Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK

INDONESIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pancasila

Dosen Pengampu :

Roza Puspita,M.Sc

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Ghaitza Zahyra Shofa (201420044)

Dedeh Sunarsih (201140054)

Nur Fadhillah (201420070)

Mochamad Nur Zakki (201420080)

PERBANKAN SYARIAH/B/I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

2020
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum wr.wb

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Roza Puspita,M.Sc selaku dosen mata kuliah
Pancasila.

Dalam penulisan makalah kali ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentu masih ada kekurangan baik teknis
penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Pandeglang, 08 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Dasar Negara RI...........................................................................................2
B. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi........................................................3
C. Tujuh Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia............................................4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................................7
B. Saran....................................................................................................................................7

iii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Ketatanegaraan RI , tata negara adalah


seperangkat prinsip dasar negara yang mencakup peraturan susunan pemerintah, baik bentuk
Negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara.
Dan pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dimana dalam pemerintahan Indonesia,
sistemnya masih belum sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Padahal jika membahas negara
dan ketatanegaraan Indonesia, seharusnya kita dapat melihat dan memahami kembali sejarah
perumusan dan penetapan Pancasila dan pembukaan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentukan negara Repulik Indonesia.
Disamping itu, perumusan ketatanegaraan Indonesia seharusnya tidak boleh melenceng
dari nilai-nilai pncasila, pembentuksn karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu pancasila. Namun, jika
dalam pemerintahan Indonesia masih terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang
merugikan bangsa Indonesia, akan berdampak pada sistem ketatanegaraan Indonesia yang
berantakan begitupun dengan bangsanya sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia ?
2. Bagaimana Tertib Hukum Tertinggi Di Indonesia ?
3. Apa Saja Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen kami
Ibu Roza Puspita,M.Sc. serta menyusun dan menjelaskan makalah ini sesuai dengan
rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
- Mengetahui struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.
- Mengetahui kedudukan Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia.
- Mengetahui makna isi pembukaan UUD 1945 dan kedudukan pembukaan UUD
1945 dalam ketatanegaraan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Dasar Negara RI


Pancasila sering disebut sebagai Dasar Falsafah Negara (Dasar Filsafat Negara),
Philoshofische Groundslag dari negara, Ideologi Negara, Staatsidee. Yang berarti Pancasila
dipergunakan sebagai dasar dalam mengatur Pemerintahan Negara atau sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara yang bersifat fundamental, dan memiliki kedudukan
yuridis konstitusional yang tidak dapat diubah. Hal tersebut sesuai dengan bunyi Pembukaan
UUD 1945, pada alinea keempat yang menyatakan: “ ...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang
berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat. Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Serta dengan Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”.

Prof.Drs.Notonagoro, SH dalam bukunya yang judul “Berita pikiran ilmiah tentang


jalan keluar dari kesulitan mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia”,
mengatakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara yaitu : “di antara unsur-unsur pokok
kaidah negara yang fundamental, asas kerohanian Pancasila adalah mempunyai kedudukan
istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia”. Beliau juga mengatakan
bahwa : “Norma hukum yang pokok dan disebut pokok kaidah fundamental dari pada negara
itu, dalam hukum mempunyai hakekat dan kedudukan yang tetap, kuat dan tak berubah bagi
negara yang dibentuk, dengan lain perkataan dengan jalan hukum tidak dapat dirubah”.

Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, memiliki beberapa fungsi yaitu :
Pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, dimana Pancasila adalah sumber dari segala
sumber hukum dan Pancasila memiliki fungsi yang bersifat yuridis. Kedua, Pancasila bersifat
sosiologis, artinya bahwa Pancasila mempunyai fungsi sebagai pengatur hidup dalam
kehidupan bermasyarakatan pada umumnya. Ketiga, bahwa Pancasila bersifat ethis dan
filosofis, artinya Pancasila mempunyai fungsi sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan
cara-cara dalam mencari kebenaran, yang bersifat relatif, tidak absolut atau mutlak.

2
B. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 beserta dengan pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Kemudian
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7. Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal
UndangUndang Dasar 1945.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia,
dia memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu:

1. Menjadi dasar, maksudnya UUD 1945 menjadi faktor mutlak bagi adanya suatu tertib
hukum di Indonesia. Sehingga, terwujudnya tertib hukum di Indonesia dengan empat
syarat mutlak.
2. Sebagai ketentuan hukum yang tertinggi, yaitu sebagai asas bagi hukum dasar, baik yang
tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis (convensi), serta peraturan-
peraturan hukum lainnya yang lebih rendah.
Pada hakikatnya pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi di Indonesia
tidak dapat lagi diubah. Hal tersebut sesuai dengan ketetapan MPRS nomor:
XX/MPRS/1966, dan ditegaskan kembali dalam ketetapan nomor: V/MPR/1975, serta
ketetapan nomor: III/MPR/1983. Selanjutnya, pada tanggal 7 s.d 18 Agustus 2000 (sidang
tahunan MPR RI) melahirkan ketetapan nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, sebagai penyempurnan dari berbagai ketetapan.
Empat syarat mutlak sebagai tertib hukum tertinggi di Indonesia berdasarkan
pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Adanya kesatuan subjek
Yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. Dan hal ini telah terpenuhi dengan
adanya suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia (Pembukaan UUD 1945 alenia
IV).
2. Adanya kesatuan asas kerohanian
Dia merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Dan hal tersebut telah terpenuhi oleh
adanya dasar filsafat
Negara Pancasila sebagaimana tercantum pada alinea IV Pembukaan UUD 1945.
3. Adanya kesatuan daerah.
3
Maksudnya dimana peraturan-peraturan hukum itu berlaku. Dan hal tersebut sudah
terpenuhi oleh pernyataan dengan kalimat “seluruh tumpah darah Indonesia” yang
tercantum dalam alenia IV pada Pembukaan UUD 1945.
4. Adanya kesatuan waktu
Yaitu seluruh peraturan-peraturan hukum tersebeut terdapat kesatuan dalam
pemberlakuannya. Dan hal tersebut juga sudah terpenuhi dengan kalimat yang terdapat
pada alinea IV pada Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: “ ... maka disusunlah
kemerdekaan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia”. Hal tersebut menunjukkan bahwa sejak berdirinya negara Republik
Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum, hingga sampai seterusnya selama
kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, sejak ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 secara formal pada tanggal
18 Agustus 1945, maka seluruh peraturan hukum yang ada di dalam wilayah negara Republik
Indonesia, telah memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum negara, sementara semua
syarat-syarat sebagaimana ditentukan di atas pada hakikatnya telah terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 itu sendiri.

C. Tujuh Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

Dalam sistem pemerintahan Indonesia sudah dijelaskan dalam UUD 1945 (sebelum
dilakukannya amandemen), yang menyebutkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan
Indonesia. Sekalipun UUD 1945 telah diamandemen, ketujuh kunci pokok tersebut masih
relevan dalam pemerintahan Indonesia hingga saat ini. Tujuh kunci pokok tersebut
diantaranya yaitu :

1. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan atas Hukum


Hal tersebut mengandung pengertian bahwa negara Indonesia beserta seluruh
lembaga-lembaga yang ada dalam pemerintahan dalam menjalankan tindakannya
harus dilandasi oleh hukum dan harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
2. Sistem Konstitusional

4
Artinya dalam pemerintahan harus berdasarkan system konstitusi ( hukum dasar)
bukan berdasarkan absolutisme (yaitu kekuasaan yang tidak terbatas).
3. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang.
Sebelum diadakannya amandemen UUD 1945, Majelis Perwusyawaratan Rakyat
(MPR) menjadi pemegang kekuasaan negara tertinggi dan pelaksana kedaulatan
rakyat (pasal 1 ayat (2)). Dan MPR berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden
(Pasal 6 ayat (2)).
Setelah diadakannya amandemen kedudukan MPR berubah menjadi lembaga
negara biasa yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara lainnya,
seperti Presiden, MA, dan BPK. Sementara kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang.
Tetapi, MPR tetap memiliki kewenangan dalam mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar (Pasal 3 ayat (1)), namun tidak lagi berwenang untuk memilih
Presiden dan wakil Presiden. Dan kewenangannya hanya sekedar melantik Presiden
dan Wakil Presiden, sedang yang memilih Presiden dan Wakilnya adalah rakyat
Indonesia secara langsung.
4. Presiden adalah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi.
Presiden berhak untuk mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR yang
berwenang dalam menetapkan Undang-Undang. Namun dalam rangka untuk
menjalankan Undang-undang tersebut dengan sebagaimana mestinya, Presiden berhak
untuk menetapkan Peraturan Pemerintah (pouvoir reglementair ).
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Meskipun Presiden tidak bertanggung kepada DPR, namun pada dasarnya mereka
harus tetap bekerja sama, karena dalam pelaksanaan berbagai tugasnya, Presiden
harus mendapat persetujuan dari DPR. Meskipun demikian, Presiden tetaplah
penyelenggara pemerintahan negara tertinggi, tidak berada dibawah DPR apalagi
bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri Negara adalah Pembantu Presiden, Menteri Negara Tidak Bertanggung
Jawab kepada DPR.
Pengangkataan dan pemberhentian menteri-menteri negara sepenuhnya
merupakan wewenang Presiden. Menteri-Menteri tersebut tidak bertanggung jawab
kepada DPR, tetapi mereka bertanggung jawab kepada Presiden, karena status mereka
sebagai pembantu Presiden. Walaupun demikian mereka bukanlah pejabat tinggi
biasa. Karena dengan petunjuk dan persetujuan Presiden merekalah yang senayatanya
5
menjalankan kekuasaan pemerintah di bidangnya masingmasing. Inilah sistem
pemerintahan yang dikenal dengan nama system “Kabinet Presidensial”.
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas.
Artinya Presiden bukanlah Diktator atau kekuasaannya dengan tanpa batas.
Dimana DPR melakukan pengawasan atas semua tindakan Presiden dalam
pelaksanaan Haluan Negara. Sehingga apabila DPR menganggap Presiden sungguh
telah melanggar haluan negara, DPR harus menyampaikan memorandum untuk
mengingatkan Presiden.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sering disebut sebagai Dasar Falsafah Negara (Dasar Filsafat Negara),
Philoshofische Groundslag dari negara, Ideologi Negara, Staatsidee. Yang berarti Pancasila
dipergunakan sebagai dasar dalam mengatur Pemerintahan Negara atau sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara yang bersifat fundamental, dan memiliki kedudukan
yuridis konstitusional yang tidak dapat diubah.

Pada hakikatnya pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi di Indonesia
tidak dapat lagi diubah. Hal tersebut sesuai dengan ketetapan MPRS nomor:
XX/MPRS/1966, dan ditegaskan kembali dalam ketetapan nomor: V/MPR/1975, serta
ketetapan nomor: III/MPR/1983. Selanjutnya, pada tanggal 7 s.d 18 Agustus 2000 (sidang
tahunan MPR RI) melahirkan ketetapan nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, sebagai penyempurnan dari berbagai ketetapan.

B. Saran
Sebagai bangsa Indonesia, sudah semestinya mampu mencermati nilai-nilai Pancasila
dan makna UUD 1945 dalam segi hukum. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai masyarakat madani, yaitu masyarakat yang tidak buta akan posisi dasar
negara, hendaknya kita bisa mengaplikasikan semua aspek-aspek yang terkandung dalam
Pancasila dan UUD kedalam kehidupan sehari-hari.

7
DAFTAR PUSTAKA

DRS. H.M. ALWI KADERI, M.Pd.I, 2015, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi,
Banjarmasin: ANTASARI PRESS.

Bab XIV tentang Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai