Anda di halaman 1dari 11

Nama : Alan Setyo Bawono

NIM : 1401419137

Rombel :D

No : 02

TUGAS 11 MANAJEMEN SEKOLAH

SOAL

1. Jelaskan pengertian guru menurut Pasal 1 UU No. 14 Thn 2005 tentang Guru dan Dosen!

2. Jelaskan perbedaan tiga tugas guru sebagai profesi: mendidik, mengajar, dan melatih!
Berikan contohnya masing-masing dalam kegiatan di SD!

3. Jelaskan peran guru sebagai: a) fasilitator; b) pembimbing; c) penyedia lingkungan; d)


model; e) motivator; f) agenda perkembangan kognitif; g) manajer!

4. Jelaskan peran guru sebagai pelatih, konselor, dan manajer belajar menurut Gersner
(1981)!

5. Jelaksan delapan peran guru menurut Sanjaya (2005)!

6. Jelaskan empat peran utama guru sebagai manajer dalam pembelajaran!

7. Jelaskan yang dimaksud dengan fungsi perencanaan dan fungsi pengorganisasian dalam
pembelajaran!

8. Jelaskan yang dimakdud dengan fungsi memimpin dan mengawasi dalam pembelajaran!

9. Jelaskan peran guru sebagai evaluator!

10. Jelaskan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru (PP No. 19 Thn 2005): a) kompetensi
pedagogik; b) kompetensi professional; c) kompetensi kepribadian; d) kompetensi sosial!
JAWAB

1. Definisi guru menurut pasal 1 UU No. 14 Tahun 2005 :


Defenisi Guru menurut Pasal 1 UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

2. Perbedaan tugas guru dalam hal mendidik, mengajar, dan melatih :


Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan untuk kehidupan siswa.
Contoh dari tugas guru dalam hal mendidik di Sekolah Dasar yaitu mengubah dan
membentuk karakter siswa Sekolah Dasar dalam proses pembelajaran, lalu tugas guru
dalam hal mengajar di Sekoah Dasar contohnya menyampaikan materi pembelajaran bagi
siswa Sekolah Dasar dengan menggunakan model yang menarik sehingga siswa dapat
memahami dan menerapkan ilmu yang diperolenya, kemudian tugas guru dalam hal
melatih di Sekolah Dasar contohnya yaitu menerapkan metode diskusi kelompok dalam
proses pembelajaran guna melatih siswa Sekolah Dasar agar berani mengemukakan
pendapat dan mampu berpikir kritis serta solutif.

3. Peran guru ;
Sebagai tenaga pengajar setiap guru harus memiliki kemampuan profesional di bidang
pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut guru dapat melaksanakan perannya sebagai
berikut;
a. Fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa dalam proses
belajar mengajar;
b. Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar
mengajar;
c. Penyedia lingkungan, yang berupa menciptakan lingkungan belajar yang
menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan
bersemangat;
d. Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa agar
berperilaku sesuai dengan normal yang berlaku di dunia pendidikan;
e. Motivator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaharuan kepada
masyarakat, khususnya kepada subjek didik yaitu siswa;
f. Agenda perkembangan kognitif, yang menyebarluas- kan ilmu dan teknologi
kepada siswa dan masyarakat;
g. Manajer, yaitu memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga keberhasilan
proses belajar mengajar tercapai. (Suyanto & Asep Jihad, 2013, 1-2).

4. Peran guru menurut Gersner (1981) :


Menurut Gersner (1981) dalam Suyanto & Asep Jihad (2013, 31) dijelaskan, guru tidak
hanya mengajar tetapi juga memiliki peran sebagai :
a. Pelatih
Guru professional berperan ibarat pelatih olaharga. Dia lebih banyak membantu
siswanya dalam permainan. Bedanya, permainan itu adalah belajar sebagai
pelatih. Guru mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar dan memotivasi
siswanya untuk bekerja keras mencapai prestasi setinggi-tingginya.
b. Konselor
Guru menjadi sahabat siswa, teladan dalam kepribadian dan mengundang rasa
hormat dan keakrabab siswa, menciptakan suasana di mana siswa belajar dalam
kelompok kecil di bawah bimbingan guru.
c. Manajer belajar
Guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan. Dia membimbing siswa belajar,
mengambil prakarsa, mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya. Dia bertindak
sebagai bagian dari siswa dengan ikut belajar bersama mereka. Selain itu, guru
juga harus belajar dari teman seprofesinya. Sosok guru itu ibarat segalanya.

5. Peran guru menurut Sanjaya (2005) :


Peran guru juga disampaikan Wina Sanjaya (2008,147). Seperti ketika ilmu pengetahuan
masih terbatas, ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum berkembang pesat seperti
saat ini, maka peran utama guru di sekolah adalah sebagai penyampai ilmu pengetahuan
sebagai warisan kebudayaan manusia masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus
diwariskan. Terkait itu, guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) bagi
siswa.
Namun, seiring dengan waktu, peran guru bergeser. Wina Sanjaya (2005,147-153)
membagi peran guru menjadi delapan yaitu; sebagai (1) guru sebagai fasilitator, (2), guru
sebagai pengelola, (3) guru sebagai demonstrator, (4) guru sebagai evaluator, (5) guru
sebagai administrator, (6) guru sebagai motivator, (7) guru sebagai organisator dan (8)
guru sebagai sumber belajar.

6. Peran utama guru sebagai manajer dalam pembelajaran :


Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai
sumber belajar itu sendiri. Pada intinya, kegiatan tersebut menuntut guru berperan sebagai
manajer, yang memiliki empat fungsi umum yaitu :
a. Merencanakan tujuan belajar
b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar
c. Memimpin, yang meliputi motivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
d. Mengawasi, segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagai mestinya atau belum
dalam rangka pencapaian tujuan.

7. Fungsi perencanaan dan pengorganisasian dalam pembelajaran :


Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang teramat penting bagi seorang manajer. Biasanya
kesulitan-kesulitan sebagai perencana bagi seorang guru meliputi memperkirakan tuntutan
dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan
topik-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu serta menentukan sumber-sumber
yang diperlukan. Melalui fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatani jurang antara
di mana murid berada dan ke mana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut
kemampuan berpikir kreatif, dan imajinatif, serta meliputi sejumlah besar kegiatan yang pada
hakekatnya tidak teratur dan tidak terstruktur.
Fungsi pengorganisaian melibatkan penciptaan seara sengaja suatu lingkungan pembelajaran
yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggungjawab dalam rangka mewu- judkan
tujuan program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian, pengaturan-
pengaturan sumber hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai apa yang harus
diselesaikan. Tujuan akhirnya, adalah membuat agar siswa dapat bekerja dan belajar secara
bersama-sama. Harus diingat, pengorganisasian yang efektif hanya dapat diciptakan manakala
siswa dapat belajar individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah siswa
secara individual walaupun pengajaran itu dilaksanakan secara klasikal. Keputusan yang
berhubungan dengan pengorganisasian ini memerlukan pengertian mendalam dan perhatian
terhadap siswa secara individu.

8. Fungsi memimpin dan mengawasi dalam pembelajaran :


Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan
gaya tertentu. Tugas memimpin adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong dan
mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan
akhir adalah untuk membangkitkan motivasi dan mendorong murid-murid sehingga mereka
menerima dan melatih tanggung jawab untuk belajar mandiri.
Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa- peristiwa yang sesuai dengan
rencana yang telah disusun, Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan
pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat komplek,
khususnya bila mengadakan kegiatan remedial.

