Abstract - Planning and controlling project time is part of the overall construction project management where a systematic effort to
determine standards in accordance with planning objectives, designing information systems, comparing implementation with standards
analyze possible deviations. PT Wirataco Mitra Mulya is a company engaged in the construction of asphalting infrastructure, road and
bridge construction located in West Aceh Regency. Problems that are often faced in Phase II irrigation development projects are the
occurrence of waste in projects such as waiting for materials caused by late delivery from suppliers, waiting for funds to decrease
because the submission of funds has not been approved, poor working methods that cause material to accumulate, equipment is
inadequate due to equipment is not functioning optimally due to lack of maintenance and neglected maintenance schedules, poor quality
of work due to weather does not support the implementation of work. The purpose of this research is to determine the critical path in
the work network for the second phase of the Lhok Guci irrigation development project, to determine indicators of monitoring buffer
consumption due to the potential for waste generation and to determine the ratio of time and costs of scheduling planning before and
after the application of the Critical Chain Project Management method. The results showed that the critical activities in the second
phase of the Lhok Guci irrigation development project were the work of the Mob/Demob Dump Truck, Mob/Demob Vibro Roller,
Mob/Demob Bulldozer, Mob/Demob Sheet Foot Roller, Field Cleaning/Clearing and Grubbing, Soil Excavation ( MP), Soil Excavation
204
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
(ALB), Landfill Imported, leveled, compacted (ALB), Procurement and Installation of Composite Geotextile-Geogrids and Sirtu
Storage. The indicator for monitoring buffer consumption due to the potential for waste will lead to the use of project buffer duration.
Obtained buffer usage zone indicator. The implementer must plan preventive actions if the buffers are consumed within 15-28 days and
immediately take action if the buffers are consumed within the period of 29-42 days and make the root of the problem due to the
potential for waste as a consideration in determining preventive measures against buffer consumption and based on the application of
critical chain project management, a project buffer of 42 days is obtained with a period of scheduling the Lhok Guci Phase Two
Irrigation project, namely 409 days to 367 days without buffer consumption with project funding of Rp. 23,405,029,699 excluding 10%
VAT and labor cost savings of Rp. 124,223,914.72 without buffer consumption.
Keywords - Project Time Control, Waste, Re-Project Scheduling, Project Buffer Critical Chain Project Management (CCPM).
205
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Tabel 1. Data Uraian Pekerjaan dan Durasi Pekerjaan
No. Durasi No. Durasi
Uraian Pekerjaan Uraian Pekerjaan
WBS (Hari) WBS (Hari)
1.1 Pekerjaan Persiapan 1.3 Pekerjaan Pasangan
1.1.1 Mob/Demob Exavator 14 1.3.1 Pasangan Batu 1:4 35
1.1.2 Mob/Demob Dump Truck 6 1.3.2 Beton untuk Lantai Kerja/bedding 56
1.1.3 Mob/Demob Vibro Roller 7 1.3.3 Beton Cyclope 35
1.1.4 Mob/Demob Bulldozer 7 1.3.4 Beton K 175 56
1.1.5 Mob/Demob Sheet Foot Roller 7 1.3.5 Beton K 225 70
Plat Beton Pracetak K 225 (Termasuk
1.1.6 Fasilitas Produksi 21 1.3.6 70
Bekisting dan Pemasangan)
1.2 Pekerjaan Tanah 1.3.7 Plasteran 1:2 ; T=15 cm 35
1.2.1 Pembersihan Lapangan/Clearing and Grubbing 14 1.3.8 Wiremess M8 - 15 70
1.2.2 Tebang Tebas (MP) 21 1.3.9 Pembesian (Besi Polos) (Upah + Bahan) 35
1.2.3 Galian Tanah (MP) 28 1.3.10 Pembesian (Besi Ulir) (Upah + Bahan) 70
1.2.4 Galian Tanah (ALB) 161 1.3.11 Cetakan / Bekisting 35
Timbunan Tanah Dari Galian tanpa jarak angkut
1.2.5 70 1.4 Pekerjaan Lain - Lain
(Penghamparan 0-50 m), dipadatkan (ALB)
Timbunan tanah dari Galian dengan jarak angkut
1.2.6 84 1.4.1 Drain Hole PVC ᴓ2” 35
50 m – 1000 m diratakan, dipadatkan (ALB
Timbunan Tanah Didatangkan, diratakan,
1.2.7 105 1.4.2 Gembalan Rumput 70
dipadatkan (ALB)
Pembuangan Tanah Hasil Galian dengan jarak
1.2.8 105 1.4.3 Jalan Inspeksi 91
angkut 50 – 1000 m
Menutup Joint Beton Pracetak
1.2.9 Kupasan T=20 35 1.4.4 35
(Grounting)
Pengadaan dan Peasangan Geotextile-Geogrid Pengadaan dan Pemasangan Kayu
1.2.10 70 1.4.5 35
Komposi Cerucuk
1.2.11 Pengadaan dan Pemasangan Geogrid 105 1.4.6 Pemasangan Waterstop PVC L 200 mm 28
1.2.12 Urungan Sirtu 35
205
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
5. Penentuan Lintasan Kritis dan Hubungan Keterkaitan dapat diketahui pengendalian waktu proyek dengan
Pekerjaan menggunakan metode critical chain project management
Hubungan keterkaitan pekerjaan dan rantai kritis ini (CCPM).
digunakan untuk melevelling guna menghindar dari
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
adanya waktu pengerjaan terjadi secara bersamaan
(multitasking) dalam hari yang sama. Hal ini terkait dan Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode
akan dibahas pada pengalokasian sumber daya sehingga Critical Chain Project Management (CCPM) adapun
akan didapat data resource pool atau lintasan kritis langkah-langkahnya sebagai berikut:
proyek dari hubungan keterkaitan tiap pekerjaan.
A. Pembuatan Diagram SIPOC Proyek Irigasi Lhok Guci
6. Project Buffer
Urutan proses dan interaksi antar proses, serta hal-hal
Digunakan untuk melindungi waktu penyelesaian akhir apa saja yang terlibat dalam proses sehingga urutan-urutan
proyek dari ketidakpastian jadwal di dalam aktivitas proses yang terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan
critical chain. Project buffer ditempatkan pada akhir diagram SIPOC (Suppliers, Inputs, Process, Outputs,
proyek setelah pekerjaan yang berada didalam jaringan Customers) Gambar 1.
kritis yang terakhir. Penentuan project buffer yaitu untuk Uraian diagram SIPOC pada Proyek Lhok Guci
melindungi aktivitas-aktivitas kritis yang menjadi
berikut.
prioritas karena tingkat kepekaanya paling tinggi
terhadap keterlambatan proyek atau dapat dikatakan 1. Pemasok (Suppliers)
umur rantai kritis sama dengan umur proyek. Project Merupakan pemasok material atau bahan baku pada
buffer disisipkan dalam penjadwalan pada persimpangan proyek Irigasi Lhok Guci didatangkan dari CV. Jaya
antara pekerja critical chain dan non critical chain. Bersama, PT. Hutama Karya, UD. Usaha Family, UD.
Sehingga untuk melindungi aktivitas-aktivitas yang Usaha Giat dan CV.Rezeki Tamita.
berada pada rantai kritis dapat dilakukan dengan 2. Masukan (Input)
memasukan project buffer pada akhir rantai kritis.
Merupakan bahan baku atau material yang didatangkan
Persamaan yang digunakan [4].
dari CV. Jaya Bersama, PT. Hutama Karya, UD. Usaha
Family, UD. Usaha Giat dan CV.Rezeki Tamita,
𝑆1 − 𝐴1 2 𝑆𝑛 − 𝐴𝑛 2
𝑃𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡 𝐵𝑢𝑓𝑓𝑒𝑟 = 2𝑥 √( ) + ⋯.+( ) . . (1) sedangkan pekerja dan peralatan didatangkan dari PT.
2 2
Dimana: S = Durasi Aman Proyek Hutama Karya Jaya Kontruksi dan PT. Wirataco Mitra
A = Waktu Tercepat Proyek Mulia itu sendiri.
3. Proses (Process)
7. Estimasi Biaya Tenaga Kerja Waktu Penyangga (Buffer)
Merupakan langkah atau proses kegiatan mulai dari
Pengestimasian biaya waktu penyangga (buffer) untuk
menentukan penghematan biaya tenaga kerja jika waktu mulai sampai dengan selesai seperti pekerjaan persiapan,
penyangga sama sekali tidak digunakan. Estimasi biaya pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan dan pekerjaan
tenaga kerja per hari pada waktu penyangga dihitung lainnya.
berdasarkan asumsi rata-rata biaya tenaga kerja seluruh 4. Hasil (Output)
pekerjaan per hari yang diperoleh dari RAB. Merupakan hasil dari pengerjaan proyek irigasi Lhok
Kemungkinan besar sumber keterlambatan, dan yang
Guci.
kedua estimasi rata-rata ukuran buffer serta eliminasi
waktu aman dengan RSEM dan C&PM dengan berbagai 5. Pelanggan (Customer)
pemotongan persentase meliputi 50%, 40%, 30%, 20%, Merupakan orang atau kelompok yang menerima proyek
10% dieliminasi dan sisa durasi aktivitas berdasarkan irigasi Lhok Guci yaitu PT. Hutama Karya Jaya
pengalaman perencana. Persamaan yang digunakan [4]. Kontruksi dan PT. Wirataco Mitra Mulia.
207
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
nilai akumulasi progress pelaksanaan proyek mulai dari membandingkan deviasi antara kurva rencana dengan kurva
awal hingga proyek selesai sehingga dapat monitoring realisasi
schedule pelaksanaan proyek serta mengontrol dengan cara
209
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Tabel 2a. Rekapitulasi Rencana Progres Proyek Berdasarkan Waktu dan Biaya
Waktu Rencana Progres Kumulatif Rencana
Biaya (Rupiah) Biaya (Rupiah)
Pelaksanaan (Bobot) Progres (Bobot %)
Minggu 22 4.71 1,102,376,899 88.87 20,800,049,894
Minggu 23 3.64 851,943,081 92.51 21,651,992,975
Minggu 24 2.95 690,448,376 95.46 22,342,441,351
Minggu 25 2.26 528,953,671 97.72 22,871,395,022
Minggu 26 0.96 224,688,285 98.68 23,096,083,307
Minggu 27 0.82 191,921,244 99.49 23,285,664,048
Minggu 28 0.15 35,107,545 99.64 23,320,771,593
Minggu 29 0.22 51,491,065 99.86 23,372,262,658
Minggu 30 0.14 32,767,042 100 23,405,029,699
Berdasarkan data pada Tabel 2 dan 2a dapat diketahui II selama Bulan September 2018 sampai dengan April 2019
rencana aktual konstruksi Proyek Irigasi Lhok Guci Tahap terlihat pada gambar 2 dan 2a.
209
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
210
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Langkah pertama RCA yaitu mengidentifikasi delapan sampai dengan April 2019 maka hasil rekapitulasi waste
kriteria waste yang terdapat pada proyek. Berdasarkan tabel pada Proyek Irigasi Lhok Guci Tahap II pada Tabel 4 dan
1 mengidentifikasi permasalahn menggunakan hasil 4a.
wawancara aktual pekerjaan dengan kordinator lapangan
site manager operation pada periode September 2018
Tabel 4a. Rekap Waste pada Proyek Irigasi Lhok Guci Tahap II
No Waste Sub Waste Penyebab Waste
Material yang menumpuk, material tidak tersusun rapi, kurangnya
Unnecessary Metode kerja yang pengawasan
5
Motion tidak baik Peralatan tidak memadai & tidak berfungsi maksimal, kurangnya
perawatan & jadwal perawatan yang diabaikan
Perpindahan material Kordinasi yang tidak baik, tidak melaksanakan SOP & tidak memahami
Excessive berlebihan pekerjaan yang dilakukan
6
Transportation Penggunaan & sampah Pengerjaan ulang pekerjaan, pekerjaan tidak sesuai perencanaan &
material berlebih kurangnya pengawasan
Desain Barang
Desain konstruksi Perencanaan yang tidak tepat & kurangnya kordinasi pihak yang
7 atau jasa tidak
tidak sesuai bersangkutan
memuaskan
Tabel 4 dan 4a menunjukan bahwa kualitas pekerjaan pekerjaan selesai yang diakibatkan karena rework sedang
kurang baik disebabkan kualitas material tidak standar, tidak dalam proses, penggunaan material melebihi kebutuhan
teliti dalam penerimaan material, tidak melaksanakan SOP sehingga menyebabkan hasil pekerjaan tidak sesuai
dengan benar, kurangnya pengawasan, menunggu material perencanaan.
yang diakibatkan karena keterlambatan pengiriman dari
pemasok, jadwal pengiriman tidak tepat yang disebabkan D. Penentuan Jalur Kritis Proyek Lhok Guci
kurangnya kordinasi pihak yang terlambat pengajuan dan Kegiatan kritis adalah waktu minimal proyek tersebut
belum disetujui karena kurang koordinanasi serta menunggu dapat diselesaikan. Jadi apabila ada keterlambatan pada
intruksi dan persetujuan untuk melakukan redesain, kegiatan di jalur kritis maka akan mengakibatkan
perubahan detail pekerjaan yang diakibatkan karena terjadi penambahan durasi proyek secara keseluruhan, pada
kesalahan pada pekerjaan sebelumnya, menunggu rework penelitian ini identifikasi jalur kritis dilakukan dengan
211
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Software Microsoft project yang pada dasarnya menerapkan lintasan kritis dimulai dari kegiatan 3-4-5-6-7-10-12-13-16-
Precedence Diagramming Method (PDM) seperti Gambar 19 dan kegiatan 21 dengan kurun waktu penyelesaian
3. berikut. Hasil rekapitulas kegiatan kritis diperoleh proyek 367 hari kalender
212
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
Berdasarkan Tabel 5, langkah selanjutnya menghitung
Project Buffer yaitu dengan rumus: 𝑃𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡 𝐵𝑢𝑓𝑓𝑒𝑟 = Berdasarkan dari perhitungan dimana Project Buffer
2𝑥√436,75 = 2 𝑥 20,89 = 41,78 = 42 ℎ𝑎𝑟𝑖. diletakan pada akhir lintasan kritis
F. Uraian Kegiatan dan Bar Chart dengan Penerapan algoritma ini sudah mempertimbangkan pemakaian
Metode CCPM penyangga umpan dan penyangga proyek. Tujuan
Critical Chain Project Management (CCPM) diberikannya penyangga umpan adalah untuk melindungi
merupakan penjadualan proyek agar selesai tepat pada lintasan kritis apabila terjadi keterlambatan pada lintasan
waktunya, buffer merupakan suatu algoritma di mana dalam non-kritis seperti pada Gambar 5. berikut.
213
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
dihitung berdasarkan asumsi rata-rata biaya tenaga kerja
seluruh pekerjaan per hari yang diperoleh dari RAB maka
Berdasarkan Gambar 5. maka hasil uraian kegiatan dan hasil rekapitulasi biaya harian tenaga kerja pada seluruh
bar chart dengan Penerapan CCPM menunjukan bahwa bar pekerjaan diperoleh biaya rata-rata harian tenaga kerja
chart di peroleh: sebesar Rp. 2,957,712.26/hari. Berikut perhitungan
1. Kurun waktu penyelesaian proyek 367 hari kerja tanpa penghematan biaya tenaga kerja jika Project buffer sama
konsumsi buffer sekali tidak digunakan.
