Anda di halaman 1dari 159

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN

AKTA KELAHIRAN DI DINAS


KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH

SKRIPSI

diajukan guna memenuhi salah satu syarat


untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Pemerintahan
pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh
INTAN FARRAH
NPP. 24.0032
Program Studi : Manajemen Pemerintahan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


Jakarta, 2017
Motto:
Dia yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia
menetapkan atasnya takdir (ketetapan) yang
sesempurna – sempurnanya
(Al- Furqan:2)
Dengan segala rasa syukur atas kehadirat Allah S.W.T
serta Rasulullah S.A.W. kupersembahkan kepada:
Ibunda Hj. Dra. Nurhayati AY, MM yang selalu mengucap
Namaku dalam setiap doanya, Ayahanda MOHD YACOB
Yang senantiasa bercucuran keringat demi
Membiayai kami, kakakku Nurieng Hatie, SH,
Abdul Haries Wibowo, SE, Siti
Sara, S.ked
dan keluarga Besarku yang tidak pernah
menyerah
untuk menyemangatiku, serta Almamaterku IPDN yang
menjadi
kebanggaan hidupku

(Bhineka Nara Eka Bhakti)


ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN AKTA KELAHIRAN


DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN
ACEH UTARA PROVINSI ACEH

Setiap kelahiran perlu memiliki bukti fasilitas dan otentik. Kekuatan


pembuktian yang sempurna asal-usul seseorang dapat dilihat pada akta
kelahiran yang wajib dilaporkan oleh penduduk 60 (enampuluh) hari sejak
kelahiran yang dikeluarkan dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Di
Kabupaten Aceh Utara tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya akta
kelahiran dirasa kurang menyuluruh, hal ini dibuktikan masih banyaknya
masyarakat Kabupaten Aceh Utara yang belum mempunyai akta kelahiran.
Untuk itu, perlu dibentuk strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan
pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif strategi dalam
meningkatkan pelayanan akta kelahiran, faktor penghambat strategi serta
upaya dalam mengatasi faktor penghambat. Metode penelitian
menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan
induktif dan menggunakan analisis SWOT. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik
analisa data yang digunakan adalah teknik triangulasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara telah melaksanakan strategi
salah satunya adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan aparatur
yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik. Saran dari penelitian ini
adalah dari strategi yang didapatkan maka diperlukan komitmen kantor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan
akta kelahiran, hendaknya dilakukan berdasarkan alternatif strategi untuk
mengoptimalkan peningkatan pelayanan akta kelahiran.
ABSTRACT

STRATEGIES INCREASE THE SERVICE OF BIRTHIN POPULATION


DIRECTORS AND LISTING OF CIVIL ACEH DISTRICT ACEH
PROVINCE ACEH

Every live births need to have evidence facilities and authentic .The
perfect of origin - proposals someone can be seen on the birth certificate to
reported by the 60 ( sixty ) day after birth issued agency civil record .In the
district of aceh north public awareness of birth certificates it has not being
done to all people , it is proven there are still many the northern district of
aceh that do not yet have birth certificate .For it , it is necessary to stipulate
the right to improve birth certificate service in the district of north aceh.

Research aims to understand alternative strategy in increase birth


certificate service, factors barrier the strategy and to overcome factors
barrier. A method of the research uses design the qualitative study
descriptive with the approach inductive and using analysis training.
Researchers used technique data collection of interview, documentation,
and observation. Technique data analysis used is a technique triangulation.

The conclusion of research is the office population and civil registration


district of north aceh execute the strategy one is improving education and
training officers aims to increase knowledge and experience in order to work
and function properly. Advice of research is of strategy obtained would be
needed commitment the office population and civil registration in improving
the birth certificate service, should be done based on alternative strategy to
optimize increased birth certificate service.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang senantiasa melimpahkan kasih dan karunia-Nya. Tiada daya dan

upaya melainkan atas kehendak Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelsaikan Skripsi ini dengan judul “STRATEGI PENINGKATAN

PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH”.

Tujuan penyusunan Skripsi ini guna memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata 1 (satu) Institut Pemerintahan

Dalam Negeri (IPDN) dimana sebelumnya telah dilakukan penulisan

selama pelaksanaan magang untuk bahan penyusunan Skripsi.

Terwujudnya Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan

dari semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan

semangat secara moril yang tentunya sangat berharga dan sangat

membantu penulis dalam menyusun Skripsi ini. Dengan segala kerendahan

hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua

penulis Ibunda Dra.Hj.Nurhayati AY, MM dan Ayahanda H. MOHD Yacob

serta saudara/i tercinta penulis Nuring Hatie, SH, Abdul Haries Wibowo, SE,

dan Siti Sara, S.Ked yang selalu menjadi motivator terbesar dalam

melaksanakan pendidikan di lembaga ini. Penulis pada kesempatan ini juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:


1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Ermaya Suradinata, SH., MH., MS selaku

Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN);

2. Yth. Bapak Drs. Agung Manghayu, M.Si selaku Ketua Prodi

Manajemen Pemerintahan pada kampus IPDN Cilandak;

3. Yth. Bapak Dr. Drs. Udaya Madjid, M.Pd selaku Dosen Pembimbing

I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan

banyak perhatian, petunjuk, bimbingan, masukan serta arahan yang

sangat berarti kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini;

Yth. Bapak Budiman, SH, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan ilmu, arahan yang sangat berarti dan bimbingan

dalam penyusunan Skripsi ini;

4. Yth. Ibu Dr. Rosmery Elsye, SH, M.Si selaku dosen penguji yang

telah banyak membantu penulis dan memberikan masukan –

masukan yang diperlukan penulis dalam penyelesain skripsi

5. Para Guru Besar, Dosen, Pelatih, Pengasuh dan seluruh Civitas

Akademika Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Kampus

Jatinangor dan Cilandak) yang telah membimbing, membina dan

memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat;

6. Yth. Bapak Muhammad Zulfhadli, S.Sos selaku Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil beserta jajarannya seluruh

pejabat serta pegawai yang telah membantu penulis dalam

mendapatkan informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam

penulisan Skripsi ini;


7. Terkushus Muhammad Julio Asharreda yang senantiasa

mengingatkan menguatkan serta selalu memberikan dukungan dan

motivasi dan selalu ada bersedia membantu penulis menyelesaikan

skripsi.

8. Saudara kontingen Aceh XXIV terkhususnya saudara yang di

Cilandak Ica , Dita , Dian , Bagus , Andy , Dandy , Vico, Teguh, Rian.

Dan adik-adik XXV Cilandak Ulfa, Mayumi, Azizah, Rosi, Chaira,

Teuku, Win egi terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.

9. Yang Terkasih Tersayang Teristimewa Sahabatku yang ada di aceh

yang selalu mendengarkan keluh kesahku selalu mencurahkan

waktu nya yang berharga untuk membantu dan menyemangatiku

terus sehingga aku sampai sekarang ini Raihana Irma, Nisa

Muzakkir, Yenni Prihani, Jofanka Nustasya.

10. Yang teristimewa sokab dan sokot tercinta terkasih tersayang Arie

Rahmita, Cut Bella R, Widya saraswati, Lia Walifah, M.Munzir,

Dikky Jaiska, M.zamzamy A, Oji, Rahmat Hidayat.

11. Yang teristimewa sokamku Grachilia yang paling kucintai dan

kubanggakan , sokam nindyaku tercinta Frishenda , dan sahabat-

sahabatku yang tercinta terkasih tersayang Alvia Patesco,

Zahrunnisa K, Fadhilla, Dhea Pandam, Lisa Kurnia S, Inggrid Loisa,

Cindy Asmiari, Sarah Feby K.S, Nursanty, Ruth Frichilla, Ulfirah

Mutmainnah, Evhy Indah S, Krista A, inggrid Ines senantiasa


memberikan semangat dan selalu menemani serta menjadi

tempatku berbagi cerita;

12. Sasuh Bimbingan , Marsya, Safira, Febri, Moses, Mahaba, Ridho

yang selalu sedia menerima keluh kesah dan sebagai teman

bertukar pikiran selama pembuatan skripsi. Sukses selalu untuk kita

semua;

13. Rekan-rekan XXIV Cilandak terkhususnya rekan-rekan Prodi

Manajemen Pemerintahan dan rekan-rekan wisma 2 Atas

terimakasih atas canda tawa 2 tahun kebersamaannya;

14. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini terdapat kekurangan dan

perlu penyempurnaan lebih lanjut, baik dari segi materi maupun teknik

penulisan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat

bermanfaat dalam perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis. Semoga Allah SWT meridhai dan melimpahi kita semua dengan

ilmu yang berguna. Terima Kasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Jakarta, April 2017
Penulis

Intan Farrah
NPP. 24.0032
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................ 1

1.2 Permasalahan .................................................................. 13

1.2.1 Identifikasi Masalah ................................................ 13

1.2.2 Pembatasan Masalah ............................................. 14

1.2.3 Rumusan Masalah .................................................. 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ......................................... 15

1.3.1 Maksud Penelitian ................................................... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian .................................................... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................ 16

1.4.1 Kegunaan Teoretis .................................................. 16

1.4.2 Kegunaan Praktis .................................................... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoretis ............................................................ 18

2.1.1 Pelayanan Publik .................................................... 18

2.1.2 Strategi .................................................................... 23

2.1.3 Analisis Swot ........................................................... 27


2.2 Tinjauan Normatif ............................................................. 29

2.2.1 Undang-Undang Dasar 1945 .................................. 29

2.2.2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah ............................................. 30

2.2.3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik ...................................................... 32

2.2.4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan ...................... 34

2.2.5 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Publik ............................................................. 35

2.2.6 Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 10 Tahun 2010

Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

Kabupaten Aceh Utara ..................................................... 36

2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................ 37

2.4 Kerangka Pemikiran ......................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................. 44

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 47

3.3 Informan ........................................................................... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ....... 50

3.5. Analisis Data ................................................................... 52


3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................... 54

3.6.1 Lokasi Penelitian ..................................................... 56

3.6.2 Lokasi Jadwal Penelitian ......................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Aceh Utara Menurut Kecamatan Tahun

2014 ………………………………….………………………. 9

Tabel 1.1 Jumlah Pengurus Akta Kelahiran tahun 2011-2014

menurut bulan……………………………………………...... 11

Tabel 2.1 Diagram Matrik SWOT ………………………….. ............... 28

Tabel 3.1 Lingkup Penelitian ............................................................ 48

Tabel 3.2 Daftar Informan ................................................................ 51

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi ...................... 58


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................... 43


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Semenjak era reformasi pemerintahan di Indonesia banyak sekali

mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi cenderung

sangat masive dan cepat, hal ini di dukung oleh perkembangan teknologi

yang pesat belakangan ini, yang menyebabkan pola pemerintahan bergaya

tradisional atau konvensional tidak lagi mampu mengatur dan

mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk itu diperlukan

peranan menejerial yang baik dalam mengelola pemerintahan.

Sebagaimana yang dikutip Soeharto dalam G.R. Terry (1986:12), fungsi

manajemen mencakup fungsi planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling

(pengawasan).

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Administrasi kependudukan lahir dari tuntutan konstitusi yang

mengamanatkan bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki


kewajiban secara penuh untuk memberikan pengakuan, jaminan dan

kepastian hukum secara adil dan merata serta memandang sama terhadap

semua obyeknya.

UU No.24 tahun 2013 mengenai Administrasi Kependudukan

memperbaiki UU sebelumnya, yaitu UU Nomor 23 Tahun 2006. Perubahan

ini dalam rangka peningkatan pelayanan Administrasi Kependudukan

dimana ada tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang

profesional, memenuhi standar teknologi informasi, dinamis, tertib, dan

tidak diskriminatif dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju

pelayanan prima yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan

kependudukan.

Selanjutnya UU No.24 tahun 2013 tentang Administrasi

Kependudukan mengatur bagaimana rangkaian kegiatan penataan dan

penertiban dalam hal dokumen dan data kependudukan melalui

pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

pembangunan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan

masyarakat mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah

kepada masyarakat, masyarakat berharap pemerintah dapat memberikan

pelayan yang baik.

Bentuk-bentuk pelayanan yang dilakukan di dalam pemerintahan

dilakukan oleh pemerintah daerah dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat

Daerah). Pada sektor administrasi kependudukan peranan ini ditangani


oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) yang

berfungsi sebagai lembaga yang mewakili pemerintahan daerah dalam

mengatur sumber data utama mengenai masyarakat. Hal ini dilakukan agar

masyarakat dapat merasakan pelayanan publik yang baik.

Peningkatan kinerja Disdukcapil tidak lepas dari fungsinya sebagai

pelayan publik, seperti apa yang telah ada pada UU No. 25 tahun 2009

mengenai Pelayanan Publik, Selanjutnya dikatakan untuk membangun

kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan

penyelenggara pelayanan publik harus meningkatkan kualitas dan

menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum

yang baik serta memberi perlindungan bagi setiap warga Negara dan

penduduk. Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau

koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia,

mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi

kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam

pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada

pemerintahan dan administrasi publik.

Pelayanan publik dapat dikatakan efektif apabila penerima

pelayanan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemberi

layanan. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

dijelaskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku dan pelayanan publik harus diberikan

kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Selain bentuk dari penghargaan negara terhadap rakyatnya dalam

bentuk pengakuan, administrasi kependudukan menjadi unsur penting

dalam kehidupan masyarakat, sebagai berikut:

1. Akta kelahiran, yang berguna untuk menunjukkan hubungan


secara data dari pemilik akta dengan orang tuanya;
2. Akta kematian juga menunjukkan hubungan data dengan ahli
waris, demikian pula akta-akta yang lain;

Kepemilikan dokumen kependudukan ini tentu saja tidak hanya


penting bagi penduduk yang bersangkutan, tetapi juga penting bagi
pemerintah kita. Kepemilikan dokumen ini tentunya selain mempunyai
kekuatan legal, dapat juga digunakan untuk memperoleh pelayanan sosial
dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara bagi
pemerintah, kepemilikan dokumen kependudukan bermanfaat dalam
melakukan kegiatan pengadministrasian penduduk berdasarkan hak
legalnya, serta memperkuat database penduduk dan pelayanan publik.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya administrasi


kependudukan juga menjadi hambatan terlaksananya tertib administrasi

Hal ini biasanya terjadi karena didasari oleh kurangnya sosialisasi


terhadap permasalahan administrasi kependudukan. Masyarakat harus
terlebih dahulu sadar akan kepentingan administrasi kependudukan.
Sebagai contoh, masyarakat harus paham mengenai pentingnya akta
kelahiran yang merupakan salah satu unsur administrasi kependudukan,
akta kelahiran memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Pengakuan negara tentang status individu, status perdata, dan


status kewarganegaraan seseorang;
2. Merupakan dokumen atau alat bukti yang sah mengenai
identitas seseorang.
3. Data dasar penetapan identitas dalam dokumen lainnya,seperti
ijazah, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK).
4. Salah satu syarat memasuki dunia pendidikan dari Taman
Kanak-kanak s/d perguruan tinggi.
5. Salah satu syarat melamar pekerjaan, termasuk menjadi
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI (Kepolisi
Republik Indonesia).
6. Salah satu syarat membuat Kartu Tanda Penduduk, Kartu
Keluarga dan Nomor Induk Kependudukan.
7. Salah satu syarat Membuat pasport.
8. Salah satu syarat mengurus tunjangan keluarga.
9. Salah satu syarat mengurus warisan.
10. Salah satu syarat mengurus beasiswa.
11. Salah satu syarat mengurus pensiun bagi pegawai.
12. Salah satu syarat mengurus pencatatan perkawinan.
13. Salah satu syarat mengurus dokumen-dokumen jika hendak
melaksanakan ibadah haji.
14. Salah satu syarat mengurus pelaporan dan Akta kematian.
15. Salah satu syarat mengurus perceraian.
16. Salah satu syarat mengurus pengakuan anak.
17. Salah satu syarat mengurus pengangkatan anak/adopsi.

Banyaknya manfaat-manfaat yang diberikan dengan adanya akta

kelahiran seharusnya membuat masyarakat semakin giat dalam mengurus

administrasi kependudukan dan pemerintah semakin mempermudah

proses kepengurusan pembuatan administrasi kependudukan.


Akta kelahiran adalah bukti sah mengenai Status dan Peristiwa

Kelahiran Seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu

Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai Dasar

untuk Memperoleh Pelayanan Masyarakat Lainnya. UU No. 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak dan Surat Edaran Mendikbud

No.279/MPK/LL/2012 tentang Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran

Dalam Rangka Perlindungan Anak menjadi dasar hukum akta kelahiran.

Fakta-fakta mengenai banyaknya masyarakat yang belum

mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan menyebabkan proses

perbaikan administrasi kependudukan semenjak era reformasi telah

berjalan hampir 15 tahun, yang telah memasuki tahap kedua dari dua tahap

penyelenggaraan administrasi kependudukan menjadi tidak sesuai dengan

harapan pemerintah. Peristiwa ini sangat disayangkan mengingat

Indonesia adalah Negara dengan berbagai macam keadaan, tidak hanya

masyarakat kalangan atas tetapi juga masyarakat kalangan bawah yang

jumlahnya sangat banyak dan tentunya ingin dapat menikmati pelayanan

secara prima dari pemerintah.

Selain itu berdasarkan data dari UNICEF mengenai perolehan akta

kelahiran masih terbatas, hanya 15,34 persen anak Aceh yang memiliki

akta kelahiran (UNICEF, 2008). Hal yang menjadi penyebab utama adalah

ketidaktahuan orang tua bahwa kelahiran anak wajib tercatat dan

ketidaktahuan tempat untuk melakukan pencatatan. Sedangkan di sekolah,


masih banyak anak yang mengalami kekerasan fisik, verbal dan psikologis

(UNICEF, 2007).

Aceh Utara yang terdiri dari 27 kecamatan dan terbagi menjadi 852

desa, dimana Aceh Utara memiliki luas wilayah 3.296,86 km 2 (329.686 Ha)

menjadi salah satu daerah yang harus mengembangkan pelayanan

terhadap administrasi kependudukan. Pemerintah Aceh Utara melalui

Qanun Kabupaten Aceh Utara No.11 tahun 2010 berusaha untuk mengatur

permasalahan kependudukan, dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya Seksi Pelayanan Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati II Aceh

Utara mempunyai dua sub seksi sebagai berikut; pertama, sub seksi

kelahiran, kematian, pengakuan dan pengesahan anak dan yang kedua

adalah sub seksi perkawinan dan perceraian sesuai dengan Surat

Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri No.54 tahun 1983.

Pemerintah kabupaten Aceh Utara memiliki beberapa kelemahan

diantaranya terkait dengan pengadaan produk-produk layanan administrasi

kependudukan yang bersifat wajib. Kenyataan di lapangan tentang ada

masyarakat yang belum memiliki Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, Kartu

Tanda Penduduk (baik yang elektronik (KTP-el), maupun KTP biasa) dan

lain-lain memperlihatkan keadaan sesungguhnya mengenai permasalahan

administrasi kependudukan di Aceh Utara. Sesuai dengan UU No.24 tahun

2013 tentang Perubahan Atas UU No.23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan yang menyatakan pentingnya kepemilikan Akta Kelahiran,

bahwa Akta Kelahiran adalah bentuk dokumen resmi yang memberikan


keterangan bagi setiap warga Negara mengenai pengakuan orang tua

kepada anaknya dan keanggotaanya sebagai warga negara Indonesia dan

berdasarkan apa yang diamanatkan Pasal 27 ayat (1) UU No.24 tahun 2013

tentang Perubahan Atas UU No.23 tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, bahwa “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk

kepada instansi pelaksana setempat, paling lambat 60 (enam puluh) hari

sejak kelahiran”. Maka dapat dikatakan implementasi terhadap peraturan-

peraturan tersebut belum dapat berjalan dengan optimal karena masih

lemahnya pelayanan publik di Aceh Utara.

Pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara dapat dikatakan kurang maksimal hal ini

dikarenakan masih ditemukannya berbagai macam permasalahan yang

terjadi secara internal maupun eksternal, serta beberapa faktor hambatan

di sisi pelayanan publik yang belum dapat terselesaikan. Masalah-masalah

tersebut diantaranya:

1. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya akta


kelahiran, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat
kepengurusan akta kelahiran;
2. Jauhnya jarak antara kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan beberapa
wilayah/kecamatan;
3. Jumlah tenaga penyuluh relatif kecil sedangkan kwalitasnya
relatif rendah;
4. Persyaratan yang diperlukan dirasakan oleh masyarakat terlalu
berat;
5. Sarana dan prasarana yang kurang lengkap;
6. Ketergantungan proses administrasi pada unit lainya dalam
pengurusan akta-akta catatan sipil.
Hal ini menyebabkan apa yang di harapkan berdasarkan pasal 27 ayat 1

UU 24 Tahun 2013 tidak dapat berjalan sesuai dengan targetnya 60 hari

setelah kelahiran.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Aceh Utara Menurut Kecamatan Tahun

2014

No Kecamatan/ 2010 2011 2012 2013 2014


Sub District

1 2 3 4 5 6 7

1 Sawang 33.748 34.521 34.999 35.457 36.502

2 Nisam 17.115 17.235 17.473 17.702 18.223

3 Nisam Antara 12.096 12.277 12.477 12.610 12.981

4 Banda Baro 7.377 7.415 7.518 7.617 7.841

5 Kuta Makmur 22.028 22.339 22.648 22.945 23.621

6 Simpang 8.710 8.824 8.946 9.063 9.330


Kramat

7 Syamtalira 18.955 19.046 19.309 19.562 20.138


bayu

9 Meurah Mulia 17.612 17.881 18.129 18.367 18.908

10 Matang Kuli 16.424 16.803 17.305 17.258 17.766

11 Paya Bakong 12.690 12.875 13.053 13.224 13.614

12 Pirak Timu 7.413 7.520 7.624 7.724 7.952


13 Cot Girek 18.342 18.762 19.021 19.270 19.838

14 Tanah Jambo 39.141 40.472 41.032 41.569 42.794


Aye

1 2 3 4 5 6 7

15 Langkahan 20.938 21.221 21.514 21.796 22.438

16 Seunuddon 23.267 23.476 23.800 24.112 24.822

17 Baktiya 32.465 33.514 33.978 34.423 35.437

18 Baktiya Barat 16.943 17.334 17.574 17.804 18.328

19 Lhoksukon 43.998 45.472 46.101 46.704 48.080

20 Tanah Luas 22.037 22.601 22.913 23.213 23.897

21 Nibong 9.047 9.247 9.375 9.498 9.778

22. Samudra 24.389 25.099 25.446 25.779 26.538

23 Syamtarilaron 16.456 16.833 17.066 17.289 17.798

24 Tanah Pasir 8.376 8.431 8.548 8.660 8.915

25 Lapang 7.909 8.075 8.187 8.294 8.538

26 Muara Batu 24.385 25.179 25.527 25.861 26.623

27 Dewantara 43.442 44.876 45.496 46.091 47.449

Total 529.751 541.878 549.370 556.566 572.961

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara


Berdasarkan data terbaru yang diterima dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Kabupaten Aceh Utara, jumlah penduduk Aceh Utara adalah 583.892

jiwa, dimana penduduk laki-laki sebanyak 293.971 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 289.921 jiwa, selain itu dapat berdasarkan data dari

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Renstra Disdukcapil)

Kabupaten Aceh Utara, jumlah masyarakat yang memiliki dokumen Akta

Kelahiran untuk tahun 2016 sekitar 175.099 jiwa.

Berikut data jumlah pengurus akte kelahiran tahun 2011-2014 menurut


bulan:

Tabel 1.2

Jumlah Pengurus Akte Kelahiran Tahun 2011-2014 Menurut Bulan


Sumber : Badan Pusat Statistik

Angka ini menunjukkan kurangnya animo atau peran serta


No bulan Tahun

2011 2012 2013 2014

1 Januari 7784 1080 683 2000

2 Februari 663 820 400 2345

3 Maret 660 2030 472 2607

4 April 546 3710 653 2490

5 Mei 748 2350 5550 2289

6 Juni 769 4140 5700 2421

7 Juli 820 4330 3600 1006

8 Agustus 557 2750 1500 1419

9 September 654 6560 2500 3887

10 Oktober 1 680 6200 1650 1708

11 November 2 185 1830 1550 1681

12 Desember 25 356 2140 2200 1538

jumlah 41 422 37940 26458 25391

masyarakat untuk melaporkan, sekaligus mengurus Akta Kelahiran. Hal ini

menyebabkan adanya kendala dalam penertiban administrasi

kependudukan. Fenomena yang umum terjadi di Indonesia adalah

mengurus akta hanya ketika sedang dibutuhkan, hal ini didasari kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen resmi kependudukan

dan pencatatan sipil.

Berbagai macam masalah yang timbul dari proses pemberian

pelayanan kependudukan berdampak pada pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat yang ingin mengurus dokumen Akta Kelahiran.

Peranan pemerintah daerah dapat dikatakan tidak melakukan manajemen

pemerintahan yang baik, karena: buruknya perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam kasus ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara.

Banyaknya keluhan dari masyarakat akan pelayanan administrasi

kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara menunjukan rendahnya kinerja aparat dalam memberikan

pelayanan. Perencanaan program peningkatan kualitas pelayanan harus

segera dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh,

terkait hal tersebut perlu adanya strategi penyelenggaraan pelayanan

administrasi kependudukan di segala bidang secara khusus pada

pelayanan Akta Kelahiran. Sehingga, masyarakat dapat merasakan

pelayanan yang baik dan kinerja aparat dalam menyelenggarakan

pelayanan Akta Kelahiran dapat merubah opini masyarakat ke arah yang

lebih positif, karena saat ini masyarakat masih diwarnai dengan opini-opini

yang negatif seperti cara, metode, atau etika pada saat proses pelayanan

yang diberikan terhadap masyarakat.


Berdasarkan uraian diatas, maka peningkatan pelayanan

administrasi kependudukan dalam hal ini akta kelahiran perlu dilakukan

demi memenuhi tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan umum yang

diantaranya adalah mensejahterakan masyarakat. Di masa modern seperti

saat ini, peningkatan pelayanan administrasi kependudukan bukanlah hal

yang sulit untuk direalisasikan.

Kekuatan-kekuatan pendorong yang dapat dijadikan kekuatan yang

membantu dan mendorong pencapaian tujuan jangka pendek, yakni

meningkatnya volume pencatatan dan penerbitan akta kelahiran adalah

sebagai berikut:

1. Adanya dukungan pimpinan dan masyarakat;


2. Adanya dispensasi pencatatan dan penerbitan akta kelahiran;
3. Adanya mekanisme pelayanan yang mudah dan cepat;
4. Adanya penyuluhan kepada masyarakat secara berkala;
5. Adanya pelayanan lapangan yang dapat menggunakan
kemajuan teknologi berbasis sistem informasi management
yang dapat memudahkan proses pencatatan data akta
kelahiran.
Kekuatan pendorong tersebut diharapkan dapat membantu pencapaian

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara. Untuk

mencapai target yang diharapkan tentu diperlukan strategi-strategi sewaktu

melaksanakan. Hal ini yang menarik minat penulis untuk mengadakan

penelitian dengan judul: “Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten

Aceh Utara Provinsi Aceh.”


1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di latar belakang yang

telah dikemukakan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Sosialisasi mengenai pentingnya kepemilikan dokumen

kependudukan dirasa belum cukup.

2. Pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

kepemilikan dokumen Akta Kelahiran yang rendah.

3. Kurangnya akses terhadap informasi mengenai Pelayanan

Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

4. Sulitnya akses untuk menuju kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil bagi masyarakat yang tinggal di daerah

pedalaman.

5. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang yang ada di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

6. Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah terhadap tugas

dan fungsi masing-masing.

7. Permasalahan teknologi dalam sistem Palayanan Administrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil, seperti sering tidak


terkoneksinya jaringan server baik dari daerah ke pusat maupun

pusat ke daerah

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta untuk

mempersempit ruang lingkup penelitian, maka perlu adanya pembatasan

masalah sehingga dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian

yaitu bagaimana strategi peningkatan pelayanan, faktor penghambat

strategi serta upaya untuk mengatasi faktor penghambat strategi dalam

peningkatan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara. Penulis memilih Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten aceh Utara sebagai lokus peneleitian dengan

alasan pelayanan administrasi kependudukan bidang akta Kelahiran masih

belum berjalan dengan baik karena masih dijumpai berbagai permasalahan

dalam proses pelayanan.

1.2.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil


dalam meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten
Aceh Utara?
2. Apa faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan Akta
Kelahiran di Kabupaten Aceh utara?
3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat
strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh
Utara?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

1. Memperoleh data tentang strategi-strategi yang dimiliki Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara
dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran.
2. Mengetahui faktor-faktor penghambat Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam
mengoptimalkan pelayanan akta kelahiran.
3. Mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi faktor penghambat
dalam peningkatan kualitas pelayanan akta kelahiran.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil


dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten
Aceh utara.
2. Mengetahui faktor penghambat strategi Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta
kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor
penghambat strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di
Kabupaten Aceh Utara.
1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Untuk meniliti dan mengkaji secara lebih lanjut mengenai


strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Aceh Utara dalam hal peningkatan pelayanan administrasi
kependudukan.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya
yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan
publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Aceh Utara.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Berdasarkan kegunaannya, hasil penelitian diharapkan dapat


dijadikan sebagai bahan masukkan serta bahan referensi bagi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh
Utara.
2. Sebagai bahan referensi mahasiswa Institut Pemerintahan
Dalam Negeri yang ingin membahas permaslahan didalam
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam hal ini yang
berkaitan dengan akta kelahiran. Selain itu untuk menjadi
bahan bacaan di perpustakaan.
3. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
tugas dilapangan dan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan dan menjadi
bahan bacaan untuk di Pemerintah Daerah Aceh Utara,
sebagai referensi untuk meningkatkan Pelayanan Akta
Kelahiran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

Dalam menganalisa suatu masalah yang akan diteliti, maka perlu


adanya pemahaman tentang konsep dan teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Berbagai masalah yang akan dihadapi tentu
harus diimbangi dengan penjelasan teori yang tepat. Tinjauan teoritis
merupakan pandangan secara teori atau konsep yang di dalamnya
menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan dan berguna untuk membahas proses analisa dalam
penelitian.

2.1.1 Pelayanan Publik


Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang

langsung inilah yang dinamakan pelayanan (Monier,2006:17). Pelayanan

publik dapat diartikan sebagai pemeberian layanan kepada keperluan

orang atau masyarakat yang memiliki kepentingan pada suatu organisasi

sesuai dengan aturan utama dan tata cara yang telah ditetapkan/disepakati.

Menurut Zeithaml et al dikutip dari Mutiarin dan Zaenudin (2014:92)

mengemukakan 5 (lima) pelayanan yang terdiri dari:

1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya pelayanan yang


diberikan dalam bentuk tampilan fisik seperti gedung, peralatan,
pegawai dan fasilitas-fasilitas lainnya;
2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat;
3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk
membantu customers (pengguna jasa) dan melakukan pelayanan
secara ikhlas;
4. Assurance atau kepastian adalah pelayanan harus diberikan
secara pasti;
5. Empathy atau adanya perlakuan dan perhatian harus diberikan
kepada pengguna jasa secara pasti.

Beberapa hal diatas digunakan untuk mengukur kualitas dari

pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi. Selanjutnya konsep

pelayanan menurut Ndaraha (2005:69) dalam bukunya Kybernology

membagi pelayanan sebagai berikut :


1. Pelayanan Vertikal, dimana servant memiliki posisi lebih rendah
daripada orang atau pihak yang dilayaninya (Tuhan, Raja, Tuan).
Maka bentuk pelayanan kepada Tuhan berbentuk pemujaan,
penyembahan, dan kepatuhan, kepada raja dan tuan berbentuk
ketaatan dan pengabdian.
2. Pelayanan Horizontal, contohnya pelayanan yang dilakukan
perusahaan terhadap pelanggannya, dokter terhadap pasiennya.
Dalam hubungan itu, baik pihak yang dilayani maupun yang
melayani dihadapkan pada kesempatan semakin luas dan pilihan
yang semakin bebas.
3. Pelayanan “ke dalam”, dilakukan oleh unit-unit staf atau unit-unit
lainnya yang secara tidak langsung memproduksi layanan bagi
konsumen di luar organisasi. Bentuk-bentuknya, Pemberian
informasi (pelayanan informative), pemberian pertimbangan
(pelayanan advisory), atas nama kepala melakukan supervisi
(pelayanan supervisory), mewakili kepala (pelayanan alter ego).
4. Pelayanan “ke luar”, oleh pihak yang melayani terhadap pihak
yang dilayani digerakkan oleh beberapa motif: Pertama,
pelayanan bermotif bisnis. Kedua, pelayanan bermotif mutualistik.
Ketiga, pelayanan bermotif kewajiban keempat, pelayanan
bermotif commitmen atau self commitment. Kelima, pelayanan
bermotif kewajiban. Keenam bermotif tanggung jawab sebagai
cause. Ketujuh, pelayanan bermotif pengorbanan (sacrificial,
candle-light sacrifing). Pelayanan pemerintahan yang ideal adalah
pelayanan macam kedua sampai ketujuh.

Menurut Finer dalam Ndraha (2005:78) menguraikan karakteristik

civil service (The Nature of Civil Service Activity) demikian:


1. The Urgency of State Service (Pentingnya Pelayanan Negara
terhadap Warga negara).
2. Large-scale Organization (didasarkan pada kebijikan publik pada
tingkat makro).
3. Monopoly and No Price (Dimonopoli oleh Negara dan Tidak
Dijual-beli Dalam Arti Pasar, Biaya Tidak Dibebankan Kepada
Konsumer, Tidak dapat Diprivatisasikan) Finer berpendapat
demikian berdasarkan anggapan bahwa pelayanan civil
merupakan bagian pelayanan publik.
4. Equality of Treatmen (Perlakuan yang sama Terhadap Tiap
Konsumer).
5. Limited Enterprise (Aktor dan Artis Pelayanan Sipil Bukanlah
Pedagang atatu Pengusaha yang Menurut imbalan Langsung
dan Konsumer; juga Tidak Boleh Bertindak untuk
Kepentingannya Pribadi.)
6. Public Accountability (Pertanggungjawaban kepada Publik,
dalam Hal ini Konsumer).
7. “Establishment” or Hierarchy Civil Service (Terbentuk sebagai
Sebuah Body).
8. Grading of Its Members (Pengelompokkan dan Klasifikasi Civil
Service)
9. Directness of Government (Pelayanan yang Dikendalikan
Langsung oleh pemerintah, Seringkali Terasa Kaku, oleh Sebab
Itu, Aktor dan Artis Pemerintahan Harus Kreatif dan Arif).
10. Lack of Government (Pelayanan yang Tulus dalam Suasana
Kebersamaan).
11. Anonymity and Impartiality (Tidak Bersifat Pribadi dan Tidak
Memihak, jadi walaupun pribadinya menjadi korban, tetapi demi
masyarakat).
Pelayanan publik dikatakan baik kinerjanya apabila kinerja pegawai

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat baik. Selanjutnya Salim

dan Woodward (1992) sebagaimana dikutip dalam Dwiyanto (2008:52)

memperlihatkan bagaimana cara menilai kinerja pelayanan publik

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang meliputi:

1. Aspek ekonomi, yaitu dalam kinerja sebagai strategi untuk


penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin dalam
proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik dengan
hasil yang semaksimalnya.
2. Efisiensi kinerja pelayanan, yaitu menunjuk suatu kondisi
tercapainya perbandingan terbaik/proporsional antara input
pelayanan dengan output pelayanan.
3. Efektivitas kinerja pelayanan, yaitu untuk melihat tercapainya
pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan.
4. Prinsip keadilan, yaitu dalam pemberian pelayanan publik juga
dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk
pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan
membuat publik mempunyai akses yang sama terhadap sistem
pelayanan yang ditawarkan.

Selanjutnya cara lain untuk menilai kualitas pelayanan publik itu

sendiri, terdapat sejumlah indikator yang digunakan. Menurut Lenvine

(1990) sebagaimana yang dikutip dalam Dwiyanto (2008:143) cara menilai

pelayanan publik adalah dengan menilai produk-produk pelayanan publik,

dimana produk pelayanan tersebut harus memenuhi tiga indikator, yaitu:


1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap

penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun

tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah tolak ukur yang

menunjukkan seberapa jauh proses pemberian layanan publik

itu dilakukan, apakah sesuai dengan prinsip-prinsip atau

ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan

telah ditetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan

pelayanan dianggap sesuai dengan kepentingan stakeholders

dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.

Selanjutnya dalam Kepmenpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang

Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum terdapat kriteria kualitatif untuk

menilai kualitas pelayanan publik, yaitu :

1. Jumlah warga/masyarakat yang meminta pelayanan (per hari,


per bulan, atau per tahun) serta perkembangan pelayanan dari
waktu ke waktu, apakah menunjukan peningkatan/tidak.
2. Lamanya waktu pemberian pelayanan.
3. Ratio atau perbandingan antara jumlah pegawai atau tenaga
yang ada dengan jumlah warga/masyarakat yang meminta
pelayanan untuk menunjukkan tingkat produktivitas kerja.
4. Penggunaan perangkat-perangkat modern untuk mempercepat
dan mempermudah pelaksanaan.
5. Frekuensi keluhan atau pujian dari masyarakat mengenai kinerja
pelayanan yang diberikan, baik melalui media massa maupun
melalui kotak saran yang disediakan.
6. Penilaian fisik lainnya, misalnya kebersihan dan kesejukan
lingkungan, motivasi kerja pegawai dan lain-lain aspek yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja pegawai
pelayanan publik.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik

adalah suatu kegiatan memberikan layanan terhadap masyarakat yang

dilakukan oleh pemerintah yang berlaku sebagai aplikasi dari tugas dan

fungsi pemerintah sebagai pemberi layanan umum dari pemerintah kepada

masyarakat.

2.1.2 Strategi

Mengutip Armstrong dalam Triton (2011:14) mengemukakan

bahwa “Kata strategi dalam bidang manajemen merupakan ungkapan

tentang manfaat keputusan strategis yang didefinisikan sebagai: semua

keputusan pada sasaran bisnis dan pada cara untuk mencapai sasaran”.

Oleh karena itu diperlukan manajemen strategi, karena setiap manajer

harus menyadari untuk mengelola beraneka ragam permasalahan yang

harus dipikul oleh pimpinan puncak.

Selanjutnya Makmur (2009:128) mengemukakan bahwa: “Strategi

sebagai suatu bentuk pemikiran rasional yang disusun secara sistematis,

kemudian pembentukannya berdasarkan dengan pengamatan dalam

pengalaman, pengamatan dalam perkembangan lingkungan (sosial,


ekonomi, politik, alam, dan ilmu pengetahuan) serta pengamatan taktik

yang digunakan orang, organisasi lain”.

David (2011:5-7) juga berpendapat manajemen strategis yaitu “seni

dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta

mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan

sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya”. Selanjutnya Hunger dan

Wheelen mengatakan (2003:9-19) “Proses manajemen strategis meliputi 4

elemen dasar yakni: 1) pengamatan lingkungan, 2) perumusan strategi, 3)

implementasi strategi, 4) evaluasi dan pengendalian.”

Proses manajemen strategis adalah; alur dimana penyusunan

strategi menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Proses

manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,


mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan
tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan
memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi
karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi
yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi
strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, 25
mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis.
Tiga tahap aktivitas dasar evaluasi strategi yaitu meninjau ulang
faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi,
mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin

kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang

berbeda dan perusahaan yang puas diri akan mengalami kegagalan,

menurut David (2006:7-8).

Tujuan yang utama dari suatu strategi adalah keberhasilan

bagaimana tujuan itu dapat tercapai. Untuk itu Hatten dalam Salusu

(1996:108) memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi dibuat

sehingga ia bisa sukses, antara lain:

1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya, artinya


jangan membuat strategi yang melawan lingkungan yang
bergerak maju.
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, setiap
strategi haruslah bersinergi dan tidak bertolak belakang.
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan
semua sumber daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan
yang lain. Setiap unit atau sub sistem harusnya tidak
memisahkan setiap sumber dayanya sehingga kekuatan-
kekuatan itu menyatu sehingga dapat menguntungkan posisi
Organisasi.
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang
merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru
adalah kelemahannya.
5. Sumberdaya adalah suatu yang kritis, maka dari itu
pemanfaatannya haruslah optimal.
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu
besar.
7. Strategi hendaknya disusun atas landasan keberhasilan yang
telah dicapai, jangan menyusun strategi diatas kegagalan.
8. Tanda-tanda keberhasilan strategi ditampakan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait dan terutama dari para
eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

merupakan bagaimana keputusan dan tindakan yang diambil dan

dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk pengembangan suatu strategi

atau strategi-strategi yang efektif agar tercapainya tujuan organisasi.

2.1.3 Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan
dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat
berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan.
Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat,
tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat
berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik.
Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat,
hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif.


Penggunaan kata peningkatan dalam skripsi ini adalah strategi peningkatan
pelayanan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
memiliki arti yaitu usaha untuk membuat pelayanan masyarakat dalam
mebuat akta kelahiran menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Suatu
usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan
perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus
saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditentukan.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan


atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari
sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah
jumlah hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan.
Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena
terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu
peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik
tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik
tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian
yang telah diharapkan.

2.1.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai macam faktor untuk

merumuskan bagaimana membuat strategi organisasi. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts)

dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan

strategis untuk organisasi perlu dipertimbangkan dari faktor insternal

maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Oleh

karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis

SWOT.

Dalam mengidentifikasi berbagai macam masalah yang timbul

dalam perusahaan, maka diperlukan penelitian yang cermat sehingga


mampu menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam hal

mengatasi masalah yang timbul. Beberapa pertimbangan yang perlu

diperhatikan dalam mengambil keputusan antara lain:

1. Kekuatan (Strenght) Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat


diunggulkan.
2. Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah kekurangan atau
keterbatasan dalam hal sumber daya.
3. Peluang (Opportunity) Peluang adalah berbagai hal dan situasi
yang menguntungkan, serta kecenderungan-kecenderungan
yang merupakan salah satu sumber peluang.
4. Ancaman (Threats) Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan dan jika tidak diatasi maka akan
menjadi hambatan baik masa sekarang maupun yang akan
datang.

Jika dapat dikatakan bahwa analisis SWOT merupakan instrumen

yang ampuh dalam melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut

terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk

memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang

sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang

terdapat dalam tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman yang

timbul dan harus dihadapi.

Definisi Analisis SWOT menurut Rangkuti (2014: 19) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Lebih lanjut menurut Rangkuti (2014: 31) menjelaskan bahwa


“alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah

matriks SWOT”. Berikut table matriks SWOT :

Table 2.1

Diagram Matrik SWOT

IFAS STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)

-Tentukan 5-10 faktor-faktor -Tentukan 5-10 faktor-faktor


kelemahan internal kekuatan internal
EFAS

OPPROTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

-Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang internal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang peluang
TREATHS (T) STRATEGI SO STRATEGI WT

-Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman internal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (2014: 83)

2.2 Tinjauan Normatif

2.2.1 Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Dasar 1945 telah mengatur permasalahan

mengenai kedudukan warga negara dan penduduk, yang diatur dalam

pasal 26 yaitu:

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia


asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU
sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.

