MODUL 1
PERATURAN
PERUNDANGAN DAN
KEBIJAKAN
PENDAHULUAN
PENUTUP
2
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
1. Swakelola
2. Tradisional
5. dan lain-lain
Faktor-Faktor yang menjadi Pertimbangan dalam
Pemilihan Sistem Penyelenggaraan Proyek
1. Pengalaman
2. Saran dari Konsultan
3. Pembiayaan
4. Sumber Daya yang dimiliki
Fase Konstruksi
Investasi Infrastruktur : Rp 157,8 triliun
Nilai Tambah : Rp 186,4 triliun
Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi : 1,28%
Fase Operasional
Investasi Infrastruktur : Rp 92,3 triliun
Nilai Tambah : Rp 94,8 triliun
Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi : 0,65%
Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional
versi_9.1 27
3.2 Sumber Daya Konstruksi
Material,
Peralatan dan
RANTAI PASOK
Kebijakan Umum Pemerintah dalam Pengadaan
Barang/Jasa
• Profesionalisme
3.3 Percepatan Pelaksanaan Konstruksi
TUJUAN
Untuk memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing
tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas; mewujudkan tertib
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa.
34
Tujuan Undang-Undang Jasa Konstruksi
• Keseimbangan
• Profesionalitas
• Kemandirian
• Keterbukaan
• Kemitraan
• Berwawasan Lingkungan
Pendefinisian
Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
Pekerjaan Konstruksi terintegrasi merupakan gabungan antara Pekerjaan Konstruksi dan jasa
Konsultansi Konstruksi
Layanan Usaha
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
38
Penyelenggaraan Usaha
Jasa Konstruksi (psl 38)
• Dikerjakan sendiri (Swakelola)
• Melalui pengikatan Jasa Kontruksi antara 2 (dua)
pihak yaitu Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa
40
• Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya
dalam keadaan tertentu.
b. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;
e. Kondisi tertentu.
41
Pengadaan langsung dilakukan untuk paket
dengan nilai tertentu
42
Jaminan-jaminan (psl 57)
• Dalam pemilihan Penyedia Jasa ,Penyedia Jasa menyerahkan jaminan kepada
Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam
dokumen pemilihan Penyedia Jasa.
a. jaminan penawaran;
b. jaminan pelaksanaan;
c. jaminan uang muka;
d. jaminan pemeliharaan; dan/atau
e. jaminan sanggah banding.
43
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN,
DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
• Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan. (psl 59)
• Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit
meliputi :
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
44
Kegagalan Bangunan
psl 60
Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana
dimaksud diatas , Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak
yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan
45
PENYELESAIAN SENGKETA
psl 88
• Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip
dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan
• Dalam hal musyawarah para pihak tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para
pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi.
• Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi:
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase
● Selain upaya penyelesaian sengketa para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak
46
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2000
TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
47
PEMILIHAN PENYEDIA JASA
• Pemilihan penyedia jasa yang meliputi perencana konstruksi, pelaksana
konstruksi, dan pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dapat dilakukan
dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung,
atau penunjukan langsung
Psl 13 (1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan mengikuti tata cara pemilihan
pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi secara
terintegrasi adalah pekerjaan yang : a. bersifat kompleks;
b. memerlukan teknologi tinggi;
c. mempunyai risiko tinggi; dan
d. memiliki biaya besar
• (2) Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi.
Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum ,merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua
risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah
49
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Tentang Jasa Konstruksi
53
Ketentuan Umum
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang / Jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/
Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Pekerjaan Konstruksi adalah pekerjaan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu
bangunan
• Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah
• Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggUnaan anggaran
• Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya ‘disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/ KPA untuk mengambil keputusan dan/ atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran be1anja negara/anggaran
belanja daerah
• Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit
kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa.
• Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian
atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan
55
Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber
daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia.
Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
56
Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK.
Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing adalah tata cara
pembelian barang/jasa rnelalui sistem katalog elektronik
meliputi:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya
a. Swakelola; dan/atau
b. Penyedia
58
Tujuan Pengadaan Barang/Jasa
60
4.3 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12/PRT/M/2017
TENTANG
STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
TERINTEGRASI RANCANG DAN BANGUN (DESIGN AND BUILD )
a. persiapan pengadaan, mengatur tentang kriteria dan persyaratan, penetapan HPS dan
Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’s Requirements), dan metode pemilihan;
Kriteria yang harus ditepati dalam menetapkan fasilitas infrastruktur yang akan
dibangun menggunakan metode Terintegrasi Rancang dan Bangun:
Namun dari sisi kelemahan yang sering dialami dalam pelaksanaan pengadaan Design &
Build adalah belum mengoptimalkan peran konsultan untuk membantu proses pengadaan.
Padahal dalam tahapan penyusunan dokumen pengadaan, evaluasi pengadaan dan
monitoring kontrak, Pokja ULP dan PPK bisa memaksimalkan peran dan kemampuan
konsultan.
Dalam seleksi konsultannya sebenarnya mudah, tinggal syaratkan konsultan yang punya
pengalaman mengelola pekerjaan Design & Build. PPK dan Pokja UKPBJ semestinya
bertindak sebagai "employee atau owner" jangan bertindak seperti pelaksana proyek,
sehingga jelas resiko teknis sebenarnya ada di konsultan dan kontraktor. Jangan seperti
sekarang, apapun kesalahannya, PPK dan Pokja UKPBJ yang harus menanggung resiko.
Sekian
TERIMA KASIH