9. Peran guru sebagai evaluator :


Terkait guru sebagai evaluator, melalui evaluasi guru dapat mengumpulkan informasi tentang
berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya. Evaluasi juga sebagai alat untuk melihat sejauh mana siswa telah mampu
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru harus berperan
sebagai evaluator. Beberapa hal yang cukup penting dalam melaksanakan fungsi evaluator
sebagaimana dijelaskan Wina Sanjaya (2008:152) yakni,
a. Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa, baik
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini penting karena pencapaian manusia
seutuhnya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dan atau proses
pembelajaran.
b. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus, dengan menekankan kepada
evaluasi hasil dan evaluasi proses. Artinya, target evaluasi bukan hanya untuk
mengumpulkan informasi tentang hasil belajar yang telah dicapai siswa, akan
tetapi juga bagaimana siswa belajar.
c. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument penilaian. Guru banyak yang
beranggapan bahwa evaluasi identik dengan melaksanakan tes. Padahal tidak
demikian, tes hanya sebagai salah satu intrumen untuk melaksanakna evaluasi.
Masih banyak instrument yang lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil yang telah dicapai
siswa.
d. Evaluasi harus dilaksanakan secara terbuka, dengan melibatkan siswa sebagai
evaluand. Hal ini dimaksukan agar siswa memahami tentang makna evaluasi.
Melalui pemahaman siswa akan terdorong untuk mengenalkan kelemahan sendiri
baik kelemahan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan maupun
kelemahan dalam pencapaian hasil belajar.
Guru sebagai evaluator adalah merupakan salah satu professional judgment guru. Ibarat
dokter, dokter memiliki pertanggungjawab profesi dengan bertindak mendiagnosa penyakit
dan memberikan obat atau melakukan tindakan medis. Guru sebagai evaluator juga
merupakan salah satu pertanggunjawab profesi. Tidak ada satu pun yang berhak
mengintervensi ketika guru telah memberikan evaluasi dan melakukan langkah selanjutnya.
Seperti memberi nilai atau menentukan kelayakan siswa tersebut layak atau tidak lulus, naik
kelas atau tidak. Namun, untuk mengambil keputusan ini tentunya guru harus benar-benar
memahami terkait dengan evaluasi sehingga kebijakan yang diambil tidak merugikan.

10. 4 kompetensi yang harus dimiliki guru (PP No. 19 Thn 2005) :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. (Sulthon Masyhud, 2014, 16).
Ditambahkan lagi, dengan memiliki kompetensi pedagogik tersebut diharapkan guru
akan dapat merancang dan melaksanakan aktivitas mengajarnya dari dimensi
pendidikan. Kompetensi ini lebih menekankan pada pembentukan insan paripurna.
Proses belajar mengajar tidak hanya dilihat dari bertambahnya ilmu pada diri anak
saja, tetapi bagi guru yang memahami ilmu pendidikan, melalui proses belajar
mengajar yang dilakukan juga harus mengandung aspsek pendidikan. Di sini aspek-
aspek moral dan akhlak yang mulia perlu dilekatkan pada bidang studi atau mata
pelajaran yang diajarkan. Sehingga anak tidak hanya pintar dalam bidang studi, tetapi
juga tanggungjawab moral terhadap bidang studi yang diajarkan.
Sulthon Masyhud memberi contoh, seorang guru ketika mengajar matematika, guru
tidak hanya mengajar materi matematika saja, tetapi juga harus mendidik agar setelah
pintar matematika tidak melakukan untuk hal-hal yang negatif, seperti menipu atau
memanipulasi perhitungan yang dipercayakan kepadanya.
Dalam Penilaian Kerja (PK) Guru berdasarkan Kemendikbud, 2012) kompetensi
pedagogik tersebut dijabarkan menjadi 7 indikator kompetensi (Kompetensi 1-7)
sebagai berikut;
a) Menguasai karakteristik peserta didik
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
c) Mengembangkan kurikulum
d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e) Pengembangan potensi peserta didik
f) Komunikasi dengan peserta didik
g) Penilaian dan evaluasi. (Sulthon Masyhud, 2014, 17-18)

b. Kompetensi Kepribadian (Perosnal)


