Anda di halaman 1dari 72

PENYUSUNAN KURIKULUM DAN

MODUL PELATILAN PELAKSANAAN


KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI
TERINTEGRASI RANCANG DAN
BANGUN

MODUL 1

PERATURAN
PERUNDANGAN DAN
KEBIJAKAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DATA AIR DAN KONSTRUKSI
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

PROJECT DELIVERY SYSTEM

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

STANDARD DAN PEDOMAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


TERINTEGRASI RANCANG DAN BANGUN

PENUTUP

2
1. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan ini menjelaskan Peraturan Perundangan dan


Kebijakan yang terkait dengan Pelaksanaan Kontrak Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun.
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti 1. Peserta mampu menjelaskan


pembelajaran mata pelatihan tentang Sistem
ini, para peserta pelatihan Penyelenggaraan Proyek.
(Project Delivery System)
diharapkan mampu memahami
peraturan perundangan yang 2. Peserta mampu menjelaskan
tentang kebijakan pengadaan
terkait Sistem Kontrak
barang jasa pemerintah.
Pekerjaan Konstruksi
3. Peserta mampu mengerjakan
Terintegrasi Rancang dan
dan mengoperasionalkan
Bangun.
standar dan pedoman
pengadaan barang jasa
khususnya pada Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi
Rancang dan Bangun.
POKOK BAHASAN
1. Sistem Penyelenggaraan Proyek/
Delivery System (PDS)
a.Swakelola (owner-provided delivery)
b.Tradisional (design bid build/DBB)
c.Rancang Bangun (design build/DB)
d. Engineering Procurement Construction (EPC

2. Kebijakan Pengadaan Barang Jasa


Pemerintah
a. Peran Pengadaan Barang/ Jasa dalam
Pembangunan
Indonesia
b. Sumber Daya Konstruksi
c. Percepatan Pelaksanaan Konstruksi
3. Standard dan Pedoman Pelaksanaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun
a. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang
Jasa Konstruksi
b. Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
c. Peraturan Menteri PUPR tentang Pekerjaan Konstruksi
Terintegrasi Rancang dan Bangun.
6
2. SISTEM PENYELENGGARAAN PROYEK
2.1 Pengertian

Sistem Penyelenggaraan Proyek atau Project Delivery System (PDS)


adalah suatu sistem di mana suatu proyek diorganisir dari konsep
dasar yang diberikan pemilik proyek (owner) hingga terwujud menjadi
bangunan fisik yang diharapkan. Sistem ini berfungsi sebagai kerangka
kerja bagi orang-orang dan organisasi yang terlibat dalam proyek.
Jenis-Jenis Sistem Penyelenggaraan Proyek

1. Swakelola
2. Tradisional

3. Rancang dan Bangun


4. Engineering Procurement Construction (EPC)

5. dan lain-lain
Faktor-Faktor yang menjadi Pertimbangan dalam
Pemilihan Sistem Penyelenggaraan Proyek

1. Pengalaman
2. Saran dari Konsultan

3. Pembiayaan
4. Sumber Daya yang dimiliki

5. Preferensi atau Keinginan Pemilik Proyek itu sendiri


2.2 Swakelola (Owner Provided Delivery)

Jenis proyek di mana semua pekerjaan yang meliputi perancangan


dan pelaksanaan dilakukan oleh pemilik proyek (owner). Jenis ini dapat
dipilih jika pemilik proyek memiliki keahlian, pengalaman, dan sumber
daya yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilakukan.

Pemilik proyek dapat dibantu oleh ahli atau konsultan perancangan


dalam melakukan perancangan. Sama halnya dengan saat
pelaksanaan pemilik proyek dapat mengelola beberapa sub-kontraktor
untuk pekerjaan-pekerjaan spesifik tertentu.
2.3 Tradisional/Konvensional (Design Bid Build)

Jenis penyelenggaraan proyek yang paling umum dan paling dikenal di


Indonesia saat ini. Jenis penyelenggaraan proyek ini paling banyak
diaplikasikan di dunia konstruksi karena kejelasan peran-peran yang
dipegang oleh masing-masing pihak yang terlibat.

Pembagian tugasnya sederhana yaitu pengguna jasa menugaskan ke


penyedia jasa untuk melaksanakan suatu pekerjaan saja.
Perencanaan untuk pekerjaan tersebut sudah dibuat sebelumnya oleh
pihak lain sehingga pihak pelaksana hanya tinggal melaksanakannya
sesuai kontrak.
Tradisional/Konvensional (Design Bid Build)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)


sebagai penyelenggara pekerjaan infrastruktur secara umum menerapkan
metode konvensional DBB untuk melaksanakan pekerjaan infrastruktur ke
PUPR an.

Penyelesaian proyek dengan metode ini cenderung memerlukan waktu


yang cukup lama. Hal ini karena seluruh pekerjaan desain harus
diselesaikan terlebih dahulu sebelum dimulainya proses pengadaan
kontrak konstruksi. Selain itu, dengan metode konvensional DBB, pemilik
proyek memiliki risiko yang cukup besar terhadap permintaan perubahan
pekerjaan dan klaim dari kontraktor.
Tradisional/Konvensional (Design Bid Build)

Keleluasaan dalam perubahan desain dan pekerjaan pada metode


DBB berdampak pada pembengkakan biaya, kerja ulang, kerja tambah
dan penyelesaian pekerjaan yang kerap tidak tepat waktu. Bahkan,
pada beberapa kasus dapat menyebabkan hubungan kerja di antara
pengguna jasa dan penyedia jasa menjadi tidak kondusif sehingga
mengurangi efisiensi penyelesaian pekerjaan.
2.4 Rancang Bangun (Design Build)

Jenis penyelenggaraan proyek di mana pekerjaan perancangan dan


pelaksanaan dilakukan secara terintegrasi oleh penyedia jasa (konsultan
dan kontraktor).

Keuntungan dari metode ini adalah percepatan waktu penyelesaian


proyek secara signifikan karena proses perancangan dan pelaksanaan
sudah terintegrasi. Biasanya proses pelaksanaan bahkan sudah bisa
dimulai tanpa harus menunggu proses perancangan secara keseluruhan
selesai terlebih dahulu (overlap).
Rancang Bangun (Design Build)

Berdasarkan Permen PUPR No. 12 Tahun 2017 yang mengatur


tentang penerapan penyelenggaraan proyek metode Rancang Bangun
di Indonesia, jenis pembayaran yang diizinkan dalam penggunaan
metode ini hanya berupa jenis Lump Sum, sehingga nilai kontrak tidak
boleh berubah. Hal ini akan mengurangi risiko pada pengguna jasa
karena tidak seperti pada kontrak konvensional atau swakelola,
perubahan desain dan perubahan pekerjaan akan terminimalisasi
sehingga pembengkakan biaya, kerja ulang, kerja tambah, klaim, dan
litigasi dapat ditekan seminimal mungkin.
Rancang Bangun (Design Build)

Untuk mencapai target yang diinginkan, kompetensi penyedia jasa


menjadi sangat krusial karena penyedia jasa bertanggung jawab
terhadap semua proses pelaksanaan kontrak mulai dari proses
perancangan sampai proses pelaksanaan. Sehingga proses
pengadaan dan pemilihan penyedia jasa harus diperhatikan dengan
baik oleh pengguna jasa agar terhindar dari penyedia jasa yang
melakukan penawaran dengan tidak wajar.
2.5 Engineering Procurement Construction (EPC)

Jenis penyelenggaraan proyek ini mirip dengan jenis rancang bangun di


mana seluruh proses pelaksanaan sistem kontrak terintegrasi dan pada
umumnya banyak digunakan pada pembangunan berskala besar seperti
proyek infrastruktur, pekerjaan-pekerjaan di bidang industri minyak, gas bumi,
petro kimia dan pembangkit listrik.