2. Kurun waktu penyelesaian proyek 409 hari kerja Penghematan Project Buffer = Rata-Rata Biaya Harian x
dengan penambahan durasi project buffer sebesar 42 Jumlah Project Buffer
hari kerja. = Rp. 2,957,712.26 x 42 hari
= Rp. 124,223,914.72
G. Estimasi Biaya Tenaga Kerja Waktu Penyangga
(Project Buffer) H. Zona Konsumsi Project Buffer
Perhitungan project buffer diperoleh jumlah buffer Pihak pelaksana proyek perlu mengambil tindakan
sebanyak 42 hari kerja. Pengestimasian biaya waktu project terkait dengan penggunaan durasi project buffer, yakni
buffer untuk menentukan penghematan biaya tenaga kerja. dengan melihat seberapa besar durasi yang termakan,
Estimasi biaya tenaga kerja per hari pada waktu penyangga terlihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, penambahan durasi yaitu pada zona sedangkan hasil indikator pengawasan konsumsi buffer
komsumsi baffer 0% - 33% durasi terpakai atau penambahan akibat potensi timbulnya waste akan berujung pada
hari kerja sebesar 14 hari kerja dan dikategorikan tidak ada penggunaan durasi project buffer. Indikator zona pemakaian
tindakan yang harus dilakukan pada proyek karena masih buffer yang diperoleh. Pihak pelaksana harus melakukan
dalam keadaan aman, untuk zona komsumsi baffer 34% - perencanaan tindakan pencegahan jika buffer yang
66% durasi terpakai atau penambahan hari kerja sebesar 28 terkonsumsi pada kurun waktu 15 - 28 hari dan segera
hari kerja dengan dikategorikan perlu merencanakan melakukan tindakan jika buffer yang terkonsumsi pada
tindakan pencegahan pada proyek karena meperbesar beban kurun waktu 29 - 42 hari dan menjadikan akar permasalahan
biaya proyek melalui pertambahan durasi sedangkan untuk akibat potensi timbulnya waste sebagai pertimbangan dalam
zona komsumsi baffer 67% - 100% durasi terpakai atau penentuan tindakan pencegahan terhadap konsumsi buffer
penambahan hari kerja sebesar 42 hari kerja dengan dan hasil penerapan critical chain project management
dikategorikan perlunya menerapkan tindakan pencegahan diperoleh project buffer berdurasi 42 hari dengan kurun
karena berakibat pada membengkaknya atau waktu penjadwalan Proyek Irigasi Lhok Guci Tahap II yaitu
memperbesarnya beban biaya proyek melalui pertambahan 409 hari menjadi 367 hari tanpa konsumsi buffer dengan
durasi selama 42 hari. pendanaan proyek sebesar Rp. 23.405.029.699 belum
termasuk PPN 10% dan penghematan biaya tenaga kerja
IV. KESIMPULAN sebesar Rp. 124.223.914,72 tanpa konsumsi buffer.
Berdasarkan hasil pengolahan data maka kegiatan kritis
pada proyek pembangunan Irigasi Lhok Guci Tahap II yaitu UCAPAN TERIMA KASIH
pekerjaan mob/demob dump truck, mob/demob vibro roller, Terimakasih kepada kelompok yang menerima proyek
mob/demob bulldozer, mob/demob sheet foot roller, irigasi Lhok Guci yaitu PT. Hutama Karya Jaya Kontruksi
pembersihan lapangan atau clearing and grubbing, galian dan PT. Wirataco Mitra Mulia yang telah memberikan
tanah (MP), galian tanah (ALB), timbunan tanah kesempatan untuk dapat melakukan penelitian pada proyek
didatangkan, diratakan, dipadatkan (ALB), Pengadaan dan tersebut. Terimakasih kepada Keluarga besar pekerja proyek
pasangan geotextile-geogrid komposit dan urungan sirtu, irigasi tahap II yang telah membantu dalam penelitian ini
214
Jurnal Teknik Industri ISSN 2622-5131 (Online)
Vol. 11 No. 3 ISSN 1411-6340 (Print)
dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang membantu secara langsung dan tidak langsung.
REFERENSI
[1] Febianti, E, Herlina, L, dan Hrefaisal, A., 2015.
Analisis Proyek Konstruksi Menggunakan Critical
Chain Project Management Dan Lean Construction
Untuk Meminimasi Waste.
Jurnal.ftunj.ac.id/index.php/semnastek, e-ISSN:2460-
8416
[2] Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program
Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001 : 2000,
MBNQA, Dan HACCP. Bogor: Gramedia Pustaka
Utama.
[3] Putra, A. 2018. Evaluasi Penjadwalan pada Proyek
Konstruksi dengan Menggunakan Metode Critical
Chain Project Management (Studi Kasus PT. XYZ),
Skripsi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
[4] Soeharto, I. 2002, Studi kelayakan proyek industri,
Jakarta : Penerbit Erlangga,.
[5] Soemardi, B.W., Wirahadikusumah, R.D, Abduh, M.,
2006. “Pengembangan Sistem Earned Value untuk
Pengelolaan Proyek Konstruksi di Indonesia” Laporan
Hasil Riset, ITB
[6] Suparno 2015. Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek
Pada Pembangunan Gedung. Jurnal Polines, Vol 1, No
2, Hal: 56-67
[7] Womack, J. P. 2003. Lean Thinking: Banish Waste and
Create Wealth in Your Corporation. New York: Simon
& Scuster.
215