Kompetensi personal berkaitan langsung dengan rhomaterial personaliti. Artinya,
bahwa suatu personaliti profesi yang memiliki ketahanan diri (self-estem) dalam
menghadapi goncangan profesi. Dalam ranah ini kompetensi kepribadian melingkupi
kemampuan kepribadian seseorang profesional yang mantap, berakhlak mulia,
berwibawa, dan menjadi teladan bagi lingkungan dan masyarakat. (Trianto, 2010:22)
Menurut Sulthon Masyhud (2014, 18) kompetensi personal, artinya memiliki sikap
kepribadian yang mantap, jujur, adil dan penuh dedikasi, sehingga mampu menjadi
sumber teladan bagi subyek pendidikan. Jelasnya ia memiliki kepribadian yang patut
diteladani sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang baik dalam kegiatan
belajar mengajar.
Ditegaskannya, kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia,
dan berwibawah dan dapat menjadi teladan bagi siswa.
Secara subkompetensi kepribadian terdiri dari;
a) Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan normal sosial; bangga
sebagai guru yang profesional; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan normal yang berlaku dalam kehidupan.
b) Kepribadian yang dewasa, indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi.
c) Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaataan siswa, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan normal agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong
dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa.
e) Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani.
(Suyanto dan Asep Jihad, 2013:42).

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Sulthon
Masyhud, 2014,20).
Dilanjutkan memiliki kompetensi sosial berarti, menunjukkan kemampuan
berkomunikasi sosial yang baik, memiliki seni pergaulan (the social arts) yang baik,
baik pergaulan dengan murid-muridnya, maupun dengan sesama guru dan dengan
kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Guru dituntut memiliki kecerdasan
ganda “multiple intellegence”.
Sulthon Masyhud menjelaskan secara rinci kompetensi sosial yang harus dikuasai
guru sebagai berikut.
a) Berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat secara efektif untuk terutama untuk
kepentingan proses pembelajaran yang ia laksanakan.
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional untuk
meningkatkan keefektifan proses pembelajaran yang ia lakukan dan untuk
keperluan pengembangan profesi.
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidikan tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
d) Menghargai posisi/keberadaan orang lain secara wajar, baik di dalam
lingkungan sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat
e) Menempatkan diri secara wajar dan proporsional di antara koleganya dan
masyarakat pada umumnya.
f) Mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain, baik terhadap atasannya,
sejawatnya, maupun terhadap siswa dan masyarakat.
g) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekolah dan sekitarnya.
h) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.
i) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
j) Rela berkorban untuk kepentingan kemampuan sekolah, siswa dan masyarakat.
k) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain atau kelompok lain.

d. Kompetensi Profesional
Penjelasan PP No 19/2005 bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi profesional merupakan penguasan materi pelajaran secara laus dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuan. (Suyanto dan Asep Jihad, 2013, 43).
Dijelaskan setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai beriku;
a) Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti
guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami strutkur, konsep, dan metode keilmuan yang menauangi dan
koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata-pelajaran
terakit; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses belajar
mengajar.
b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.

Menurut Sulthon Masyhud (2014: 21-23) memiliki kemampuan profesional artinya,


memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, baik dalam kaitannya bidang
studi/mata pelajaran yang akan diajarkan beserta penunjangnya, metodeli
pengajarannya, dan dapat mengevaluasi dan mengembangkan materi dengan baik.

Secara rinci kemampuan tersebut dirumuskan dalam 10 kompetensi jabatan guru yaitu
meliputi;

a) Menguasai bahan/bidang studi


b) Mengelola program belajar-mengajar
c) Mengelola kelas,
d) Menggunakan media dan sumber belajar
e) Mengasia landasan kependidikan
f) Mengelola interaksi belajar-mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran,
h) Mengenal fungsi dan program Bimbingan Penyuluhan di sekolah,
i) Mengelola dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai