Anda di halaman 1dari 16

“STUDI KASUS PENCURIAN HP OLEH SISWA KELAS XII SMA

NEGERI 1 LANGSA”

Dosen Pengampu:

Dr. Nur’aini, M.S

Disusun oleh:

Diana Utami Sihombing (1203351036)

Dyna Ryanawati Marpaung (1203151035)

Indah Putri Dwiyanti(1203351038)

Melva Triana Sembiring (1203151038)

Ria Jelita Kurniati Purba (1203151031)

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Patologi dan
Rehabilitasi Sosial tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan mampu membantu kita
sebagai calon pendidik untuk mengetahui bagaimana solusi permasalahan siswa yang
mencuri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini serta kepada
para pembaca yang sudah berkenaan membaca makalah ini dengan tulus dan ikhlas. Semoga
makalah ini bermanfaat, khususnya bagi para teman-teman yang ingin mendapatkan
pengetahuan tentang Patologi Sosial, serta kiranya makalah ini dapat diberikan kritik atau
masukan agar lebih baik lagi kedepannya.

Medan, 01 September 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

STUDI KASUS PENCURIAN HP OLEH SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 LANGSA

I PENDAHULUAN................................................................................................4

A. Latar belakang masalah.........................................................................4


B. Rumusan masalah.................................................................................4

II KONSEP TEORI..................................................................................................5
III METODE PENELITIAN.....................................................................................9

A. Jenis penelitian.......................................................................................9
B. Sasaran penelitian..................................................................................9
C. Teknik analisa data.................................................................................9
D. Teknik pengumpulan data......................................................................9
E. Sumber.....................................................................................................9
IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................11
A. Hasil.......................................................................................................11
B. Pembahasan............................................................................................11
V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................15
B. Saran......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

3
STUDI KASUS PENCURIAN HP OLEH SISWA KELAS XII SMA
NEGERI 1 LANGSA

I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah

Pencurian merupakan salah satu bentuk kejahatan. Menurut Kartini Kartono (2016)
secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, sifatnya asocial dan melanggar hokum serta
undang-undang pidana. Tingkah laku manusia yang jahat, immoral, dan antisosial itu banyak
menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan di kalangan masyarakat dan jelas sangat
merugikan umum. Karena itu, kejahatan tersebut harus diberantas atau tidak boleh dibiarkan
berkembang demi ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat. Salah satu factor
seseorang melakukan pencurian adalah adanya ketidakstabilan ekonomi yang membuat
seseorang terdorong melakukan pencurian. Ketidakstabilan ekonomi tersebut menjadi titik
tombak individu melakukan kegiatan apa saja, asal bisa memperoleh sesuatu yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Di lingkungan sekolah juga marak terjadi kasus-kasus pencurian yang pelakunya adalah
para murid. Kasus tersebut terjadi di SMA NEGERI 1 LANGSA dimana seorang siswa
melakukan pencurian handphone milik siswi lain yang adalah teman sekelasnya.
Dilatarbelakangi kebutuhan yang harus segera dipenuhi hingga menimbulkan aksi nekat untuk
melakukan pencurian.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran layanan bimbingan konseling terhadap permasalahan pencurian hp oleh
siswa di SMA NEGERI 1 LANGSA
2. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan terhadap permasalahan pencurian hp oleh siswa di
SMA NEGERI 1 LANGSA
3. Bagaimana langkah-langkah rehabilitasi terhadap permasalahan pencurian hp oleh siswa di
SMA NEGERI 1 LANGSA

4
II. KONSEP TEORI

A. Pengertian Pencurian
Menurut kamus bahasa Indonesia pencurian berasal dari kata “curi” yaitu mengambil
milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.
Pencurian berawal dari kata “pen” diakhiri dengan kata “an” maka dapat didefinisikan
pencurian yaitu proses, cara, perbuatan mencuri.
Dalam jurnal pahlawan (volume 2 nomo2 tahun 2019 ) dijelaskan bahwa Pencurian
adalah salah satu jenis kejahatan terhadap kekayaan manusia yang diatur dalam Bab XXII
Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan merupakan masalah yang tak ada
habishabisnya. Pencurian sudah merajalela dikalangan masyarakat. Menurut KUHP pencurian
adalah mengambi sesuatu barang yang merupakan milik orang lain dengan cara melawan hak
orang lain, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam pasal 362 KUHP. Pasal 362 KUHP
berbunyi :“Barangsiapa mengambil sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya merupakan
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan
hukum, karena bersalah melakukan pencurian, dipidana dengan pidana selamalamanya lima
tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya Sembilan ratus rupiah”. Yang dilarang dan
diancam dengan hukuman di dalam kejahatan ini adalah perbuatan “mengambil”, yaitu
membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya secara mutlak dan nyata. Menurut Memorie
Van Toelichting mengenai pembentukan pasal 362 ini, yang dapat dijadikan objek dari tindak
pidana pencurian ini hanyalah terbatas pada “benda-benda yang berwujud dan dapat
bergerak”, akan tetapi di dalam perkembangannya Hoge Raad memberikan penafsirannya
yang lebih luas, sehingga juga benda-benda yang tidak berwujud dimasukkan kedalam
pengertian benda menurut pasal 363 KUHP ini.
B. Unsur-Unsur Pencurian ( dalam jurnal pahlawan volume 2, nomor 2, 2019)
1. Unsur-Unsur Objektif
a. Unsur perbuatan mengambil (wegnemen)
Unsur pertama dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan “mengambil” barang.
Kata “mengambil” (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakan tangan dan jari-
jari, memegang barangnnya, dan mengalihkannya ke lain tempat. Dari adanya unsur perbuatan
yang dilarang mengambil ini menunjukan bahwa pencurian adalah berupa tindak pidana
formil. Mengambil adalah suatu tingkah laku positif/perbuatan materill, yang dilakukan

5
dengan gerakan-gerakan yang disengaja. Pada umumnya menggunakan jari dan tangan
kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya, memegang, dan mengangkatnya lalu
membawa dan memindahkannya ke tempat lain atau dalam kekuasaannya. Unsur pokok dari
perbuatan mengambil harus ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya
kekuasaan benda itu ke dalam kekuasaannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat dirumuskan sebagai melakukan
perbuatan terhadap suatu benda dengan membawa benda tersebut ke dalam kekuasaanya
secara nyata dan mutlak.Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata adalah
merupakan syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang artinya juga merupakan syarat
untuk menjadi selesainya suatu perbuatan pencurian yang sempurna.
b. Unsur benda
Pada objek pencurian, sesuai dengan keterangan dalam Memorie van toelichting
(MvT) mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP adalah terbatas pada benda-benda bergerak
(roerend goed). Bendabenda tidak bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah
terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap benda
yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan mengambil.Benda yang
bergerak adalah setiap benda yang sifatnya dapat berpindah sendiri atau dapat dipindahkan
(Pasal 509 KUHPerdata). Sedangkan benda yang tidak bergerak adalah benda-benda yang
karena sifatnya tidak dapat berpindah atau dipindahkan, suatu pengertian melawan dari benda
bergerak.
c. Unsur sebagian maupun seluruhnya milik orang lain
Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian saja,
sedangkan yang sebagian milik pelaku itu sendiri. Contohnya seperti handphone milik
bersama yaitu milik A dan B, yang kemudian A mengambil dari kekuasaan B lalu
menjualnya. Akan tetapi bila semula handphone tersebut telah berada dalam kekuasaannya
kemudian menjualnya, maka bukan pencurian yang terjadi melainkan penggelapan (Pasal 372
KUHP).
2. Unsur-Unsur Subjektif
a. Maksud untuk memiliki
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur pertama maksud
(kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk), berupa unsur kesalahan dalam

6
pencurian, dan kedua unsur memilikinya. Dua unsur itu tidak dapat dibedakan dan dipisahkan
satu sama lain. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus ditujukan
untuk memilikinya, dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukan bahwa dalam tindak
pidana pencurian, pengertian memiliki tidak mengisyaratkan beralihnya hak milik atas barang
yang dicuri ke tangan pelaku, dengan alasan. Pertama tidak dapat mengalihkan hak milik
dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah
maksudnya (subjektif) saja. Sebagai suatu unsur subjektif, memiliki adalah untuk memiliki
bagi diri sendiri atau untuk dijadikan barang miliknya. Apabila dihubungkan dengan unsur
maksud, berarti sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri pelaku sudah
terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu untuk dijadikan sebagai
miliknya.
b. Melawan hukum
Menurut Moeljatno (dalam buku Leden Marpaung,Asas-teori-Praktik Hukum Pidana.
2012) unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencurian yaitu :
“Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditunjukan pada
melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil benda, ia
sudah mengetahui dan sudah sadar memiliki benda orang lain itu adalah bertentangan dengan
hukum”. Karena alasan inilah maka unsur melawan hukum dimaksudkan ke dalam unsur
melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai dengan keterangan dalam MvT yang
menyatakan bahwa, apabila unsur kesengajaan dicantumkan secara tegas dalam rumusan
tindak pidana, berarti kesengajaan itu harus ditujukan pada semua unsur yang ada
dibelakangnya.
Pendapat-pendapat diatas diambil dari teori-teori di bawah ini;
1) Teori kontrektasi (contrectatie theorie), teori ini mengatakan bahwa untuk adanya suatu
perbuatan “mengambil” disyaratkan dengan sentuhan fisik, yakni pelaku telah memindahkan
benda yang bersangkutan dari tempatnya semula.
2) Teori ablasi (ablatie theorie), menurut teori ini untuk selesainya perbuatan “mengambil”
itu disyaratkan benda yang bersangkutan harus telah diamankan oleh pelaku.
3) Teori aprehensi (apprehensie theorie), berdasdarkan teori ini adanya perbuatan
“mengambil” itu disyaratkan bahwa pelaku harus membuat benda yang bersangkutan berada
dalam

7
penguasaannya yang nyata.
Oleh sebab itu, berdasarkan keterangan diatas maka jelas kita ketahui bahwa pencurian
adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan pihak tertentu, dan dalam
mengungkap suatu tindak pidana pencurian, aparat penegak hukum perlu melakukan beberapa
tindakan yaitu seperti penyelidikan dan penyidikan.

8
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, menurut Hadari Nawawi (2012) pada buku
Metode Penelitian Bidang Sosial menyatakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, dan yang lainnya) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang meliputi
intreprestasi data dan analisis data dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

B. Sasaran Penelitian

Dalam penelitian ini,yang menjadi sasaran penelitian atau objek oleh peneliti adalah
Siswa SMA Negeri 1 Langsa.

C. Teknik Analisa Data


Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di
proleh dari hasil dokumentasi dengan cara mengumpulkan data yang digunakan berupa
sumber tertulis. Analisis data kualitatif yaitu analisis data yang berasal dari data-data yang
terjaring dari proses pengumpulan data, yaitu rekam & catat, tinjauan pustaka, wawancara,
serta partisipasi (Rohmadi & Nasucha, 2015:34).

D. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Djaman Satori dan Aan Komariah (2011:103) pada buku metodologi
penelitian kualitatif menyatakan pengertian teknik pengumpulan data adalah“Pengumpulan
data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur sistematis untuk memperoleh data yang
diperlukan.”Pengumpulan data pada teknik ini adalah sebagai berikut :Teknik pengumpulan
data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen. Menurut
Guba dan Lincoln (2009) pada buku Handbook of Qualitative Research menyatakan dokumen
adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian peristiwa.

E. Sumber Data

9
Menurut Suharsimi Arikunto (2013) pada Buku Prosedur Penelitian : Suatu
pendekatan Praktik Menyatakan “sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek
dari mana data dapat di peroleh.

Dalam Pengumpulan sumber data,Penelitian melakukan pengumpulan data dalam


wujud data primer. Menurut Suharsimi Arikunto (2013) pada Buku Prosedur Penelitian :
Suatu pendekatan Praktik Menyatakan “Data Primer adalah data yang dikumpulkan melalui
pihak pertama,biasanya dapat melalui wawancarajejak dan lain-lain”.

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan kasus diatas, kami menyimpulkan bahwa jenis penelitian adalah penelitian
deskriptif, sasaran penelitian adalah siswa SMA NEGERI 1 LANGSA, teknik analisis data
yang digunakan adalah analisi data kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan
berupa dokumen dari responden dengan sumber data primer (data yang diperoleh dari objek
yang diteliti).

B. Pembahasan

1. Rehabilitasi

Menurut Suparlan (1993) mengemukakan bahwa rehabilitasi merupakan suatu proses


kegiatan untuk memperbaiki kembali dan mengembangkan fisik, kemampuan serta mental
seseorang sehingga orang itu dapat mengatasi masalah kesejahteraan social bagi dirinya serta
keluarganya.

2. Langkah-langkah rehabilitasi

Berdasarkan permasalahan pencurian, dapat dilakukan konseling individual terhadap


pelaku berhubungan dengan peran BK, langkah-langkahnya sebagai berikut:

Dilakukan proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap
mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan
dan tindakan).

A. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor
dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya :
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan
membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling,
terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.

11
Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan
baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas
masalah klien.
Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.
Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1)
Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor
tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien; dan (3)
Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab
bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.

B. Inti (Tahap Kerja)


Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah
memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah


dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah
yang sedang dialaminya.
2. Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau
kembali permasalahan yang dihadapi klien.
3. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.

Hal ini bisa terjadi jika :


Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapinya. Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap
klien. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada
saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.

12
C. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :

1. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.


2. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
3. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
4. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
5. Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya kecemasan klien;
(2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; (3)
pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan (4) adanya
rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
4. Solusi

Berapa solusi yang bisa dilakukan terhadap kasus pencurian:

a. Membekali siswa dengan ajaran agama

Membekali siswa dengan ajaran agama sangatlah penting dalam pendidikan terutama di
Indonesia, karena nilai-nilai agama menjadi aspek penting dalam interaksi sosial, termasuk di
dunia pendidikan. Dengan begitu keberhasilan pendidikan agama sering kali dijadikan
parameter kualitas moral bangsa. Pe¬ranan agama sebagai perekat sosial sejatinya menjadi
faktor penentu dalam pembentukan karakter bangsa yang religius dan berjiwa kebangsaan
yang kuat.

b. Memasang CCTV di kelas

Mengapa memasang CCTV perlu di kelas? Semua kegiatan atau kegiatan siswa tidak mudah
dipantau secara keseluruhan oleh staf pengajar. Pemanfaatan Kamera CCTV digunakan untuk
mengoptimalkan pemantauan semua kegiatan yang terjadi di kelas. Dengan menempatkannya
pada posisi yang tepat, kegiatan atau kegiatan belajar mengajar akan dipantau dengan jelas
pada kamera CCTV, tidak hanya siswa yang dipantau tetapi guru juga akan dengan jelas
melihat cara mengajar mereka.

13
c. Melakukan tindakan pemanggilan Orang Tua (SPO)

Melakukan tindakan pemanggilan orang tua (SPO) juga merupakan salah satu hal yang sangat
penting karena dengan adanya pertemuan dengan orang tua siswa dapat ditemukan solusi
atas permasalahan siswa. Diharapkan dengan adanya komunikasi yang terjalin antara pihak
sekolah dengan keluarga siswa maka masalah yang dihadapi siswa dapat diselesaikan
dengan baik. Orang tua dan pihak sekolah dapat menjalin kerja sama untuk membimbing
dan mendidik anak tersebut dengan baik. Sehingga dari lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga anak tersebut mendapatkan pengarahan dan bimbingan agar tidak melakukan
perbuatan yang menyimpang.

4. Memberikan layanan mediasi kepada siswa oleh guru BK

Melalui guru BK, siswa diberi layanan mediasi yang bertujuan untuk membantu siswa
memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dirinya nekat melakukan pencurian. Siswa
akan ditanya melalui konseling yang dilakukan oleh guru BK kepada siswa tersebut dan
mencari titik terang yang nantinya sebagai solusi kedepannya agar dirinya mengalami
perkembangan tingkah laku yang sesuai.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

14
Pencurian merupakan salah satu bentuk kejahatan. Kartini Kartono (2016) secara yuridis
formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
(immoral), merugikan masyarakat, sifatnya asocial dan melanggar hokum serta undang-
undang pidana. Menurut kamus bahasa Indonesia pencurian berasal dari kata “curi” yaitu
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-
sembunyi. Pencurian berawal dari kata “pen” diakhiri dengan kata “an” maka dapat
didefinisikan pencurian yaitu proses, cara, perbuatan mencuri. Dalam jurnal pahlawan
(volume 2 nomo2 tahun 2019 ) dijelaskan bahwa Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan
terhadap kekayaan manusia yang diatur dalam Bab XXII Buku II Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan merupakan masalah yang tak ada habishabisnya. Oleh sebab itu,
dapat ketahui bahwa pencurian adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan
pihak tertentu, dan dalam mengungkap suatu tindak pidana pencurian, aparat penegak hukum
perlu melakukan beberapa tindakan yaitu seperti penyelidikan dan penyidikan.Berdasarkan
hasil penelitian yang dilkukan secara deskriptif, dengan sasaran penelitian yaitu siswa SMA
NEGERI 1 LANGSA maka dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut termasuk ke dalam aksi
kejahatan dan berhubungan dengan ketidakstabilan di bidang ekonomi. Maka dari itu
diperlukan solusi yaitu dengan dilakukannya konseling individual terhadap pelaku yang
berhubungan dengan peran BK, melalui 3 tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan
masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).

B. Saran
Saran yang dapat kami berikan sebagai calon pendidik adalah ada baiknya saat mengalami
kasus tersebut sebaiknya dibutuhkan penangan dari pihak BK untuk melakukan konseling agar
masalah dapat diperjelas dan masalah dapat terdefinisikan sehingga dapat membantu
memperjelas masalah klien. Selanjutnya konselor dapat menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin dilakukan dengan membangkitkan semua potensi klien,
dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi
klien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunyo, S. (2013), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Denzin, Norman K, dan Lincoln, Yvonna S, (2009), Handbook of Qualitative Research,
(diterjemahkan oleh Dariyatno dkk), Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Kartono, K., 2015. Patologi Sosial jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Burlian, P., 2016. Patologi Sosial., Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, H., 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

16

Anda mungkin juga menyukai