Kontrak pada sistem penyelenggaraan proyek EPC terintegrasi satu sama


lain dan setiap pihak memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai dengan
batasan pekerjaan yang telah disepakati. Di dalam kontrak EPC terdapat
penilaian terhadap penyelesaian seluruh pekerjaan dan juga kinerja
(performance) dari pekerjaan tersebut.
Engineering Procurement Construction (EPC)

Penyedia Jasa akan menerima Kerangka Acuan Kerja (Term Of


Reference/TOR) dari pengguna jasa untuk konstruksi yang akan
dibangun. Mulai dari Perencanaan (Engineering) dilanjutkan dengan
proses pengadaan (Procurement) sampai dengan pembangunannya
(Construction) menjadi tanggungjawab penyedia jasa. Hasil pekerjaan
akan dinilai apakah kinerjanya (performance) sesuai dengan TOR yang
telah ditentukan.
3. KEBIJAKAN
PENGADAAN BARANG DAN
JASA
3.1 Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional

Jasa Konstruksi : Salah Satu Bidang Usaha yang paling banyak


diminati oleh berbagai tingkatan masyarakat.

Problematika : Peningkatan jumlah penggiat jasa konstruksi belum


diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerja yang baik.

Kualitas produk, ketepatan waktu pelaksanaan, efisiensi pemanfaatan


SDM, modal, dan teknologi belum benar-benar sesuai harapan.
Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional
Periode 2004-2013
Pertumbuhan Sektor Konstruksi : 7,35 %
Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap PDB : 8,79 %

Tahun 2016 Sektor Konstruksi menempati posisi ke-3 pendorong


pertumbuhan ekonomi Indonesia terbanyak (0,51%) setelah Sektor
Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan.

Fluktuasi pertumbuhan sektor konstruksi berbanding lurus dengan


fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Pembangunan Infrastruktur yang baik akan memaksimalkan


pertumbuhan ekonomi nasional.
Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional
2 Fase Pertumbuhan Ekonomi akibat Pembangunan Infrastruktur :
Fase Konstruksi dan Fase Operasional.

Fase Konstruksi
Investasi Infrastruktur : Rp 157,8 triliun
Nilai Tambah : Rp 186,4 triliun
Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi : 1,28%

Fase Operasional
Investasi Infrastruktur : Rp 92,3 triliun
Nilai Tambah : Rp 94,8 triliun
Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi : 0,65%
Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional

Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi di dalam Manajemen Proyek


tergantung pada dua faktor utama, yaitu Sumber Daya dan Fungsi
Manajemen.

Sumber Daya : Manusia, Uang, Peralatan, Material


Fungsi Manajemen : Kegiatan pengaturan sumber daya untuk
menghasilkan sesuatu.
Peran Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam Pembangunan Nasional

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dibutuhkan:


1. Klasifikasi Tenaga Ahli Konstruksi yang mempunyai kompetensi
tinggi dan mampu untuk bekerja baik sebagai perencana, pengawas
dan pelaksana;
2. Klasifikasi Tenaga Terampil untuk kegiatan konstruksi umum yang
mempunyai beberapa kompetensi pekerjaan trampil umum, sedangkan
kegiatan konstruksi khusus yang mempunyai spesialisasi kompetensi
tertentu;
3. Membutuhkan Tingkatan Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia
yang dapat membedakan kemampuan menangani kompleksitas suatu
jenis pekerjaan konstruksi;
4. Standarisasi Klasifikasi, Kualifikasi dan Nomenklatur Tenaga
Kerja Konstruksi, sehingga memudahkan calon pengguna jasa untuk
menentukan kebutuhan Tenaga Kerja Kontruksi berdasarkan
karakteristik pekerjaan konstruksi yang akan dibangun.
KEBIJAKAN
Pengadaan Barang/Jasa
MENINGKATKAN KUALITAS PERENCANAAN
1 PENGADAAN BARANG/JASA

MELAKSANAKAN PENGADAAN BARANG/JASA YANG


2 LEBIH TRANSPARAN,TERBUKA DAN KOMPETITIF

MEMPERKUAT KAPASITAS KELEMBAGAAN DAN


3
SUMBER DAYA MANUSIA PENGADAAN BARANG/JASA

MENGEMBANGKAN E-MARKET PLACE PENGADAAN


4
BARANG/JASA

MENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN


5 KOMUNIKASI SERTA TRANSAKSI ELEKTRONIK

MENDORONG PENGGUNAAN BARANG/JASA DALAM


6 NEGERI DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
versi_9.1 26
KEBIJAKAN

MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA USAHA


7
MIKRO ,USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH
MENDORONG PELAKSANAAN PENELITIAN DAN
8
INDUSTRI KREATIF

9 MELAKSANAKAN PENGADAAN BERKELANJUTAN

versi_9.1 27
3.2 Sumber Daya Konstruksi

Meliputi : Kesiapan Material, Peralatan, Teknologi, Kemampuan Badan


Usaha Jasa Konstuksi, dan Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi.

Problematika : Kelangkaan Pasokan Material dan Peralatan,


Manajemen Konstruksi yang Kurang Baik, Kecacatan dalam Proses
Konstruksi.

UUJK No. 2 Tahun 2017 : Kegiatan Usaha Jasa Konstruksi harus


didukung dengan Usaha Rantai Pasok Sumber Daya Konstruksi
Sumber Daya Konstruksi

Material,
Peralatan dan

Teknologi penyelenggaraan konstruksi, serta


Kemampuan Badan Usaha Jasa Konstruksi dan

Kompetensi tenaga kerja konstruksi nasional

RANTAI PASOK
Kebijakan Umum Pemerintah dalam Pengadaan
Barang/Jasa

• Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri


• Kemandirian Industri Alutsista dan Almatsus Dalam Negeri

• Peningkatan Peran UMKM dan Kelompok Masyarakat


• Aspek Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Pelestariannya

• Peningkatan Penggunaan Teknologi Informasi


• Penyederhanaan Proses

• Profesionalisme
3.3 Percepatan Pelaksanaan Konstruksi

Presiden mengeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2015 tentang Percepatan


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah pada setiap Tahun Anggaran untuk
mempercepat pelaksanaan program pembangunan Pemerintah, guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
4. STANDAR DAN PEDOMAN
SISTEM KONTRAK PEKERJAAN
KONSTRUKSI TERINTEGRASI
RANCANG DAN BANGUN
4.1 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
tentang Jasa Konstruksi
1. UU No. 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
2. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3. PP No. 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan PP Nomor 54 tahun 2016 tentang
perobahan ketiga PP no 29 tahun 2000
4.PP No.28 Tahun 2000,tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dan PP No 4 Tahun 2010 tentang
perubahannnya
5. 4.PP No.90 Tahun 2010,tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
6. Perpres No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
7. Permen PU No 603/PRT/M/2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan
Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum
8. Permen PU No 6/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pemeriksaan
Konstruksi di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum
9. Peraturan Menteri PU No.15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat,
10. Permen PU No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
11. Peraturan Menteri PU Nomor 45/PRT/M/2015 tentang Pengembangan keprofesian berkelanjutan Tenaga Ahli
Konstruksi Indonesiai
12. Permen PU no 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum
13. Permen PU NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI dan perubahan ketiga Permen PUPR No 31 / PRT/M/2015
14. Permen PUPR No 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
15. Peraturan Menteri PU No.12/PRT/M/2017 tentang STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI TERINTEGRASI RANCANG DAN BANGUN ( DESIGN AND BUILD)
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 Jasa Konstruksi

Mengatur penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan

TUJUAN
Untuk memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing
tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas; mewujudkan tertib
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa.

34
Tujuan Undang-Undang Jasa Konstruksi

• Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan


struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang
berkualitas.
• Mewujudkan tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi.
• Menata sistem yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan meciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun
• Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik
• Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
Asas Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

• Kejujuran dan Keadilan


• Manfaat
• Kesetaraan
• Keserasian

• Keseimbangan

• Profesionalitas
• Kemandirian
• Keterbukaan
• Kemitraan

• Keamanan dan Keselamatan


• Kebebasan
• Pembangunan Berkelanjutan

• Berwawasan Lingkungan
Pendefinisian

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau


pekerjaan konstruksi
Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:

a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;


b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian,
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
Pekerjaan Konstruksi terintegrasi merupakan gabungan antara Pekerjaan Konstruksi dan jasa
Konsultansi Konstruksi
Layanan Usaha
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi

a. Rancang bangun; dan


b. Perekayasaan, Pengadaan, dan Pelaksanaan

Pekerjaan Konstruksi rancang bangun menunjukkan integrasi


penyediaan jasa antara pekerjaan Konstruksi dengan Konsultansi
Konstruksi yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, tetapi tidak mencakup proses pengadaan

38
Penyelenggaraan Usaha
Jasa Konstruksi (psl 38)
• Dikerjakan sendiri (Swakelola)
• Melalui pengikatan Jasa Kontruksi antara 2 (dua)
pihak yaitu Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa

Pemilihan Penyedia Jasa (psl 42) dengan cara :


- tender atau seleksi,
- pengadaan secara elektronik,

- penunjukan langsung, dan


- pengadaan langsung 39
Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya

Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa


Konsultansi.

●Tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi,


pascakualifikasi, dan tender cepat

• Pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang


sudah tercantum dalam katalog

40
• Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya
dalam keadaan tertentu.

Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal:

a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat;

b. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;

c. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan


negara;

d. Pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau

e. Kondisi tertentu.
41
Pengadaan langsung dilakukan untuk paket
dengan nilai tertentu

Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


yang bernilai paling banyak
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

42
Jaminan-jaminan (psl 57)
• Dalam pemilihan Penyedia Jasa ,Penyedia Jasa menyerahkan jaminan kepada
Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam
dokumen pemilihan Penyedia Jasa.

Jaminan terdiri atas:

a. jaminan penawaran;
b. jaminan pelaksanaan;
c. jaminan uang muka;
d. jaminan pemeliharaan; dan/atau
e. jaminan sanggah banding.

43
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN,
DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
• Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan. (psl 59)
• Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit
meliputi :
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
44
Kegagalan Bangunan
psl 60
Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana
dimaksud diatas , Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak
yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan

Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam


jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi dengan
jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
penyerahan akhir layanan JPasa Konstruksi

Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi


setelah jangka waktu yang telah ditentukan

Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti kerugian


dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan

45
PENYELESAIAN SENGKETA
psl 88

• Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip
dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan
• Dalam hal musyawarah para pihak tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para
pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam
Kontrak Kerja Konstruksi.
• Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi:
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase

● Selain upaya penyelesaian sengketa para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak
46
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2000
TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi ;


• pemilihan penyedia jasa,
• kontrak kerja konstruksi,
• penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
• kegagalan bangunan,
• penyelesaian sengketa,
• larangan persekongkolan, dan
• sanksi administratif

47
PEMILIHAN PENYEDIA JASA
• Pemilihan penyedia jasa yang meliputi perencana konstruksi, pelaksana
konstruksi, dan pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dapat dilakukan
dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung,
atau penunjukan langsung
Psl 13 (1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan mengikuti tata cara pemilihan
pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi secara
terintegrasi adalah pekerjaan yang : a. bersifat kompleks;
b. memerlukan teknologi tinggi;
c. mempunyai risiko tinggi; dan
d. memiliki biaya besar

(3) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan dengan syarat :


a. diumumkan melalui media massa, minimum 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi
b. jumlah penyedia jasa terbatas; dan
c. melalui proses prakualifikasi. 48
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
psl 20

• (2) Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi.

• (3) Kontrak kerja konstruksi dapat dibedakan berdasarkan :


a. Bentuk imbalan yang terdiri dari :
1) Lump Sum;
2) harga satuan
3) biaya tambah imbalan jasa;
4) gabungan Lump Sum dan harga satuan; atau
5) Aliansi

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum ,merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua
risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah
49
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 mengatur tentang Jasa Konstruksi yang


dikeluarkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan
untuk menghadapi dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan, Jasa Konstruksi


berperan pula untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai
industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi dan secara luas mendukung perekonomian nasional. Oleh karena
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menjamin ketertiban dan kepastian
hukum, maka perlu diterbitkan payung hukum.
Tahap Berikutnya untuk Pemenuhan atas
Syarat-Syarat Penggunaan Metode Terintegrasi
Rancang dan Bangun

1. Perekrutan Konsultan Manajemen Konstruksi


Konsultan MK akan membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan hal-hal
teknis secara detail sejak perencanaan, perancangan, pelaksanaan, sampai
serah terima.
2. Identifikasi Data Dasar Rancangan
Persiapan peta geologi teknis, data penyelidikan tanah, data RTRW, dll. untuk
membantu calon penawar dalam melakukan perancangan untuk penawaran.
3. Penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Dalam dokumen, HPS hanya disebutkan jumlah totalnya tanpa rincian.
Berbeda dengan pelelangan pola lain yang dokumen HPS nya memuat Bill Of
Quantity (BOQ). Biasanya HPS disamakan dengan pagu anggaran
Tahap Berikutnya untuk Pemenuhan atas
Syarat-Syarat Penggunaan Metode Terintegrasi
Rancang dan Bangun

4. Penyusunan Ketentuan Pengguna Jasa


Hal-hal yang harus dimuat dalam Ketentuan Pengguna Jasa. (Misalnya :
Pembangunan Gedung)
a.      Jumlah lantai
b.      Luas minimal per lantai
c.      Sertifikat Green Building level Platinum
d.      Volume recycle air hingga 50%
e.      Efisiensi energi hingga 60%
f.       Standar2 SNI
g.      Jumlah dan jenis tenaga ahli
h.      Izin, persyaratan lingkungan dan berbagai ketentuan pembangunan
lainnya
i.       Umur bangunan minimal 50 tahun
j.       Dan lain-lain
4.2 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2018
TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:

a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/ Lembaga/


Perangkat Daerah yangmenggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;

b. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari


APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada huruf a, termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya
bersurnber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam negeri
yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau

c. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari


APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada huruf a termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai
dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri

53
Ketentuan Umum

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang / Jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/
Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

Pekerjaan Konstruksi adalah pekerjaan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu
bangunan
• Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah
• Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggUnaan anggaran

• Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya ‘disingkat PPK adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/ KPA untuk mengambil keputusan dan/ atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran be1anja negara/anggaran
belanja daerah

• Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit
kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa.

• Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian
atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan

• Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang


bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-
purchasing..

55
Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber
daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia.

Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa

Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat RUP adalah


daftar rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/
Lembaga/ Perangkat Daerah.

E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa adalah pasar elektronik yang disediakan untuk


memenuhi kebutuhan barang/jasa pemerintah

Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi informasi


untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

56
Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK.

Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing adalah tata cara
pembelian barang/jasa rnelalui sistem katalog elektronik

Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya.

Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi .

• Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya adalah metode pemilihan


untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua rates juta rupiah).

• Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan


Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang
Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/ Pejabat
Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati
oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia.
57
Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden 16/2018

meliputi:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya

Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan secara terintegrasi

Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan cara:

a. Swakelola; dan/atau

b. Penyedia

58
Tujuan Pengadaan Barang/Jasa

a. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang


dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu,
biaya, lokasi, dan Penyedia;
b. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
c. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah;
d. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
e. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan
barang/jasa hasil penelitian;
f. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
g. Mendorong pemerataan ekonorni; dan
h. Mendorong Pengadaan Berkelanjutan
59
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA
a. PA;
b. KPA;
c. PPK;
d. Pejabat Pengadaan;
e. Pokja Pemilihan;
f. Agen Pengadaan;
g. PjPHP/PPHP;
h. Penyelenggara Swakelola; dan
i. Penyedia

60
4.3 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12/PRT/M/2017
TENTANG
STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
TERINTEGRASI RANCANG DAN BANGUN (DESIGN AND BUILD )
a. persiapan pengadaan, mengatur tentang kriteria dan persyaratan, penetapan HPS dan
Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’s Requirements), dan metode pemilihan;

b. pelaksanaan pemilihan Penyedia, mengatur tentang tahapan pemilihan, persyaratan


dan evaluasi kualifikasi, persyaratan dan evaluasi administrasi, persyaratan dan evaluasi
teknis, evaluasi biaya, dan ketentuan terkait jaminan;

c. persiapan Kontrak, mengatur tentang rapat persiapan penandatanganan Kontrak,


organisasi pelaksanaan Kontrak, pendapat ahli hukum Kontrak, dan alih pengalaman/
keahlian
d. pelaksanaan Kontrak, mengatur tentang penandatanganan Kontrak, serah terima lokasi
pekerjaan, perubahan kontrak, penyesuaian harga, pembayaran prestasi pekerjaan,
penjaminan mutu (Quality Assurance), keterlambatan, keadaan kahar, dan serah terima
pekerjaan

e. tanggung jawab kegagalan bangunan; dan


f. penyelesaian sengketa. 61
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun (Design and Build)

adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan


suatu bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya, dimana pekerjaan

Kerja Sama Operasi untuk Pekerjaan Konstruksi Rancang dan Bangun


(Design and Build) yang selanjutnya disingkat KSO adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih badan usaha penyedia layanan pekerjaan konstruksi dengan
penyedia layanan jasa konsultansi perencanaan konstruksi dimana masing-
masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan
aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko
usaha tersebut.

Harga Perkiraan Sendiri Pekerjaan Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design


and Build) yang selanjutnya disingkat HPS adalah harga perkiraan total nilai
pekerjaan yang berdasarkan pagu anggaran yang tersedia
Peraturan Menteri PUPR No. 12 Tahun 2017
tentang Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
Rancang dan Bangun

Kriteria yang harus ditepati dalam menetapkan fasilitas infrastruktur yang akan
dibangun menggunakan metode Terintegrasi Rancang dan Bangun:

1. Infrastruktur yang akan dibangun tersebut masuk dalam kategori


pekerjaan kompleks. (memiliki risiko tinggi, memerlukan teknologi tinggi,
menggunakan peralatan khusus, sulit mendefinisikan secara teknis bagaimana
cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan Barang/Jasa sesuai Perpres
No. 16 Tahun 2018)

2. Infrastruktur yang akan dibangun tersebut masuk dalam kategori


pekerjaan tertentu. (pekerjaan yang mendesak untuk segera dimanfaatkan)
Tahap Berikutnya untuk Pemenuhan atas
Syarat-Syarat Penggunaan Metode Terintegrasi
Rancang dan Bangun

1. Perekrutan Konsultan Manajemen Konstruksi


Konsultan MK akan membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan hal-hal
teknis secara detail sejak perencanaan, perancangan, pelaksanaan, sampai
serah terima.
2. Identifikasi Data Dasar Rancangan
Persiapan peta geologi teknis, data penyelidikan tanah, data RTRW, dll. untuk
membantu calon penawar dalam melakukan perancangan untuk penawaran.
3. Penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Dalam dokumen, HPS hanya disebutkan jumlah totalnya tanpa rincian.
Berbeda dengan pelelangan pola lain yang dokumen HPS nya memuat Bill Of
Quantity (BOQ). Biasanya HPS disamakan dengan pagu anggaran
Tahap Berikutnya untuk Pemenuhan atas
Syarat-Syarat Penggunaan Metode Terintegrasi
Rancang dan Bangun

4. Penyusunan Ketentuan Pengguna Jasa


Hal-hal yang harus dimuat dalam Ketentuan Pengguna Jasa.
(Contoh : Pembangunan Gedung)
a.  Jumlah lantai
b.  Luas minimal per lantai
c.  Sertifikat Green Building level Platinum
d.  Volume recycle air hingga 50%
e.  Efisiensi energi hingga 60%
f.   Standar2 SNI
g.  Jumlah dan jenis tenaga ahli
h.  Izin, persyaratan lingkungan dan berbagai ketentuan pembangunan
lainnya
i.   Umur bangunan minimal 50 tahun
j.   Dan lain-lain
Metode Pemilihan Jasa

Metode Pemilihan adalah Tender dengan metode evaluasi, yaitu:

1. Untuk pekerjaan kompleks Evaluasi Sistem Nilai dengan Ambang Batas,

2. Untuk pekerjaan tertentu


Evaluasi Sistem Gugur dengan Ambang Batas atau

Sistem Nilai dengan Ambang Batas,


Pelaksanaan Kontrak

Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam Pelaksanaan Kontrak :

1. Penandatanganan Kontrak, disahkan paling lambat 14 hari kerja setelah


Penyedia Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.

2. Serah Terima Lokasi Pekerjaan, sebelum SPMK diterbitkan.


3. Perubahan Kontrak, walaupun bersifat Lump Sum CCO dapat dilakukan
jika terdapat Perubahan Ketentuan Pengguna Jasa atas rekomendasi teknis
panitia peneliti pelaksanaan kontrak.

4. Penyesuaian Harga tidak diperbolehkan, kecuali ada penetapan


kebijakan lebih lanjut oleh pemerintah.

5. Pembayaran Prestasi Pekerjaan, berdasarkan termin sesuai dokumen


kontrak.
Pelaksanaan Kontrak

6. Penjaminan Mutu, yang menjadi kewajiban Konsultan MK

7. Keterlambatan, di mana jika Penyedia Jasa terlambat menyelesaikan


pekerjaan sesuai kontrak akan didenda sebesar 1/1000 dari Harga Kontrak
untuk setiap hari keterlambatan.

8. Keadaan Kahar, mengikuti peraturan perundang-undangan

9. Serah Terima Pekerjaan


5. PENUTUP
Kesimpulan
Proses pengadaan pekerjaan konstruksi terintegrasi rancang dan
bangun (design and build) dimulai dari identifikasi kebutuhan pekerjaan
konstruksi sampai dengan pengumuman rencana pengadaan.

Persyaratan dalam penggunaan metode Rancang dan Bangun:


• Pekerjaan perencanaan teknis dapat dilaksanakan secara terintegrasi
dengan pelaksanaan konstruksi;
• Telah tersedia dokumen perencanaan awal pada tahapan konsep desain;
• Telah tersedia dokumen-dokumen yang menjadi aspek persyaratan
lingkungan;
• Tersedia tenaga ahli yang mempunyai fungsi pengawasan terhadap
tahapan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi; dan
• Bersifat kompleks, memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi,
dan/atau memiliki biaya besar.
Tindak Lanjut
Pengadaan konstruksi dengan Design & Build memiliki banyak keuntungan, selain
waktunya yang lebih singkat dan efisien, juga mampu mengoptimalkan kemampuan
kontraktor dan penerapan value engineering yang memungkinkan delivery proyek menjadi
lebih baik.

Namun dari sisi kelemahan yang sering dialami dalam pelaksanaan pengadaan Design &
Build adalah belum mengoptimalkan peran konsultan untuk membantu proses pengadaan.
Padahal dalam tahapan penyusunan dokumen pengadaan, evaluasi pengadaan dan
monitoring kontrak, Pokja ULP dan PPK bisa memaksimalkan peran dan kemampuan
konsultan.

Dalam seleksi konsultannya sebenarnya mudah, tinggal syaratkan konsultan yang punya
pengalaman mengelola pekerjaan Design & Build. PPK dan Pokja UKPBJ semestinya
bertindak sebagai "employee atau owner" jangan bertindak seperti pelaksana proyek,
sehingga jelas resiko teknis sebenarnya ada di konsultan dan kontraktor. Jangan seperti
sekarang, apapun kesalahannya, PPK dan Pokja UKPBJ yang harus menanggung resiko.
Sekian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai