TEORI PERKEMBANGAN
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Dra. Zuraida Lubis, M.Pd
Faisal, S.Pd., M.Pd.
OLEH :
KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Pengembangan Peserta Didik. Penulis berterima
kasih pada Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd dan Bapak Faisal, M.Pd. selaku Dosen
mata kuliah Pengembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan teori psikisanalisis terhadap perkembangan
2. Bagaimana pandangan teori kognitif terhadap perkembangan
3. Bagaimana pandangan teori prilaku dan kognisi sosial terhadap
perkembangan
4. Bagaimana pandangan teori kontekstual ekologis terhadap perkembangan
5. Bagaimana orientasi teoritis elektik
1.3 Tujuan
1. Mengetahui teori psikisanalisis terhadap perkembangan
2. Mengetahui teori kognitif terhadap perkembangan
3. Mengetahui teori prilaku dan kognisi sosial terhadap perkembangan
4. Mengetahui teori kontekstual ekologis terhadap perkembangan
5. Mengetahui orientasi teoritis elektik
2
BAB II
TEORI PERKEMBANGAN
1. Teori Freud
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar
(unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi
unsur cermati (awareness) dalan setiap event mental seperti berfikir dan
berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya
melibatkan ketiga unsur kesadaran itu.
a. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental
(fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran
(consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang
diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam
waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah
perconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke we yang
lain.
3
b. Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran
yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari
conscious dan clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian,
semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke
daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah
prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat
kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran.
Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran
dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.
4
Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan
kenikmatan apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam
ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit
secara langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan ini dengan
rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara
kualitatif dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena
kejadian yang dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi.
Freud menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan
untuk meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas
orang dewasa.
5
a. Tahap oral
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua
macam aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan
prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena
tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya
untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari
perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung
pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling
ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
b. Tahap anal
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung
bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada
otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak
mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas
suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat
mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-
nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon
sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c. Tahap falik
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika
adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai
berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan
fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya
kompleks Oedipus. Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan
kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
6
kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok
selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
Tahap genital/kelamin
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini
berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi
tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu
memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa
adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan
objek yang sebenarnya.
7
2. Teori Erikson
Psikososial dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-
pengaruh social yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara
fisik dan psikologis. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia
dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam 8 tahap perkembangan. 4 tahap
pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap ke 5 pada masa
adolesen, dan 3 tahap terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Delapan tahap
perkembangan psikososial Erikson :
8
c. Initiative versus Guilt (prakarsa versus rasa bersalah)
Berlangsung pada tahun-tahun pra sekolah. Anak terlihatsangat aktif, suka
berlari, berkelahi, memanjat dan suka menantang lingkungannya. Dengan
menggunakan bahasa, fantasi dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan
harga diri. Bila orangtua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan
menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk
mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat.
Sebaliknya bila orangtua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi
hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah
dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang
diinginkannya.
9
mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat menyebabkan
anak merasa terisolasi, cemas, hampa dan bimbang.
10
Kritik yang dilontar terhadap teori-teori psikoanalisis :
Konsep-konsep utama dari teori psikoanalisis sulit diuji secara ilmiah
Banyak data yang digunakan untuk mendukung teori-teori psikoanalisis
berasal dari konstruksi individu terhadap masa lalunya sering kali jauh di
masa lalu yang akurasinya tidak diketahuinya
Terlalu banyak menekan pentingnya peranan seksualitas terhadap
perkembangan
Terlalu menekankan pentingnya pengaruh pikinan yang tidak disadari
terhadap perkembangan
Teori-teori psikoanalisis memberikan suatu gambaran mengenai manusaia
yang terlalu negatif
11
dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan,
suara binatang, dll.
12
2. Teori Kognitif Sosio-Budaya Dari Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif
menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi
mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai
akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli. Pengetahuan ilmiah
terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini
bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang
lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting.
Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan
pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan
antara pemikiran dan bahasa.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan
dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori
Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu.
Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata
pencaharian, dan lainnya.
13
alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan
mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai
menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi
masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial
ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.
3. Teori Pemrosesan-Informasi
Menekankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyususn
strategi terhadap informasi-informasi yang ditemui. Dalam teori ini proses
memori dan berpikir menjadi tema sentral. Menurut teorin ini secara bertahap
remaja mengembangkan kapasitas yang lebih besar dan memproses informasi,
dimana hal ini memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang kompleks.
14
1. Behaviorisme Skinner
Skinner mengembangkan behaviorisme dengan menciptakan dan
mengembangkan teori operant conditioning. Kunci dari pemahaman operant
conditioning ini adalah reinforcement(penguatan) langsung terhadap respon.
Reinforcement yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemungkinan
perilaku yang sama itu muncul lagi. Dalam operant conditioning frekuensi
pemberian reinforcement selalu diubah atau diganti. Reinforcementtidak
menyebabkan timbulnya sebuah kebiasaan akan tetapi meningkatkan
kemungkinan sebuah perilaku akan diulang kembali. Di dalam operant
conditioning terdapat prinsip-prinsip utama bagaimana seseorang beajar perilaku
baru atau belajar perilaku yang ada, prinsip-prinsip utama tersebut adalah
shaping(pembentukan), reinforcement (penguatan), punishment(hukuman),
extinction (penghapusan), generalization(generalisasi) dan discrimination
(pembedaan).
15
penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan
siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
peracang teori kognitif social. Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga
faktor utama yaitu perilaku, persnn/kogoitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkuogan mempengaruhi
perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan
kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif
mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Individu ini menurut Bandura akan cepat menghadapi masalah dao mampu
baogkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan
meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social
jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam
lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya
menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
16
Kritik-kritik pada teori-teori perilaku dan kognisi sosial adalah sebagai
berikut :
Kurang menekankan kognisi
Terlalu menekankan determinan lingkungan
Tidak memberi pembahasan yang memadai mengenai perubahan
perkembangan
Kurang mempertimbangkan spontanitas dan kreativitas manusia
17
Anak-anak yang orng tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan
mengembangkan relasi positif dengan guru.
c. Eksosistem, yaitu sistem yang berisi sejumlah kondisi yang
mempengaruhi perkembangan anak, namun anak di sini tidak terlibat
dalam suatu peran langsung. Sebagai contoh, karena adanya kondisi
kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa harus bekerja untuk mencari
uang dan tidak melanjutkan sekolah. Contoh lain dari ekosistem adalah
pemerintah kota, yang bertanggung jawab terhadap kualitas taman, pusat
rekreasi dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan remaja.
d. Makrosistem, yaitu sistem yang mengelilingi mikro-meso-dan eksosistem
dan merespresentasikan nilai-nilai, ideologi, hukum, masyarakat dan
budaya. Budaya dimana remaja hidup. Budaya yang merujuk pada pola-
pola prilaku, keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang
diteruskan dari generasi ke generasi. Studi lintas-budaya perbandingan
antara budaya yang satu dengan budaya yang lain, dan memberikan
informasi mengenai generalitas perkembangan. Sebagai contoh anak
Indonesia tidak sama dengan anak Amerika.
e. Kronosistem, yaitu dimensi waktu yang menuntun perjalanan setiap level
sistem dari mikro ke makro. Kronosistem ini juga mencakup berbagai
peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosiokultural.
Sebagai contoh dalam studi mengenai dampak perceraian terhadap anak-
anak, peneliti menentukan bahwa dampak-dampak negatif tersebut sering
seringkali memuncak ditahun pertama perceraian. Dampak negatif yang
lebih besar dialaminoleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan, dua tanhun kemudian setelah perceraian, interaksi keluarga
tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil. Berkaitan dengan lingkungan
sosial budaya remaja perempuan lebih terdororong untuk mengejar karir
dibandingkan 20 atau 30 tahun yang lalu.
18
Untuk lebih jelasnya tentang sistem ekologi dari Bronfenbrenner ini dapat
dicermati gambar berikut ini.
19
satu kasus tetapi tidak dapat digunakan dalam kasus lain, hal inilah yang
menyebakan digunakannya bebagai teori dalam pendekatannya.
Dalam teori Eklektisme, dasar teori yang digunakan tidak hanya beasal
dari satu saja akan tetapi merupakan penggabungan dari beberapa dasar teori.
Misalnya suatu kasus dalam penyelesaianya menggunakan teori A akan tetapi
teori ini mungkin tidak dapat digunakan dalam kasus lain, oleh karena itu perlu
menggunakan teori lain dalam menyelesaikan kasus tersebut.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Menurut teori psikoanalisis struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga
struktur yaitu id, ego, dan super ego. Kehidupan remaja dipenuhi dengan
ketegangan dan konflik. Remaja berusaha menekan ketegangan yang
dialami dengan cara meredam konflik tersebut kedalam pikiran yang tidak
sadar. Prilaku-prilaku yang tampaknya spele sekalipun, sebenarnya
merupakan segi yang penting apabila kekuatan tidak sadar yang melatar
belakangi perilaku yang diungkapkan.
2. Teori kognitif menekan pikiran-pikiran yang didasari oleh tiga teori
kognitif yang paling penting adalah teori yang dikemukakan oleh piaget,
teori kognitif sosial budaya yang dikemukakan oleh Vygotsky dan teori
Pemrosesan informasi
3. Teori behaviorisme (skinner) menyatakan bahwa perkembangan itu
dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan artinya lingkungan
berpengaruh cukup besar terhadap perkembangan individu. Teori kognitif
sosial menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan
faktor-faktor yang penting dalam perkembangan
4. Teori Kontekstual ekologi yang menjelaskan perkembangan individu
dalam interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya yang terus menerus
mempengaruhi segala aspek perkembangannya. Teori ekologi ini ialah
pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang perkembangan yang
terdiri dari lima sistem lingkungan
5. Orientasi teoritis elektrik ( elektric theoretical orientation) tidak mengikuti
sebuah pendekatan teori manapun, namun memilih dan menggunakan
segi-segi yang dianggap paling baik dari masing-masing teori.
5.1 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22