Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BESAR 1

SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PT WASKITA KARYA


SEBAGAI KONTRAKTOR BUMN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

NAMA : JANUARKO ADI WIBOWO


NIM : 41119110102

DOSEN:
Prihadmadi Anggoro Seno, S.T, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penerapan Sistem Manajemen Mutu PT
Waskita Karya sebagai Kontraktor BUMN di Indonesia” dapat terselesaikan dengan
baik.

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Besar 1 mata kuliah Sistem Manajemen
Mutu Konstruksi di Universitas Mercu Buana. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang penerapan Sistem Manajemen
Mutu pada proyek konstruksi.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis secara terbuka menerima berbagai
masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, April 2022

Penulis

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu..................................................................3


2.2 Pentingnya Pengendalian Mutu Untuk Keberhasilan Proyek.............................4
2.3 Standar Mutu di Indonesia..................................................................................5
2.4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di Proyek PT Waskita
Karya...................................................................................................................6
2.5 Faktor-Faktor Kendala Implementasi Sistem Manajemen Mutu di Proyek PT
Waskita Karya...................................................................................................14

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

3.1 Simpulan............................................................................................................16
3.2 Saran..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, proyek konstruksi mengalami kemajuan


yang sangat pesat, banyak proyek yang berskala besar dan membutuhkan waktu yang
lama serta biaya yang besar. Proyek konstruksi berskala besar memiliki jenis pekerjaan
yang sangat beragam dan banyak, sehingga diperlukan perencanaan dan pengendalian
yang tepat pada setiap aktivitas proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proyek
pembangunan konstruksi meliputi waktu (time), biaya (cost), dan mutu (quality).

Mutu yang bagus tentunya merupakan salah satu indikator kesuksesan suatu
pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu, mutu dianggap sebagai salah satu elemen kunci
dari metode dan teknik manajemen proyek konstruksi. Mutu selalu menjadi sifat yang
melekat pada produk, rangkaian kegiatan pelaksanaan atau sistem kerja, tenaga kerja,
dan lingkungan. Memiliki mutu yang bagus merupakan suatu citra yang sangat
diinginken oleh setiap perusahaan jasa konstruksi dan jasa konsultansi dalam
memberikan jasa kepada pemilik proyek baik dalam hal jasa konstruksi, jasa
konsultansi maupun jasa produksi. Sehingga Sistem Manajemen Mutu (SMM) harus
diterapkan dengan baik di tingkat perusahaan (corporate level) dan di proyek (project
level).

Di indonesia sudah ada standar mutu konstruksi yang berlaku seperti SNI dan
ISO. Sudah ada juga dasar hukum mengenai Sistem Manajemen Mutu diantaranya ada
pada UU No. 02 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi dan Perpres No. 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa. Namun dalam praktiknya di lapangan, masih banyak
ditemui kegagalan konstruksi dengan salah satu penyebabnya adalah pelaksanaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Masih ada
beberapa proyek yang sedikit banyak melakukan penyimpangan dari rencana yang telah
disepakati, salah satunya dengan mengurangi mutu untuk menekan anggaran biaya dan
agar pekerjaan lebih cepat selesai. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kepedulian
terhadap pelaksanaan konstruksi yang memenuhi kualitas yang diharapkan.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah ditunjukkan guna merumuskan permasalahan yang akan


dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah, sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud Sistem Manajemen Mutu?


2. Apa pentingnya pengendalian mutu untuk menunjang keberhasilan proyek?
3. Apa standar mutu yang berlaku di Indonesia?
4. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Mutu di PT Waskita Karya sebagai
salah satu kontraktor BUMN di Indonesia?
5. Apa saja faktor-faktor kendala yang dapat mempengaruhi tingkat implementasi
Sistem Manajemen Mutu?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ditunjukkan guna mencari tujuan dari pembahasan atas


rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian Sistem Manajemen Mutu.


2. Menjelaskan pentingnya pengendalian mutu untuk keberhasilan proyek.
3. Menjelaskan standar mutu yang berlaku di Indonesia.
4. Menjelaskan penerapan Sistem Manajemen Mutu di proyek PT Waskita Karya.
5. Menjelaskan faktor-faktor kendala yang mempengaruhi tingkat implementasi
Sistem Manajemen Mutu.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, berguna untuk mengetahui Sistem Manajemen Mutu di dunia


konstruksi.
2. Bagi pembaca, berguna untuk menambah sumber informasi terkait Sistem
Manajemen Mutu di dunia konstruksi dan implementasinya di Indonesia.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu

Sistem Manajemen Mutu adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang
memfokuskan perhatian (mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil
berkaitan dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan pelanggan.
Manajemen mutu merupakan aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang
menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan dan tanggung jawab, serta menerapkannya
melalui alat-alat manajemen mutu, seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu,
penjaminan mutu, dan peningkatan mutu (Gaspersz, 2002).

Manajemen mutu adalah tindakan yang dilakukan untuk menjaga tingkat kualitas
yang diinginkan oleh perusahaan. Tindakan ini terdiri dari rangkaian aktivitas lain
seperti menentukan standar kualitas, peraturan yang diperlukan, dan aspek lain yang
dapat menentukan kualitas produk atau jasa.

Selama pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu, prosedur-prosedur yang akan


dikembangkan antara lain: Panduan Mutu, Rencana Mutu, Prosedur Pengendalian
Dokumen, Pengendalian Bukti Kerja, Audit Mutu Internal, Produk Tidak Sesuai (PTS),
Tindakan Koreksi (TK), Tindakan Pencegahan (TP), Pemantauan dan Pengukuran
Proses dan Produk, Pengadaan Barang dan Jasa, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana,
dan Tinjauan (Review) Desain. Untuk mewujudkan itu, perlu ditentukan kebijakan mutu
dan sasaran mutu pekerjaan.

Mutu proyek adalah mutu penyedia jasa yang sudah ditetapkan oleh
pelanggan/pemilik proyek. Penyedia jasa membuat perencanaan mutu proyek
berdasarkan atas kebijakan proyek/perusahaan untuk memenuhi sasaran yang
diharapkan oleh pelanggan. Perencanaan mutu diterapkan dengan memantau secara
proaktif dan melakukan pengendalian. Kepastian mutu ditetapkan dengan cara audit
mutu yang dilakukan secara periodik. Pengawasan dan pengendalian mutu dapat
dilakukan apabila telah mempunyai standar mutu yang digunakan sebagai pedoman
dasar penilaian.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


2.2 Pentingnya Pengendalian Mutu Untuk Keberhasilan Proyek

Setiap proyek diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang
sesuai dengan perencanaan. Tentunya pihak kontraktor ingin agar proyek tersebut
mencapai hasil yang sesuai dengan harapan konsumen. Namun pastinya ada hal-hal
yang tidak diharapkan dapat terjadi dan proyek yang sedang dikerjakan tidak berjalan
mulus sesuai dengan perencanaan. Untuk menghindari hal itu, maka dibutuhkan
pengendalian mutu proyek.

Pengendalian mutu proyek dapat dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh
seorang manajer. Sebelum proyek dimulai, tim harus sudah dibentuk dan dilakukan
penunjukan untuk memimpin tim tersebut. Orang yang ditunjuk sebagai manajer harus
disetujui oleh pemberi proyek. Manajer pengendalian mutu ini harus melaporkan
pekerjaannya langsung kepada manajer proyek.

Pengendalian mutu dalam suatu proyek konstruksi terdiri atas tiga langkah utama,
yaitu perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas.

1. Pada langkah perencanaan mutu, dilakukan identifikasi kebutuhan konsumen,


kemudian dibuat rancangan proyek sesuai dengan kebutuhan konsumen dan diikuti
rancangan proses pembuatan proyek yang sesuai dengan rancangan proyek.
2. Pada langkah pengendalian mutu, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus
diperhitungkan, mengembangkan metode pengukuran mutu, mengembangkan
standar mutu, dan juga mengembangkan alat pengendalian mutu.
3. Pada langkah peningkatan kualitas, dilakukan tindakan yang diperlukan jika terjadi
ketidaksesuaian antara kondisi standar dengan kondisi aktual yang ada di lapangan.
Tindakan ini bisa berupa penyesuaian maupun perbaikan.

Tim pengendalian mutu harus memiliki pedoman teknis pengendalian mutu yang
disusun dengan cermat dan atas kesepakatan bersama. Pedoman teknis pengendalian
mutu tersebut berisi latar belakang dan pengertian pengendalian mutu dalam proyek,
prosedur pengendalian mutu, strategi pengendalian mutu, sasaran pengendalian mutu,
metodologi yang digunakan, tahapan pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja.
Pedoman teknis pengendalian mutu dapat dilengkapi dengan skema alur pengendalian
mutu dan alur pelaporan pengendalian mutu.

Aspek-aspek pengendalian mutu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan


konstruksi terdiri dari:

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


1. Administrasi, formulir-formulir dan laporan pengendalian mutu
2. Metode pengangkutan material ke lokasi kerja.
3. Peralatan kerja yang digunakan
4. Tempat penyimpanan material yang akan digunakan
5. Pengujian material yang akan digunakan di laboratorium.
6. Pengujian pekerjaan di laboratorium
7. Pengujian pekerjaan di lapangan

2.3 Standar Mutu di Indonesia

Di Indonesia terdapat satu standar mutu yang berlaku secara nasional, yang
disebut SNI (Standar Nasional Indonesia). SNI dirumuskan oleh Komite Teknis dan
ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional). Selain SNI, ada juga standar mutu
yang berlaku secara internasional yang disebut ISO.

Sebenarnya, penerapan SNI maupun ISO dalam standar Sistem Manajemen Mutu
adalah sama. Hal ini karena BSN yang telah menetapkan SNI merupakan anggota
International Organization for Standardization (ISO) yang berpusat di Jenewa, Swiss.
BSN sesuai dengan tugas dan fungsinya telah melakukan harmonisasi dengan standar
internasional tersebut. BSN telah mengadopsi secara identik dengan menerjemahkan
keseluruhan isi dari dokumen ISO menjadi SNI. Akan tetapi, BSN dapat pula
melakukan adopsi dengan memodifikasi standar ISO. Hal itu disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa SNI yang mengadopsi
ISO sudah setara dengan standar internasional.

Manfaat memiliki ISO adalah:

1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan. Setiap aktivitas perusahaan yang menerapkan


ISO sudah bisa dipastikan telah memenuhi standar, dimana masyarakat umum pun
dapat mengetahui standar tersebut. Artinya ada kepercayaan publik yang dibangun
dari standarisasi internasional tersebut.
2. Jaminan kualitas standar internasional. Aplikasi ISO harus melewati sebuah proses
uji yang disebut siklus PDCA. Siklus ini diterapkan di semua bidang usaha dengan
melakukan proses identifikasi, analisis, dan eksekusi agar sesuai dengan mutu
standar internasional.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


3. Meningkatkan branding perusahaan. ISO juga bermanfaat sebagai sarana branding
perusahaan yang mengaplikasikannya. Masyarakat dunia yang mengenal ISO akan
sangat sadar bahwa perusahaan yang menerapkan ISO tersebut dapat dipercaya.
Kepercayaan terhadap perusahaan dengan ISO akan meningkatkan nilai brand di
benak konsumen.

2.4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 di Proyek PT Waskita Karya

ISO 9001 merupakan Sistem Manajemen Mutu yang paling populer dan sempat
diperbaharui, dengan versi yang terbarunya adalah ISO 9001:2015. ISO 9001 telah
mendapat pengakuan luas secara internasional karena telah mengeluarkan hampir sejuta
sertifikat ke seluruh dunia. Tujuan utama dari ISO versi ini adalah untuk menaikkan
efektivitas manajemen mutu dengan memanfaatkan pendekatan proses. Pendekatan
proses mengedepankan aktivitas identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan
berkesinambungan. Salah satu kontraktor BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di
Indonesia yang telah bersertifikat ISO 9001:2015 ini adalah PT Waskita Karya
(Persero) Tbk.

Gambar 2.4 Sertifikat ISO 9001:2015 PT Waskita Karya

Penerapan ISO 9001:2015 pada proyek PT Waskita Karya dapat dilihat pada
penjelasan berikut.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


2.4.1 Sistem Manajemen Mutu

Tabel 2.4.1 Rekap Responden Sistem Manajemen Mutu PT Waskita Karya

*) BS = Baik Sekali, B = Baik, S = Sedang, BR = Buruk, BRS = Buruk Sekali

Perhitungan persentase ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Hasil wawancara 22 pertanyaan menghasilkan nilai tertinggi 110, yaitu jumlah


pertanyaan x skor tertinggi = 22 x 5 = 110.

b. Persentase implementasi dihitung dengan skala rating sebagai berikut:

Responden I (Site Manager) = 101/110 x 100% = 91,82%


Responden II (Pelaksana Proyek) = 87/110 x 100% = 79,09%
Responden III (Quality Control) = 88/110 x 100% = 80,00%
Responden IV (Quantity Surveyor) = 95/110 x 100% = 86,36%
Rata-rata persentase = 84,32% (baik sekali)

Petunjuk manual mutu sudah memuat garis besar kebijakan-kebijakan


Sistem Manajemen Mutu yang digunakan kontraktor untuk memastikan
konsistensi penerapan Sistem Manajemen Mutu secara umum yang berpengaruh
pada pelaksanaan proyek. Rencana mutu proyek merupakan dokumen yang
menjelaskan implementasi Sistem Manajemen Mutu di dalam mengelola suatu
proyek konstruksi, meliputi sasaran mutu proyek, data umum proyek, struktur
organisasi proyek, jadwal pelaksanaan proyek, bagan alir proses, daftar instruksi
kerja, rencana inspeksi dan tes.

Dokumen pendukung Sistem Manajemen Mutu pada proyek sangat penting


karena memberikan informasi implementasi kegiatan Sistem Manajemen Mutu
pada proyek secara konsisten. Dokumen pendukung Sistem Manajemen Mutu
tersebut terdiri dari instruksi kerja, gambar, dan spesifikasi.

Pengendalian data dan dokumen yang masuk diterima oleh administrasi


proyek, kemudian diberi stempel distribusi sesuai dengan syarat ISO 9001,

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


selanjutnya diteruskan kepada Site Manager. Site Manager memeriksa maksud
dan tujuan dokumen yang masuk agar dapat diidentifikasi pada pihak-pihak
terkait, baik itu for action maupun for information. Dokumen for information
pada stempel distribusi diberi paraf, sedangkan dokumen for action digandakan
oleh administrasi kemudian diberikan pada yang bersangkutan dan dokumen asli
diberi stempel terkendali, selanjutnya disimpan menjadi dokumen terkendali.

Pengendalian dokumen dan data yang diterbitkan oleh proyek


menggunakan RFI (Request Form Information) sebagai pengantar dokumen
tersebut. Semua tim wajib membuat draf surat apabila akan memberikan dokumen
ke pihak luar. Hal ini harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Site
Manager. Apabila sudah diperiksa dan disetujui, maka administrasi proyek harus
memberi nomor surat dan mencatatnya ke dalam form dukumen keluar sebelum
dikirimkan dengan surat pengantar dokumen.

2.4.2 Tanggung Jawab Manajemen

Tabel 2.4.2 Rekap Responden Tanggung Jawab Manajemen PT Waskita Karya

*) BS = Baik Sekali, B = Baik, S = Sedang, BR = Buruk, BRS = Buruk Sekali

Perhitungan persentase ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Hasil wawancara 9 pertanyaan menghasilkan nilai tertinggi 45, yaitu jumlah


pertanyaan x skor tertinggi = 9 x 5 = 45.

b. Persentase implementasi dihitung dengan skala rating sebagai berikut:

Responden I (Site Manager) = 45/45 x 100% = 100,00%


Responden II (Pelaksana Proyek) = 33/45 x 100% = 73,33%
Responden III (Quality Control) = 44/45 x 100% = 97,78%
Responden IV (Quantity Surveyor) = 44/45 x 100% = 97,78%
Rata-rata persentase = 92,22% (baik sekali)

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


Tanpa adanya komitmen dari manajemen, implementasi Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001pasti akan sulit terlaksana. Komitmen manajemen dapat terlihat
dari adanya visi, misi, kebijakan mutu, dan sasaran mutu kontraktor yang
berpengaruh pada pelaksanaan proyek. Adanya rapat manajemen seminggu sekali
serta tinjauan manajemen pusat yang datang ke proyek setiap dua minggu sekali
menunjukkan komitmen manajemen terhadap persyaratan mutu dari pihak owner.

Fokus pelanggan dapat dilihat dari adanya rapat bersama dengan pihak
owner serta menindaklanjuti keluhan owner sesuai permintaan, baik dari segi
mutu maupun waktu. Selain itu, adanya kuesioner kepuasan owner juga
menunjukkan bagaimana fokus pelanggan begitu diimplementasikan oleh PT
Waskita Karya.

Pada pelaksanaannya di proyek, pembagian tugas dan tanggung jawab


sesuai dengan struktur organisasi proyek. Masing-masing personil harus mengerti
dan paham akan pentingnya mutu serta fungsinya. Masing-masing personil juga
harus mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan uraian tugas dan tanggung
jawabnya.

2.4.3 Manajemen Sumber Daya

Tabel 2.4.3 Rekap Responden Manajemen Sumber Daya PT Waskita Karya

*) BS = Baik Sekali, B = Baik, S = Sedang, BR = Buruk, BRS = Buruk Sekali

Perhitungan persentase ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Hasil wawancara 14 pertanyaan menghasilkan nilai tertinggi 70, yaitu jumlah


pertanyaan x skor tertinggi = 14 x 5 = 70.

b. Persentase implementasi dihitung dengan skala rating sebagai berikut:

Responden I (Site Manager) = 60/70 x 100% = 85,71%

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi


Responden II (Pelaksana Proyek) = 48/70 x 100% = 68,57%
Responden III (Quality Control) = 56/70 x 100% = 80,00%
Responden IV (Quantity Surveyor) = 61/70 x 100% = 87,14%
Rata-rata persentase = 80,36% (baik sekali)

Dalam mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu, diperlukan sumber


daya manusia yang memadai. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan seleksi penerimaan karyawan yang ketat dan mengadakan pelatihan
secara periodik. Evaluasi kinerja staf dilakukan oleh Site Manager untuk
mengetahui kinerja staf dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab selama
pelaksanaan proyek.

Setiap karyawan yang mendapatkan tugas di proyek merupakan personil


yang terkualifikasi dan sudah mendapat pelatihan tentang Sistem Manajemen
Mutu yang akan menjadi tanggung jawabnya. Analisis kebutuhan personil
dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan pada proyek. Kebutuhan pelatihan
rutin untuk karyawan dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai dan menjadi
tanggung jawab perusahaan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu hal yang sangat
penting di dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Pendataan pekerjaan yang
berisiko terjadinya kecelakaan kerja dilakukan untuk mencegah kejadian yang
tidak diinginkan. Selain itu, dilakukan inspeksi K3 secara rutin untuk memantau
pekerjaan yang berisiko tersebut. Pengadaan alat-alat K3 di proyek juga
merupakan suatu antisipasi untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja.

2.4.4 Realisasi Produk

Tabel 2.4.4 Rekap Responden Realisasi Produk PT Waskita Karya

*) BS = Baik Sekali, B = Baik, S = Sedang, BR = Buruk, BRS = Buruk Sekali

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


Perhitungan persentase ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Hasil wawancara 58 pertanyaan menghasilkan nilai tertinggi 290, yaitu jumlah


pertanyaan x skor tertinggi = 58 x 5 = 290.

b. Persentase implementasi dihitung dengan skala rating sebagai berikut:

Responden I (Site Manager) = 276/290 x 100% = 95,17%


Responden II (Pelaksana Proyek) = 221/290 x 100% = 76,21%
Responden III (Quality Control) = 261/290 x 100% = 90,00%
Responden IV (Quantity Surveyor) = 268/290 x 100% = 92,41%
Rata-rata persentase = 88,45% (baik sekali)

Sebelum pelaksanaan proyek, Project Manager harus membuat rencana


mutu proyek dengan berpedoman pada data umum proyek kemudian meminta
persetujuan dari pihak direksi agar rencana mutu proyek tersebut sesuai dengan
persyaratan Sistem Manajemen Mutu sebagai tahapan perencanaan dan
pengembangan pelaksanaan proyek. Dokumen rencana mutu proyek merupakan
dokumen yang menjelaskan implementasi Sistem Manajemen Mutu dalam
mengelola suatu proyek konstruksi agar menghasilkan produk yang sesuai dengan
persyaratan.

Isi dari rencana mutu proyek disesuaikan dengan besar kecilnya proyek.
Pembuatan dan pengendalian waktu proyek dengan menggunakan time schedule.
Seluruh aktivitas proyek seperti schedule mingguan, schedule material, schedule
kebutuhan tenaga kerja, dan schedule peralatan berpedoman pada time schedule
pada proyek yang dibuat oleh Site Manager. Instruksi kerja menjadi pedoman
dalam melaksanakan setiap item pekerjaan di proyek.

Pengadaan barang dan jasa di proyek dimulai dengan pembuatan surat


permohonan pembelian barang oleh logistik proyek yang kemudian diserahkan
kepada logistik kantor pusat sesuai dengan kebutuhan. Logistik kantor pusat
melakukan seleksi dan negosiasi dengan beberapa supplier. Kemudian, logistik
kantor pusat membuat formulir purchasing order untuk supplier yang telah lolos
seleksi sekaligus digunakan untuk memesan material.

Penentuan subkontraktor diawali dengan penawaran pekerjaan dari


subkontraktor tersebut kemudian diseleksi dan dinegosiasi oleh Site Manager.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


Setelah mencapai kesepakatan, dibuatlah kontrak kerja atau Surat Perintah Kerja
(SPK).

Daftar kebutuhan alat kerja dibuat sesuai kebutuhan proyek. Alat-alat kerja
yang dipakai merupakan alat-alat yang sudah sesuai dengan standarisasi. Hal ini
dibuktikan dengan adanya daftar pelaksanaan peralatan dan checklist operasi
pemeliharaan harian.

Pengendalian biaya proyek dimulai dengan membuat rencana cashflow


proyek dan pembuatan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP). Termasuk adanya
list pengendalian bahan dan list pengendalian upah yang merupakan suatu data
yang digunakan dalam pengendalian biaya proyek.

Persetujuan progress pekerjaan diawali dengan laporan progress supervisor


pada Quantity Surveyor untuk kemudian disiapkan data realisasi progress yang
akan disampaikan pada Site Manager. Site Manager bersama supervisor
melakukan pemeriksaan untuk memastikan kesesuaian hasil di lapangan dengan
data realisasi progress, kemudian Site Manager mengajukan hasil pekerjaan
dengan perantara RFI kepada pihak pemberi tugas.

Pembayaran upah kerja di proyek dilakukan dengan membuat realisasi


pembayaran setiap subkontraktor, kemudian dibuat rekapitulasi pembayaran.
Pengendalian realisasi pembayaran dari setiap subkontraktor dibuat rekapitulasi
pembayaran upah kerja atau opname.

Pada pelaksanaan proyek, pengendalian gambar (shop drawing, revisi


gambar, dan as build drawing) sudah diterapkan secara maksimal karena perlu
adanya dokumentasi data kebutuhan gambar, schedule pembuatan gambar dan
monitoring gambar di proyek. Proses interaksi antara kontraktor dengan owner
dilakukan dengan form RFI dan dibuat monitoring-nya untuk kelancaran
pelaksanaan proyek.

Penanganan pekerjaan tambah kurang, yaitu dari Site Manager menerima


permintaan pekerjaan dari pihak pemberi tugas melalui site contruction untuk
dituliskan di dalam form potential change order. Quantity Surveyor membuat
analisis perubahan anggaran yang diberikan pada Site Manager untuk kemudian
diperiksa, selanjutnya dicatat sesuai dengan catatan potential change order dan
memverifikasinya, kemudian diserahkan pada project manager. Setelah disetujui

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


project manager, Site Manager menuliskannya ke dalam form variation order.
Pihak pemberi tugas menerima form variation order untuk diperiksa dan
disetujui, kemudian diserahkan kembali kepada project manager/Site Manager
untuk ditindak lanjuti.

2.4.5 Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan

Tabel 2.4.5 Rekap Responden Pengukuran, Analisis, dan Peningkatan

*) BS = Baik Sekali, B = Baik, S = Sedang, BR = Buruk, BRS = Buruk Sekali

Perhitungan persentase ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Hasil wawancara 22 pertanyaan menghasilkan nilai tertinggi 110, yaitu jumlah


pertanyaan x skor tertinggi = 22 x 5 = 110.

b. Persentase implementasi dihitung dengan skala rating sebagai berikut:

Responden I (Site Manager) = 93/110 x 100% = 84,55%


Responden II (Pelaksana Proyek) = 85/110 x 100% = 77,27%
Responden III (Quality Control) = 104/110 x 100% = 94,55%
Responden IV (Quantity Surveyor) = 93/110 x 100% = 84,55%
Rata-rata persentase = 85,23% (baik sekali)

