Anda di halaman 1dari 6

ESSAY PENGAWASAN PENGGUNAAN OBAT DI MASYARAKAT

PRODI FARMASI KLINIS


LINTAS JALUR TAHUN 2020

DOSEN PENGAMPU :
PUTU EKA ARIMBAWA, S.FARM, M.KES, APT.

OLEH:
NI WAYAN PURNAMI ASTUTI (201023010)
PENGAWASAN PENGGUNAAN OBAT

Pendahuluan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No
36 Tahun 2009). Banyak cara yang digunakan dalam meningkatkan derajat kesehatan
dimasyarakat, salah satunya dengan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Untuk mencapai hal tersebut masyarakat harus berperan aktif dalam
mengupayakan kesehatannya sendiri.
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan
yang banyak dialami dimasyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, dan lain-
lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkuan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat tentang obat dan penggunaannya. Dalam hal ini tenaga kefarmasian yaitu
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian, dituntut untuk mampu memberikan informasi
kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug
abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse). Belakangan ini masyarakat cenderung
hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya. Informasi mengenai obat dan cara
pakainya dapat kita ketahui dari pekerja kesehatan, intenet, iklan, maupun lingkungan sekitar.
Karena begitu banyaknya produk obat baik sintetik maupun herbal yang beredar, maka dari
itu perlu adanya pengawasan penggunaan obat di masyarakat agar tercapai penggunaan obat
yang rasional.
Pengertian Obat dan Penggolongan Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia (UU No 36 Tahun 2009). Adapun penggolongan obat yaitu:
a. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiketobat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : parasetamol
b. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: CTM
c. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamant.
d. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Diazepam
e. Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin
Selain penggolongan obat sintetik diatas ada juga golongan obat herbal yang
digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Jamu (obat tradisional Indonesia) adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara tutun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat. Kriteria yang harus dipenuhi ; jamu harus aman dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim penggunaan dibuktikan berdasarkan data
empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
b. Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunnya
telah distandarisasi. Kriteria yang harus dipenuhi; OHT aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik,
telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik. Kriteria yang
harus dipenuhi; aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat
harus dibuktikan berdasarkan uji klinik, dan telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan ) adalah lembaga pemerintah
yang bertugas melakukan regulasi, standarisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat
yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan keamanan
makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Biasanya untuk mengetahui obat
yang kita konsumsi sudah aman (asli) atau sudah terdaftar di BPOM dapat dikaji dengan
cara mengecek pada aplikasi klik BPOM untuk izin edarnya, cek kemasannya dengan
memastikan kemasan produk dalam kondisi baik, membaca label informasi pada produk,
dan mengecek expired date (kadaluwarsa) dari produk obat.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan informasi obat, BPOM memiliki 2 fungsi
pengawasan. Adapun 2 fungsi pengawasan tersebut, yaitu:
1. Pengawasan Pre-Market yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum produk obat-
obatan beredar dimasyarakat, yaitu dengan mewajibkan setiap produk obat-
obatan sebelum diedarkan terlebih dahulu harus didaftarkan ke BPOM.
Pengawasan pre-market terhadap produk obat-obatan sebelum diedarkan, harus
diawasi terlebih dahulu melalui pre-market evaluation, yaitu melakukan evaluasi
terhadap mutu dan keamanan suatu produk apakah telah memenuhi persyaratan
CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) atau belum memenuhi persyaratan
tersebut. Jika persyaratan tersebut telah sesuai dengan ketentuan maka
selanjutnya akan diuji melalui laboratorium yang kemudian selanjutnya akan
diberikan izin edar oleh BPOM.
2. Pengawasan Post-Market yaitu pengawasan setelah produk beredar dengan cara
pengambilan sampel dan pengujian laboratorium kembali produk obat yang telah
beredar, inspeksi cara produksi, distribusi dalam rangka pengawasan
implementasi, cara-cara produksi dan cara-cara distribusi yang baik, serta
pengawasan terhadap labelisasi obat yang sesuai ketentuan.
Metode pengawasan yang dilakukan yaitu dengan cara pengawasan
langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung, yaitu pengawasan yang
dilakukan pada saat kegiatan sedang berjalan. Pengawasan langsung yang
dilakukan oleh BPOM dilakukan dengan cara pengambilan sampel atau
melakukan inspeksi ke sarana distribusi yang memproduksi suatu produk obat-
obatan. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan dari jarak
jauh yaitu melalui laporan yang disampaikan dari hasil inspeksi langsung.
Cara Pemilihan Obat Yang Rasional
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan:
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui,bayi lanjut usia, diabetes mellitus,
dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat
dengan obat yang sedang diminum.
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan penggunaan obat dimasyarakat baik
sebelum diedarkan maupun setelah diedarkan selalu dilakukan monitoring oleh instansi
BPOM yang memang menjalankan tugasnya dalam bidang pengawasan obat dan makanan di
Indonesia. Untuk mengetahui obat yang dikonsumsi sudah aman atau belum masyarakat
diharapkan melakukan pengecekan seperti cek kemasan obat, cek label, cek izin edar, dan cek
kadaluwarsa agar penggunaan obat yang aman dan rasional dapat tercapai.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes
RI;2009.
Seftiani, Yessie. “Tanggung Jawab Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Terhadap Perlindungan Hukum Pengguna Obat Tradisional Yang Mengandung Bahan
Kimia Obat (BKO) Dikota Pekanbaru”. Jurnal Obat dan Makanan, Fakultas Hukum I
(2014).

Anda mungkin juga menyukai