Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

MODEL -MODEL PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran danguru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar Secara luas, Joyce dan Weil
(2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan
belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan
belajar melalui program komputer. Hakikat mengaja rmenurut Joyce dan Weil adalah
membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara
berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis
memaknai model pembelajaran dalam BBM (Bahan Belajar Mandiri) ini sebagai suatu
rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut
dapat terlihat kegiatan guru-peserta didikdi dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkanterjadinya belajar pada peserta didik.Di dalam pola
pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan
perbuatan/kegiatan guru-pesertadidik atau dikenal dengan istilah sintaksdalam peristiwa
pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik
lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang
satu dengan model pembelajaran yang lainnya.

B. Relevansi
Dari deskripsi singkat diatas relevansi materi hakikat dan ciri-ciri belajar diantaranya
yaitu
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakikat model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apa saja kelompok dan jenis-jenis model pembelajaran.

C. Indikator

Dari deskripsi singkat dan relevansi materi diatas maka indikator dalam pembelajaran ini
yaitu:
1.Mahasiswa mampu memahami hakikat dalam model pembelajaran

2.Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui jenis-jenis model pembelajaran

BAB Vl
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan berbagai sumber
belajar yang ada di lingkungan belajar tersebut. Menurut aliran behavioristik dalam Hamdani (2011:23)
mengatakan bahwa: "pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan atau stimulus".Selanjutnya menurut Gagne,dkk dalam Warsita (2008:266)
mengatakan bahwa: pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.Lebih lanjut
Warsita (2008:266) menjelaskan bahwa ada lima prinsip yang menjadi landasan

pengertian pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna
bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri peserta didik.

2) Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung
makna bahwa perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau
dua aspek saja.

3) Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapantahapan
aktivitas yang sistematis dan terarah.

4) Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang
dicapai

5) Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.


Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membelajarkan peserta didik sehingga terjadi
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

b. Ciri – Ciri Pembelajaran


Darsono dalam Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan dengan sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siawa.
6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun secara
psikologi.
7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
8) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.Oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai
tujuan yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu,
tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku ini meliputi
pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi pengendali sikap dan perilaku siswa
c. Komponen – Komponen Pembelajaran
Karena pembelajaran merupakan suatu proses, maka dalam proses pembelajaran ada beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga disebut sebagai sistem. Sebagai
suatu sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya.
Komponen-komponen proses pembelajaran adalah:
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu harapan atau cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada
suatu kegiatan pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan, dan hal ini telah dipersiapkan oleh seorang
guru sebelum kegiatan pembelajaran yang tertera dalam rencana pembelajaran yang dirumuskan
melalui tujuan pembelajaran khusus.
b. Materi Pembelajaran
Materi pelajaran merupakan substansi yang akan disajikan dalam kegiatan pembelajaran. tanpa materi
pembelajaran program pembelajaran tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar harus
memiliki dan menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
c. Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik Komponen yang ketiga ini mempunyai fungsi yang
sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi
yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian
tujuan.
d. Media
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses pembelajaran
kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan
materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
e.Evaluasi
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran,

tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai
komponen sistem pembelajaran.
d. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting.
Sanjaya (2008:21) mengemukakan beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1) Guru sebagai sumber belajar Guru berperan sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan
penguasaan materi pembelajaran.
2) Guru sebagai fasilitator Guru berperan dalam memberi layanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran.
3) Guru sebagai pengelola Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara nyaman.
4) Guru sebagai demonstrator Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan
kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan
yang disampaikan.
5) Guru sebagai pembimbing Peran guru sebagai pembimbing adalah membimbing siswa agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar
dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian
itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat.
6) Guru sebagai motivator Guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
b. Membangkitkan minat siswa
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
d. Diberilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
e. Berikan penilaian
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g. Ciptakan persaingan dan kerjasama

7) Guru sebagai evaluator Guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
e. Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Sistem PembelajaranSanjaya (2009:52) mengemukakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses sistem pembelajaran yaitu: faktor guru, faktor siswa,
sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
1. Faktor Guru Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswa yang
diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran {manager or learning}, Sanjaya (2009:52). Oleh
karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan
guru. Menurut Dunkin dalam Harefa (2010:26) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas
proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu:
a) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial mereka
b) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas
dan latar belakang pendidikan guru.
c) Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan yang dimiliki guru.
2. Faktor Siswa Siswa adalah organisme yang unik dan berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama.
Sanjaya [2009:54] menjelaskan bahwa: Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran
dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa disebut pupil formative experience yaitu
jenis kelamin siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain, serta faktor sifat yang
dimiliki siswa (pupil propeties) yaitu kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap siswa.
3. Faktor sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran: misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan
sekolah dan lain sebagainya. Prasarana adalah suatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,
dan lain sebagainya.

4. Faktor Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran yaitu, faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas,
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas. Sedangkan faktor iklim sosial-psikologis merupakan
keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.

f. Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran Mulyasa (2005:132-133) mengemukakan bahwa


"keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang". Kriteria-kriteria tersebut diuraikan, sebagai berikut:
1. Kriteria jangka pendek
a) Sekurang-kurangnya 75% isi dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat dipahami, diterima dan
diterapkan oleh para peserta didik di kelas
b) Sekurang-kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan, senang dan memiliki kemauan
belajar yang tinggi
c) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran
d) Materi yang dikomunikasikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan mereka memandang
bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak
e) Pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar para peserta didik untuk
belajar lebih lanjut (continuing)

2. Kriteria jangka menengah


a) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pembelajaran yang dilakukannya bersama peserta
didik
b) Para peserta didik menjadi insan yang kreatif dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang
dihadapinya
c) Para peserta didik tidak memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat, lingkungannya dengan
cara apapun

3. Kriteria jangka panjang


a)Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan
inisiatif kepala sekolah, guru dalam mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia
b) Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber
pendidikan, melalui pembagian tanggung jawab yang jelas, transparan dan demokratis
c) Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan
masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah, baik dalam intra maupun ekstrakurikuler
d) Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upayaupaya
inovatif dengan dukungan orangtua, peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat
e) Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan warga sekolah, bersifat
adiktif dan produktif, serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi ulet, inovatif dan berani mengambil
resiko
f) Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui
(learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan
belajar hidup bersama (learning to live together)
g) Terwujudnya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung
h) Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi secara teratur bukan hanya
ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi untuk
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran
di sekolahLebih lanjut Djamarah dan Zain (2010:107) menjelaskan bahwa keberhasilan proses belajar tu
dibagi atas beberapa taraf atau tingkatan yaitu:
1) Istimewa/maksimal: apabila keseluruhan bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh
siswa.
2) Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang disampaikan dapat
dikuasai oleh siswa.
3) Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.
4) Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
B. Kelompok dan Jenis- jenis Pembelajaran
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuantujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan
pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar. Kumpulan atau set model
mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif (1989) adalah set model yang dikembangkan
oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut : 1) model interaksi social; 2)
model information processing; 3) model personal ; 4) model behavioral
1. Interaksi Sosial Model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran yang dipilih untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang meliputi sintaknya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode atau
prosedur (Abdul Majid, 2013:13) Model pembelajaran interaksi social berdasarkan kepada suatu
pandangan yang menyatakan bahwa segala sikap dan tindakan seseorang terkait dengan kehidupan di
masyarakatnya. Pendekatan pembelajaran interaksi social mengajarkan kepada peserta didik berkenaan
dengan sikap bekerjasama, memahami realitas social dan sikap demokratis dalam kehidupan
masyarakat di tengah perbedaan. Peserta didik harus memahami realitas social sehingga memiliki
kesadaran untuk terlibat dalam interaksi social tersebut. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan
yang dilakukan antara individu atau antara manusia yang satdengan manusia atau individu yang lain,
dalam interaksi itu terjadi suatu hubungan timbal balik antara kedua belah pihak (Prita Dwi Astuti, dkk,
2018: 38). Model pembelajaran interaksi sosial sangat mempengaruhi konsep masyarakat dan
perkembangan kepribadian seseorang dalam pergaulannya.. Model ini menggambarkan bahwa hakikat
manusia adalah menjalin relasi sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih baik (Hanna Sundari,
2015: 117). Model pembelajaran interaksi sosial adalah suatu pola yang mengajarkan agar peserta didik
mampu menganalisis suatu fenomena yang terjadi terkait dengan permasalahan kehidupan dan
pengalamannya. Model interaksi sosial menumbuhkan sikap kerjasama di antara peserta didik dan
mendorong berinteraksi dalam tataran individual ataupun komunal. Sikap kebersamaan dan saling
berkomunikasi serta mengeluarkan ide dan gagasan terhadap 25 sebuah masalah merupakan ciri dari
model interaksi sosial. Di antara peserta didik sama-sama aktif memberikan masukan untuk
memperoleh solusi secara bersama-sama dan dapat diaplikasikan nilai-nilai positifnya dalam kehidupan
sosial. Dalam model pembelajaran interaksi sosial, peserta didik diberi pemahaman tentang pentingnya
berinteraksi di masyarakat melalui proses sosial yang dinamis dengan mengedepankan kerja sama dan
saling menghargai satu sama lainnya.Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitik
beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Dalam
konteks ini, proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian
peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lain dan berinteraksi dengan kelompoknya. Langkah
yang ditempuh guru dalam model ini adalah : 1) guru mengemukakan masalah dalam bentuk situasi
sosial kepada para peserta didik; 2) peserta didik dengan bimbingan guru menelusuri berbagai macam
masalah yang terdapat dalam situasi tersebut; 3) peserta didik diberi tugas atau permasalahan yang
berkenaan dengan situasi tersebut untuk dipecahkan, dianalisis, dan dikerjakan; 4) dalam
memecahkanmasalah belajar tersebut peserta didik diminta untuk mendiskusikannya; 5) peserta didik
membuat kesimpulan dari hasil diskusinya; dan 6) membahas kembali hasil-hasil kegiatanya. Model
interaksi sosial dapat digunakan antara lain dengan menggunakan metode sosiodrama atau bermain
peran (role playing). Keterlibatan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar cukup tinggi, terutama
dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya, partisipasi ini menggambarkan adanya interaksi sosial
diantaranya sesama peserta didik dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, model interaksi sosial
boleh dikatakan berorientasi pada peserta didik dengan mengembangkan sikap demokratis, artinya
sesama mereka mampu saling menghargai, meskipun mereka memiliki perbedaan. Penggunaan rumpun
model interaksi sosial ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari peserta
didik. Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu: 6 a) Investigasi
kelompok (group investigation) b) Bermain peran (role playing) c) Penelitian yurisprudensial
(jurisprudential inquiry).Dalam pelaksanaan pembelajaran interaksi social terdapat beberapa tujuan
yaitu :
a. Membantu siswa bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikanmasalah
b. Mengembangkan skill hubungan masyarakat
c. Meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai personal dan sosial. Dari tujuan pembelajaran diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran interaksi social bertujuan melatih siswa agar mampu
berkomunikasi dengan baik kepada sesame individu maupun kelompok mam dalam mencari solusi
dalam memecahkan masalah serta mampu menanamkan nilai-nilai positif dalam proses sosial di dalam
masyarakat

2. Pengolahan Informasi Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitif
yang akhirakhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi
pendidikan. Kata information processing sesungguhnya dipinjam dari peristilahan computer untuk
menjelaskan aktifitas mental (dalam hal ini mental siswa) ketika mengoperasikan pengetahuan dan
pengolahan informasi yang diekstraksikan dari peristiwa-peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya,
seperti suara atau kata, gerakan benda, gambar, dan sebagainya.Information processing sebagai sebuah
rumpun modelmodel mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar
mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin. Pengembangan
ranah cipta dalam proses belajar mengajar dipandang vital dan strategis, karena ranah kejiwaan yang
paling dominan adalah ranah cipta (kognitif).Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang
bagaimana seorang individu memersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi
yang diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan
informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respons individu terhadap informasi yang di berikan oleh
lingkungan di sekitarnya. Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang. Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu perbedaan
dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak
memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya,
seperti padainformasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Menurut
Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan
belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitifyang sifatnya tetap dan mempunyai arah yang tidak
jelas”. Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian
proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan
pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
a. Teori pengolahan Informasi Teori-teori mengenai sistem pengolahan informasi yang ada memiliki
pandangan yang berbeda-beda dalam hal proses-proses kognitif, namum pada dasarnya teori-teori
tersebut memiliki asumsi-asumsi yang sama. Salah satunya adalah pengolahan informasi terjadi dalam
tahapan-tahapan yang memisahkan natara penerimaan sebuah stimulus dan pemberian sebuah respon.
Dari hal tersebut dapat dilogikakan bahwa bantuk informasi, atau bagaimana informsis tersebut
direpresentasikan secara mental, berbeda-beda tergantung pada tahapannya. Asumsi lain mengenai
pengolahan informasi menyatakan bahwa pengolahan informasi dapat dianalogikan dengan pengolahan
komputer. Fungsifungsi dari sistem manusia serupa dengan sistem sebuah komputer. Sistem manusia
menerima informasi, menyimpannya dalam memori, dan mengambilnya lagi disaat yang diperlukan.
Para peneliti juga berasumsi bahwa pengolahan informasi terlibat dalam semua aktivitas kognitif yaitu
melihat/merasakan, mengulang, berpikir, memecahkan masalah, mengingat, lupa, dan mencitrakan
(FarnhamDiggory, 1992). Pengolahan informasi menjangkau lebih dari konsep tradisional tentang
pembelajaran manusia.
b. Proses Pengolahan Informasi Pengolahan informasi bermula ketika sebuah input stimulus
(visual/auditori) mengenai satu atau lebih pada pancaindera (pendengaran, penglihatan dan peraba).
Register sensorik yang sesuai menerima input dan menyimpannya sebentar dalam bentuk rekaman
inderawi. Dalam hal ini telah terjadi persepsi (pengenalan pola) yaitu proses pemberian makna terhadap
sebuah input stimulus. Proses ini biasanya tidak termasuk penamaan karena penamaan memerlukan
waktu dan informasi hanya berdiam di register sensorik selama sepersekian detik. Dalam persepsi
terjadi pencocokan sebuah input dengan informasi yang telah diketahui. Register sensorik mentransfer
informasi ke memori jangka pendek (STM/Short Term Memory). STM adalah sebuah memori kerja
(WM/Working Memory) dan berhubungan dengan kesadaran, atau hal yang tertangkap oleh pikiran
sadar pada saat tertentu. Miller (1996) mengemukakan bahwa WM menyimpan tujuh plus atau minus
dua unit informasi. Sebuah unit merupakan item yang bermakna seperti sebuah huruf, kata, bilangan,
atau tuturan umum seperti contoh kata mata pelajaran. Kapasitas dan durasi WM sangatlah terbatas
sehingga untuk dapat dipertahankan dalam WM maka harus sering diulang-ulang, karena tanpa
pengulangan, informasi tersebut akan hilang setelah beberapa detik. Ketika informasi berada dalam
WM, pengetahuan yang terkait dengannya dalam memory jangka panjang (LTM/Long Term Memory)
atau yang disebut juga dengan memori permanen, akan diaktifkan dan ditempatkan dalam WM untuk
digabungkan dengan informasi yang baru. Untuk menyebutkan sebuah ibu kota negara bagian yang
diawali dengan huruf A, siswa mengingat nama-nama negara bagian yang kemungkinannya berdasarkan
daerah dari negaranya dan melakukan pemindaian nama-nama ibu kota. Proses kontrol mengendalikan
aliran informasi diseluruh sistem pengolahan iformasi. Pengulangan merupakan proses kontrol penting
yang terjadi dalam WM. Untuk materi verbal, pengulangan tampil dalam bentuk mengulang informasi
dengan mengucapkannya dengan suara jelas atau lirih. Proses-proses kontrol lainnya meliputi kodean
(menempatkan informasi dalam sebuah konteks yang bermakna), pencitraaan (merepresentasikan
informasi secara visual), mengimplementasikan aturan-aturan pengambilan keputusan,
mengorganisasikan informasi, memantau tingkat pemahaman, serta menggunakan strategi-strategi
penarikan, pengaturan diri dan motivasional (Schunk, 2012). Model dua-penyimpanan cenderung
memiliki ciri-ciri bahwa ketika siswa memiliki daftar item untuk dipelajari, mereka cenderung mengingat
item-item awal dengan baik dan item terakhir. Menurut model ini, pada item awal mendapatkan
pengulangan paling banyak dan ditransfer ke LTM, sementara item terakhir masih berada pada WM saat
proses mengingat. Item-item yang berada ditengan paling sulit untuk diingat karena item-item tersebut
tidak berada pada WM lagi saat proses mengingat terjadi karena telah digeser oleh item berikutnya.
Item-item tersebut mendapat pengulangan paling sedikit dibandingkan dengan item-item awal dan
belum tersimpan dengan benar dan baik dalam LTM. Model dua-penyimpanan berasumsi bahwa
informasi diproses terlebih dahulu oleh register sensorik, kemudian lanjut pada WM, dan terkhir
diproses oleh LTM
3. Personal Rumpunan model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa
dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Peserta
didik juga dapat menyadari dirinya sendiri sebagai seorang “pribadi” yang berkecakapan cukup untuk
berinteraksi dengan pihak luar sehingga menghasilkan pola hubungan interpersonal yang
kondusif.Pengguanaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih memusatkan
perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif
sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.Diharapkan,
dengan menggunakan model ini proses belajar mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan
sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.Pengajaran secara personal adalah kegiatan
mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing
individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal,
tetapi prinsipnya berbeda.Pada pembelajaran personal, guru memberi bantuan kepada masing-masing
pribadi.Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan secara umum.Sebagai ilustrasi,
bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah
pembelajaran personal.Pada membaca dalam hati secara personal siswa menemukan kesukaran sendiri-
sendiri. ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran personal dapat ditinjau dari segi
(i) tujuan pengajaran,
(ii) siswa sebagai subjek yang belajar,
(iii) guru sebagai pembelajar,
(iv) program pembelajaran, serta
(v) orientasi dan tekanan utama dalam peaksanaan pembelajaran.
Pendekatan ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan
individu.Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya.Pendekatan ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk
hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.Tokoh humanistik adalah
Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb.Menurut teori ini, guru harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar
mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk
memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong
bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya.Implikasi teori ini dalam pendidikan
adalah sebagai berikut.
a. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b. Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri
e. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat penting.
f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif
dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Berdasarkan beberapa tujuan ini, model pembelajaran personal dapat diterapkan dalam empat
cara :
➢ Pertama, model pengajaran personal bisa digunakan sebagai model pengajaran umum, bahkan untuk
merancang sebuah sekolah yang mengadopsi filosofi tidak terarah (nondirective philosophy) sebagai
intisari pendekatan dalam pengajaran (seperti yang dipaparkan oleh Aspy dan Roebuck, 1973;Neil,1960)
atau sebagai komponen utama (Chamberlin dan Chamberlin,1943).
➢ Kedua, model ini bisa digunakan untuk membumbui (menambah rasa) suatu lingkungan
pembelajaranyang dirancang di tengah beberapa model lain. Misalnya kita bisa memfokuskan slogan
“mendekat dan bergabunglah bersama kami” untuk konsep diri siswa. Kita pun bisa berpikir panjang
tentang cara mengemas segala sesuatu yang kita lakukan untuk memaksimalkan anggapan positif siswa
tentang diri mereka sendiri serta meminimalisasi kekhawatiran jika pengajaran kita tidak mencerminkan
hal-hal manusiawi yang wajar pada mereka. Dengan kata lain, kita bisa menggunakan model ini untuk
membangun kualitas serta perasaan pribadi siswa kita serta mencari kesempatan untuk melibatkan
mereka dalam komunikasi yang sifatnya positif. Kita akan memfokuskan model ini pada fungsi kedua ini.
➢ Ketiga, kita bisa menggunakan hal-hal yang unik dalam model pengajaran personal untuk menasihati
siswa saat kita ingin membantu mereka belajar menjangkau dunia secara utuh, dan dengan jalan positif.
➢ Keempat, kita bisa membuat sebuah kurikulum akademik untuk para siswa. Metode- metode
“pengalaman”dalam pengajaran membaca, misalnya, menggunakan cerita yang didikte dan disampaikan
oleh siswa sebagai bahan inti setelah menetapkan kompetensi awal. Digabungkan dengan model lain,
model pengajaran personal dapat digunakan untuk merancang kursus pembelajaran mandiri, termasuk
juga program yang berbasis sumber daya.
4. Sistem Perilaku Model pembelajaran perilaku adalah kerangka konseptual atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik yang didasari pada tanggapan atau reaksi peserta didik terhadap
rangsangan atau lingkungan.Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu
pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar perilaku, teori belajar sosial,
modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif
sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.
Ciri-ciri sistem model perilaku atau Behavioral Models yaitu:
a. Seluruh model pada kelompok ini didasarkan pada hasil sharing kajian teori-teori secara umum, yang
kemudian dipersandingkan/ diintegrasikan dengan teori-teori perilaku (yang dikondisikan).
b. Beberapa teori yang mendasari: teori-teori belajar secara umum, teori belajar sosial, teori modifikasi
perilaku, dan teori-teori terapi perilaku.
c. Secara umum menekankan pada perubahan perilaku yang terlihat (observable) dibanding perilaku-
perilaku secara psikologis atau perilaku yang tidak bisa diamati.
d. Penerapan prinsip-prinsip stimulus terkontrol dan reinforcement yang menjadi dasar penerapan
model pembelajaran interaktif dan mediasi belajar terkondisikan, baik pada pembelajaran secara
individu maupun kelompok.
e. Pengembangan kemampuan belajar melaui fakta-fakta, konsep-konsep dan keterampilan dipandang
sama baiknya untuk mereduksi tingkat kecemasan maupun untuk memperoleh kegiatan relaksasi
individu.
Adapun prinsip-prinsip dalam model pembelajaran sistem perilaku, diantaranya:
a. Perilaku sebagai fenomena yang bisa diamati dan diidentifikasi
b. Kebutuhan terhadap tingkah laku yang kurang adaptif
c. Tujuan tingkah laku adalah hal yang khusus, terpisah, dan bergantung pada individu
d. Teori tingkah laku fokus pada “hal-hal yang ada disini dan terjadi saat ini”
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristic, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang
efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan ( reinforcement ). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan
Jurnal Pendidikan Dasar perilaku yang tidak dapat diamati. Karakter model ini adalah dalam hal
pembelajaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase dalam
model modifikasi tingkah laku ini yaitu :
a. Fase mesin pembelajaran ( CAI dan CBI ) ;
b. Penggunaan media ;
c. Pengajaran berprogram ( linear dan branching ) ;
d. Operant conditioning dan operant reinforcement.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada
siswa, modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan memberikan reward,
sebagai reinforcement pendukung, dan penerapan prinsip pembelajaran individu terhadap
pembelajaran klasikal.

BAB III
PENUTUP

Sebagai penutup dari uraian makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. pembelajaran sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu,
dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru- peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar
atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
2. Ada lima karakterististik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi:
a. Prosedur Ilmiah
b. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
c. Spesifikasi lingkungan belajar
d. Kriteria penampilan
e.Cara-cara pelaksanaannya
3. Joyce dan Weil (1980; 1992) dalam bukunya Models of Teaching
menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun.Keempat rumpun model
pembelajaran tersebut adalah:
a. rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi,
b. rumpun model pembelajaran personal,
c. rumpun model pembelajaran sosial, dan
d. rumpun model pembelajaran perilaku

SOAL LATIHAN

1. Coba jelaskan definisi dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan model pembelajaran.
Serta mengapa model dan metode sering terjadi seolah-olah tumpang tindih? Jelaskan!
2. Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil dalam buku Models of Teaching model-model
pembelajaran itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa rumpun? Coba jelaskan satu
persatu dari masing-masing rumpun itu dan berikan pula contoh metodenya!
3. Menurut Costa, strategi pembelajaran itu dibagi menjadi berapa rumpun? Jelaskan masing-masing
rumpun tersebut dan berikan contoh metode-metodenya!

REFERENSI
Usman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: Pt Bumi Aksara Uno Hanzah B. 2007. Model
Pembelajaran. Jakarta: Pt Bumi Aksara
https://www.academia.edu/5816186/Model_model_Pembelajaran Diakses Pada
Tanggal 16 April 2022
https://www.academia.edu/29638466/makalah_pendekatan_dan_Model_Pembelajara
n_docx Diakses Pada Tanggal 16 April 2022
https://www.scribd.com/document/441287304/MAKALAH-MODELPEMBELAJARAN Diakses Pada
Tanggal 16 April 2022

Anda mungkin juga menyukai