Selanjutnya dalam UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27

sampai pasal 34 menyatakan bahwa warga negara adalah sama

kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan

yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi

tertinggi kita. Oleh karena itu pemerintah wajib melaksanakan kewajibannya

tersebut.
2.2.2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah

Seperti yang sudah dibahas di dalam bab sebelumnya dalam

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan

pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang bersifat absolut,

konkuren dan umum. Pada penulisan ini penulis lebih membahas mengenai

urusan konkuren dari pemerintah, yang terdiri atas urusan pemerintahan

wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib itu

sendiri terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan

dasar dan yang tidak berkaitan secara langsung, dimana urusan

pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

sebagaimana tercantum di dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, dimana meliputi:

a. Tenaga kerja;
b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
c. Pangan;
d. Pertanahan;
e. Lingkungan hidup;
f. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. Pemberdayaan masyarakat dan desa;
h. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. Perhubungan;
j. Komunikasi dan informatika;
k. Koperasi, usaha kecil dan menengah;
l. Penanaman modal;
m. Kepemudaan dan olahraga;
n. Statistik;
o. Persandian;
p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan dan
r. Kearsipan.

Selanjutnya seperti yang tertulis dalam pasal 12 ayat 2 UU No. 23

tahun 2014 yang secara jelas menempatkan penyelenggaraan bidang

kependudukan dan pencatatan sipil sebagai poin utama dalam urusan wajib

pemerintah daerah yang tidak memiliki kaitan dengan pelayanan dasar,

oleh karena itu pemerintah daerah wajib melaksanakan program tersebut

agar penyelenggaraan administrasi kependudukan dan catatan sipil yang

memiliki tujuan semata-mata demi kesejahteraan masyarakat pada

umumnya dapat tercapai.

Penyelenggaraan bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang

merupakan tugas wajib dari pemerintah dalam menjalankan kewajibannya

untuk meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan kepada

masyarakat yang berguna untuk mewujudkan keadilan dan pemerataan

pelayanan serta penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang pelayanan yang

kesemuanya berjalan selaras dengan pembangunan sarana dan prasarana

yang lengkap bagi masyarakat, untuk mempermudah peningkatan

pelayanan.

2.2.3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik
Berdasarkan Undang-Undang 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, pada pasal 1 (satu) disebutkan:

1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan


dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
2. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
3. Atasan satuan kerja Penyelenggara adalah pimpinan satuan
kerja yang membawahi secara langsung satu atau lebih satuan
kerja yang melaksanakan pelayanan publik.
4. Organisasi penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya
disebut Organisasi Penyelenggara adalah satuan kerja
penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
5. Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya disebut
Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang
yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang
bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan
pelayanan publik.
6. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun
penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun
badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
7. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
8. Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi
keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam
standar pelayanan.
9. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut
Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme
penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada
masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin,
tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa
lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

2.2.4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,

pada pasa 1 ayat 15 menyatakan bahwa “Pencatatan Sipil adalah

pencatatan Pristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register


Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana”. Dilanjutkan lagi pada pasal 27

ayat 1 bahwa “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada

Instansi Pelaksana setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak

kelahiran”. Sedangkan pada ayat 2 menyatakan “Berdasarkan laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat

pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran.

Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, tertulis tujuan dari terselenggaranya “Administrasi

Kependudukan sebagai suatu sistem, bagi Penduduk diharapkan dapat

memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif penduduk dalam

pelayanan publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan

penerbitan Dokumen Kependudukan tanpa ada perlakuan yang

diskriminatif melalui peran aktif Pemerintah dan pemerintah daerah”.

2.2.5 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Definisi dari pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan oleh Instansi

Pemerintah.
Instansi Pemerintah menjadi sebutan kolektif meliputi satuan kerja

atau satuan organisasi Kementrian, Departemen, Lembaga Pemerintahan

Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi

Negara dan Instansi Pemerintah lainnya, baik yang berada di pusat maupun

daerah dan pelaksana dari kegiatan disebut unit penyelenggara, yang

ditujukan kepada unit-unit kerja pada instansi Pemerintah yang secara

langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.

Penerima pelayanan publik itu sendiri adalah orang, masyarakat,

instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari

instansi pemerintah, dimana urusan biaya administrasi yang harus

dikeluarkan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku terkait

besaran dan tata cara pembayaran. Hal ini juga harus diukur oleh Indeks

Kepuasan Masyarakat, yang menjadi tolak ukur tingkat kepuasan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari

penyelenggara atau pemberi layanan.

2.2.6 Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 10 Tahun 2010 Tentang

Penyelengaraan Administrasi Kependudukan Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan beban kerja dan tolak ukur dari banyaknya penerbitan

akta-akta catatan sipil, luas wilayah, jumlah penduduk dan lain-lain, maka

Kabupaten Aceh Utara menyatakan penyelenggaraan kependudukan dan

pencatatan sipil merupakan urusan wajib bagi pemerintah kabupaten dalam


rangka memberi perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi

dan/atau status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialami oleh para penduduk yang berada di dalam maupun di

luar wilayah Kabupaten Aceh Utara.

Hal ini sebagai tindak lanjut penjabaran pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, oleh karena

itu dianggap perlu untuk membentuk Qanun Kabupaten Aceh Utara tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, dimana di dalamnya diatur

tata cara kepengurusan administrasi kependudukan.

Menyangkut dengan permasalahan yang peneliti angkat berada di

Kabupaten Aceh Utara mengenai Strategi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di

Kabupaten Aceh Utara, maka peneliti memperhatikan rencana kerja

peningkatan kinerja berdasarkan volume pencatatan dan penerbitan akta

kelahiran di lingkungan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara apakah sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh

Utara No. 11 Tahun 2010 menyangkut Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan di Kabupaten Aceh Utara.

2.3. Hasil Penelitian Sebelumnya

Pencarian terhadap wacana penelitian yang dilakukan adalah upaya

memperjelas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian


sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

yang telah dipublikasikan dalam bentuk skripsi.

Hasil penelitian dari Purna Praja Andini Deyla Andi Efendy di Institut

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2013 dengan judul “Kinerja

Aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Akta

Kelahiran di Kabupaten Jeneponto” bahwa dalam hal pemberian pelayanan

akta kelahiran kepada masyarakat kinerja aparat dilihat dari beberapa

aspek, seperti: aspek produktivitas, aspek kualitas layanan, responsivitas

terharap layanan yang diberikan serta akuntabilitas data yang diperoleh.

Hasil penelitian dari Purna Praja Ria Fitriyani Albaar di Institut Ilmu

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tahun 2016 dengan judul “Strategi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dalam Meningkatkan

Pelayanan Akta Kelahiran di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara” yang

secara metodologi menggunakan analisis ASOCA yang mencakup faktor

kemampuan, kekuatan, peluang, budaya dan kecerdasan. Pemberian

pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat dinilai dari beberapa dimensi

dalam melihat kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil terkait pelayanan akta kelahiran. Dimensi-dimensi tersebut antara lain:

nyata/berwujud (tangible), kehandalan (reliability), cepat tanggap

(responsiveness), kepastian/jaminan (assurance) dan empati (empathy).

Penulis dalam hal ini melakukan penelitian lebih lanjut yang terkait

dengan strategi dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran. Disini


penulis mencoba merumuskan masalah tentang bagaimana strategi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam meningkatkan pelayanan akta

kelahiran, dalam hal ini konkritnya adalah peningkatan jumlah pembuatan

akta kelahiran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi

hambatan-hambatan yang terjadi. Penulis mencoba menggunakan teori

SWOT dan beberapa hal lain dalam mengamati kualitas pelayanan yang

diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terkait pelayanan

akan akta kelahiran, dimana mencoba menambahkan faktor-faktor

perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam membatu

tercapainya proses tertib administrasi di masyarakat. Sebagaimana tertulis

produk pelayanan tersebut harus memenuhi tiga indikator, yaitu:

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia


layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan
pengguna layanan.
2. Responsibility atau responsibilitas
3. Accountability atau akuntabilitas

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah pola berpikir yang dilakukan oleh

peneliti dalam mencari hubungan permasalahan yang ditampilkan. Menurut

Sugiyono (2009:60) mengatakan bahwa “kerangka berfikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.


Seiring dengan pelaksanaan otonomi yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab yang diberikan kepada kabupaten/kota, maka

pemerintah daerah kabupaten/kota dituntut untuk melaksanakan pelayanan

sebaik-baiknya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai

berdasarkan apa yang tertulis pada pasal 12 ayat 2 Undang- Undang

Nomor 23 Tahun 2014 secara jelas dikatakan penyelenggaraan bidang

kependudukan dan pencatatan sipil sebagai poin pertama urusan wajib

pemerintahan daerah yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, untuk

itu pemerintah daerah wajib melaksanakan program tersebut dimana

penyelenggaraan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

bertujuan untuk pencapaian tujuan negara dan semata-mata demi

kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah merupakan

sebuah rangkaian dari kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan

dokumen dan Data Kependudukan, dimana pengelolaan informasi

Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya digunakan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pembangunan sektor

lain.

Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan

bidang akta kelahiran harus memiliki strategi untuk digunakan pihak

pemerintah, baik itu dengan peningkatan pelayanan dan mencari faktor

penghambat dari perbaikan kualitas pelayanan. Pembentukan suatu


organisasi tentunya tidak lepas dari tujuan dibentuknya organisasi tersebut

dimana Pemerintah Daerah Nomor 11 tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yang dibuat untuk merubah

Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Utara nomor 26 tahun 2005 tentang

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Pemerintah

Kabupaten Aceh Utara, dimana di dalamnya terdapat dinas kependudukan

dan Pencatatan Sipil yang menyelenggarakan pelayanan administrasi

kependudukan.

Peningkatan pelayanan di Kabupaten Aceh Utara tidak lepas dari

peranan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

sebagai sarana penyelenggaraan pelayanan, khususnya peningkatan

terdapat faktor penghambat, untuk itu dibutuhkan strategi dalam mengatasi

hambatan terserbut.

Untuk menghimpun faktor-faktor tersebut di atas maka penulis

menggunakan metode analisis SWOT. Pemilihan metode analisis SWOT

dikarenakan metode analisis ini mampu menghimpun faktor penghambat

internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan pelayanan akta

kelahiran. Analisis SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu

identifikasi atas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi yang diperlukan dalam perbaikan pelayanan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), akan tetapi secara


bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan

ancaman( threats). Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti

ditempuh dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama,

identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang

paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen

pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang

(eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga,

lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen pendidikan.

Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan

untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan

masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima,

tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun

suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Sejalan dengan metode yang digunakan penulis menggunakan

teori optimalisasi yang dikemukan oleh Winardi (1999:363), yaitu dengan

cara meningkatkan volume pencatatan dan penerbitan akta kelahiran pada

Kantor Catatan Sipil Aceh Utara, dengan cara meningkatkan pelayanan

sesuai dengan kemampuan yang ada. Untuk mendapatkan uraian

mengenai hasil kegiatan yang menjadi tolak ukur sasaran kinerja yang

diinginkan, maka diadakan perumusan ukuran kinerja dan sasaran kinerja

sehingga dapat dilakukan evaluasi dan dijadikan sebagai acuan tingkat


keberhasilan dari program ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam


penelitian ini dapat digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

1. UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


2. UU No.24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas UU No. 23
Tentang Administrasi Kependudukan
3. UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
4. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63
Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Publik
5. Qanun Kabupaten Aceh Utara No.10 Tahun 2010 Tentang
Penyelengaraan Administrasi Kependudukan Kabupaten Aceh
Utara

DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL


STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN AKTA KELAHIRAN

STRATEGI PENINGKATAN

PELAYANAN AKTA KELAHIRAN Upaya


Faktor
mengatasi faktor
Penghambat: 1. Strategi SO; penghambat:
a. Kelemahan
2. Strategi WO;
3. Strategi ST dan; a. Eksternal
b. Ancaman
4. Strategi WT. b. Internal

(Rangkuti; 2004)

PENINGKATAN PELAYANAN AKTA KELAHIRAN


YANG DIHARAPKAN

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada suatu penelitian diperlukan metode agar apa yang diteliti

mempunyai tujuan pelaksanaan penelitian yang sesuai dengan apa yang

diharapkan. Penelitian atau riset sendiri berasal dari terjemahan kata

research (bahasa Inggris). Research sendiri diambil dari dua kata Re yang

berarti kembali dan search yang berarti mencari atau mencari kembali.
Menurut Kumar (2011:24): “research design is crucial in enabling

you to arrive at valid findings, comparisons and conclucions”. Dari

penjelasan di atas dijelaskan bahwa desain penelitian sangat penting dalam

sebuah penelitian, dimana hal tersebut memungkinkan peneliti dalam

penemuan yang nyata atau dilapangan serta perbandingan dan

pengambilan kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif, dimana informasi dan pemahaman yang berusaha

dicari berdasarkan fakta atau kenyataan yang terjadi dilapangan atau lokasi

penelitian. Dimana penelitian tersebut selanjutnya ditelaah atau dianalisa

dari fenomena yang muncul sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan

sistematis dalam rangka memecahkan masalah penelitian yang dihadapi.

Seperti yang dijelaskan oleh Neuman (2006): “Qulitative researcher

develops theory during the data collection process, this more inductive

method means that theory is built from data or grounded in data. Many

research use grounded theory. It makes qualitative research flexible and

lets data and theory interact. Qualitative research remain open to the

unexpected are wiling to change the direction or focus of a research project

and may abandon their original question in the middle of the project.”

Maksud dari pendapat di atas adalah Peneliti yang menggunakan

metode kualitatif umumnya mengembangkan teori yang digunakan selama

proses pengumpulan data, ini lebih bersifat induktif dimana teori yang
dibangun harus berdasarkan data atau teori umum. Banyak Peneliti

menggunakan teori umum dari suatu metode ilmiah (grounded theory). Hal

ini membuat penelitian kualitatif menjadi lebih flexible dan membiarkan data

dan teori berinteraksi. Penelitian kualitatif mengingatkan untuk tetap

terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga dan dapat

merubah arah focus dari penelitian dan mungkin juga mengabaikan

pertanyaan aslinya di tengah-tengah proyek.

Penelitian kualitatif mengarah kepada pemahaman mendalam

mengenai organisasi atau peristiwa secara khusus, dibanding

mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah

populasi. Penelitian kualitatif juga disebut etno-metodologi atau penelitian

lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok

manusia dalam latar/setting sosial. Penelitian kualitatif tidak menjelaskan

perlakuan (treatment), atau memanipulasi variabel atau memaksakan

definisi operasional peneliti mengenai variabel-variabel pada peserta

penelitian. Sebaliknya, penelitian kualitatif membiarkan sebuah makna

muncul dari partisipan-partisipan itu sendiri.

Untuk memperjelas pandangan-pandangan tentang penelitian

kualitatif, Denzin & Lincoln (1994:60) menambahkan penjelasan sebagai

berikut: “Qualitative research aims to get a better understanding through

first-hand experience, truthful reporting, and quotations of actual

conversations. It aims to understand how the participants derive meaning


from their surroundings, and how their meaning influences their behavior.”

Dari beberapa definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif adalah memahami secara lebih baik dari penelitian

sebelumnya, penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan

mendeskripsikannya.

Sejalan dengan itu penulis merasa tepat menggunakan metode

kualitatif, sedangkan desain yang digunakan untuk menganalisis

kemungkinan penerapan program Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara ini adalah desain kualitatif dengan pola pendekatan

deskriptif, dengan pendekatan induktif sebagai acuan dalam penelitiannya.

Metode yang digunakan menjadi tepat karena berangkat dari fakta-fakta

empirik dalam pencarian kebenaran. Metode yang memaparkan situasi

atau peristiwa berdasarkan fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu, yang merupakan non-hipotesis karena tidak menguji sehingga

dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis, tetapi

memaparkan temuan dan mencari jawaban dari masalah penelitian.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah bagaimana mendeskripsikan atau

menggambarkan apa yang menjadi fokus dari suatu penelitian yang

menyangkut penelitian yang diteliti oleh penulis untuk menjawab masalah-

masalah yang diangkat di dalam penelitian. Kerangka efektivitas terbagi


menjadi pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.

Penelitian ini dibuat meliputi ruang lingkup Strategi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Akta

Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara, dengan memperhatikan berbagai

macam faktor yang ada, seperti faktor penghambat dalam

penyelenggaraan pelayanan akta kelahiran. Lingkup penelitian yang

dilakukan penulis memuat tentang dimensi dan indikator yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan pelayanan akta kelahiran

terlaksana.

Lingkup penelitian yang difokuskan oleh peneliti dapat dilihat dari

tabel yang ada di halaman berikut:

Tabel 3.1

Lingkup Penelitian

No Konsep Dimensi Indikator

1. Strategi dalam 1. Strenghts (S) 1. Adanya dukungan pimpinan;


meningkatkan (Kekuatan) 2. Adanya dispensasi
pelayanan akta pencatatan dan penerbitan
kelahiran akte kelahiran;
3. Adanya mekanisme
pelayanan yang mudah dan
cepat;
4. Adanya penyuluhan kepada
masyarakat secara berkala;
5. Adanya pelayanan lapangan.
1. Adanya program/kegiatan
sosialisasi kepada
masyarakat;
2. Adanya dukungan RT/RW
2. Oppurtunities (O)
dan Tokoh Masyarakat;
(Peluang)
3. Adanya Peranan Pemerintah
Pusat dalam mensukseskan
program kependudukan
4. Kemampuan aparatur dalam
membangkitkan/memberi
2. motivasi kepada masyarakat.

1. Rendahnya kesadaran
masyarakat untuk
mengurus akta kelahiran;
2. Jauhnya jarak Kantor
Catatan Sipil Kab. Dati II
Aceh Utara dengan
3. Weakness (W) beberapa wilayah
(Kelemahan) kecamatan/desa;
3. Jumlah tenaga penyuluh
relatif kecil sedangkan
kwalitasnya relatif rendah;
4. Persyaratan yang
diperlukan dirasakan oleh
Faktor masyarakat terlalu berat.
Penghambat

1. Minimnya pengawasan yang


dilakukan;
2. Sumber Daya Manusia yang
kurang;
3. Sarana dan Prasarana.
4. Threats (T)
(Hambatan)

3.3 Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi (data yang telah

diolah sehingga memiliki makna untuk penerima data (informasi)), sekaligus

yang menjadi sumber data dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman


(2003:394-395), narasumber juga memiliki karakteristik masing-masing,

seperti berikut:

The ideal informan has four characteristic:

1. The informant is totally familiar with the culture and is position


to witness significant events makes a good informant;
2. The individual is currently involved in the field;
3. The person can spend time with the researcher, and
4. Non analytic individuals make better informants, a non analytic
informant is familiar with and uses native folk theory or
pragmatic common sense.

Menurut Arikunto makna dari informan yaitu “informan adalah orang

yang memberikan informasi”. Dalam penelitian kualitatif, penentuan

informan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Purposive sampling dimana informan ditentukan sesuai


dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti.
2. Criterion based selection yaitu penentuan informan
berdasarkan Kriteria tertentu sesuai dengan jenis data yang
diinginkan peneliti.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Purposive sampling

dalam menentukan informan, dengan melihat ciri-ciri sampel purposive

yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Djam’an satori

yaitu :

Tabel 3.2
Daftar Informan

NO INFORMAN JUMLAH

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1 Orang

2. Subbag Keuangan & Perencanaan 1 Orang

3. Subbag Umum & Kepegawaian 1 Orang

4. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil 1 Orang

5. Masyarakat 4 Orang

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam

penelitian. Metode pengumpulan data sangat erat kaitannya dengan

masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Banyak masalah-masalah

dalam suatu penelitian tidak dapat diselesaikan oleh karena metode

pengumpulan datanya yang digunakan tidak menghasilkan data seperti

yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik

pengumpulan data kualitatif yaitu melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi.

Menurut yang tertulis dalam buku Research Design oleh Creswell

(2014:229)

“The data collection steps include setting the boundaries for the

study, collecting information through unstructured or semi

structured observations and interviews, documents, and visual


materials, as well as establishing the protocol for recording

information”. Artinya adalah teknik pengumpulan data adalah

langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi

penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan

wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi,

materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk

merekam/mencatat informasi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknis

penelitian lapangan (field research), yaitu dengan mengumpulkan data-data

informasi secara langsung di lokasi penelitian. Peneliti pada penelitian ini

melakukan penelitian langsung dilapangan, hal ini dilakukan agar dapat

mengumpulkan data dan informasi secara langsung yang dilakukan di

lokasi penelitian dan obyek penelitian.

Untuk mendapatakan data yang akurat, lengkap, dapat

diandalkan dan serta dapat diyakini keberadaannya, dalam penelitian

penulis mencari data dengan cara sebagai berikut, beberapa wawancara ini

melibatkan pertanyaan-pertanyaan secara umum tidak terstruktur

(unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended). Jumlah pertanyaan untuk

wawancara ini relatif masih sedikit dan digunakan hanya untuk memperoleh

pandangan dan opini yang muncul dari partisipan.

Teknik wawancara dilaksanakan dengan melakukan tatap muka

dengan pihak-pihak yang dianggap menguasai atau berkompeten dalam


bidang yang diteliti antara lain, Kepala Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil, Aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan

masyarakat sebagai penerima manfaat serta berbagai narasumber lain

yang sekiranya menunjang dalam proses pengumpulan data.

Observasi adalah Mengadakan pengamatan langsung terhadap

suatu objek penelitian, dengan melihat dan mengamati kegiatan yang

berjalan, serta mencatat data-data yang diperlukan untuk diteliti.

Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek pada penelitian

ini penulis langsung turun ke lapangan untuk melihat dari dekat kegiatan

yang berkaitan dengan strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

terhadap pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

Dokumentasi merupakan catatan pristiwa masa lampau. Dokumen-

dokumen yang dikumpulkan bisa berupa dokumen publik (seperti Koran,

makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti buku harian,

diary, surat, e-mail). Pengumpulan dokumen intern berupa memo,

pengumuman, intruksi, aturan lembaga di lapangan.

Teknik dokumentasi yang digunakan oleh penulis adalah dengan

cara mengumpulkan dan mempelajari berbagai dokumen tentang

penyelenggaraan kependudukan dan catatan sipil di Aceh Utara.

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam

metode ilmiah, menurut Susan Stainback (1988) “data analysis is critical to

the qualitative research process. It is to recognition, study and

understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses

and assertion can be developed and evaluated”.

Aktivitas dan analisis data menurut model Miles dan Huberman

dalam Sugiyono (2012:246) yang disadur dari Berg (2001:24) adalah “data

analysis can be defined as consisting of three concurrent flows of action:

data reduction. Data display, and conclusions and verification”:Data

reduction, data display, dan conclusion drawing / verification.”

Selengkapnya menurut artinya apa yang dikatakan Berg, adalah:

1. Data Reduction (ReduksiData),
mereduksi data berarti merangkum,


memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi
data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
2. Data Display (Penyajian Data)
dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan
tidak bersifat mutlak, karena akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang diutarakan pada
tahap awal, disertai oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten setelah
peneliti kembali untuk mengumpulkan data di lapangan, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengamatan dalam kegiatan magang ini

dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, dengan difokuskan

pada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Untuk melengkapi data-data yang

diperlukan maka penulis juga berencana mencari informasi pada Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

3.6.2 Lokasi Jadwal Penelitian

Penyusunan skripsi pada tahun akademik 2016/2017 dimulai

dengan kegiatan pengajuan usulan penelitian selama kurang lebih kurang

satu bulan, selanjutnya dilakukan penelitian dan pengumpulan data

ditempat yang telah disetujui melalui usulan penelitian. Penelitian lapangan

dan magang dalam rangka pengumpulan data dilakukan sesuai jadwal yang

ditentukan fakultas, yaitu sebagai berikut :


Tabel 3.4
Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
No Kegiatan 2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan
1. Usulan
Penelitian
Pendaftaran
2. Ujian Usulan
Penelitian
Seminar
3. Usulan
Penelitian
Perbaikan
4. Usulan
Penelitian
Magang
5.
(Penelitian)
Bimbingan
6.
Skripsi
Kuliah Kerja
7
Nyata (KKN)
Pendaftaran
dan
8
Pengumpulan
Skripsi Gel. 1
Ujian Skripsi
9
Gel. 1
Perbaikan
10
Skripsi Gel. 1
Pendaftaran
11.
dan
Pengumpulan
Skripsi Gel. 2
Ujian Skripsi
12
Gel. 2
Perbaikan &
10 Ujian Susulan
Skripsi
Yudisium &
11
Wisuda
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2016/2017

Keterangan : = Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Utara

4.1.1.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten di Wilayah

Provinsi Aceh adalah yang terletak paling barat ujung pulau Sumatera di Negara

Indonesia, dan berada di pesisir dan dataran tinggi. Kabupaten Aceh Utara terletak

pada geografis dengan titik koordinat 96.52.000-97.31.000 Bujur Timur dan

04.46.000-05.00.400 Lintang Utara. Secara administratif Kabupaten Aceh Utara

memiliki luas wilayah 3.296,86 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah;


c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen.

Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 Kecamatan, 70 Kemukiman, 852 Desa

(Gampong), secara rinci disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 4.2
Luas Wilayah, Jumlah Kemukiman, Gampong dan Kelurahan
Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
Jumlah
Luas
No Kecamatan Kemukima Gampon Keluraha Total
(km2)
n g n
1 Sawang 384,650 2 39 - 39
2 Nisam 193,470 3 29 - 29
3 Nisam Antara 30,000 1 6 - 6
4 Banda Baro 18,000 1 9 - 9
5 Kuta Makmur 151,320 3 39 - 39
6 Simpang Keuramat 79,780 2 16 - 16
7 Syamtalira Bayu 75,360 4 38 - 38
8 Geureudong Pase 271,450 - 11 - 11
9 Meurah Mulia 202,570 3 50 - 50
10 Matangkuli 78,650 4 49 - 49
11 Paya Bakong 418,320 4 39 - 39
12 Pirak Timu 45,990 2 23 - 23
13 Cot Girek 189,000 3 24 - 24
14 Tanah Jambo Aye 162,980 4 47 - 47
15 Langkahan 150,520 3 23 - 23
16 Seunuddon 100,630 3 33 - 33
17 Baktiya 158,670 3 57 - 57
18 Baktiya Barat 83,080 3 26 - 26
19 Lhoksukon 243,000 4 75 - 75
20 Tanah Luas 30,640 3 57 - 57
21 Nibong 44,910 2 20 - 20
22 Samudera 43,280 3 40 - 40
23 Syamtalira Aron 28,130 4 34 - 34
24 Tanah Pasir 20,290 1 18 - 18
25 Lapang 19,360 1 11 - 11
26 Muara Batu 33,340 2 24 - 24
27 Dewantara 39,470 2 15 - 15
Jumlah 3.296,860 70 852 - 852
Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2009

Pengelolaan wilayah di Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu merupakan

sektor terpenting dalam menunjang pengembangan wilayah yang terencana.

Wilayah disekitar sungai merupakan daerah yag sangat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial masyarakat. Pada daerah agraris

seperti Kabupaten Aceh Utara pengelolaan wilayah sungai menjadi lebih berarti

karena mempengaruhi ekonomi masyarakat.

Terdapat 5 (lima) sungai besar dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara

meliputi : Kr. Jambo Aye, Kr Keureto, Kr Pase, Kr. Nisam dan Kr. Mane yang

membentang dari arah hulu disekitar daratan tinggi di bagian selatan hingga

bermuara ke selat malaka di wilayah pesisir bagian utara. Pengelolaan sumber

daya air yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat untuk melangsungkan

kehidupan dan kesejahteraan yang diperlukan upaya-upaya strategis secara

berjenjang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 16 ( Enam Belas) Daerah Aliran Sungai (DAS),

sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2-1 berikut ini :

Tabel 4-1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Aceh Utara
Rata-rata Debit Sungai
No Nama DAS
(m2/det)
1 Kr. Mane 20.62
2 Kr. Tuan 0.21
3 Kr. Gunci 0.96
4 Kr. Lambayong 0.34
5 Kr. Sawang 5.37
6 Kr. Nisam 0.67
7 Kr. Kereuto 39.48
8 Kr. Pirak 1.10
9 Kr. Peuto 0.77
10 Kr. Kreh 0.24
11 Kr. Alue Leuhop 1.91
12 Kr. Pase 80.90
13 Kr. Jawa 0.56
14 Kr. Buloh 0.15
15 Kr. Beudari 0.65
16 Kr. Jambo Aye 141.27
Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2016

Peta 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Utara


Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian

lahan untuk budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan

dikembangkan. Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah

sangat penting terkait dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah /

lahan di Kabupaten Aceh Utara.

Secara umum sebaran jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh

Utara dapat dibedakan atas 2 kelompok besar, yaitu dominan kelompok

hidromorf di pesisir, sementara kelompok podsolik dominan di pedalaman.

Karakter ini selaras pula dengan kedalaman efektif tanah, di mana sejak

dari yang terdalam (>90 cm) sampai yang terdangkal (<30 cm) adalah

mengikuti pola dari pesisir ke pedalaman.

Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi

Aceh, termasuk tipe iklim muson; dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid &

Ferguson, termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih

kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh,

karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah

utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering

dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya.

Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar

antara 1000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi

pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi

di bulan Oktober-November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan

dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan
lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli,

dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April.

Rata-rata suhu udara adalah 300 C, dengan kisaran antara 260 C

sampai 360 C. Suhu rata-rata pada musim penghujan adalah 280 C, dan

pada musim kemarau suhu rata-rata adalah 32,80 C. Kelembaban udara

berkisar antara 84 – 89 %, dengan rata-rata 86,6 %.

Bencana alam gelombang pasang terjadi pada daerah di pesisir

Kabupaten Aceh Utara. Bencana alam ini merupakan ancaman laten yang

datang pada saat tertentu atau bila terjadi perubahan cuaca yang ekstrim.

Akibat dari bencana alam ini dapat menyebabkan pengikisan daratan di

wilayah pesisir.

Kawasan rawan gelombang pasang meliputi :

1. Kecamatan Muara Batu;

2. Kecamatan Dewantara;

3. Kecamatan Syamtalira Bayu;

4. Kecamatan Samudera;

5. Kecamatan Tanah Pasir;

6. Kecamatan Lapang;

7. Kecamatan Baktiya Barat; dan

8. Kecamatan Seunuddon.

4.1.1.2 Keadaan Demografi


Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 adalah

sebesar 529.751 jiwa. Dengan luas wilayah adalah 329.686 Ha, maka

kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Utara adalah 1,61 jiwa/km. Jumlah

penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon yaitu 43.998 jiwa dan

kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara yaitu 11 jiwa/ha

(pembulatan 10,99), sedangkan jumlah terkecil di Kecamatan Geureudong

Pase yaitu 4.448 jiwa dan 1 jiwa/ha (pembulatan 0,17). Bila dilihat dari

letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar

sumbu wilayah atau di sekitar Jalan Nasional cenderung mempunyai jumlah

dan kepadatan penduduk lebih besar.

Angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Aceh Utara

tahun 2000-2010 adalah sebesar 1,76 % per tahun. Sementara LPP untuk

masing-masing kecamatan sangat bervariasi ada yang lebih besar dari 3 %

tersebut, sampai ada yang negatif pertumbuhan penduduknya. Kecamatan-

kecamatan di atas LPP Kabupaten Aceh Utara, ternyata terletak di sekitar

sumbu wilayah, dan LPP yang negatif umumnya yang terletak ke arah

pedalaman.

Terkait dengan peristiwa bencana alam gempa dan gelombang

tsunami 26 Desember 2004, maka terjadi penurunan nilai LPP pada

beberapa kecamatan pada tahun 2004-2005. Penurunan LPP ini terjadi

pada kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir yang terkena dampak

langsung. Dalam hal ini diindikasikan adanya pertumbuhan negatif di


Kecamatan Muara Batu, Syamtalira Bayu, Samudera, Tanah Pasir, Lapang,

Seunuddon dan Tanah Jambo Aye.

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara

1. Sejarah Singkat Kantor Capil Kabupaten Aceh Utara

Lembaga catatan sipil sejak zaman kolonial Belanda telah ada, tapi

bukan beraarti semua penduduk indonesia mendapatkan kesempatan

didalamnya, lembaga tersebut hanya dilaksanakan untuk kepentingan

golongan Eropa, dan orang-orang yang hukumnya di persamakan dengan

hukum yang berlaku bagi eropa dan Timur Asing serta sebahagian kecil

golongan Indonesia dari tingkat bangsawan dan pegawai Negeri, hal

tersebut membuat keterbelakangan bagi Bangsa Indonesia untuk

memahami peraturan-peraturan mengenai catatan sipil seperti yang kita

alami saat ini.

Keadaan ini berlanjut hingga Indonesia memperoleh nilai

kemerdekaannya. Walaupun didalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat 1 telah

ditentukan bahwa semua warga Negara bersamaan kedudukannya

dihadapan hukum dan pemerintah namun baru pada tahun 1966 perbedaan

pelayanan catatan sipil ini dihapuskan yaitu dengan keluarnya instruksi

presiden kabinet nomor 31/V/IN/12/1966 tanggal 27 Desember 1966 antara

lain isinya: tidak menggunakan penggolongan-penggolongan penduduk

dan pencatatan terbuka bagi seluruh bagi Indonesia. Walaupun demikian

secara operasionalnya masih dipergunakan UUD Catatan Sipil Kolonial


yang beraneka ragam, yang menjadi permasalahan didalam

pelaksanaannya. Kantor Catatan Sipil yang pada mulanya belum jelas

bernaung dibawah departemen yang maka, dengan keluarnya keputusan

president republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1983 tanggal 25 februari

1983 tentang penataan dan peningkatan pembinaan penyelenggaraan

catatan sipil, ditetapkan bahwa, menteri dalam negeri secara fungsional

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan

pencatatan sipil, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (pasal 1/i). Pencatatan sipil merupakan kegiatan pelayanan

pemerintah yang menyangkut keududkan hukim seseoang yang pada suatu

saat dapat dipergunakan sebagai kekuatan dan kepastian hukum atas diri

seseorang dalam hubungan dengan akta sebagai alat bukti. Selain

bermanfaat bagi setiap individu khususnya juga menunjangnya program

pemerintah dalam melaksanakan pendataan penduduk, dan meningkatkan

kepastian bagi warga negara pada umumnya.

Meningta akta-ata pencatatan sipil ini terutama akta kelahiran

semakin penting, bukan saja dari yuridisnya tetapi juga dalam praktek akta

kelahiran ini telah dipakai sebagai pelengkap data pribadi seseorang

terutama dalam memasuki sekolah, melamar pekerjaan, membuat pasport

dan sebagainya, maka sudah barang tentu pelayanan dalam pencatatan

dan penertiban akta kelahiran semakin meningkat.


2. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara Dalam menjalankan programnya, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara memiliki Visi dan Misi sebagai

berikut:

Visi : “Terciptanya tertib administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

yang terpercaya”.

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan prima bidang administrasi kependudukan dan

pencatatan sipil kepada masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas data dan informasi yang akurat bidang

kependudukan dan pencatatan sipil.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

4. Meningkatkan kualitas aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara

3. Job Description

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang

kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan. Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara sebagai berikut:


Merumuskan kebijakan teknis dibidang kependudukan dan

pencatatan sipil.

1) Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

kependudukan dan pencatatan sipil.

2) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kependudukan dan

pencatatan sipil.

3) Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

Menjamin kerahasian dan keamana data atas peristiwa

kependudukan danperistiwa penting

1) Melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang

disampaikanoleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil

2) Menyediakan data Agregat Kependudukan dan Pencatatan sipil

3) Melaksanajan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

a) Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian

administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggaan

dan urusan lainnya. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut

diatas, Sekretariat mempunyai fungsi:

Menyusun rencana kegiatan kerja


1) Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan

barang dinas

2) Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum

dinas

3) Mengelola urusan administrasi keuangan serta rencana penyusunan

laporan keuangan Dinas

4) Mengevaluasi dan melaporkan pelaksaan rencana program kerja dinas

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

Sekretariat terdiri dari:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Penyusunan Program dan Data

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seoarang Kepala Sub Bagian yang

dalam melaksanakan tugasnya dibawah dan bertanggung jawab kepada

Sekretaris.

1) Sub bagian Umum mempunyai tugas mengelola surta menyurat, surat

keterangan Bidang kependudukan dan pencatatan sipil, pengadaan

barang dan perlengkapan kerumahtanggaan, mengelola administrasi

dibidang kepegawaian serta urusan umum lainnya.

2) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola Administrasi

keuangan serta rencana penyusunan laporan keuangan.


3) Sub bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pengumpulan dan

menyiapkan bahan perumusan rencana dan program kerja dinas,

menganalisa dan menyajikan data serta mengevaluasi dan melaporkan

pelaksanaan rencana program kerja dinas.

b) Bidang Kependudukan

Bidang Kependudukan dipimpin oleh seoarang Kepala Bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas. Bidang Kependudukan mempunyai tugas

melaksanakan sebagai tugas dinas dibidang pelayanan dan pendaftaran

penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing. Untuk

melaksanakan tugasnya Bidang Kependudukan mempunyai fungsi:

1) Menyusun rencana kegiatan kerja

2) Registrasi Penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

dan pemberian Nomor Induk Kependudukan(NIK)

3) Melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan adminstrasi

penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

4) Mengumpulkan dan mengelola bahan pelayanan pendaftaran

penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

5) Melaksanakan kegiatan penerbitan Kartu keluarga (KK) dan Kartu

Tanda Penduduk (KTP)


6) Mengelola pendaftaran dan pencatatan mutasi penduduk Warga

Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

7) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuaidengan bidang tugasnya.

Bidang Kependudukan terdiri dari:

1) Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan

2) Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

3) Seksi Mutasi Penduduk

Setiap Seksi dipimpin oleh seoarang Kepla Seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Bidang.

1) Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan

mempunyai tugas memverifikasi dan memvalidasi formulir bio data

penduduk danmerekam data ke dalam database kependudukan untuk

mendapatkan NIK.

2) Seksi Mutasi Penduduk mempunyai tugas memeriksa dan

meneliti/pindah datang, merekam data ke dalam data base

kependudukan, menertibkan surat keterangan pindah/pindah datang

antar kabupaten/kota dalam satu propinsi dan pindah/pindah datang

antar propinsi

3) Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk mempunyai tugas

memverifikasi dan memvalidasi data penduduk dan kelengkapan


berkas persyaratan, merekam data kedalam database, menerbitkan KK

dan KTP.

c) Bidang Pencatatan Sipil

Bidang Pencatatan Sipil dipimpin oleh seoarang Kepala Bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas. Bidang Pencatatan Sipil mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pelayanan pencatatan sipil

penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing untuk

melaksanakan tugas Bidang Pencatatan Sipil mempunyai fungsi:

Menyusun rencana kegiatan kerja

1) Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti

berkas pencatatan, mengelola data serta penerbitkan Akta Kelahiran,

Aktakematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan

Anak.

2) Melaksanakan pendaftran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti

berkas pencatatan, serta mencatat pengesahan dan pengangkatan

anak, perubahan nama Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang

Asing

3) Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti

berkas pencatatan, serta mengelola perubahan status

kewarganegaraan
4) Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti

berkas pencatatan, serta mencatat pembatalan perkawinan dan

perceraian

5) Melaksanakan pencatatan peristiwa penting lainnya

6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuaidengan bidang tugasnya.

Bidang Catatan Sipil terdiri dari:

a. Seksi Kelahiran dan Kematian

b. Seksi Perkawinan dan Perceraian

c. Seksi Perubahan Data

Setiap seksi dipimpin oleh seoarang Kepala Seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Bidang Pencatatan Sipil. Seksi kelahiran dan Kematian mempunyai

tugas menyiapkan bahan pencatatan, pendaftaran dan memeriksa meneliti

berkas pencatatan serta mengelola data dan menerbitkan akta kelahiran

dan akta kematian bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

Seksi Perkawinan dan Perceraian mempunyai tugas menyiapkan

bahan pencatatan, pendaftaran dan memeriksa dan meneliti berkas

pencatatan serta mengelola data dan menerbitkan akta perkawinan dan

akta perceraian bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing

Seksi Perubahan Data mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan

data, memeriksa dan meneliti berkas serta mengelola data dan menerbitkan

Akta Pengakuan Anak, pendaftaran dan pencatatan pengesahan dan


pengangkatan Anak, perubahan nama, perubahan status

kewarganegaraan, menerbitkan salinan dan Akta Kutipan II dan seterusnya

serta mencatat peristiwa penting lainnya bagi Warga Negara Indonesia

(WNI) dan OrangAsing.

d) Bidang Data Kependudukan

Bidang Data Kependudukan dipimpin oleh Kepala Bidang yang

dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas. Bidang Data Kependudukan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang Pengelolaan Data dan

Laporan Penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara

Asing (WNA)Untuk melaksanakan tugas Bidang Data Kependudukan

mempunyai fungsi:

Menyusun rencana kegiatan kerja

a. Menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan

pencatatan sipil dalam data base kependudukan

b. Menjaga kerahasian data Individu masyarakat

c. Menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Pencatatan Sipil

sebagai dasar pengolahan data Statistik dan laporan data

Kependudukan

d. Menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Admistrasi

Kependudukan dan Pencatatan sipil


Memeriksa, mengesahkan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum

diarsipkan serta mengelola dan menyimpan dokumen Kependudukan dan

Pencatatan sipil

1) Menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan pelaksanaan penyukuhan

Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil WNI/Orang Asing

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan bidang tugasnya

Bidang Data Kependudukan terdiri dari:

1) Seksi Data kependudukan

2) Seksi Penyimpanan Dokumen Kependudukan

3) Seksi Penyuluhan

Setiap seksi dipimpin oleh seoarang kepala Seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Bidang Data kependudukan

1) Seksi Data kependudukan mempunyai tugas, menyiapkan dan

memelihara akurasi data kependudukan dan pencatatan sipil dalam

database kependudukan, menjaga kerahasian data individu masyarakat,

menyediakan data agregat kependudukan dan pencatatan sipil sebagai

dasarpengolahan bahan statistik dan laporan data kependudukan,

menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil

2) Seksi penyimpanan dokumen kependudukan mempunyai tugas

melaksanakan pemeriksaan, pengesahan dokumen berkas yang telah


dikeluarkan sebelum diarsipkan serta mengelola dan menyimpan

dokumen kependudukan dan pencatatan sipil

3) Seksi penyuluhan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan data untuk

kegiatan pelaksanaan penyuluhan bidang kependudukan dan

pencatatan sipil WNI/Orang Asing.

4. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Dan pengendalian

Kependudukan

Bidang pengelolaan informasi administrasi dan pengendalian

kependudukan dipimpin oleh seoarang kepala Bidang yang dalam

melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas. Bidang pengelolaan informasi administrasi dan pengendalian

kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

dibidang pengendalian dan pengawasan, serta penyuluhan pendaftaran

penduduk Warga Negara Indonesia(WNI )dan Warga Negara Asing (WNA).

Untuk melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan informasi Administrasi

Pengendalian Penduduk mempunyai fungsi:

1) Menyusun rencana kerja

2) Pengolahan data dan menyusun grafik data statistik

3) Memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Pencatatan

Sipil melalui papan informasi maupun secara lisan

4) Pemeriksaan data dan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum

diarsipkan
5) Pengendalian, pemantauan, pengawasan dan penyelidikan terhadap

penyelenggaraan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

Pengendalian, pemantauan dan pengawasan mobilitas penduduk dan

aruskomuter penduduk

6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuaidengan bidang tugasnya.

Bidang pengelolaan informasi administrasi dan pengendalian

kependudukan terdiri dari :

1) Seksi pengelolaan informasi administrasi kependudukan

2) Seksi pengendalian kependudukan

Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Pengendalian Kependudukan.

Seksi pengelolaan informasi administrasi kependudukan

mempunyaitugas melaksanakan pengolahan data dan menyusun grafik

data statistik serta memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan

dan Pencatatan Sipil melalui papan informasi maupun secara lisan

Seksi pengendalian penduduk mempunyai tugas melaksanakan

pemeriksaan data dan berkas yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan

dan melaksanakan pengendalian, pemantauan, penyelidikan terhadap

penyelenggaraan admistrasi kependudukan dan pencatatan sipil.

6. Kelompok Jabatan Fungsional


Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil sesuai dengan

keahlian dan kebutuhan.

1) Kelompok jabatan fungsional dimaksud pada pasal tersebut diatas terdiri

dari sejumlah tenaga,dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi

dalam kelompok sesuai dengan keahliannya.

2) Setiap kelompok tersebut pada ayat 1 pasal ini dipimpin oleh seoarang

tenaga fungsional senior

3) Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, ditentukan

berdasarkan kebutuhan daerah

4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, diatur

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Jaringan Kegiatan

Instansi pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi

pemerintah yang menjalankan fungsi dan tugasnya berdasarkan ketentuan

yang berlaku. Begitu juga halnya pada dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu unsur penunjang

pemerintah Kabupaten Aceh Utara dimana kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan kegiatan tugas pencatatan sipil dan bidang kependudukan.

Termasuk di dalamnya Menyediakan data agregat Kependudukan dan

akta-akta Pencatatan Sipil. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara yang berupaya Meningkatkan penyelenggaraan

kegiatan Pendaftaran Penduduk Warga Negara Indonesia dan Warga


Negara Asing serta penyelenggaraan pencatatan dan penerbitan akta-akta

pencatatan sipil, memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang

cepat, tepat dan mudah. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan

pelayanan prima kepada masyarakat dalam bidang administrasi

kependudukan.

8. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus

dijalankan sesuai dengan tujuan instansi, butuh waktu untuk mencapai itu

semua, begitu juga pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan

dapat tewujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena

membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong tercapainya hasil yang maksimal

diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang

dijalankan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil adalah dengan

membuat website tersendiri agar mempermudah masyarakat dalam

memperoleh informasi, selain itu dinas kependudukan dan pencatatan sipil

Kabupaten Aceh Utara juga bekerjasama dengan dinas pendidikan dalam

pembutan Kartu Tanda Penduduk bagi siswa dan bekerja sama dengan

Departemen Agama dalam membuat akta Perkawinan. Disamping itu Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga telah memiliki beberapa mobil

keliling , serta telah melakukan interaktif dengan masyarakat melaui radio.


9. Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan yang akan dilakukan oleh Dinas

Kependudukandan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah antara lain

sebagai berikut :

1) Revitalisasi pelatihan dan workshop pengembangan wawasan terhadap

pengelolahan E-KTP, E-AKTA dan SIAK bagi pengelola sistem

Kependuduka di Kabupaten Aceh Utara

2) Pameran pembangunan Administrasi Kependudukaan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

3) Peningkatan pelayanan publik dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara

4) Pendataan dan Penerbitan Akta Pencatatan Sipil dan Kependudukan.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Strategi meningkatkan pelayanan Akta Kelahiran di Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh

Menurut Rangkuti (2014:19) Analisis SWOT merupakan identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Untuk menguatkan analisis peneliti tentang peningkatan pelayanan akta

kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh

Utara maka terdapat beberapa upaya yang dilakukan Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara. Analisis yang menggunakan

faktor lingkungan untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai sasaran


atau tujuan yang diinginkan atau diharapkan disebut Analisis SWOT.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah antara lain :

1. Kekuatan (Strenght)

a. Adanya Dukungan Pimpinan

Peranan pimpinan dalam suatu organisasi itu sangatlah penting

karena keberadaan pimpinan yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah

satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Salah satu tugas

atau peran pimpinan yaitu harus bisa mengelola konflik dalam organisasi

yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan dengan baik

dan tidak ada yang merasa dirugikan. Pimpinan adalah seseorang yang

bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan

mereka guna mencapai sasaran organisasi.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Muhammad Zulfadli selaku

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

pada tanggal 6 Maret 2017 pukul 10:30 WIB, mengatakan bahwa:

Posisi pimpinan menjadi sangat krusial bila pemimpin yang


diharapkan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan serta
menjaga keseimbangan dalam organisasi. Bak panglima perang di
era global yang sarat kompetisi, pemimpin memiliki tugas menjamin
ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta
pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus
meningkatkan pelayanan yang baik yang diberikan pegawai
terhadap masyarakat yang mengunjungi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.
Wawancara bersama Ibu Agustina selaku Kasubbag Keuangan yang

dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017 Pukul 11:45 WIB beliau

menambahkan bahwa:

Dukungan pimpinan didalam organisasi khususny di Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara
pemimpin harus senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada
terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya
proses pekerjaan yang dilakukan pegawai dalam memberikan
pelayanan terhadap masyaralat ke arah yang dituju akan dapat
berlangsung tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan, oleh sebab itu seorang pemimpin harus peka terhadap
perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul,
baik yang kecil maupun yang besar.
Selanjutanya wawancara saya lakukan dengan Ibu Nurhayati selaku

Staff Kasubbag Keuangan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 7 Maret 2017 Pukul 11:00 WIB beliau

menambahkan bahwa:

Setiap tugas, ketertiban dan pelayanan tergantung pada sikap


pemimpin didalam organisasi yang diberikan terhadap pegawainya
agar mampu bekerja dan memberikan pelayanan yang baik terhadap
masyarakat. Pemimpin didalam organisasi memberikan pengarahan
dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas
sekelompok pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Aceh Utara. Pegawai pada Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara yakin bahwa tim tidak
akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya
untuk mencapai tujuan akhir yang sama dan memberikan pelayanan
yang baik terhadap masyarakat jika tidak dipengaruhi oleh dukungan
pemimpin didalam sebuah organisasi.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

Kepala Dinas, Kasubbag Keuangan dan Staff Kasubbag Keuangan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara bahwa

dukungan pemimpin didalam organisasi memiliki peran yang penting dalam


meningkatkan pelayanan yang akan diberikan terhadap masyarakat,

pelayanan yang diberikan pegawai akan menjadi lebih baik jika seorang

pemimpin mampu memberikan pengarahan kepada pegawainya agar

tujuan dalam memberikan kualitas pelayanan berjalan dengan baik.

b. Adanya Dispensasi Pencatatan dan Penerbitan Akta Kelahiran

Dispensasi merupakan pemberian kebebasan dari pemberlakuan

hukum untuk sebuah kasus khusus, dan kemudian diberikan dispensasi ini

yang hanya dapat digunakan oleh orang untuk memiliki wewenang yang

sah. Akan tetapi, orang yang menerima dispensasi tersebut sifatnya tetap

terikat pada hukum yang berlaku. Kemudian sumber lain menjelaskan

bahwa dispensasi adalah sebuah keputusan administrasi negara yang

membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan suatu peraturan yang

menolak perbuatan itu.

Berdasarkan wawancara dengan Murzani selaku sekretaris Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal

7 Maret 2017 pukul 12:30 WIB, beliau mengatakan bahwa:

Setiap pegawai yang melakukan kesalahan dalam pengurusan akta


kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Utara misalnya terlambat dalam penyelesaian akta
kelahiran masyarakat sehingga masyarakat banyak menyalahkan
tingkat pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Utara kurang baik, pemimpin selalu memberikan
dispensasi kepada pegawainya karena terjadinya hambatan akibat
sarana dan prasarana yang tersedia di kantor masih sangat kurang
dan kurang memadai.
Wawancara juga dilakukan dengan Rulia selaku pegawai di bidang

pencatatan sipil pada tanggal 8 Maret 2017 pukul 10:45 WIB juga

mengatakan bahwa:

Hambatan yang sering terjadi pada Dinas Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara khususnya pada bagian
dalam penyelesaian akta kelahiran masyarakat Kabupaten Aceh
Utara sering terjadi akibat sarana prasarana yang tersedia tidak
mencukupi, sehingga berkasa dalam penyelesaian akta kelahiran
masyarakat tidak diselesaikan tepat waktu, hal ini sangat dimaklumi
oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Aceh Utara Bapak Muhammad Zulfadhli selalu memberikan
dispensasi kepada pegawainya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris

dan pegawai di bidang pencatatan sipil Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara, melihat penjelasan dari mereka

peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam memberikan dispensasi

kepada pegawai akibat tidak tepat waktunya dalam penyelesaian akta

kelahiran masyarakat Kabupaten Aceh Utara sangat dimaklumi karena

sarana dan prasarana yang tersedia belum memadai sehingga pelayanan

dalam penyelesaian akta kelahiran sedikit terhambat dan terkesan

pelayanan yang diberikan kurang baik.

c. Adanya mekanisme pelayanan yang mudah dan cepat

Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan

umum, yang biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai

kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat

sebagai konsumen mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala


Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara beliau

mengatakan bahwa:

Salah satu yang dianggap sebagai biang keladi dalam pelayanan


merupakan tipe dari orang yang dimaksudkan untuk mencapai
tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir
secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang. Konsep
birokrasi bukan merupakan konsep yang buruk. Organisasi birokrasi
mempunyai keteraturan dalam hal pelaksanaan pekerjaan karena
mempunyai pembagian kerja dan struktur jabatan yang jelas
sehingga komponen birokrasi mempunyai tanggung jawab dan
wewenang untuk melaksanakan kewajibannya. Pelaksanaan
pekerjaan dalam orang birokrasi diatur dalam mekanisme dan
prosedur agar tidak mengalami penyimpangan dalam mencapai
tujuan orang.

Berbicara tentang mekanisme dan prosedur penyelesaian

pengaduan dalam pelayanan publik bahwa pelayanan publik sebagai

bagian dari upaya-upaya mewujudkan good governance didalam

organisasi, dapat dilihat melalui 3 langkah strategis.

Pertama, interaksi antara Negara (yang diwakili pemerintah) dengan

warganya, termasuk berbagai kelompok atau lembaga di luar pemerintah

dalam pelayanan publik. Idealnya, interaksi tersebut memaksa pemerintah

sebagai penyedia layanan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi

warganya.

Kedua, pelayanan publik merupakan ranah dimana prinsip-prinsip

good governance dapat diartikulasikan dengan lebih baik. Nilai-nilai good

governance seperti efektifitas, efisiensi, non-diskriminatif, berkeadilan,

berdaya tanggap tinggi dan akuntabilitas yang tinggi dapat direalisasikan

dalam penyelenggaraaan pelayanan publik. Nilai-nilai tersebut menjadi


mudah terlihat dan teraplikasikan pada pelayanan publik dalam kerangka

good governance.

Ketiga, pelayanan publik melibatkan semua kepentingan yang

berada di dalam negara. Pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar

memiliki kepentingan terhadap pelayanan publik yang lebih baik. Nasib

sebuah pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, tergantung dari

pelayanan publik yang dibangun. Kepercayaan dan legitimasi kekuasaan

mereka berasal dari pengguna layanan publik, yaitu masyarakat. Legitimasi

kekuasaan saat ini ditentukan pada keberpihakan pemerintah kepada

rakyatnya secara langsung. Bentuk pelayanan yang buruk menimbulkan

ketidakpercayaan masyarakat atas sebuah rezim pemerintahan.

Berdasarkan dari mekanisme dalam pelayanan tersebut, wawancara yang

dilakukan dengan Iriani selaku Bagian Umum dan Kepegawaian Kantor

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara tanggal 8

Maret 2017 pukul 12:30 WIB mengatakan bahwa:

Mekanisme pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kependudukan


dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara sudah dinilai cukup baik,
good governance yang dibentuk agar pelayanan yang diberikan
pegawai pun menjadi lebih baik sudah diupayakan, hanya
penyesuaian kebutuhan dalam penyelesaian akta kelahiran yang
harus lebih diperhatikan kembali agar bisa memberikan mekanisme
pelayanan yang mudah dan cepat agar masyarakat mendapat
pelayanan yang baik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai

mekanisme pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara tidak sepenuhnya baik, perlu di


upayakan kembali agar mekanisme pelayanan ditiningkatkan kembali agar

pelayanan dalam penyelesaian akta kelahiran berjalan dengan lancar dan

tidak mendapatkan keluhan dari masyarakat Kabupaten Aceh Utara.

d. Adanya penyuluhan kepada masyarakat secara berkala

Agar pelayanan berjalan dengan baik dalam penyelesaian akta

kelahiran di Kabupaten Aceh Utara dibutuhkan penyuluhan kepada

masyarakat kepada masyarakat secara berkala. Berdasarkan dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan Rulia selaku pegawai di bagian

pencatatan sipil pada tanggal 9 April 2017 pukul 10:20 WIB mengatakan

bahwa:

Agar pelayanan dapat berjalan lancar, masyarakat sebagai


penerima pelayanan juga harus mengerti akan prosedur pelayanan,
persyaratan yang dibutuhkan, dan waktu penyelesaian pelayanan
akta kelahiran. Dengan adanya Standar Operasional Prosedur yang
telah ditetapkan, pegawai dan masyarakat akan lebih memahami
prosedur pelayanan sehingga proses pelayanan yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancar.

Penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian

kualitas, yaitu: a) melakukan seleksi personil dengan baik; b) melakukan

standarisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi; c) memantau

kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, sehingga

pelayanan yang kurang baik dapat diketahui dan kemudian diperbaiki

(Soeprapto, 2011:18). Berdasarkan hasil wawancara dengan Nurhama

selaku pegawai bagian penyusunan program dan data pengendalian pada

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara,


kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara dalam melakukan penyuluhan adalah:

Memberikan sosialisasi Administrasi kependudukan dan pencatatan


sipil kepada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk
menyampaikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat
dari berbagai lapisan. Agar bisa memahami dalam keterlambatan
penyelesaian akta kelahiran akibat kurangnya sarana dan prasarana
yang tersedi di Dinas Kependuduk dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Aceh Utara.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan pegawai Ibu

Nurhama juga menjelaskan bahwa:

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga memberikan


pelayanan pengaduan, pelayanan ini bertujuan untuk mewadahi
anspirasi masyarakat khususnya mengenai pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kabupaten Aceh
Utara. Pelayanan pengaduan disini tersedia melalui P3M (Pusat
Pelayanan Pengaduan Masyarakat). Agar masyarakat bisa
melakukan pengaduan terhadap pelayanan yang telah diberikan
oleh organisasi dan segala kekurangan bisa diupayakan agar segala
kekurangan bisa diperbaiki.

Pelayanan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah hal yang sangat baik

dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam

pengurusan akta kelahiran masyarakat Kabupaten Aceh Utara. Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara juga

menyediakan pelayanan pengaduan agar organisasi mengetahui

kekurangan pelayanan yang membuat masyarakat kurang puas dalam

penyelesaian akta kelahiran.

e. Adanya Pelayanan Lapangan.


Agar pelayanan akta kelahiran dapat dimaksimalkan sangat

dibutuhkan dukungan data yang valid terhadap potensi sasaran pelayanan

yang riil sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Oleh karena itu,

diperlukan kegiatan konkrit dengan mengadakan pendataan kependudukan

dengan cara serentak di Kabupaten Aceh Utara. Untuk menjamin kevalidan

data kependudukan yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil melakukan pelayanan lapangan, berdasarkan dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan Bapak Murzani selaku Sekretaris Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara menjelaskan

bahwa:

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memberikan pelayanan


lapangan kepada masyarakat Kabupaten Aceh Utara yang memiliki
kesulitan dalam penyelesaian akta kelahiran. Pegawai mendata
masyarakat yang membutuhkan untuk menyelesaikan akta kelahiran
lebih cepat. Dalam pelayanan lapangan dilakukan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah
:
1. Adanya upaya untuk membangun sistem database agar sesuai
dengan kemajuan teknologi sehingga dapat mengakses semua
kebutuhan data kependudukan yang diperlukan.
2. Menyediakan sistem online dan offline, sistem online dan offline
ini berkaitan dengan jenis pelayanan dan pesyaratan teknis,
mekanisme, penulusuran posisi dokumen pada setiap proses,
serta biaya dan waktu pengurusan dokumen.
Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh
Utara diupayakan sebaik mungkin agar masyarakat mendapatkan
pelayanan yang baik untuk masyarakat.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak

Murzani selaku Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara bahwa dalam pelayanan lapangan organisasi telah

memberikan yang terbaik untuk pelayanan terhadap masyarakat.


2. Peluang (Oppurtunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam

lingkungan perusahaan. Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan

salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan

meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau

pemasokk merupakan gambaran peluang bagi organisasi.

a. Adanya program/kegiatan sosialisasi kepada masyarakat

Kegiatan sosial adalah salah satu bentuk kepedulian seseorang atau

kelompok terhadap individu atau kelompok lain yang dirasa memiliki

keterbatasan kondisi. Keterbatasan kondisi ini dapat berupa keterbatasan

sandang, pangan, papan, maupun kesehatan/fisik yang disebabkan oleh

berbagai kondisi.

Pada hakikatnya, sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan,

kita memiliki kewajiban untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap gerakan yang kita lakukan

dalam kegiatan sosial adalah murni karena kepedulian kita akan

masyarakat. Sehingga, dalam penerapannya kita dapat

mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat dalam memberi

bantuan yang dapat memberikan bekal untuk masa depan mereka serta

memberikannya pada orang yang tepat pula.


Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nurhayati, S.E selaku

pegawai di bidang pelayanan pada Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal pada tanggal 9 April

2017 pukul 12:30 WIB mengatakan bahwa:

Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam


memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mengurus akta
kelahiran di Kabupaten Aceh Utara, pegawai kantor Capil Kabupaten
Aceh Utara juga pernah melakukan program atau kegiatan sosial
untuk masyarakat, diantaranya; a) Melaksanakan kegiatan mobil
keliling ke setiap kecamatan/pedesaan yang ada di Kabupaten Aceh
Utara; b) Melayani pembuatan akta kelahiran dan KTP apabila di
daerah Kabupaten Aceh Utara apabila adanya pasar malam; c)
melaksanakan pelayanan akta kelahiran secara langsung dengan
mendatangi sekolah-sekolah yang terdaftar di Kabupaten Aceh
Utara dan; d) melaksanakan pelayanan langsung ke desa-desa yang
ada di Kabupaten Aceh Utara.

Dengan mengadakan program sosialisasi dalam menyelesaikan akta

kelahiran masyarakat Kabupaten Aceh Utara, masyarakat pun dengan

mudah dan tidak mengalami kesulitan dalam mengurus akta kelahiran.

Program yang diberikan oleh pegawai Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara sangat bermanfaat untuk

masyarakat Kabupaten Aceh Utara.

b. Adanya dukungan RT/RW dan Tokoh Masyarakat

Dalam pelaksanaan pelayanan publik di Kabupaten Aceh Utara

tergolong mudah, hal ini dapat dilihat dalam pelayanan administratif seperti

pembuatan KK (Kartu Keluarga), KTP, Akta Kelahiran dan lain-lain.

