Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Oleh : SITI SARA, S. Ked


NIM : 100611030
Preseptor : dr. Nur Fardian, M. Gizi
Pendahuluan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas
dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam
berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati
kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di
Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi.

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk


mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa, dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta.
Identitas

 Nama : An. K
 Usia : 25 bulan
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Nama Orangtua : Ibu. M
 Alamat : ds. Nga Mu
 Tanggal berobat : 01-11-2018
 Tanggal lahir : 14-09-2016
Anamnesis
(alloanamnesis ibu pasien)
 Keluhan Utama
BAB Cair
 Keluhan Tambahan
Muntah dan Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair, frekuensi >5x/hari bany
aknya 1/2 gelas belimbing, cair >> ampas, lendir (-), darah (-), muntah (+) frekuensi 3 ka
li, banyaknya ¼ gelas belimbing, isi apa yang dimakan dan diminum, muntah menyempr
ot (-). Keluhan dirasakan satu hari sebelum dibawa ke puskesmas Lhoksukon. BAK nor
mal seperti biasa, penderita masih mau minum, penderita tampak makin lemas kemudia
n penderita dibawa ke puskesmas Lhoksukon.
Anamnesis
(alloanamnesis ibu pasien)
Menurut Ibu penderita, anaknya juga mengalami demam sejak
mencret muncul. Demam terus menerus, muncul mendadak, dan
tidak terlalu tinggi. Riwayat kejang disangkal. Penderita masih bisa
BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala mimisan atau gusi
berdarah disangkal. Dirumah tidak ada yang menderita demam
berdarah dan tidak ada penyemprotan pada hari – hari terakhir.
Keluhan nyeri telinga disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal,
nyeri perut disangkal.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga biasa meminum air
yang berasal dari air sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan
dicuci menggunakan air sumur yang sama. Botol susu biasanya
hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih.
Anamnesis
(alloanamnesis ibu pasien)
 Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma
disangkal
 Riwayat penyakit keluarga :
Abang penderita mengeluh demam batuk pilek. Riwayat alergi
disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal.
 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

Keterangan:
Ayah sehat Ibu sehat

anak pertama anak kedua


 Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat di bidan dan diberi obat penurun panas
 Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang
tua disangkal
 Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1
bulan sekali. Ibu hamil An. K pada usia 27 tahun. Ini adalah
kehamilan kedua. Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi,
diabetes melitus, eklampsia atau penyakit berat lainnya. Ibu makan
dan minum sesuai anjuran bidan.
 Riwayat Kelahiran :
By.K lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di
Martini. Pasien merupakan anak kedua dari ibu G2P2A0. Pasien lahir
spontan dan langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan
47 cm dan lingkar kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga
tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat persalinan.
 Riwayat pemberian makanan :
ASI : 0 – 3 bulan
Susu Formula : 3 bulan – 25 bulan
Bubur nasi : 6 – 8 bulan
Nasi tim : 8 – 12 bulan
Nasi : 12 bulan – sekarang. Banyaknya 1-2 centong nasi
Ikan : 12 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Tempe : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Tahu : 12 bulan – sekarang. Frekuensi 3x/minggu
Sayuran : 10 bulan – sekarang. Frekuensi setiap hari
Buah : 10 bulan – sekarang. Frekuensi 1x/minggu
Kesan : cukup
Kualitas : Baik
Anak diberikan ASI hanya sampai 3bulan, selanjutnya diberi sufor,
dikarenakan ibu menderita demam tifoid.
 Riwayat perkembangan
 Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
 Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
 Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
 Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah
bisa tersenyum.
 Kesan : perkembangan sesuai usia
 Riwayat imunisasi :
 Hepatitis B saat lahir
 Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap.
 Riwayat sosial ekonomi
Penderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Keluarga pasien tinggal bersama nenek, dan paman
pasien. Rumah pasien terdiri dari dua kamar tidur, ruang
tamu/ruang keluarga, dan dapur. Untuk MCK keluarga
pasien menggunakan sumur yang terletak dibelakang
rumah pasien. Terdapat WC yang terpisah dari rumah.
Dibelakang rumah pasien terdapat kandang kambing dan
kandang bebek.
Ayah pasien adalah seorang buruh kasar, dan ibu
pasien seorang ibu rumah tangga, sekaligus berjualan
didepan rumah. Penghasilan sehari ayah sekitar 100 ribu
rupiah. Penghasilan dari berjualan sekitar 30-65 ribu
rupiah.
 PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 1 November 2018
 Keadaan Umum
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda Vital
Suhu : 37,6 oC
Nadi : 116 x/menit
Pernapasan : 42x/menit
Status Antropometri
Kesan: Status gizi baik
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
Mata : Cekung (-), konjungtiva pucat(-), sklera
tidak ikterik, air mata masih keluar (+)
Hidung : Sekret (+), darah (-) ,PCH (-)
Telinga : Sekret (-), serumen (-)
Mulut : Mukosa mulut kering (+), POC (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada
bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-
kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea midklavikula
sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
Auskultasi : Bising usus meningkat
Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit
menurun > 1detik
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tidak dilakukan
 RESUME:
An.K usia 25 bulan, mencret sejak 1 hari sebelum
ke puskesmas. Mencret >5x/hari, Sebanyak ±
setengah gelas belimbing tiap mencret, konsistensi
cair, Ampas (+) kuning, Lendir (-), Darah (-). Muntah(+)
4x, muntah makanan dan cairan. Demam (+) sejak
mencret muncul,terus menerus, muncul mendadak,
tidak terlalu tinggi, pilek (+).
DIAGNOSA

 Diagnosa Kerja
Diare akut dengan dehidrasi ringan e.c Viral infection + ISPA +
Gizi baik
 Diagnosa Banding
Diare akut dengan dehidrasi ringan e.c Bacterial infection + +
ISPA + Gizi baik
 Rencana diagnosis
Pemeriksaan Darah dan Elektrolit
Pemeriksaan Feses
Rencana penatalaksanaan:

 Cotrim 2x1 cth


 Diaform
 Paracetamol
 GG
 CTM
 Pulv 3x1
 Zinc syrup 1 x 1 cth
 Diet bubur saring
Prognosis

 Quo ad vitam : bonam


 Quo ad Functionam : bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi

 Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya
(biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung
kurang dari 7 hari.
 Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO 2013, diare merupakan
penyakit kedua penyebab kematian pada balita (bawah
lima tahun). Anak-anak yang mengalami gizi buruk atau
sistem imun yang kurang baik sangat rentan menderita
diare. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap
tahunnya.
 Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia,
karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik.
 Menurut Riskesdas 2013, insiden diare (< 2 minggu
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar
3,5%, dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%.
Sedangkan period prevalance diare (> 2 minggu – 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar
7%.
 Namun menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan telah menyelesaikan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan secara
terintegrasi dengan Susenas Maret (Badan Pusat
Statistik), menunjukkan hasil Prevalensi penyakit
menular seperti ISPA, malaria dan diare pada balita
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil
Riskesdas 2013. Prevalensi ISPA turun dari 13,8%
menjadi 4,4%, malaria turun dari 1,4% menjadi 0,4%,
sama halnya dengan diare pada balita juga turun dari
18,5% menjadi 12,3%.
 Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s
(Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.
Etiologi
Faktor infeksi
 Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare)
○ Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
○ Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
○ Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
 Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA
(Otitis Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur
dibawah 2 tahun)
 Faktor Malabsorpsi
 Malabsorbsi karbohidrat
○ Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
○ Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
 Faktor makanan
 Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
 Lain-lain
 Imunodefisiensi
 Gangguan psikologis (cemas dan takut)
 Faktor-faktor langsung:
○ KKP (Kurang Kalori Protein)
○ Kesehatan pribadi dan lingkungan
○ Sosioekonomi
Patofisiologi

 Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang


tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh
bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
 Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit.
 Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal pada
diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.
 Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut
adalah:
 Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus
halus, yang menyebabkan malabsorbsi yang
menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
 Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan
enterosit reseptor yg spesifik yang menyebabkan
terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal
sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga
menyebabkan diare.
Manifestasi klinis
 Demam
 BAB cair
 Rewel
 Nafsu makan berkurang
 Muntah
 Mual
 Penurunan BB
 Turgor kulit berkurang
 Mukosa kering
 Mata dan ubun-ubun cekung pada bayi
Komplikasi
 Dehidrasi
 Gangguan metabolit
 Hipoglikemi
 Gangguan gizi
 Gangguan sirkulasi
Kriteria Diagnosis
 Anamnesis
 Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna
dan konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
 Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen
menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air
mata, mukosa bibir, mulu, dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosos
metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Prinsip penatalaksanaan penderita diare
adalah:
 Mencegah terjadinya dehidrasi
 Pemberian ASI / makanan
 Pemberian Zinc
 Pemberian Probiotik/prebiotik
 Pemberian antibiotik
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-
1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua
umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
Terapi
 DIARE TANPA DEHIDRASI
 Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair
atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml,
umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun
semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan
anak. ASI harus tetap diberikan.
 Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare
frekuen dan profus)
 DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG
 Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar deberikan sebanyak 75 ml/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair
 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui
pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau
KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.
Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
 Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari
 Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari
 Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari
 Pasien dipantau selama proses rehidrasi sambil memberikan edukasi kepada
orangtua
 DIARE DENGAN DEHIDRASI BERAT
 Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer
laktat atau ringer asetat 100 ml/kgBB, dengan cara
pemberian:
 Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam
pertama, dilanjutkan70 ml/kgBB dalam 5 jam
berikutnya
 Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam
pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam
berikutnya
 Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah
mau dan dapat minum dimulai dengan 5 ml/kgBB
selama proses rehidrasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai