Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN HUKUM PIDANA DENGAN HUKUM PERDATA

1. PERBEDAAN PENGERTIAN

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

Hukum perdata ialah Hukum pidana adalah rangkaian peraturan-

aturan-aturan hukum yang peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara

mengatur tingkah laku setiap orang yang satu dengan orang yang lain, atau antara

orang terhadap orang lain yang subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang

berkaitan dengan hak dan lain, dengan menitik beratkan pada kepentingan

kewajiban yang timbul dalam perseorangan, dimana ketentuan dan peraturan dimaksud

pergaulan masyarakat maupun dalam kepentingan untuk mengatur dan membatasi

pergaulan keluarga. kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk

Hukum perdata memenuhi kebutuhan atau kepentingan hidupnya.

dibedakan menjadi dua, yaitu Dalam praktek, hubungan antara subyek hukum

hukum perdata material dan yang satu dengan yang lainnya ini, dilaksanakan dan

hukum perdata formal. Hukum tunduk karena atau pada suatu kesepakatan atau

perdata material mengatur perjanjian yang disepakati oleh para subyek hukum

kepentingan-kepentingan dimaksud. Dalam kaitan dengan sanksi bagi yang

perdata setiap subjek hukum. melanggar, maka pada umumnya sanksi dalam suatu

Hukum perdata formal mengatur perikatan adalah berupa ganti kerugian. Permintaan atau

bagaimana cara seseorang tuntutan ganti kerugian ini wajib dibuktikan disertai alat

mempertahankan haknya apabila bukti yang dalam menunjukkan bahwa benar telah terjadi

dilanggar oleh orang lain. kerugian akibat pelanggaran atau tidak dilaksanakannya

suatu kesepakatan.
PERBEDAAN DALAM ISI

HUKUM HUKUM PIDANA

PERDATA

Hukum Berdasarkan isinya, hukum dapat dibagi menjadi 2, yaitu

perdata dapat hukum privat dan hukum publik (C.S.T Kansil). Hukum privat adalah

digolongkan antara hukum yg mengatur hubungan orang perorang, sedangkan hukum

lain menjadi: publik adalah hukum yg mengatur hubungan antara negara dengan

1. Hukum keluarga warga negaranya.

2. Hukum harta Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.

kekayaan Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana

3. Hukum benda materiil dan hukum pidana formil.

4. Hukum Perikatan Hukum Pidana Formil yaitu mencakup cara melakukan atau

5. Hukum Waris pengenaan pidana.

Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak

pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi).

PERBEDAAN DALAM SISTIMATIKANYA

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

KUHPerdata terdiri dari 4 bagian yaitu : KUHPidana terdiri dari 3

1. Buku kesatu tentang Orang/ Van Personnenrecht bagian, yaitu:


Buku pertama mengatur tentang orang1. Buku kesatu tentang aturan umum

sebagai subyek hukum, hukum perkawinan dan Yaitu berlaku untuk

hukum keluarga, termasuk waris. seluruh hokum pidana. Ketentuan

 Bab I- Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak dalam buku kesatu juga berlaku

kewargaan bagi peraturan-peraturan yang oleh

 Bab II- Tentang akta-akta catatan sipil peraturan dan perundangan lain

 Bab III- Tentang tempat tinggal atau domisili diancam dengan pidana kecuali

 Bab IV- Tentang perkawinan kalau ditentukan lain oleh undang-

 Bab V- Tentang hak dan kewajiban suami-istri undang.

 Bab VI- Tentang harta-bersama menurut undang- Dalam buku kesatu

undang dan pengurusannya menganut asas legalitas/ principle

 Bab VII- Tentang perjanjian Perkawinan of legalitas. Yaitu “Nullum

 Bab VIII- Tentang gabungan harta-bersama atau Delictum Nulla Poena Sine Praeve

perjanjian kawin pada perkawinan kedua atau Legc”, artinya tidak ada delik, tidak

selanjutnya ada pidana tanpa peraturan terlebih

 Bab IX- Tentang pemisahan harta-benda dahulu.

 Bab X- Tentang pembubaran perkawinan dalam asas tersebut

 Bab XI- Tentang pisah meja dan ranjang terkandung maksud:

 Bab XII- Tentang keayahan dan asal keturunana. Tidak ada perbuatan yang dilarang

anak-anak dan diancam dengan pidana kalau

 Bab XIII- Tentang kekeluargaan sedarah dan hal itu terlebih daahulu belum

semenda dinyatakan dalam suatu peraturan

 Bab XIV- Tentang kekuasaan orang tua perundang-undangan

 Bab XIVA- Tentang penentuan, perubaran danb. Aturan hukum pidana tidak berlaku

pencabutan tunjangan nafkah surut.


 Bab XV- Tentang kebelumdewasaan dan perwalian Untuk memidana

 Bab XVI- Tentang pendewasaan seseorang dikenal dengan asas

 Bab XVII- Tentang pengampuan “Tidak dipidana jika tidak ada

 Bab XVIII- Tentang keadaan tak hadir kesalahan”.

2. Buku kedua tentang Kebendaan/ Zaakenrecht  Bab I- Tentang batas-batas

Buku kedua mengatur mengenai benda berlakunya aturan pidana dalam

sebagai obyek hak manusia dan juga mengenai hak perundang-undangan

kebendaan. Benda dalam pengertian yang meluas Bab II- Tentang pidana

merupakan segala sesuatu yang dapat dihaki Bab III- Tentang hal-hal yang

(dimiliki) oleh seseorang. Sedangkan maksud dari menghapuskan, mengurangi atau

hak kebendaan adalah suatu hak yang memberikan memberatkan pidana

kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat Bab IV- Tentang percobaan

dipertahankan kepada pihak ketiga.  Bab V Tentang penyertaan dalam

 Bab I- Tentang kebendaan dan cara membeda- tindak pidana

bedakannya  Bab VI- Tentang perbarengan

 Bab II- Tentang kedudukan berkuasa (bezit) dan tindak pidana

hak-hak yang timbul karenanya  Bab VII- mengajukan dan menarik

 Bab III- Tentang hak milik (eigendom) kembali pengaduan dalam hal

 Bab IV- Tentang hak dan kewajiban antara pemilik- kejahatan-kejahatan yang hanya

pemilik pekarangan yang satu sama lain dituntut atas pengaduan

bertetanggaan  Bab VIII- Tentang hapusnya

 Bab V- Tentang kerja rodi kewenangan menuntut pidana dan

 Bab VI- Tentang pengabdian pekarangan menjalankan pidana

 Bab VII- Tentang hak numpang karang

 Bab VIII- Tentang hak usaha (erfpacht)


 Bab IX- Tentang bunga tanah dan hasil Bab IX- Tentang arti beberapa

sepersepuluh istilah yang dipakai dalam kitab

 Bab X- Tentang hak pakai hasil undang-undang

 Bab XI- Tentang hak pakai dan hak mendiami 2. Buku kedua tentang kejahatan

 Bab XII- Tentang perwarisan karena kematian Berlaku untuk semua jenis

 Bab XIII- Tentang surat wasiat kejahatan. Misalnya: pencurian,

 Bab XIV- Tentang pelaksana wasiat dan pengurus penipuan dan lain-lain.

harta peninggalan  Bab I- Tentang kejahatan terhadap

 Bab XV- Tentang hak memikir dan hak istimewa keamanan negara

untuk mengadakan pendaftaran harta peninggalan  Bab II- Tentang kejahatan-

 Bab XVI- Tentang hal menerima dan menolak suatu kejahatan terhadap martabat

warisan presiden dan wakil presiden

 Bab XVII- Tentang pemisahan harta peninggalan  Bab III- Tentang kejahatan-

 Bab XVIII- Tentang harta peninggalan yang tak kejahatan terhadap Negara sahabat

terurus dan terhadap kepada Negara

 Bab XIX- Tentang piutang-piutang yang sahabat serta wakilnya

diistimewakan  Bab IV- Tentang kejahatan

 Bab XX- Tentang gadai terhadap melakukan kewajiban dan

 Bab XXI- Tentang hipotik hak kenegaraan

3. Buku ketiga tentang Perikatan/ Verbintenessenrecht Bab V- Tentang kejahatan

Buku mengatur tentang perikatan terhadap ketertiban umum

(verbintenis). Maksud penggunaan kata “Perikatan” Bab VI- Tentang perkelahian

di sini lebih luas dari pada kata perjanjian. Perikatan tanding

ada yang bersumber dari perjanjian namun ada pula

yang bersumber dari suatu perbuatan hukum baik


perbuatan hukum yang melanggar hukum Bab VII- Tentang kejahatan yang

(onrechtmatige daad) maupun yang timbul dari membahayakan keamanan umum

pengurusan kepentingan orang lain yang tidak bagi orang atau barang

berdasarkan persetujuan (zaakwarneming). Buku Bab VIII- Tentang kejahatan

ketiga tentang perikatan ini mengatur tentang hak terhadap penguasa umum

dan kewajiban yang terbit dari perjanjian, perbuatan Bab IX- Tentang sumpah palsu dan

melanggar hukum dan peristiwa-peristiwa lain yang keterangan palsu

menerbitkan hak dan kewajiban perseorangan.  Bab X- Tentang pemalsuan mata

Buku ketiga bersifat tambahan (aanvulend uang dan uang kertas

recht), atau sering juga disebut sifat terbuka, Bab XI- Tentang pemalsuan

sehingga terhadap beberapa ketentuan, apabila materai dan merek

disepekati secara bersama oleh para pihak maka Bab XII- Tentang pemalsuan surat

mereka dapat mengatur secara berbeda Bab XIII- Tentang kejahatan

dibandingkan apa yang diatur didalam BW. Sampai terhadap asal usul dan perkawinan

saat ini tidak terdapat suatu kesepakatan bersama Bab XIV- Tentang kejahtan

mengenai aturan mana saja yang dapat disimpangi terhadap kesusilaan

dan aturan mana yang tidak dapat disimpangi. Bab XV- Tentang meninggalkan

Namun demikian, secara logis yang dapat orang yang perlu ditolong

disimpangi adalah aturan-aturan yang mengatur Bab XVI- Tentang penghinaan

secara khusus (misal : waktu pengalihan barang Bab XVII- Tentang Pemalsuan

dalam jual-beli, eksekusi terlebih dahulu harga surat

penjamin ketimbang harta si berhutang). Sedangkan Bab XVIII- Tentang kejahatan

aturan umum tidak dapat disimpangi (misal : syarat terhadap kemerdekaan orang

sahnya perjanjian, syarat pembatalan perjanjian).  Bab XIX- Tentang kejahatan

 Bab I- Tentang perikatan- perikatan umumnya terhadap nyawa


 Bab II- Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan Bab XX- Tentang Penganiayaan

dari kontrak atau perjanjian  Bab XXI- Tentang menyebabkan

 Bab III- Tentang perikatan-perikatan yang mati atau luka-luka karena

dilahirkan demi undang-undang kealpaan

 Bab IV- Tentang hapusnya perikatan-perikatan  Bab XXII- Tentang pencurian

 Bab V- Tentang jual-beli  Bab XXIII- Tentang pemerasan

 Bab VI- Tentang tukar-menukar dan pengancaman

 Bab VII- Tentang sewa-menyewa  Bab XXIV- Tentang penggelapan

 Bab VIIA- Tentang perjanjian-perjanjian untuk Bab XXV- Tentang perbuatan

melakukan pekerjaan curang

 Bab VIII- Tentang persekutuan  Bab XXVI- Tentang perbuatan

 Bab IX- Tentang perkumpulan merugikan pemiutang atau orang

 Bab X- Tentang hibah yang mempunyai hak

 Bab XI - Tentang penitipan barang  Bab XXVII- tentang

 Bab XII- Tentang pinjam pakai menghancurkan atau merusakkan

 Bab XIII- Tentang pinjam-meminjam barang

 Bab XIV- Tentang bunga tetap atau bunga abadi  Bab XXVIII- Tentang kejahatan

 Bab XV- Tentang perjanjian-perjanjian untung- jabatan

untungan  Bab XXIX- Tentang kejahatan

 Bab XVI- Tentang pemberian kuasa pelayaran

 Bab XVII- Tentang penanggungan utang  Bab XXXA- Tentang kejahatan

 Bab XVIII - Tentang perdamaian penerbangan dan kejahatan

4. Buku keempat Tentang pembuktian dan terhadap sarana/ prasarana

daluwarsa Verjaring en Bewijs penerbangan


Buku keempat mengatur tentang Bab XXX- Tentang penadahan

pembuktian dan daluwarsa. Hukum tentang penerbitan dan percetakan

pembuktian tidak saja diatur dalam hukum acara Bab XXXI- Tentang aturan tentang

(Herzine Indonesisch Reglement/ HIR) namun juga pengulangan kejahatan yang

diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum bersangkutan dengan berbagai bab

Perdata. Didalam buku keempat ini diatur mengenai3. Buku ketiga tentang pelanggaran.

prinsip umum tentang pembuktian dan juga Yaitu pelanggaran terhadap

mengenai alat-alat bukti. Dikenal adanya 5 macam ketertiban umum. Misalnya:

alat bukti yaitu : pengemisan, penggelandangan, dan

 a. Surat-surat lain-lain.

 b. Kesaksian  Bab I- Tentang pelanggaran

 c. Persangkaan keamanan umum bagi orang atau

 d. Pengakuan barang dan kesehatan

 e. Sumpah  Bab II- Tentang pelanggaran

Daluwarsa (lewat waktu) berkaitan dengan ketertiban umum

adanya jangka waktu tertentu yang dapat Bab III- Tentang pelanggaran

mengakibatkan seseorang mendapatkan suatu hak terhadap penguasa umum

milik (acquisitive verjaring) atau juga karena lewat Bab IV- Tentang pelanggaran

waktu menyebabkan seseorang dibebaskan dari mengenai asal usul dan perkawinan

suatu penagihan atau tuntutan hukum (inquisitive Bab V- Tentang pelanggaran

verjaring). Selain itu diatur juga hal-hal mengenai terhadap orang yang memerlukan

“pelepasan hak” atau “rechtsverwerking” yaitu pertolongan

hilangnya hak bukan karena lewatnya waktu tetapi Bab VI- Tentang pelanggaran

karena sikap atau tindakan seseorang yang kesusilaan


menunjukan bahwa ia sudah tidak akan Bab VII- Tentang pelanggaran

mempergunakan suatu hak. mengenai tanah, tanaman dan

 Bab I- Tentang pembuktian pada umumnya pekarangan

 Bab II- Tentang pembuktian dengan tulisan  Bab VIII- Tentang pelanggaran

 Bab III- Tentang pembuktian dengan saksi-saksi jabatan

 Bab IV- Tentang persangkaan-persangkaan  Bab IX- Tentang pelanggaran

 Bab V- Tentang pengakuan pelayanan

 Bab VI- Tentang sumpah di muka hakim

 Bab VII- Tentang daluwarsa

PERBEDAAN DALAM DASAR BERLAKUNYA HUKUM DI INDONESIA

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

Yang menjadi dasar Asas berlakunya hukum pidana adalah asas legalitas

berlakunya BW di Indonesia pasal 1(1) KUHPidana

adalah pasal 1 aturan peralihan Yaitu yang berbunyi:

UUD 1945 , yang berbunyi : 1. Sesuatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali

“segala peraturan perundang- berdasarkan kekuatan ketentungan perundang-

undangan yang ada masih tetap undangan pidana yang telah ada

berlaku selama belum diadakannya


aturan yang baru menurut undang-
2. Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan

undang dasar ini.” sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa

diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya

PERBEDAAN DALAM MENGATUR

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

Hukum Perdata mengatur hubungan hukum pidana adalah hukum yang

hukum antara orang satu dengan orang mengatur hubungan antara seorang anggota

lain dengan menitikberatkan pada masyarakat (sebagi warga Negara) dengan

kepentingan perorangan. Negara (sebagai penguasa tata tertib

Misal: A merupakan anggota masyarakat).

kelompok simpan pinjam “MAWAR Misal: Ketua kelompok UEP

BERSEMI”. Pada waktu meminjam dana “MELATI PUTIH” Tidak menyerahkan

pada “MAWAR BERSEMI” si A terikat setoran anggota kelompoknya kepada UEP

kontrak dengan program “MAWAR “MELATI PUTIH”, tetapi digunakan untuk

BERSEMI”. Hubungan hukum antara A dan kepentingan pribadi. Maka perbuatan

“MAWAR BERSEMI” dikenai aturan tersebut termasuk tindak pidana, yaitu masuk

hukum perdata. Bila dikemudian hari A tidak dalam klausul delik pidana penggelapan

mau mengembalikan uang yang

dipinjamnya, tindakan ini akan dikenai

aturan hukum perdata


PERBEDAAN DALAM PENERAPAN

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

Pelanggaran Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana segera

terhadap aturan hukum diambil tindakan oleh aparat hukum tanpa ada pengaduan dari

perdata baru dapat pihak yang dirugikan, kecuali tindak pidana yang termasuk

diambil tindakan oleh dalam delik aduan seperti perkosaan, kekerasan dalam rumah

pengadilan setelah ada tangga, pencurian oleh keluarga, dll.

pengaduan oleh pihak Pelanggaran terhadap hukum pidana pada umumnya

berkepentingan yang segera diambil tindakan oleh pengadilan tanpa perlu ada

merasa dirugikan pengaduan dari pihak yang dirugikan. Setelah ada pelanggaran

(disebut: penggugat) terhadap norma hukum pidana, maka alat-alat perlengkapan

Pelanggaran negara seperti polisi, jaksa dan hakim segera bertindak.

terhadap hukum perdata


1. Pihak yang menjadi korban cukuplah melaporkan kepada pihak

diambil diambil tindakan yang berwajib (polisi) tentang tindak pidana yang terjadi. Dan

oleh pengadilan setelah yang menjadi penggugat adalah Jaksa (Penuntut Umum)

adanya pengaduan dari


2. Terhadap beberapa tindak pidana tertentu tidak akan diamabil

pihak ynag merasa tindakan oleh pihak yang berwajib jika tidak diajukan

dirugikan. Pihak yang pengaduan, misalnya perzinahan,pencurian, perkosaan dsb.

mengadu tersebut

menjadi penggugat

dalam perkara tersebut.

PERBEDAAN PENAFSIRAN
HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

Hukum perdata memperbolehkan Hukum pidana hanya boleh

untuk melakukan berbagai interpretasi ditafsirkan menurut arti kata dalam Undang-

terhadap Undang-Undang Hukum Undang Hukum Pidana itu sendiri. (penafsiran

Perdata. authentuik)

Anda mungkin juga menyukai