Tahapan pembuatan dokumen adminidtrasi masyarakat didahului dengan

pengajuan kepada RT–RW Desa/Keluharan–Kecamatan beserta


mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat agar program pengurusan

akta kelahiran berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Berdasarkan

wawancara yang dilakukukan dengan Bapak M. Yusuf Yahya, S.Pd selaku

pegawai di bidang pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil yang dilakukan pada tanggal 10 April 2017 Pukul 11:30 WIB

mengatakan bahwa:

Dalam membantu masyarakat Kabupaten Aceh Utara untuk


menyelesaikan akta kelahiran terdapat hambatan dalam melakukan
proses pelayanan tersebut. Salah satu hambatanya adalah RT dan
RW di setiap desa yang ada di Kabupaten Aceh Utara masih banyak
yang kurang memahami tugas dan fungsi yang seharusnya
dilakukan, oleh karena itu, semua tahapan tidak dilakukan
sebagaimana mestinya melainkan masyarakat secara langsung
melakukan administrasi ke Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

Semua anak harus didaftarkan segera setelah kelahirannya dan

harus mempunyai nama serta kewarganegaraan. Kepemilikan akta

kelahiran merupakan salah satu bukti telah terpenuhinya hak memiliki

identitas sebagai anak, oleh karena bagi masyarakat yang tidak memahami

dalam pengurusan akta kelahiran anak wajib diberikan arahan agar mau

menyelesaikan akta kelahiran. Dalam hal penyelesaian akta kelahiran

masyarakat juga banyak dibantu oleh tokoh masyarakat di desa masing-

masing yang lebih memahami dalam permasalahan administrasi

pengurusan akta kelahiran, sehingga bagi masyarakat yang sama sekali

tidak memahami dalam mengurus akta kelahiran, mereka banyak bantuan

kepada tokoh masyarakat yang ada di desa nya masing-masing.


c. Adanya Peranan Pemerintah Pusat dalam mensukseskan program
kependudukan

Hak pertama anak setelah dilahirkan adalah identitas yang meliputi

nama, orangtua (silsilah keturunan) dan kewarganegaraan yang dituangkan

dalam bentuk akta kelahiran. Hak ini akan menentukan pengakuan,

pemenuhan dan perlindungan anak yang lainnya, seperti hak keperdataan

(waris, dan nafkah), akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Hak atas akta kelahiran dijamin dalam UU 39 Tahun 1999 tentang HAM,

UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan dan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak

Muhammad Zulfadhli selaku Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara pada Tanggal 10 April Pukul 12:30

WIB mengatakan bahwa:

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang tersebut,


faktanya saat ini masih banyak anak Indonesia yang identitasnya
tidak tercatat dalam akta kelahiran. Dengan tidak tercatatnya
identitas seorang anak dalam akta kelahiran, maka secara hukum
keberadaannya dianggap tidak ada. Kondisi ini tidak hanya karena
ketidaktahuan masyarakat arti penting akta kelahiran, biaya yang
tidak terjangkau dan prosedur yang panjang, namun karena sikap
diskriminatif terhadap mereka, yang dipandang sebagai "yang lain"
atau berbeda dari kelompok mayoritas.

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan

pelayanan umum yang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Pelayanan umum yang memuaskan dapat terwujud apabila

dilaksanakan secara efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel.


Hal ini sekaligus mengisyaratkan bahwa setiap pemerintah harus mengikuti

perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Seiring dengan dinamika pertumbuhan yang terjadi di wilayah perkotaan

maka kebutuhan masyarakat untuk berhubungan dengan pemerintah akan

semakin meningkat. Setidaknya hubungan masyarakat dengan pemerintah

berkenaan dengan pelayanan administrasi kemasyarakatan yang selalu

menjadi prasyarat dalam berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari,

semisal:KTP, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, Surat kematian dll.

Sedemikian pentingnya pelayanan umum bagi pemerintah membuat

pemerintah pusat harus melaksanakan otonomi daerah. Hal ini dikarenakan

pemerintah daerah yang lebih banyak mengetahui kondisi masyarakatnya.

Berhasil tidaknya pelaksanaan otonomi akan tergantung pada kemampuan

pemerintah daerah dalam menyikapi perkembangan yang ada di

wilayahnya. Hal ini berarti bahwa pemerintah harus tanggap dan aspiratif

terhadap situasi yang berkembang di masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, menegaskan setiap kelahiran wajib dilaporkan

oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya peristiwa

kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. Sedangkan

untuk kelahiran mati dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir

mati. Pembatasan jangka waktu pelaporan ini akan menentukan jenis akta

kelahiran yang dikeluarkan dan prosedur pembuatannya. Misalkan untuk


pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun

dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri.

Akta kelahiran digolongkan menurut jarak waktu pelaporan dengan

kelahiran. Tetapi setiap golongan memiliki kekuatan hukum yang sama.

Adapun ketiga jenis akta kelahiran tersebut adalah:

1. Akta Kelahiran Umum, yaitu akta kelahiran yang dibuat berdasarkan

laporan kelahiran yang disampaikan dalam batas waktu selambat-

lambatnya 60 (enam-puluh) hari kerja bagi WNI dan 10 (sepuluh) hari

kerja bagi WNA sejak tanggal kelahiran bayi.

2. Akta Kelahiran Istimewa, yaitu akta kelahiran yang dibuat berdasarkan

laporan kelahiran yang telah melampaui batas waktu 60 (enam puluh)

hari kerja bagi WNI dan 10 (sepuluh) hari kerja bagi WNA sejak tanggal

kelahiran bayi.

3. Akta Kelahiran Dispensasi, yaitu akta kelahiran yang dibuat berdasarkan

Program Pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang

lahir sampai dengan tanggal 31 Desember 1985 dan terlambat

pendaftaran/pencatatan kelahirannya.

Masalah kualitas pelayanan serta kinerja instansi pemerintah sering

muncul kepermukaan karena adanya ketidak puasan masyarakat terhadap

kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah.Bila dikaji dari

fungsi, tugas dan tanggung jawabnya maka tujuan dan misi utama

kehadiran pemerintah adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melayani

kepentingan masyarakat.
Pada kenyataannya di dalam menyelenggarakan tugas

pemerintahan dan pembangunan termasuk di dalamnya penyelenggaraan

pelayanan administrasi masyarakat terdapat kesan adanya proses panjang

dan berbelit-belit apabila masyarakat akan menyelesaikan urusannya

dengan aparatur pemerintahan. Akibatnya, pemerintah selalu mendapatkan

citra negatif yang tidak menguntungkan bagi perkembangan pemerintahan

itu sendiri khususnya dalam hal pelayanan masyarakat.

d. Kemampuan Aparatur dalam Membangkitkan/Memberi Motivasi

Kepada Masyarakat

Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan aparatur

harus pula dapat meningkatkan semangat kerja. Penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat dalam konteks otonomi daerah, diperlukan kesiapan

dan kualitas aparatur kecamatan. Budaya kerja berkualitas dan rasa

memiliki dapat diciptakan bersama-sama sehingga suasana kerja yang

kondusif yang dapat mewujudkan kinerja yang produktif dan efektif dapat

diciptakan.

Aparatur kecamatan pada umumnya menyadari bahwa mereka

dituntut untuk bisa menampilkan profesionalisme yang tinggi dalam

pelayanan administrasi kemasyarakatan khususnya dalam pengurusan

akta kelahiran. Satu hal yang sangat diharapkan oleh mereka adalah

adanya pengembangan sistem penilaian kinerja aparatur kecamatan.


Sistem penilaian kinerja merupakan upaya konstruktif manajemen bersama

segenap jajaran aparatur negara pada suatu organisasi pemerintahan.

Penilaian kinerja bersemangatkan upaya membangun kinerja bersama,

meningkatkan dan memperbaiki kinerja bersama. Berdasarkan wawancara

dengan Bapak Iskandar selaku salah satu masyarakat Kabupaten Aceh

Utara pada tanggal 11 April 2017 Pukul 10:30 WIB mengatakan bahwa:

Kinerja yang diberikan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara diharapkan dapat
membantu pimpinan maupun mencapai target kerja yang diharapkan
bersama-sama secara profesional dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang masih banyak tidak memahami dalam
pengurusan akta kelahiran.

Dengan penerapan sistem penilaian kinerja maka dampak positif

yang dapat dirasakan adalah munculnya rasa kebersamaan karena mereka

juga menjadi bagian dari manajemen yang secara bersama mewujudkan

visi dan misi institusi dan bersama-sama pula. Adanya upaya peningkatan

mutu atau kinerja aparatur di Kabupaten Aceh Utara harus diarahkan untuk

mempertinggi keterampilan dan kecakapan aparatur tersebut menjalankan

tugasnya memberikan pelayanan administrasi kependudukan dalam

pengurusan akta kelahiran. Pengembangan aparatur sangat diperlukan

dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat

membantu meningkatkan kinerja dan keterampilan aparatur dalam bidang

pelayanan.

Hal ini dapat tercapai apabila setiap aparatur memiliki keterampilan

dan motivasi kerja yang tinggi pula. Adanya manajemen sumber daya

manusia merupakan pertanda pentingnya kedudukan aparatur pemerintah


sebagai sumber daya yang menentukan dalam memberi kontribusi bagi

pencapaian tujuan. Sehubungan dengan itu maka salah satu cara yang

dapat ditempuh dalam peningkatan kualitas kerja adalah dengan promosi

jabatan bagi mereka yang mampu memberikan prestasi kerja lebih di satu

pihak dan memberikan tindakan disiplin sesuai dengan ketentuan yang

berlaku bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya

sesuai dengan tanggungjawabnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak

Zaini, S.Sos selaku pegawai di bidang pelayanan pada Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal

11 April 2017 Pukul 14:25 WIB mengatakan bahwa:

Motivasi kerja yang tinggi sangat penting bagi kelangsungan hidup


pemerintahan, karena dengan adanya motivasi yang tinggi maka
juga akan diperoleh kinerja aparatur. Motivasi pada dasarnya adalah
suatu proses untuk mencoba mempengaruhi dan mengarahkan
seseorang agar mau melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan,
pemberian motivasi akan membuat aparatur lebih bersemangat
dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja aparatur
menjadi baik.

Jadi peningkatan kinerja dan profesionalisme aparatur di Kabupaten

Aceh Utara menjadi suatu tuntutan yang tidak bisa ditunda. Disamping itu,

peningkatan transparansi, clean goverment juga merupakan upaya penting

yang perlu dilaksanakan segera. Reformasi tersebut harus dimaknai

sebagai penyempurnaan yang dinamis, terus menerus, dalam rangka

meningkatkan kinerja aparatur negara sehingga pelayanan yang diberikan

menjadi semakin baik.


4.2.2 Faktor Penghambat Strategi Meningkatkan Pelayanan Akta
Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh

1. Weakness (W) (Kelemahan)

Weakness (W) (Kelemahan)Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun

kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan

pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah

perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam

kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. Kelemahan yang terjadi di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

diantaranya; a) Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus akta

kelahiran; b) Jauhnya jarak Kantor Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

dengan beberapa wilayah kecamatan/desa; Jumlah tenaga penyuluh relatif

kecil sedangkan kwalitasnya relatif rendah; Persyaratan yang diperlukan

dirasakan oleh masyarakat terlalu berat.

a. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Untuk Mengurus Akta Kelahiran

Rendahnya kesadaran masyarakat Kabupaten Aceh Utara dalam

membuat akta kelahiran berdampak secara Nasional, melalui kepemilikian

kelahiran usia 0-18 tahun menjadi indikator Sumber Daya Manusia (SDM)

yang akan dibangun. Padahal pemerintahan Kabupaten Aceh Utara telah

memberikan kemudahan bagi warga yang mengurus akta kelahiran, yakni

bebas dari biaya pengurusan, sayangnya minat warga untuk mengurus akta

kelahiran cukup rendah.


Ditahun 2017 ini, masih banyak terkendala dengan rendahnya

kesadaran masyarakat untuk membuat akta kelahiran, padahal

kegunaannya sangatlah besar untuk anak terutama saat masuk sekolah.

Selain terkendala kurangnya kesadaran masyarakat, perlengkapan

operasional guna menjalankan program tersebut juga belum memadai. Jika

program ini didukung dengan maksimal target yang ditetapkan pemerintah

pusat bisa terpenuhi.

Rendahnya kesadaran masyarakat Kabupaten Aceh Utara dalam

mengurus Akta Kelahiran untuk mengantisipasi hal tersebut Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara melakukan

pelayanan langsung dilapangan. Mungkin saat ini warga Kabupaten Aceh

Utara kurang memahami, dan menganggap mengurus Akta Kelahiran

bukan sebuah keharusan atau penting. Padahal saat ini, untuk mengurus

segala sesuatu di intansi instansi pemerintah, wajib dilampirkan fotocopi

Akta Kelahiran.

b. Jauhnya Jarak Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

dengan Beberapa Wilayah Kecamatan/Desa

Banyaknya kendala masyarakat dalam mengurus akta kelahiran

karena jauhnya jarak kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

dengan beberapa wilayah Kecamatan atau desa yang mengakibatkan

banyaknya masyarakat masih banyak tidak mengurus akta kelahiran.

Sejumlah warga di Kabupaten Aceh Utara mengeluhkan dengan


pembuatan administrasi kependudukan harus ke kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Mereka menilai, kebijakan tersebut

sangat memberatkan, mengingat wilayah Kabupaten Aceh Utara cukup

luas dan jarak tempuh menuju kantor catatan sipil cukup jauh.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ismail selaku masyarakat Desa

Panton Labu Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 April 2017

mengatakan bahwa:

Di salah satu daerah Kabupaten Aceh Utara tepatnya di desa Panton


Labu masih sangat banyak masyarakat yang belum memiliki akta
kelahiran, sulitnya masyarakat mengurus akta kelahiran salah satu
alasannya karena jarak kantor catatan sipil Kabupaten Aceh Utara
dengan desa Panton Labu cukup jaub, belum lagi saat pengurusan
akta kelahiran di kantor sipil tersebut pelayanan administrasinya
cukup lambat, akta kelahiran tidak bisa diselesaikan tepat waktu.
Ada masyarakat yang sudah lama mengurus akta kelahiran sekitar
sebulan yang lalu mengurus akta kelahiran keluarganya hingga
beberapa kali mendatangi kantor sipil Kabupaten Aceh Utara, hingga
saat ini akta kelahiran belum bisa diselesaikan tepat waktu.

Dalam permasalahan jauhnya jarak kantor dengan tempat tinggal

masyarakat yang terpencil di Kabupaten Aceh Utara, perlu adanya

kebijakan dari pemerintahan atau aparatur Kabupaten Aceh Utara agar

permasalahan jarak yang jauh dari kantor pengurusan administrasi seperti

akta kelahiran diberikan pelayanan khusus kepada mereka yang tidak

mampu mendatangi Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara.

c. Jumlah Tenaga Penyuluh Relatif Kecil sedangkan Kwalitasnya

Relatif Rendah
Peningkatan pelayanan mencakup pengertian yang cukup luas. Cara

menerima masyarakat, menanyakan maksudnya, memberikan penjelasan

tentang persyaratan, tidak bertele-tele, mempercepat proses pembuatan

akta kelahiran merupakan bagian-bagian dalam usaha penikatan

pelayanan kepada masyarakat. Apabila cara pelayanan, masyarakat tidak

akan segan-segan berurusan dengan kita. Hal ini tentunya akan

mempercepat proses memasyarakatkan akta kelahiran dikalangan

masyarakat.

Sudah kewajiban pegawai negeri untuk memberikan pelayanan yang

sebaiknya kepada masyarakat, karena bukanlah pegawai negeri sebagai

abdi negara dan abdi masyarakat ? Oleh sebab itu pelayanan terhadap

masyarakat perlu ditingkatkan. Apalagi Kantor Pencatatan Sipil yang

merupakan badan pemerintah yang langsung berhubungan dengan

masyarakat.

Namun apabila tenaga penyuluh relatif kecil bagaimana mungkin

peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dalam pengurusan akta

kelahiran berjalan dengan baik, sedangkan tenaga penyuluhan adalah roda

yang paling utama dalam menjalankan setiap program dalam peningkatan

pelayanan terhadap masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan Ibu

Chairunnisa selaku masyarakat yang mendatangi Kantor Capil Kabupaten

Aceh Utara pada tanggal 12 April 2017 Pukul 10:10 WIB mengatakan

bahwa:

Kendala yang sering terjadi di Kantor Dinas Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah kurangnya tenaga
penyuluhan dalam membantu masyarakat untuk melengkapi berkas
yang harus diselesaikan saat pengurusan akta kelahiran sehingga
membuat kualitas pelayanan pun menjadi sangat rendah dan
membuat masyarakat kurang puas dalam pelayanan yang diberikan
di kantor capil Kabupaten Aceh Utara.

Kurangnya tenaga penyuluhan yang diberikan kantor Pencapil

Kabupaten Aceh Utara, pelayanan yang seharusnya diberikan oleh

pegawai-pegawai lainnya harus ditingkatkan agar masyarakat tidak

komplain terhadap kurangnya pelayanan yang diberikan, cara menerima

masyarakat yang akan berurusan harus dengan wajah yang ramah,

sehingga dalam mengemukakan maksudnya masyarakat tidak segan.

Apabila kelengkapan persyaratan yang dibawa oleh orang yang berurusan

tersebut kurang hendaknya dengan ramah pula kita memberitahukan

kekurangan-kekurangan tersebut dan bila perlu cara-cara untuk

mendapatkannya. Hal yang biasa dilakukan oleh petugas adalah

menumpuk pekerjaan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan satu akta kelahiran memakan waktu berhari-hari. Hal ini

akan mengurangi kejenuhan masyarakat saat mengurus akta kelahiran ke

kantor Pencapil Kabupaten Aceh Utara.

Hal ini tentunya akan membuat masyarakat segan untuk berurusan

dengan masalah pencatatan sipil. Pada tahapan selanjutnya hal ini dapat

merusak citra pencatatat sipil dan menggagalkan usaha memasyarakatkan

akta kelahiran.
c. Persyaratan yang diperlukan dirasakan oleh masyarakat terlalu

berat

Demi ketertiban dalam pencatatan data penduduk, saat kita memiliki

anggota keluarga baru, sesegera mungkin untuk mendaftarkan kelahiran

anak Anda kepada dinas terkait sesuai dengan amanat Undang-Undang,

yaitu selambat-lambatnya 60 hari setelah peristiwa kelahiran (Undang-

Undang Nomor 3 Pasal 27 Ayat 1 Tahun 2006). Hal tersebut sangat penting

agar anak memperoleh pelayanan publik dari pemerintah maupun non-

pemerintah ke depannya. Ketika bayi yang baru lahir dilaporkan guna

mendapatkan akta kelahiran, si bayi akan terdaftar dalam catatan sipil

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk kemudian masuk dalam

Kartu Keluarga dan mendapatkan Nomor Induk Kependudukan. Secara

resmi akta kelahiran merupakan bukti autentik yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Ada beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam

pembuatan akta kelahiran baru. Uraian dibawah ini akan menjelaskan

tentang cara mengurus akta kelahiran dan juga solusi yang harus

ditempuh ketika anda sudah terlambat lebih dari 60 hari untuk

mengurus pembuatan akta kelahiran.

Akta kelahiran menjadi syarat utama untuk memperoleh pelayanan

masyarakat lainnya. Sebagai generasi penerus, anak-anak memiliki hak-

hak tertentu yang harus dipenuhi negara. Salah satunya adalah memiliki

identitas diri atau akta kelahiran yang sangat mempengaruhi pengakuan


kewarganegaraannya. Pelaporan kelahiran harus memenuhi persyaratan

berikut ini. Namun karena adanya kondisi dan wilayah domisili yang

berbeda-beda, maka nantinya mungkin juga ada perbedaan persyaratan

yang diperlukan, secara umum syarat yang diperlukan seperti berikut ini:

1. Surat pengantar dari RT atau RW.

2. Surat Keterangan Kelahiran dari Dokter/Bidan/Rumah Sakit/ tempat

melahirkan. Atau juga mungkin bisa saja ketika saat melahirkan berada

di pesawat atau kapal laut maka, perlu juga mendapatkan surat

keterangan dari Pilot/Nahkoda.

3. Kartu Keluarga asli dan fotokopi bagi penduduk tetap atau SKSKPNP

bagi warga non-permanen di tempat domisili tersebut sebanyak 2

lembar.

4. Kartu Identitas Penduduk (KTP) suami-istri asli dan fotokopi sebanyak

2 lembar. Bisa juga kalau diperlukan menggunakan SKDS ataupun

Surat Keterangan Pelaporan Tamu.

5. Fotokopi buku nikah KUA atau Akte Pernikahan dari Catatan Sipil

sebanyak 2 lembar.

6. Fotokopi Akte Kelahiran suami-istri sebanyak 2 lembar.

7. Fotokopi paspor bagi warga negara asing.

8. Dua orang saksi untuk membuktikan tentang kelahiran di Dinas

Pencatatan Sipil berikut fotokopi KTP yang bersangkutan (untuk hal ini

mungkin di beberapa daerah, saksi tidak perlu ikut dalam pengurusan

cukup menyerahkan fotokopi KTP saja kepada pelapor/orang tua anak).


9. Surat keterangan dari kepolisian untuk anak yang tidak diketahui asal-

usulnya.

10. Surat keterangan dari lembaga sosial khusus untuk kelahiran anak

penduduk rentan.

11. Surat Kuasa dengan materai sebesar Rp6.000.

12. Mengisi Formulis Permohonan Pencatatan Kelahiran dengan materai

Rp6000.

Dari beberapa persyaratan yang diharuskan pemerintah saat

pengurusan akta kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil, banyak yang mengeluhkan bahwa persyaratan yang harus dilengkapi

untuk mengurus akta kelahiran memberatkan masyarakat, apalagi bagi

masyarakat yang banyak tidak memahami kelengkapan-kelengkapan surat

yang harus disediakan.

Berdasarkan wawancara dengan Umi Saimah selaku masyarakat di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

pada tanggal 13 April 2017 Pukul 11:30 WIB mengatakan bahwa:

Terlalu banyak persyaratan yang harus dipersiapkan seperti Surat


keterangan dari kepolisian, surat keterangan dari lembaga sosial
khusus untuk kelahiran anak penduduk rentan, surat Kuasa dengan
materai sebesar Rp 6.000. dan mengisi formulis permohonan
Pencatatan Kelahiran dengan materai Rp6000. Banyak masyarakat
yang tidak memahami cara mengurus surat-surat tersebut sehingga
menjadi kesulitan tersendiri bagi masyarakat dalam menyelesaikan
akta kelahiran.

Dalam permasalahan tersebut seharusnya pegawai dibidang

pelayanan di kantor Pencapil memberikan pelayanan khusus kepada


masyarakat yang tidak memamahi administrasi surat menyurat yang harus

dilengkapi dalam mengurus akta kelahiran.

Jika semua prosedur diatas berjalan dengan normal, maka Akta

Kelahiran biasanya akan jadi hanya dalam 2 hari saja. Itu merupakan waktu

paling cepat mengingat berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 menyatakan bahwa penyelesaian pembuatan akta kelahiran adalah

selama 30 hari kerja. Sebagai tambahan lagi, sejak 1 Mei 2013 pembuatan

akta kelahiran dipermudah dengan tidak lagi memerlukan penetapan

pengadilan sebagai persyaratan. Untuk pembuatan akta baru tidak

dipungut biaya sama sekali atau gratis. Terkecuali untuk materai, biaya

transport, fotokopi dan lain-lain. Hal tersebut dijamin oleh Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan bahwa

pembuatan akta kelahiran baru tidak dipungut biaya.

4. Threats (T) (Hambatan)

Hambatan yakni situasi atau kondisi yang merupakan gambaran

ancaman dari su atu perusahaan atau oraganisasi dalam menjalankan

tugasnya. Theart merupakan cara menganalisis tantangan atau ancaman

yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi dalam

menghadapi berbagai macam faktor yang tidak menguntungkan bagi

masyarakat atau organisasi itu sendiri, yang mana ancaman tersebut dapat

menyebabkan kemunduran suatu organisasi. Jika tidak segera di atasi,

maka hambatan tersebut akan menjadi penghalang bagi organisasi


terhadap program yang dijalankan. Faktor penghambat yang terjadi di

Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah:

a. Minimnya Pengawasan yang dilakukan

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan

kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik

informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan

tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah

digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan

perusahaan atau pemerintahan.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk

menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan

atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat

membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui

pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan

atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah

dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan

pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi

dalam pelaksanaan kerja tersebut.


Penerapan pengawasan yang tepat dapat menciptakan pelaksanaan

kinerja pegawai menjadi lebih baik dan profesional. Tanpa pengawasan

akan mengakibatkan pelaksanaan kinerja pegawai menjadi lamban dan

kualitas rendah serta tidak afektif. Berdasakan pengamatan penulis pada

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara terlihat

bahwa kinerja pegawai masih belum maksimal.

Menurut Masri (2005:58) : “pengawasan adalah proses di mana

pimpinan ingin mengetahui kinerja pegawai. Pengawasan bertujuan untuk

mengevaluasi bahwa hasil kerja bawahan sesuai dengan rencana,

perintah, tujuan, kebujakan yang telah ditentukan.” Devinisi ini tidak hanya

terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi

tujuan organisasi, hal tersebut akan memperngaruhi sikap, cara, sistem,

dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang

pimpinan.

Kurangnya pengawasan yang diberikan oleh Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh membuat semua

proses dalam penyelesaian administrasi akta kelahiran menjadi terhambat,

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Marlina selaku masyarakat di Kantor

Capil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 April 2017 pukul 13:30 WIB

mengatakan bahwa:

Seharusnya pengawasan yang dilakukan di setiap organisasi


manapun khususnya di kantor Capil itu ada dua yaitu; a)
pengawasan langsung yaitu pengawasan yang dilakukan secara
pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti,
memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot ditempat
pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari
pelaksana, hal ini dilakukan dengan inspeksi, namun kenyataannya
banyak pegawai yang lalai akan tugasnya membantu masyarakat
dalam menyelesaikan administrasi khususnya dalam mengurus akta
kelahiran dan; b) pengawasan tidak langsung yaitu diadakan dengan
mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan
maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan
sebagainya tanpa pengawasan on the spot. Namun pegawai di
Kantor Capil Kabupaten Aceh Utara hanya memberikan berkas-
berkas yang harus dilengkapi tanpa menjelaskan tujuan dari form-
form yang harus di isi oleh masyarakat.

Gunanya pengawasan di Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan,

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas

organisasi. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya

semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah

ditentukan sebelumnya dan dari penjelasan masyarakat yang mendatangi

Kantor Capil Kabupaten Aceh Utara, pengawasan di kantor Capil harus

lebih di tingkatkan lagi. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam

menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka

perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan

berjalan dengan baik.

C. Sumber Daya Manusia yang kurang

Pendidikan dan pengetahuan tentang tugas dan fungsi merupakan

salah satu kunci penyelenggaraan pemerintahan yang baik, karena bidang


akta kelahiran memerlukan pegawai yang berkompeten dan terampil dalam

melayani masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Iriani, S.H selaku

Kasubag di Kantor Capil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 12 April 2017

pukul 14:30 WIB mengatakan bahwa:

Masih terdapat pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil Kabupaten Aceh Utara yang tidak profesional dan belum
berkompeten. Mereka menempati bidang yang tidak sesuai dengan
keahlian mereka, misalnya saja ada yang lulusan teknik sipil namun
ditempatkan di bidang administrasi, padahal itu bukan ranahnya. Hal
itu menjadi hambatan bagi Kantor Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara. Dalam mengatasi
hambatan tersebut kami telah melakukan bebeapa upaya dalam
pembinaan dan bimbingan teknis agar setiap tenaga kerja
mengetahui tupoksinya masing-masing, namun program pembinaan
tersebut belum berjalan dengan optimal karena keterbatasan yang
cair.

Dari hasil wawancara diatas, salah satu kendala yang ada adalah

kurangnya kompetensi pegawai dalam memahami dan melaksanakan

tugas dan fungsi yang ada yang disebabkan oleh tidak kesesuaian

penempatan sub unit kerja dengan keahlian pegawai itu sendiri.

c. Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana penunjang pelayanan merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi dalam rangka peningkatan pelayanan akta kelahiran.

Kurangnya sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor

penghambat dalam penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Aceh

Utara.
Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh dengan Ibu Masyitah

yang ditemui di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara pada tanggal 13 April 2017 pukul 10:30 WIB mengatakan

bahwa:

Sarana dan prasarana yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara, banyak masyarakat yang
datang ke kantor Capil Kabupaten Aceh Utara harus berdiri
menunggu antrian karena kurangnya fasilitas yang disediakan,
misalnya kurangnya kursi tunggu yang disediakan kantor Capil
Kabupaten Aceh Utara, banyak masyarakat yang datang di Kantor
Capil harus mengantri lama karena banyaknya komputer yang rusak
sehingga pelayanan pendataan sulit untuk diselesaikan dengan
cepat, selain itu saat mengurus akta kelahiran di kantor Capil
tersebut harus berdesak-desakan karena antrian yang tertib
sehingga membuat ketidaknyamana aparat yang sedang bertugas
melayani maupun masyarakat yang menerima pelayanan. Hal ini
sangat disayangkan karena banyak masyarakat yang datang jauh-
jauh namun sesampai di kantor Capil tersebut tidak mendapatkan
pelayanan sesuai dengan harapan.

Dari hasil wawancara diatas dan observasi yang dilakukan, penulis

meliahat komputer yang dibutuhkan 5 unit, sedangkan yang bisa beroperasi

hanya 3 unit saja dikarenakan 2 unit komputer telah rusak dan tidak bisa

digunakan lagi, kurangnya jumlah bangku yang disediakan untuk

masyarakat yang mendatangi kantor Capil dan memiliki ruangan pelayanan

yang sempit sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan dan

sudah ditindaklanjuti untuk memperbaiki dan direkomendasikan kepada

Pemda Kota Lhokseumawe untuk dilakukan pengadaan kembali.

4.2.3 Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Faktor Penghambat


Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh
Utara
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada didalam

pelaksana pelayanan akta kelahiran, ada beberapa upaya yang dilakukan

oleh pemerintah. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Bapak

Muhammad Zulfadli selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 13 April 2017 pukul 14:30 WIB

mengatakan bahwa:

Upaya-upaya dalam mengatasi hamabatan-hambatan


penyelenggaraan pelayanan akta kelahiran, diantaranya;
1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat Kabupaten Aceh
Utara pentingnya mengurus akta kelahiran agar rendahnya
masyarakat dalam mengurus akta kelahiran semakin berkurang.
2. Memberikan pelayanan khusus kepada masyarakat yang
berdomisi jauh dari kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Aceh Utara agar memberikan program kegiatan
sosial dengan mendatangi tempat tinggal masyarakat yang
berdomisi jauh dari tempat pengurusan administrasi agar akta
kelahiran bisa diselesaikan.
3. Menambah tenaga penyuluhan di Kantor Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara agar masyarakat bisa
menyelesaikan administrasi dalam mengurus akta kelahirannya
semua.
4. Mempermudah masyarakat dalam mengurus akta kelahiran
dengan ikut membantu menyelesaikan persyaratan administrasi
yang harus dilengkapi.
5. Meningkatkan pengawasan terhadap pegawai sebagai
penyelenggaraan pemerintahan agar kinerja mereka dapat terus
terkontrol sehingga mereka bisa lebih bertanggung jawab lagi
dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka masing-masing.
Selain itu kami juga telah melakukan kajian-kajian berupa
peningkatan pelayanan akta kelahiran dimana kami
merencanakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti rumah
sakit dan klinik, pengadilan agama, PLN, Kecamatan dan
Kelurahan serta ketua RT Ketua RW dan tokoh masyarakat untuk
mendukung dalam peningkatan pelayanan akta kelahiran di
Kabupaten Aceh Utara.
6. Menyediakan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
profesional dan berkompeten melalui pemberian pendidikan,
pelatihan, dan bimbingan teknis agar setiap unit kerja mengetahui
tupoksi masing-masing.
7. Merencanakan pengadaan atau perbaikan barang terkait dengan
barang yang belum ada dan sudah rusak, juga membuat
rekomendasi tertulis kepada pemerintah daerah agar
menyediakan gedung kantor dan ruangan pelayanan yang
representative agar mekanisme pelayanan dapat dijalankan
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis melihat upaya dari

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

sudah sesuai dengan masalah-masalah yang ada, selanjutnya dapat

dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab sehingga

perubahan-perubahan yang signifikan dalam peningkatan pelayanan akta

kelahiran.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Strategi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Dalam


Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran Di Kabupaten Aceh
Utara

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2014: 19) adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Dalam mengidentifikasi berbagai macam masalah yang timbul dalam

perusahaan, maka diperlukan penelitian yang cermat sehingga mampu

menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam hal mengatasi

masalah yang timbul. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan

dalam mengambil keputusan antara lain; a) Kekuatan (Strenght) Kekuatan

adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan; b) Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya;

c) Peluang (Opportunity) Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang


menguntungkan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan

salah satu sumber peluang; d) Ancaman (Threats) Ancaman adalah faktor-

faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dan jika tidak diatasi maka

akan menjadi hambatan baik masa sekarang maupun yang akan datang.

Tabel 4.12
Matriks SWOT
IFAS STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)

4. Adanya dukungan pimpinan; 1. Rendahnya kesadaran


5. Adanya dispensasi masyarakat untuk mengurus
pencatatan dan penerbitan akta kelahiran;
akte kelahiran; 2. Jauhnya jarak Kantor
6. Adanya mekanisme Catatan Sipil Kab. Dati II
pelayanan yang mudah dan Aceh Utara dengan
cepat; beberapa wilayah
7. Adanya penyuluhan kepada kecamatan/desa;
masyarakat secara berkala; 3. Jumlah tenaga penyuluh
8. Adanya pelayanan lapangan relatif kecil sedangkan
kwalitasnya relatif rendah;
4. Persyaratan yang diperlukan
dirasakan oleh masyarakat
terlalu berat.

EFAS

OPPROTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Adanya a. Menjalankan 1. Mengurangi tingkat


program/kegiatan program/kegiatan sosialisasi rendahnya kesadaran
sosialisasi kepada kepada masyarakat di Kantor masyarakat dalam
masyarakat; Kependudukan dan pengurusan Akta Kelahiran
2. Adanya dukungan Pencatatan Sipil Kabupaten 2. Memberikan pelayanan
RT/RW dan Tokoh Aceh Utara. khusus kepada masyarakat
Masyarakat; b. Memanfaatkan kuantitas yang berdomisi jauh dari
3. Adanya Peranan aparat untuk melaksanakan kantor Dinas Kependudukan
Pemerintah Pusat dalam program dan kegiatan yang dan Pencatatan Sipil
mensukseskan program telah direncanakan. Kabupaten Aceh Utara
kependudukan c. Memanfaatkan peranan 3. Menambah tenaga
4. Kemampuan aparatur pemerintah pusat dalam penyuluhan di Kantor
dalam mensukseskan program Kependudukan dan
membangkitkan/memberi kependudukan Pencatatan Sipil Kabupaten
motivasi kepada d. Memanfaatkan Kemampuan Aceh Utara
masyarakat. aparatur dalam
membangkitkan/memberi 4. Mempermudah masyarakat
motivasi kepada masyarakat. dalam mengurus akta
kelahiran dengan ikut
membantu menyelesaikan
persyaratan administrasi
yang harus dilengkapi.

TREATHS (T) STRATEGI SO STRATEGI WT

1. Minimnya pengawasan 1. Meningkatkan pengawasan Melakukan upaya kelemahan


yang dilakukan; terhadap kinerja pegawai dan hambatan yang terjadi di
2. Sumber Daya Manusia 2. Meningkatkan Sumber Daya Kantor Kependudukan dan
yang kurang; Manusia di Kantor Dinas Pencatatan Sipil Kabupaten
3. Sarana dan Prasarana Kependudukan dan Aceh Utara.
Pencatatan Sipil Kabupaten
Aceh Utara
3. Memberikan Sarana dan
Prasana yang baik untuk
Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Aceh Utara

Sumber : Freddy Rangkuti (2014: 83)

Dari asumsi dan informasi yang telah dikembangkan sebelumnya,

hasil analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan alternatif

strategi yaitu:

Strategi SO

Strategi SO (Strenght and Opportunities) yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Kekuatan yang

bersumber dari lingkungan internal kemudian digunakan untuk mengambil

peluang dari lingkungan eksternal yang ada dalam meningkatkan

pelayanan akta kelahiran. Strategi yang diperoleh yaitu:

a. Menjalankan program/kegiatan sosialisasi di Kantor Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.


Program kegiatan sosialisasi merupakan salah satu upaya dan

peluang kepada masyarakat Kabupaten Aceh Utara dalam mengurus akta

kelahiran agar tidak ada lagi masyarakat yang mengalami kendala dalam

pengurusan akta kelahiran.

Untuk meningkatkan efektifitas pelayanan publik kepada masyarakat,

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disduk Capil) Kabupaten Aceh Utara

menerapkan 3 program pelayanan administrasi dan kependudukan dalam

mengurus akta kelahiran. Program pertama yang dilakukan adalah program

pelayanan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kabupaten Aceh

Utara, dalam program ini masyarakat bisa langsung dilayani di kantor Dinas dalam

pengurusan maupun pembuatan dokumen. Program kedua adalah program

jemput bola, para petugas dari Disduk Capil Kabupaten Aceh Utara mendatangi

kelurahan yang ditunjuk di mana sudah ada 20 orang minimal pendaftar, untuk

membantu mengurus dan membuat dokumen yang diperlukan masyarakat

Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan program yang ketiga adalah program

pelayanan keliling Adminduk. Dengan mobil yang di siapkan untuk program

pelayanan ini, Kant membantu masyarakat r Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan menjadwalkan beberapa titik tempat di

Kabupaten Aceh Utara untuk didatangi oleh Mobil keliling Adminduk. Ada 4 jenis

dokumen Adminduk yang dapat diurus di mobil keliling pelayanan Adminduk, yaitu

Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akta Kelahiran dan Akta

Kematian. Dokumen-dokumen tersebut dapat diurus dan langsung dicetak tanpa

harus datang ke kantor Disduk Capil Kabupaten Aceh Utara dan program

sosialisasi yang telah dijalan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara diantaranya;


1) Melaksanakan kegiatan mobil keliling ke setiap kecamatan atau

pedesaan yang ada di Kabupaten Aceh Utara

2) Melayani pembuatan akta kelahiran dan KTP apabila adanya pasar

malam di daerah pedesaan atau kecematan di Kabupaten Aceh Utara

3) Melayani pembuatan akta kelahiran apabila adanya pameran di

Kabupaten Aceh Utara

4) Melaksanakan pelayanan akta kelahiran secara langsung dengan

mendatangi ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Aceh Utara

5) Staff dari Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh

Utara melaksanakan pelayanan menjemput langsung ke desa-desa

yang ada di Kabupaten Aceh Utara.

Dengan adanya program-program sosial yang dijalankan kantor

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara sangat

membantu masyarakat dalam mengurus akta kelahiran.

b. Memanfaatkan Kuantitas Aparat untuk Melaksanakan Program dan

Kegiatan yang telah Direncanakan.

Sumber daya manusia memiliki peran yang penting dalam

pencapaian tujuan organiasi karena pada hakikatnya organisasi adalah

sekumpulan manusia yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan

tertentu. Untuk dapat memberikan suatu pelayanan yang berkualitas tinggi

tentu perlu adanya perencanaan yang baik agar segala program/kegiatan

dapat terlaksana dengan baik juga. Setiap organisasi harus memiliki


aparatur yang cukup dan berkompeten sehingga berdampak pada

penyelenggaraan akta kelahiran, oleh karena itu, kuantitas serta kualitas

yang dimiliki dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Aceh

Utara dalam melaksanakan program yang telah dicanangkan dapat

berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Melihat kondisi yang ada,

jumlah aparat dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Aceh

Utara sudah cukup karena rata-rata setiap bidang mereka bekerja dengan

adanya aparat pembantu yang bertugas untuk membantu segala keperluan

tugas yang mereka kerjakan sangat banyak, hal ini sangat membantu

dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Namun untuk

kemampuan/kualitas sebagiab aparatur belum dapat diseimbangkan

dengan kuantitas yang ada karena masih terdapat pegawai yang kurang

berkompeten dalam bekerja.

c. Memanfaatkan Peranan Pemerintah Pusat dalam Mensukseskan

Program Kependudukan

Sudah menjadi rahasia umum jika kondisi pelayanan publik di

Indonesia masih terus dinilai buruk oleh masyarakat penggunanya.

Berbagai keluhan dari masyarakat tentang pelayanan publik yang dikelola

pemerintah masih sering terdengar termasuk dalam pelayanan di Kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

Sesungguhnya pemerintah telah melakukan upaya-upaya perbaikan

pelayanan publik melalui berbagai kebijakan dibidang pelayanan publik,


namun kualitas pelayanan publik masih terus dinilai buruk oleh masyarakat.

Menghadapi situasi tersebut, nampaknya upaya perbaikan dan regulasi

kebjikan penyelenggaraan layanan publik masih harus terus dilakukan

terutama pada upaya-upaya perbaikan yang bersifat implementatif.

Di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik dalam bagian menimbang butir b dinyatakan :

Bahwa membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik


yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan
kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutanseluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan
pelayanan publik.

Berbagai pelayanan administratif, seperti pelayanan KTP, akte

kelahiran, sertifikasi tanah, dan perizinan, merupakan pelayanan yang

diselenggarakan untuk menjamin hak dan kebutuhan dasar warga negara.

Pelayanan KTP dan akte kelahiran sangat vital dalam kehidupan warga

karena keduanya menjamin keberadaan, identitas warga dan hak-hak sipil

lainnya. Peran pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas

perekonomian di indonesia adalah suatu kewajiban dan tugas pemerintah

untuk mensejahterakan seluruh warga masyarakat Indonesia melalui

pelayanan publik, Sehingga pemerintah telah melakukan berbagai upaya

agar warga masyarakat indonesia merasakan hidup makmur dan sejahtera.

Demikian hal nya juga dengan permasalahan administrasi akta kelahiran

seperti yang telah disebutkan diatas bahwa hak pertama anak setelah

dilahirkan adalah identitas yang meliputi nama, orangtua (silsilah

keturunan) dan kewarganegaraan yang dituangkan dalam bentuk akta


kelahiran. Hak ini akan menentukan pengakuan, pemenuhan dan

perlindungan anak yang lainnya, seperti hak keperdataan (waris, dan

nafkah), akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Hak atas akta

kelahiran dijamin dalam UU 39 Tahun 1999 tentang HAM, UU No.23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan dan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

d. Memanfaatkan Kemampuan aparatur dalam membangkitkan/memberi

motivasi kepada masyarakat

Tuntutan masyarakat saat ini adalah pelayanan yang berkualitas

tinggi. Kualitas dari pelayanan aparatur pemerintah akan semakin di

tantang untuk optimal dan mampu menjawab tuntutan yang semakin

tinggi dari optimal dan mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi

dari masyarakat, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas

pelayanan, untuk itu aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara diharapkan mampu untuk membangkitkan dan

memberi motivasi kepada masyarakat dengan melihat dukungan dari

ketua RT, Ketua RW dan Tokoh masyarakat, para ketua RT/RW dan

tokoh masyarakat pada umunya sangat mendukung untuk membantu

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam

penertiban administrasi bidang akta kelahiran. Pada umumnya aparatur

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara


mampu dalam memotivasi masyarakat hanya saja ada beberapa aparat

yang belum berkompeten sehingga mereka perlu adanya pembinaan

khusus terkait dengan tugas mereka masing-masing.

4.3.2 Faktor-faktor Penghambat Strategi Penyelenggaraan


Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh Utara

Strategi WO

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan

internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesenjangan teknologi

adalah dengan strategy WO, yakni dengan mengadakan suatu kerjasama

(joint venture) dengan perusahaan lain yang memiliki kompetensi, strategi

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

a. Mengurangi tingkat rendahnya kesadaran masyarakat dalam

pengurusan Akta Kelahiran

Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan akta

kelahiran adalah menjadi permasalahan tersendiri dalam mengurus akta

kelahiran. Sumber daya manusia yang berkualitas atau unggul sangat

dibutuhkan untuk memberikan manfaat yang optimal bagi pencapaian

tujuan organisasi saai ini, oleh sebab itu kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara mampu memberikan pendidikan,

pengetahuan dan arti pentingnya akta kelahiran di jaman sekarang ini,

pegawai harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga terjadi

hubungan yang harmonis antara aparatur dan masyarakat. Kemampuan


berinteraksi yang ditunjukkan aparatur kantor Capil di Kabupaten Aceh

Utara sudah baik. Para aparatur mampu menyampaikan informasi dengan

baik sehingga mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

pengurusan akta kelahiran.

b. Memberikan Pelayanan khusus Kepada Masyarakat yang Berdomisili

Jauh dari Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara.

Pelayanan khusus yang diberikan kepada masyarakat yang

berdomisili jauh sudah dijalankan sesuai dengan program sosial dari Kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara seperti

yang telah disebutkan diatas yaitu melaksanakan kegiatan mobil keliling ke

setiap kecamatan atau pedesaan yang ada di Kabupaten Aceh Utara,

melayani pembuatan akta kelahiran dan KTP apabila adanya pasar malam

di daerah pedesaan atau kecematan di Kabupaten Aceh Utara, melayani

pembuatan akta kelahiran apabila adanya pameran di Kabupaten Aceh

Utara, melaksanakan pelayanan akta kelahiran secara langsung dengan

mendatangi ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Aceh Utara dan

staff dari Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh

Utara melaksanakan pelayanan menjemput langsung ke desa-desa yang

ada di Kabupaten Aceh Utara.

Dengan segala pelayanan khusus yang telah diberikan oleh kantor

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara kepada


masyarakat yang berdomisili jauh dari tempat pengurusan administrasi

sudah tidak menjadi kendala lagi.

c. Menambah tenaga penyuluhan di Kantor Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

Tenaga penyuluh merupakan seseorang yang mendapat tugas untuk

membina atau mensosialisasikan tentang suatu hal. Setiap kedinasan di Indonesia

mempunyai program tenaga penyuluhan tak terkecuali di Kantor Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara. Tenaga penyuluhan di Kantor

Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

memiliki peran penting dalam menjalankan kinerja dalam organisasi, tanpa

adanya tenaga penyuluhan kinerja didalam organisasi tidak akan berjalan

dengan baik.

Kurangnya tenaga penyuluhan di Kantor Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara yang menimbulkan permasalahan

yang terjadi pada saat penyelesaian administrasi di Kantor Capil.

Banyaknya masyarakat Kabupaten Aceh Utara yang mendatangi Kantor

Capil membuat para pegawai di bidang pelayanan menjadi kewalahan, dan

permasalahan ini harus selesaikan dengan segera agar permasalahan

yang terjadi dalam penyelesaian akta kelahiran semakin berkurang.

d. Mempermudah masyarakat dalam mengurus akta kelahiran dengan ikut

membantu menyelesaikan persyaratan administrasi yang harus

dilengkapi.
Agar terciptanya kualitas hasil kerja baik, dalam menjalankan tugas

harus sesuai dengan tupoksi dan tidak boleh menyimpang. Selain itu hasil

kerja masing-masing bawahan juga menjadi pedoman untuk hasil kerja

berikutnya. Secara teknis baik dari pusat ataupun daerah tugas-tugas itu

sudah ada yang menetapkan. Tugas pokok pegawai adalah membantu

masyarakat dalam mengurus administrasi yang harus diselesaikan.

Untuk membuat akta kelahiran anak, waktu yang paling bagus

adalah sesudah anak tersebut dilahirkan atau tidak lebih dari enam puluh

hari setelah anak tersebut lahir, karena masih bisa diurus di kecamatan

sesuai dengan domisili ktp dan kk masing-masing pemohon. Apabila sudah

lebih dari enam puluh hari, pengajuan permohonan harus di kantor

disdukcapil setempat sesuai domisili ktp dan kk pemohon. Peraturan yang

dibuat oleh suku dinas kependudukan dan catatan sipil untuk membuat akte

kelahiran baru, diperlukan persyaratan yang harus dilengkapi, bagi

masyarakat yang sama sekali tidak memahami melengkapi persyaratan

mengurus akta kelahiran sehingga masyarakat itu sendiri dan akhirnya

malas mengurus akta kelahiran ke Kantor kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara. Pegawai harus memberikan solusi dengan

adanya permasalahan ini, dengan cara membantu masyarakat yang tidak

mengerti segala perlengkapan administrasi saat mengurus akta kelahiran.

Pegawai menyediakan segala surat yang dibutuhkan atau mengarahkan

masyarakat itu sendiri agar keperluan administrasi bisa dilengkapi.


Strategi SO

Perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat.

Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus

berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluan yang ada.

a. Pengawasan

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk

menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan

atas tugas dan tujuan yang di capai. Salah satu hambatan yang ada di

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

adalah kurangnya pengawasan dari atasan sehingga pegawai yang ada

tidak melaksanakan tugas dengan baik dan ada juga yang biasa lari dari

tanggung jawab. Hal ini akan berdampak pada masyarakat yang ingin

membuat dokumen akta kelahiran dimana mereka biasanya diabaikan

ataupun mereka adanya diskrimanasi ketika datang ke kantor dalam

pengurusan dokumen akta kelahiran.

b. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya manusia dimiliki Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara memang sudah cukup, namun ada

beberapa pegawai yang dinilai belum berkompeten dalam melaksanakan

tugas dan fungsi pegawai. Keterbatasan sumber daya manusia yang

berhadapan langsung dengan masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan administrasi kependudukan bidang akta kelahiran sangat

mempengaruhi kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Kabupaten Aceh Utara. Minimnya kualitas pegawai yang berkompeten

sangat disayangkan karena Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara sendiri bertekad untuk menertibkan administrasi

kependudukan namun pada kenyataannya kualitas pegawai yang minim

atau pegawai yang tidak berkompeten masih saja ada sehingga perlu ada

perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini juga sangat

berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok aparat Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

b. Sarana dan Prasarana

Fasilitas yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara masih terbatas dan ada beberapa barang yang

rusak. Untuk itu pemenuhan akan kebutuhan sarana dan

prasaranamerupakan hal yang sangat penting dan mengingat bahwa

permintaan pelayanan administrasi kependudukan bidang akta kelahiran di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara terus

meningkat sedangkan sarana dan prasarana yang digunakan tidak diganti,

ditambah ataupun adanya perbaikan tentunya lama kelaman sarana dan

prasarana yang ada akan segera rusak selain itu juga kondisi gedung

kantor yang tidak representatif sehingga akan berpengaruh pada

penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan bidang akta

kelahiran.
4.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat
Strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
Meningkatkan Pelayanan Akta Kelahiran di Kabupaten Aceh
Utara

Strategi WT

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara

mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu

organisasi yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan

ancaman eksternal sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. upaya

kelemahan dan hambatan yang terjadi di Kantor Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus akta kelahiran

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus akta kelahiran

menjadi masalah pertama yang dialami masyarakat Kabupaten Aceh Utara,

kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat membuat masyarakat

tidak menyadari bahwa setiap anak harus memiliki akta kelahiran, karena

dengan adanya akta kelahiran akan membuktikan anak tersebut memiliki

orang tua yang sah dan mengetahui si anak berkewarganegaraan apa.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara adalah memberikan pengarahan, pengetahun dan

pendidikan kepada masyarakat Kabupaten Aceh Utara agar memahami

pentingnya pengurusan akta kelahiran anak.


2. Jauhnya jarak Kantor Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan

beberapa wilayah kecamatan/desa

Jauhnya jarak kantor Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan

beberapa desa di Kabupaten Aceh Utara juga menjadi kendala bagi

masyarakat, banyak masyarakat yang berdomisili jauh dari kantor

pengurusan administrasi sehingga menjadi kendala tertentu masyarakat

menjadi malas mengurus administrasi kependudukan khususnya dalam

pengurusan akta kelahiran anak. Upaya yang dilakukan Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara adalah

melakukan program sosial ke pelosok-pelosok desa yang berdomisili jauh

dari kantor Capil Kabupaten Aceh Utara dengan melaksanakan kegiatan

mobil keliling, melayani pembuatan akta kelahiran apabila adanya pasar

malam, melayani pembuatan akta kelahiran apabila pemerintah membuat

pameran, melaksanakan pelayanan akta langsung ke sekolah-sekolah

yang ada di Kabupaten Aceh Utara dan Staf kantor Capil Kabupaten Aceh

Utara melaksanakan pelayanan jemput bola ke desa-desa yang ada di

Kabupaten Aceh Utara.

3. Jumlah tenaga penyuluh relatif kecil sedangkan kwalitasnya relatif

rendah;

Jumlah tenaga penyuluh relatif kecil di Kantor Capil Kabupaten Aceh

Utara terlalu sedikit sehingga menyulitkan para pegawai mengurus akta

kelahiran masyarakat yang begitu banyak mengurus akta kelahiran. Upaya


yang dilakukan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara adalah melakukan pelaporan ke pemerintahan

daerah kabupaten aceh utara agar tenaga penyuluhan di Kantor Capil bisa

di tambah lagi agar pekerjaan yang menumpuk bisa diselesaikan dengan

sempurna.

4. Persyaratan yang diperlukan dirasakan oleh masyarakat terlalu berat

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam mengurus segala

administrasi kependudukan banyak persyaratan yang harus di persiapkan

agar pendataan tidak bisa sembarangan, namun sayangnya di Kabupaten

Aceh Utara masih banyak masyarakat yang tidak memahami cara

pengurusan akta kelahiran sesuai dengan persyaratan yang diminta,

banyak masyarakat yang tidak memahami cara mengurus surat-surat yang

harus dipersiapkan, hal ini juga menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat

Kabupaten Aceh Utara dalam mengurus akta kelahiran. Upaya yang

dilakukan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara adalah membantu masyarakat mengurus surat-

surat yang harus dipersiapkan yang persyaratan pengurusan akta

kelahiran.

5. Pengawasan

Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja

dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.


Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, diaman

pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari

atasan dan bawahan. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara akan

meningkatkan pengawasan terhadap pegawai melalui pengawasan

pimpinan dimana pegawai sebagai penyelenggaraan pemerintahan agar

kinerja mereka dapat terus terkontrol sehingga mereka bisa lebih

bertanggungjawab lagi dalam menjalankan dan fungsi mereka masing-

masing.

6. Sumber Daya Manusia

Minimnya sumber daya manusia pegawai yang berkompeten di

Dinas Kependukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dapat

dilakukan dengan adanya pendidikan dan latihan atau bimbingan teknis.

Melalui pengrekruitmen tenaga teknis yang bersifat kontrak dimana

pengrekruitmen tenaga kontrak ini dianggap cukup efekt karena tenaga

kontrak merupakan sumber daya manusia dengan usia yang masih

produktif dan juga di tunjang latar belakang pendidikan yang cukup untuk

menyelenggarakan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Aceh Utara. Selain itu, adanya pendidikan dan bimbingan

teknis terkait dengan tugas pokok atau fungsi pegawai yang juga dianggap

efektif sehingga pegawai bisa lebih memahami tupoksi mereka masing-

masing.
7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam

penyelenggaaran pemerintahan. Tidak adanya, kurangnya ataupun

rusaknya fasilitas yang ada akan sangat berpengaruh pada pelayanan

publik. Untuk itu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam penyelenggaraan dan

pelayanan administrasi kependudukan bidang akta kelahiran adalah

dengan melakukan pelayanan sesuai dengan fasilitas yang ada serta

pengajuan usulan pengadaan bagi bagi fasilitas yang masih kurang dan

yang dibutuhkan serta perbaikan-perbaikan fasilitas yang sudah rusak

seperti membuat rekomendasi tertulis kepada pemerintah daerah agar

menyediakan kantor dan ruangan pelayanan yang representative agar

mekanisme pelayanan dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan standar

operasional procedure (SOP).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah melaksanakan

beberapa strategi untuk meningkatkan pelayanan akta kelahiran di

Kabupaten Aceh Utara, yaitu:

a. Strategi SO yaitu Menjalankan program/kegiatan sosialisasi kepada

masyarakat di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara; Memanfaatkan kuantitas aparat untuk

melaksanakan program dan kegiatan yang telah direncanakan;

Memanfaatkan peranan pemerintah pusat dalam mensukseskan

program kependudukan; Memanfaatkan Kemampuan aparatur dalam

membangkitkan/memberi motivasi kepada masyarakat.

b. Strategi WO yaitu mengurangi tingkat rendahnya kesadaran

masyarakat dalam pengurusan Akta Kelahiran; Memberikan

pelayanan khusus kepada masyarakat yang berdomisi jauh dari

kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh

Utara; Menambah tenaga penyuluhan di Kantor Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara; Mempermudah masyarakat


dalam mengurus akta kelahiran dengan ikut membantu

menyelesaikan persyaratan administrasi yang harus dilengkapi.

c. Strategi SO yaitu Meningkatkan pengawasan terhadap kinerja

pegawai; Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara;

Memberikan Sarana dan Prasana yang baik untuk Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

d. Strategi WT yaitu Melakukan upaya kelemahan dan hambatan yang

terjadi di Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara.

2. Terdapat faktor penghambat strategi dalam meningkatkan pelayanan

akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara yang terdiri atas:

a. Adanya tingkat rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengurus

akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara

b. Jauhnya jarak Kantor Catatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dengan

beberapa wilayah kecamatan atau desa di Kabupaten Aceh Utara

c. Memiliki Jumlah tenaga penyuluh relatif kecil sedangkan kwalitasnya

relatif rendah;

d. Adanya Persyaratan yang diperlukan dirasakan oleh masyarakat

terlalu berat.

e. Kurangnya pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan oleh

pemimpin
f. Adanya Sumber Daya Manusia yang kurang yang dinilai belum

berkompeten dalam melaksanakan tugas dan fungsi

g. Keterbatasan sarana dan prasarana dimana masih ada fasilitas yang

rusak serta kondisi gedung pelayanan yang tidak representative.

3. Terdapat upaya yang akan dilakukan dalam mengatasi faktor

penghambat strategi dalam meningkatkan pelayanan akta kelahiran di

Dinas Kependudukan dan Pelayanan Sipil Kabupaten Aceh Utara yaitu:

a. Memberikan pengarahan, pengetahun dan pendidikan kepada

masyarakat Kabupaten Aceh Utara agar memahami pentingnya

pengurusan akta kelahiran anak, agar hilangnya tingkat rendahnya

kesadaran masyarakat mengurus akta kelahiran

b. Memberikan pelayanan khusus kepada masyarakat yang berdomisili

jauh dari kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Aceh Utara dengan melaksanakan kegiatan mobil keliling,

melayani pembuatan akta kelahiran apabila adanya pasar malam,

melayani pembuatan akta kelahiran apabila pemerintah membuat

pameran, melaksanakan pelayanan akta langsung ke sekolah-

sekolah yang ada di Kabupaten Aceh Utara dan Staf kantor Capil

Kabupaten Aceh Utara melaksanakan pelayanan jemput bola ke

desa-desa yang ada di Kabupaten Aceh Utara.


c. Peningkatan tenaga penyuluhan dengan membuat laporan ke kantor

pemerintahan daerah Kota Lhokseumawe agar pekerjaan yang

menumpuk bisa diselesaikan dengan sempurna.

d. Membantu masyarakat mengurus surat-surat yang harus dipersiapkan

yang persyaratan pengurusan akta kelahiran.

e. Peningkatan pengawasan terhadap pegawai oleh pemimpin untuk

mengawasi segala kinerja aparatur

f. Adanya pemberian pendidikan/Pelatihan terhadap pegawai yang

masih kurang berkompeten

g. Usulan pengadaan bagi fasilitas yang masih kurang dan dibutuhkan

serta membuat rekomendasi tertulis kepada pemerintah daerah agar

menyediakan kantor dan ruangan pelayanan yang representative agar

mekanisme pelayanan dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan

standar operasional prosedure (SOP)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar bisa meniliti dan mengkaji

secara lebih lanjut mengenai strategi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara dalam hal peningkatan

pelayanan administrasi kependudukan.


2. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya

yang berhubungan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara.

3. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan serta bahan

referensi bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam

meningkatkan pelayanan akta kelahiran di Kabupaten Aceh Utara.

4. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang ingin membahas

permaslahan didalam Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam hal ini yang berkaitan dengan akta kelahiran. Selain itu untuk

menjadi bahan bacaan di perpustakaan.

5. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan pengalaman dalam melaksanakan tugas dilapangan dan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Pemerintahan dan menjadi bahan bacaan untuk di Pemerintah Daerah

Aceh Utara, sebagai referensi untuk meningkatkan Pelayanan Akta

Kelahiran.
LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara merupakan panduan dalam mengumpulkan

data dan informasi dari informan yang berkompeten. Informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Aceh Utara;

2. Kepala Sub bagian Keuangan dan Perencanaan;

3. Kepala Sub bagian Umum dan Kepegawaian;

4. Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil;

5. Masyarakat.

DAFTAR PERTANYAAN

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Utara

a. Gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan;

b. Kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antara atasan dengan

bawahan;

c. Pola-pola yang digunakan untuk melakukan penilaian kinerja dan

hasil penilaian kinerja terhadap bawahan;


d. Pola-pola yang digunakan untuk melakukan penilaian kualitas

layanan Administrasi Kependudukan secara umum dan layanan

Akta Kelahiran secara khusus yang diselenggarakan oleh

Kebupaten Aceh Utara;

e. Ketersediaan anggaran khusus untuk penyelenggaraan pencatatan

data kependudukan;

f. Target dan capaian dalam penyelenggaraan penyelenggaraan

pencatatan data kependudukan;

g. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pencatatan

data kependudukan;

h. Pengetahuan aparat kecamatan terhadap layanan

penyelenggaraan pencatatan data kependudukan;

i. Apa saja yang menjadi hambatan dalam penyelenggaraan

pencatatan data kependudukan dan apa saja upaya yang dilakukan

dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut;

j. Apa saja upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat;

k. Bagaimana dengan kedisiplinan pegawai dan seberapa besar

kepatuhan aparat terhadap aturan;

l. Pengawasan yang dilakukan kepada bawahan;

m. Ketersediaan SOP sebagai pedoman penyelenggaraan pencatatan

data kependudukan;
n. Sosialisasi mengenai pentingnya tertib Administrasi Kependudukan

kepada masyarakat.

2. Kepala Sub bagian Keuangan dan Perencanaan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Utara

a. Koordinasi dan komunkasi dengan atasan dalam penyelenggaraan

pencatatan data kependudukan masyarakat di Kabupaten Aceh

Utara;

b. Keadaan sarana dan sarana pendukung penyelenggaraan

pencatatan data kependudukan baik di tingkat desa, kecamatan dan

kabupaten;

c. Permasalahan anggaran yang tersedia untuk Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil;

d. Inovasi-inovasi yang akan dilakukan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil dalam meningkatkan angka jumlah penduduk yang

mengurus Akta Kelahiran;

e. Kualitas dan kuantitas pegawai yang ada di Kabupaten Aceh Utara;

f. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

g. Manfaat kepemilikan dan kelengkapan data kependudukan bagi

masyarakat.
3. Kepala Sub bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Utara;

a. Penyusunan dan penyelenggaraan program serta pelaporan

penyelenggaraan pencatatan data kependudukan masyarakat di

kabupaten Aceh Utara;

b. Inovasi-inovasi yang akan dilakukan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil dalam meningkatkan angka jumlah penduduk yang

mengurus Akta Kelahiran;

c. Kemampuan pegawai dalam penyelenggaraan pencatatan data

kependudukan;

d. Tingkat kedisiplinan pegawai dalam penyelenggaraan pencatatan

data kependudukan;

e. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

f. Manfaat kepemilikan dan kelengkapan data kependudukan bagi

masyarakat.

g. Hambatan dalam penyelenggaraan pencatatan data kependudukan

di Kabupaten Aceh Utara.

4. Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Utara;

a. Daya tanggap pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat;

b. Kemampuan pegawai dalam memahami kebutuhan masyarakat;

c. Sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan saran dan keluhan;


d. Kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan peraturan perundang-

undangan;

e. Tingkat partisipasi masyarakat;

f. Tindakan apa yang dilakukan kepada masyarakat yang memiliki

tidak memiliki data kependudukan;

g. Inovasi-inovasi yang dilakukan dalam meningkatkan pelayanan

dalam mengurus data kependudukan, sehingga masyarakat dapat

mengurus data kependudukannya dengan cepat dan tepat.

5. Masyarakat Kabupaten Aceh Utara

a. Kemudahan dan kejelasan informasi dalam penyelenggaraan

pencatatan data kependudukan masyarakat, serta kepengurusan

pembuatan akta kelahiran;

b. Sosialisasi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada

masyarakat terkait dengan pentingnya kepengurusan data

kependudukan;

c. Ketepatan waktu pelayanan yang diberikan oleh pelayan publik

dalam penyelenggaraan pencatatan data kependudukan;

d. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparat Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

e. SOP yang jelas dalam kepengurusan data-data kependudukan;

f. Tingkat kenyamanan kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil;
g. Keramahan aparat kepada masyarakat penerima layanan;

h. Daya tanggap aparat kepada masyarakat penerima layanan;

i. Ketelitian aparat dalam penyelenggaraan pencatatan data

kependudukan;

j. Kepuasan masyarakat setelah mendapatkan pelayanan

kependudukan di Kabupaten Aceh Utara.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Intan Farrah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, tanggal lahir : Lhokseumawe, 10 Agustus 1995

4. Agama : Islam

5. Pendidikan terakhir : SMA Negeri 1 Lhokseumawe

6. Nama Orang Tua

a. Ayah : H. MOHD YACOB

b. Ibu : Dra. Hj. Nurhayati AY, MM

7. Alamat terakhir : Jl. T.Umar No.35, Gampong

Lancanggaran

Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe,

Provinsi Aceh

8. Nomor telepon : 085216377338

Anda mungkin juga menyukai