengan
pekerja lainnya di dalam suatu perusahaan. kecuali hal tersebut telah diatur
dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.
6. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau menjadi pengurus serikat
pekerja.
Sementara itu, mungkin juga terjadi suatu penutupan perusahaan dalam
hubungan dengan perselisihan hubungan industrial int. Penutupan perusahaan
(lock out) adalah tindakan (hak) dari pengusaha untuk meng-hentikan sebagian
atau seluruh kegiatan perusahaan sebagai akibat penyelesaian perselisihan
industrial yang tidak mencapai kesepakatan.supaya pekerja tidak mengajukan
tuntutan yang melampaui kewenangan perusahaan.
Lock ourtersebut hanya dapat dilakukan setelah pihak pengusaha
memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada serikat pekerja dan/atau wakil
pekerja dan instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.

Keselamatan Dan Perlindungan Kerja


Untuk menjaga keselamatan dan perlindungan kerja, perundang-undangan
di bidang ketenagakerjaan mengharuskan pengusaha memperhatikan rambu-
rambu hukum sebagai berikut:
1. Dilarang mempekerjakan anak, kecuali karena alasan-alasan tertentu terpaksa
dilakukan. Anak adalah orang yang masih berumur kurang dari 15 (lima
belas) tahun.
2. Bagi anak yang dipekerjakan karena terpaksa disebabkan alasan-alasan
tertentu tersebut wajib diberikan perlindungan khusus.
3. Dilarang mempekerjakan orang muda untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu atau

167
pekerjaan-pekerjaan dengan situasi tertentu. Orang muda adalah orang (laki-
laki atau perempuan) berumur antara 15 (lima belas) sampai dengan 18
(delapan belas) tahun.
4. Dilarang memperkerjakan orang perempuan untuk pekeqaan-pe-kerjaan
tertentu atau pekerjaan-pekerjaan dengan situasi tertentu.
5. atau pada waktu tertentu seperti malam hari kecuali dengan izin khusus.
6. Pengusaha wajib mengikuti ketentuan teniang jam kerja dan lembur.
7. Pekerja berhak mendapat waktu ist'rahat kerja, cut! tahunan dan cuti hamil.
8. Pekerja wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama clan kedua waktu
haid.
9. Dilarang mempekerjakan orang pada hari libur resmi, kecuali untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan pekerjaan terus-menerus.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan tentang Perselisihan Perburuhan enjelaskan tentang

Perselisihan Perburuhan
Yang dimaksud dengan perselisihan perburuhan adalah perselisihan
mengenai subjek-subjek sebagai berikut:
1. Pafaksanaan syarat-syarat kerja di perusahaan.
2. Pelaksanaan norma kerja di perusahaan.
3. Hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja.
4. Kondisi kerja di perusahaan.
Apabila terjadi perselisihan perburuhan, maka para pihak yang berselisih
dapat me nempuh jalur-jalur sebagai berikut:
Tahap I : Melakukan musyawarah untuk mufakat.
Tahap II : Jika tidak tercapai musyawarah, para pihak dapat menempuh jalur-
jalur sebagai berikut:
1. Jalur Pengadilan.
2. Jalur Luar Pengadilan.
Apabila yang ditempuh adalah jalur luar pengadilan, maka tersedia
alternatif-alternatif sebagai berikut :

168
1. Arbitrase, yang anggotanya ditunjuk oleh pihak yang berselisih. atau
2. Mediasi. Dilakukan atas permintaan salah satu atau kedua belah pihak yang
berselisih. Proses mediasi ini menghasilkan suatu per-setujuan bersama (yang
dibuat oleh mediator), persetujuan mana ditandatangani oleh para pihak yang
berselisih dan mediator
3. Apabila penyelesaian perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui lembaga
mediasi. maka dengan memberitahukan kepada pihak yang berselisih, pihak
mediator segera melimpahkan perselisihan tersebut kepada Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Industrial, yang dahulunya berbentuk Panitia
Penyelesaian Perburuhan Daerah (P4D) atau Panitia Penyelesaian Perburuhan
Pusat (P4P). Lembaga penyelesaian perselisihan industrial adalah lembaga
yang bertugas untuk menyelesaikan perselisihan industrial atau lembaga
peradilan di bidang ketenagakerjaan.
Perselisihan industrial adalah perselisihan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja karena tidak adanya persesuaian
paham mengenai pelaksanaan syarat-syarat kerja.pelaksanaan norma kerja.
hubungan kerja, dan atau kondisi kerja.

Penyidikan, Pemidanaan Dan Sanksi-Sanksi


Hukum menyediakan sanksi-sanksi atas pelanggaran ketentuan di bidang
ketenagakerjaan.Sanksi pidana penjara dan denda dapat dijatuhkan kepada
pelanggaran-pelanggaran ketentuan tertentu, yang besarnya hukuman bergantung
kepada jenis pelanggaran yang dilakukan. Dalam penjatuhan sanksi pidana ini,
proses penyidikan dilakukan selain oleh penyidik pejabat Polisi Republik
Indonesia, juga dapat dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang ketenagakerjaan yang diberi wewenang khusus untuk itu, dan dapat
menjalankan tugasnya sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam KUHAP.
Selain dari sanksi pidana, tersedia juga sanksi-sanksi perdata.seperti ganti
rugi jika memang ada kerugian perdata menuruti prosedur gugatan perdata biasa,
atau prosedur-prosedur alternatif.
Selanjutnya, terdapat juga sanksi administrasi bagi para pelanggar hukum

169
ketenagakerjaan. Sanksi-sanksi administrasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teguran.
2. Peringatan tertulis.
3. Denda.
4. Pembatasan kegiatan usaha.
5. Pembekuan kegiatan usaha.
6. Pembatalan persetujuan.
7. Pembatalan pendaftaran.
8. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi.
9. Pencabutan izin.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Apa yang saudara ketahui tentang Perburuhan dan Ketenagakerjaan.
Coba Saudara jelaskan.
2. Jelaskan tentang Hubungan Industrial.
3. Apa yang dimaksud Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) coba saudara
jelaskan.
4. Jelaskan mengenai Ukuran filosofis dari pengupahan.
5. Apa Yang dimaksud dengan perselisihan perburuhan, tolong saudara
jelaskan.

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton, Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saliman, Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada
Media Group.

170
Sutiyoso, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih, Mokhammad. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara
Press
Soekanto, Soerjono. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). 2013.
Grahamedia Press

171

Anda mungkin juga menyukai