Elemen ini dapat membantu dalam mencapai target mutu yang ditetapkan
oleh owner. Hal ini dilakukan dengan cara setiap penyimpangan yang terjadi pada
pelaksanaan proyek dapat dengan segera diatasi. Pengendalian produk yang tidak
sesuai serta tindakan perbaikan dan pencegahan bertujuan agar semua produk
(barang dan jasa) yang akan diserahkan ke pelanggan adalah produk yang sudah
memenuhi spesifikasi. Selain itu, dilakukan audit mutu internal agar setiap
keluhan pelanggan dapat ditangani sampai tuntas dan tidak terulang kembali.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


Evaluasi supplier dan subkontraktor di proyek juga dilakukan untuk
mendapatkan produk/jasa yang bermutu dan sesuai dengan standar. Hasil evaluasi
tersebut didokumentasikan pada daftar subkontraktor/supplier yang terseleksi.
Apabila terjadi penyimpangan pada produk, maka diterbitkan laporan
ketidaksesuaian dan langkah perbaikan produk untuk mencegah penyimpangan
yang sama.

Pengukuran kepuasan pelanggan pada proyek dilakukan dengan membuat


daftar pertanyaan kepuasan pelanggan kepada pihak owner, kemudian hasilnya
dievaluasi oleh pihak manajemen. Keluhan pelanggan pada pelaksanaan proyek
diterima oleh Site Manager untuk dituliskan ke dalam form keluhan pelanggan,
untuk kemudian dievaluasi dengan staf terkait dalam upaya melakukan perbaikan.

Pengendalian produk yang tidak sesuai pada proyek dimulai dengan


permohonan dari Site Manager kepada pihak pemberi tugas untuk melakukan
inspeksi produk, kemudian dievaluasi kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
persyaratannya. Apabila terjadi ketidaksesuaian, dituliskan ke dalam form
ketidaksesuaian, kemudian dilakukan tindakan koreksi dengan metode yang tepat
sebagai tindakan perbaikan.

2.5 Faktor-Faktor Kendala Implementasi Sistem Manajemen Mutu di Proyek PT


Waskita Karya

Terdapat faktor-faktor kendala yang dapat mempengaruhi nilai implementasi


Sistem Manajemen Mutu pada proyek. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:

c. Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia)

Faktor tenaga kerja berperan besar dalam implementasi Sistem Manajemen


Mutu. Apabila dalam suatu perusahaan sumber daya manusia tidak dapat bekerja
dengan efektif, maka dalam penilaian Sistem Manajemen Mutu akan sangat
berpengaruh besar.

d. Mesin/Alat

Mesin/alat merupakan sarana pendukung tenaga kerja dalam melaksanakan


sebuah sistem. Dalam hal ini ketersediaan mesin/alat dapat mendukung tenaga kerja

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


dalam melaksanakan sebuah pekerjaan. Kurangnya ketersediaan mesin/alat yang
diperlukan dan kurangnya kualitas mesin/alat yang digunakan tentunya akan
menghambat pelaksanaan proyek dan mengurangi mutu konstruksi yang dihasilkan.
Maka dalam penilaian Sistem Manajemen Mutu akan sangat berpengaruh besar.

e. Metode/Prosedur

Metode/prosedur yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan dalam


melaksanakan suatu pekerjaan, merupakan hal yang mendukung tercapainya standar
mutu untuk kepuasan pelanggan. Apabila perusahaan tidak memiliki prosedur yang
jelas dalam melaksanakan pekerjaan ataupun adanya penyimpangan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan, maka akan mengurangi penilaian Sistem Manajemen
Mutu.

f. Form

Form berguna untuk mencatat semua aktifitas perusahaan dalam melakukan


suatu pekerjaan. Form ini merupakan standar dari suatu perusahaan yang
menerapkan standar manajemen mutu dalam organisasinya.

g. Uang/Biaya

Uang/biaya sangat berperan penting dalam melaksanakan suatu pekerjaan.


Apabila suatu perusahaan tidak mempunyai uang/biaya yang cukup, maka aktifitas
pekerjaan termasuk pengendalian mutu yang dilakukan tidak akan berlangsung
dengan lancar.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Penerapan Sistem Manajemen Mutu dalam suatu proyek konstruksi bukanlah


merupakan beban bagi proyek. Melainkan sebaliknya, Sistem Manajemen Mutu dapat
mengurangi biaya proyek dan memperlancar pekerjaan proyek tentunya dengan cara
pencegahan dan pengawasan secara dini. Sistem Manajemen Mutu merupakan dasar
sebagai usaha untuk mencapai kualitas sesuai yang direncanakan. Penerapan Sistem
Manajemen Mutu, dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain :

a. Penyimpangan proyek dapat ditekan serendah mungkin.


b. Pengadaan material dan peralatan lebih efisien dan akurat.
c. Tidak terjadi pengulangan pekerjaan (rework).
d. Biaya proyek dapat ditekan serendah mungkin tanpa mengabaikan mutu.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai salah satu kontraktor BUMN di


Indonesia sudah menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang baik sekali di setiap
proyeknya. Perusahaan kontraktor ini juga sudah bersertifikat ISO 9001:2015.
Meskipun begitu, tidak semua kontraktor di Indonesia sudah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari masih seringnya terjadi
kegagalan pada pelaksanaan proyek konstruksi yang salah satu penyebabnya karena
tidak diterapkan suatu Sistem Manajemen Mutu yang baik.

3.2 Saran

Dari pembahasan pada makalah ini, penulis dapat memberikan beberapa saran
antara lain:

1. PT Waskita Karya sudah baik dalam implementasi Sistem Manajemen Mutu.


Namun, tingkat persentase masih belum mencapai 100% karena disebabkan
beberapa faktor kendala yang sudah dijelaskan dalam pembahasan. Untuk
kedepannya kendala tersebut agar dapat diatasi, sehingga pada proyek-proyek PT
Waskita Karya yang akan datang dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


Mutu sepenuhnya sesuai dengan standar agar menjadi contoh bagi kontraktor-
kontraktor lain di Indonesia.

2. Sistem Manajemen Mutu mempunyai pengaruh besar terhadap proses pekerjaan


konstruksi, dengan demikian diharapkan semua perusahaan konstruksi di Indonesia
dapat menerapkannya dengan baik di setiap proyeknya. Untuk meningkatkan
penerapan Sistem Manajemen Mutu, perlu adanya peningkatan pemahaman konsep
sistem mutu yang bisa juga diintegrasikan dengan sistem K3 dan lingkungan, serta
sistem mutu jangan hanya dianggap sistem dokumentasi saja. Selain itu, perlu juga
adanya pemberian motivasi dan penghargaan bagi karyawan yang sudah menerapkan
sistem mutu yang baik.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |


DAFTAR PUSTAKA

Redi, A.A.N.P & Putra, I Nyoman Mardika (2021). ISO 9001:2015 Pengantar Standar
Manajemen Mutu. Website Magister Teknik Industri Bina Nusantara.
https://mie.binus.ac.id/2021/04/07/iso-90012015-pengantar-standar-manajemen-
mutu/

Ahmad, H.H. (2008). Penerapan Standar SIstem Manajemen Mutu (ISO) 9001:2000 Pada
Proyek Konstruksi (Studi Kasus Proyek Rumah Susun UNUD Jimbaran-PT Waskita
Karya. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana

Anonimus. (2008). Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan SNI ISO 9001:2008. Badan
Standarisasi Nasional.

Nevidson Chatam. (1997). Mendokumentasikan Manajemen Mutu. Andi, Yogyakarta

Nugroho, M.S., Bisri, M., & Anwar, M.R. (2012). Kajian Terhadap Implementasi
Manajemen Mutu pada Pengelolaan Proyek Perumahan. Jurnal Rekayasa Sipil, 6(2),
134-143.

Budihardja, S., & Indryani, R. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Terhadap Biaya Mutu pada Proyek Konstruksi Gedung di Surabaya. Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII, Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 7
Agustus 2010, 1–7.

Artha, P. G. B., Adnyana, I. B. R., & Widhiawati, I. A. R. (2013). Implementasi Sistem


Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 pada Proyek Alaya Resort Ubud. Jurnal Ilmiah
Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, 2(1), 1-8.

Tugas Besar 1 Sistem Manajemen Mutu Konstruksi |

Anda mungkin juga menyukai