KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Nikmat dan
Hidayah, karena izin dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
Modul Mata Kuliah Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran Shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
keluarganya, para sahabatnya, semoga kita semua mendapat syafaatnya.
Tidak lupa ucapanterimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moral maupun materil dalam pembuatan Modul
Mata Kuliah Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran ini Sehingga
pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan
suatu apapun. Adapun tujuan dibuatnya Modul ini adalah untuk memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester dengan dosen Pengampu Ibu Endah Kurniawati
P., Dr. M.Psi
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami
mohon maaf apabila dalam penyusunan modul ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi sempurnakan makalah ini, Semoga modul ini bisa
bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | iii
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................... iii
Chapter 1: Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Lingkungan dan
pengaruh sosial budaya .......................................................... 1
Chapter 2 : Teori memperoleh proses informasi dari gagne ........... 10
Chapter 3 : Experience learning ............................................................. 20
Chapter 4 : Student Center learning ................................................... 30
Chapter 5 : Konsep Islam dalam memandang proses belajar dalam
pembelajaran (belajar mengajar) ....................................... 44
Chapter 6 : Teori belajar menurut al ghazali dan al zanurji .......... 74
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |1
Chapter 1
Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Lingkungan dan pengaruh
sosial budaya
Oleh:
Abstrak
Pendahuluan
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran, perhatian harus diberikan pada
perkembangan anak, meliputi beberapa aspek seperti pertumbuhan fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial emosional. Sebagai seorang
pendidik atau orang dewasa kita perlu mengetahui reaksi anak dan memahami segala
perkembangannya agar dapat tumbuh dengan baik dan optimal. Salah satu perkembangan
yang dialami anak adalah perkembangan kognitif. Pendekatan perkembangan kognitif ini
didasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa keterampilan kognitif merupakan hal
mendasar dan membimbing perilaku anak. Perkembangan kognitif manusia dipelajari
pada Abad Pertengahan ketika kemajuan ilmiah mulai meningkat. Kepribadian psikologis
yang terlibat dalam perkembangan kognitif adalah Jean Piaget dan Lev Semyonovich
Vygotsky. Keduanya membahas perkembangan kognitif anak dan menggunakan
pendekatan konstruktivis. Namun yang membedakan pendekatan ini dengan
konstruktivisme adalah bahwa Piaget lebih menekankan pada teori adaptasi konstruktivis
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |3
1
F. Ibda, ‘Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget’, Intelektualita, 3.1 (2015), 242904.
2
Maclin & Maclin) Solso and Ni M. D. Swasti.w, ‘Pengantar Psikologi Kognitif Sejarah’, 1–41.
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |4
anak, terutama yang duduk di bangku SMA, sebenarnya sudah jauh lebih mandiri.3 Fakta
bahwa siswa sekolah menengah memasuki tahap operasional formal di usia tua. Seperti
halnya siswa sekolah menengah, anak sekolah menengah masih mencapai perkembangan
kognitif yang utuh, sehingga kemampuan analisis mereka mulai diasah dengan baik.4
Dari penjelasan di atas menjadi penting dan perlu dianalisa secara detail. Teori
kognitif oleh Piaget dan Vygotsky. Selain itu, tidak hanya perlu diterima begitu saja, tetapi
juga perlu disinkronkan dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Untuk memasukkan studi
ini ke dalam studi kepustakaan, sumber pengambilan data adalah dari buku-buku yang
terkait dengan topik yang dibahas dan artikel jurnal yang digunakan untuk menjelaskan
contoh dan meningkatkan perkembangan teori kognitif. Oleh karena itu, analisis yang
disampaikan penulis dalam menjelaskan perkembangan kognitif Piaget dan Vygotsky lebih
detail, terutama dalam kontribusinya terhadap dunia pendidikan. Artikel ini bertujuan
untuk menjelaskan konsep perkembangan kognitif antara Piaget dan Vygotsky, perbedaan
antara keduanya, dan kontribusi teori perkembangan kognitif terhadap pendidikan.
Pembahasan
Berikut ini adalah teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dan
Vygotsky, dijelaskan dalam format Tabel di bawah
Topik Piaget Vygotsky
Konteks Sosial budaya Tidak diutamakan Diutamakan
Kontruktivisme Konstruktivis kognitif Konstruktivis sosial
Tahapan Penekanan kuat pada Tidak ada tahapan
tahap-tahap sensori perkembangan yang
motorik, praoprasional, diajukan
konkret, dan operasional
formal)
Proses Utama Skema, asimilasi, Zona perkembangan
akomodasi, operasi, proksimal, bahasa,
konservasi, klasifikasi, dialog, faktor budaya
pemikiran deduktif-
hipotesis
Peran Bahasa Bahasa memiliki peran Peran utama; bahasa
minimal; mengutamakan memainkan peran kuat
sebagai pengarah kognisi dalam membentuk
bahasa pemikiran
Perbandingan Mengenai Pendidikan hanya Pendidikan memainkan
Pendidikan menyempurnakan peran penting,
keterampilan kognitif membantu anak-anak
anak yang telah muncul mempelajari faktor
budaya
3
Akhmad Syahri, “Pendidikan Karakter: Berbasis Sistem Islamic Boarding School”, Batu : Literasi Nusantara, 2019
4
Lia Dwi Tresnani and Muhammad Khoiruzzadi, ‘Program Pembiasaan Harian Dalam Membentuk Karakter Siswa
Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Belajar’, Journal ISTIGHNA, 3.1 (2020), 32–52
<https://doi.org/10.33853/istighna.v3i1.42>.
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |5
Teori Piaget dan Vigostsky memperjelas apa yang disebut teori konstruktivisme.
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan bentuk
(komposisi) dari dirinya sendiri. Penerapan teori ini masih digunakan dalam proses
pendidikan, terutama dalam pembelajaran yang memaksimalkan potensi siswa.
1. Implikasi Teori Piaget terhadap Pembelajaran
Piaget memberikan dua makna belajar dalam arti sempit dan luas yang berkaitan
dengan belajar. Belajar dalam arti sempit adalah pembelajaran yang hanya berfokus
pada informasi baru dan pembelajaran tambahan. Contoh: Seorang anak mengetahui
nama ibu kota suatu negara atau mengingat angka. Belajar dalam arti luas adalah
belajar dan menemukan struktur berpikir yang lebih umum yang dapat digunakan
dalam situasi yang berbeda. Contoh: Dengan mengingat ibu kota suatu negara, anak
juga memahami hubungan antara kota dan negara bagian tersebut. Bagi Piaget, belajar
selalu memiliki unsur pendidikan dan pemahaman. Dampak terhadap proses
pendidikan dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tekanan pada siswa
Dalam kasus Piaget, siswa mengembangkan pengetahuan mereka sendiri
tentang lingkungan yang diselidiki atau bagaimana menangani objek yang
diselidiki. Jadi disini tekanannya ada pada siswa yang lebih aktif dari pada guru
yang selalu aktif. Dalam konteks ini, penting bagi guru untuk memahami
bagaimana siswa berpikir, mengalami, dan mengatasi masalah. Selain itu, guru
perlu menyediakan dan memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kognitif
siswa sehingga mereka dapat lebih berpikir dan membentuk pengetahuannya.
b. Metode Belajar
Teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan. Siswa hanya dapat menguasai materi dengan lebih
baik dengan cara proaktif mengolah materi, proaktif mengajukan pertanyaan,
dan mengolah materi secara kritis. Oleh karena itu, perlu ditekankan kegiatan
aktif dalam proses pembelajaran. Padahal, kegiatan siswa, mendokumentasikan,
menanya, menarik kesimpulan, dan merangkai kata dengan kata-katanya sendiri
merupakan kegiatan yang esensial bagi siswa untuk benar-benar membangun
pengetahuan. Apalagi selama semua siswa terlibat aktif dalam diskusi,
berdiskusi dengan teman dapat sangat membantu dalam menangkap dan
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |6
mengembangkan pemikiran yang dimiliki siswa saat belajar. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa itu adalah metode pembelajaran aktif yang harus
digunakan guru dalam proses belajar mengajar mereka.
c. Peran Guru
Peran guru di sini bukanlah transfer of knowledge, melainkan peran mentor
atau mediator. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru kepada siswa tanpa
aktivitas siswa itu sendiri. Menurut Piaget, menyajikan pengetahuan yang sudah
jadi dan meminta siswa untuk menghafalnya bukanlah presentasi yang baik
karena membuat mereka pasif. Untuk mendukung kegiatan belajar siswanya,
guru perlu mengetahui tahap keterampilan dan kognitif siswa yang
dipelajarinya. Stimulasi materi yang sesuai dengan tingkat kognitif Siswa terus
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pemberian materi yang terlalu sulit
dapat membosankan dan membingungkan siswa, tetapi memberikan materi
yang terlalu mudah tidak merangsang pemikiran siswa dan juga tidak baik bagi
mereka.
d. Model Kelas
Piaget sebenarnya lebih menekankan pada bentuk personal dari kelas
tersebut. Di sana, semua siswa dapat belajar secara mandiri dan aktif
membentuk pengetahuan mereka. Model ini banyak memberi inspirasi pada
pembukaan sekolah swasta saat ini. Model Piaget juga dapat digunakan di kelas
besar. Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap siswa bebas untuk
mengekspresikan pemikirannya dan selalu kreatif.
Selain itu, teori Piaget dapat digunakan untuk belajar dengan cara-cara berikut:
a. Gunakan pendekatan kontruktivisme
Sejalan dengan pandangan konstruktivis, Piaget menekankan belajar
lebih baik ketika anak-anak aktif dan menemukan solusi untuk diri mereka
sendiri.
b. Fasilitas untuk belajar
Guru yang efektif perlu menciptakan situasi di mana siswa belajar
melalui tindakan.
c. Pertimbangan pengetahuan dan pemikiran anak
Siswa tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong, mereka
memiliki banyak ide tentang dunia fisik dan alam.
d. Gunakan evaluasi berkelanjutan
Makna yang dibangun oleh individu tidak dapat diukur dengan tes
standar. Misalnya, dalam Ujian Kewarganegaraan (menilai kemajuan dan
nilai akhir), siswa mengadakan pertemuan individu untuk membahas
strategi berpikir, dengan penjelasan lisan dan tertulis dari siswa tentang
alasan, dan untuk menilai kemajuan, dapat digunakan sebagai alat.
e. Meningkatkan kemampuan intelektual siswa
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |7
Hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat pengetahuan yang rendah perlahan-lahan
meningkatkan pengetahuannya dengan bantuan siswa yang bijaksana. Dengan
bantuan teman sekelas, siswa merasa lebih nyaman dan dapat lebih mudah bertanya
jika ada hal-hal yang mereka tidak mengerti selama belajar. Teori Vygotsky membuat
belajar lebih nyaman karena didasarkan pada kebutuhan wilayah. Ketika seorang
siswa selesai belajar, ia dapat menggunakan keterampilannya untuk bekerja, sehingga
teori dan praktik dapat diselaraskan.
Selanjutnya, artikel berjudul “Teori Vygotsky dan Dampaknya terhadap
Pembelajaran Matematika” karya Rudy Santoso Johannes membutuhkan landasan
pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, pentingnya interaksi sosial untuk
pembelajaran matematika menjadi penting dalam dua hal. Dari sudut pandang
psikologis pembelajar dan dari sudut pandang materi matematika yang dipelajari.
Karena proses pembelajaran pada awalnya dilakukan pada tataran sosial, maka proses
pembelajaran matematika di kelas perlu dilakukan secara interaktif antara siswa
dengan guru, dan antar siswa. Interaksi ini mengarah pada munculnya
intersubjektivitas, kesesuaian antara keduanya, yang memungkinkan kita untuk
memahami, menyelidiki, bernegosiasi, dan menggunakan perspektif orang lain.
Guru matematika di kelas juga harus memberi siswa banyak kesempatan siswa
untuk menginternalisasi diri siswa secara pribadi, guru tidak terburu-buru
memfasilitasi kegiatan pembelajaran, dan harus memberikan jeda waktu antara
kegiatan kelas. Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika seharusnya tidak
hanya sebatas dalam bentuk kegiatan interaktif di kelas, tetapi juga harus mencakup
interaksi siswa dengan konteks sosial budaya yang dekat dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas perlu menghadirkan pertanyaan
kontekstual ini, karena kegiatan yang melibatkan masalah ini akan bermakna secara
sosial bagi siswa. Bahkan dengan pendekatan matematis realistis, pertanyaan
kontekstual seperti itu digunakan sebagai titik tolak untuk proses pembelajaran
matematika.
Simpulan
Jean Piaget mengusulkan teori-teori penting perkembangan kognitif anak, termasuk
proses-proses penting berikut: skema, asimilasi dan regulasi, organisasi dan
keseimbangan. Secara teoritis, perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap:
sensorimotori (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11), dan
operasi formal (dari 11 tahun ke atas).
Lev Vygotsky mengajukan teori penting lain tentang perkembangan kognitif.
Pandangan Vygotsky menekankan bahwa keterampilan kognitif harus didasarkan pada
perkembangan, dijembatani secara linguistik, dan ditafsirkan dalam kaitannya dengan
hubungan sosial dan budaya. Zona perkembangan proksimal (ZPD) adalah istilah yang
digunakan oleh Vygotsky untuk serangkaian tugas yang sulit dikuasai anak-anak sendiri,
tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa dan anak-anak yang
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |9
berpengalaman. Scaffolding dan dialog merupakan konsep penting dalam teori Vygotsky.
Dia juga percaya bahwa bahasa memainkan peran penting dalam membimbing kognisi.
Teori kognitif yang digagas oleh Piaget dan Vygotsky dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran. Keduanya menekankan bahwa anak-anak secara aktif memahami
dunia. Guru atau supervisor hanyalah fasilitator dan pemandu. Vygotsky berfokus pada
zona perkembangan proksimal anak yang membutuhkan perhatian, menekankan bahwa
anak membangun pengetahuan melalui interaksi sosial, dan menurut teori Vygotsky, anak
memutuskan keterampilan mana yang akan dikembangkan. Tergantung pada alat budaya
yang akan dilakukan.
Daftar Rujukan
Akhmad Syahri. 2019. Pendidikan Karakter: Berbasis Sistem Islamic Boarding School. Batu:
Literasi Nusantara
Ibda, F., ‘Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget’, Intelektualita, 3.1 (2015), 242904
Solso, Maclin & Maclin), and Ni M. D. Swasti.w, ‘Pengantar Psikologi Kognitif Sejarah’, 1–41
Lia Dwi Tresnani, and Muhammad Khoiruzzadi, ‘Program Pembiasaan Harian Dalam
Membentuk Karakter Siswa Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Belajar’, Journal
ISTIGHNA, 3.1 (2020), 32–52 <https://doi.org/10.33853/istighna.v3i1.42>
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 10
Chapter 2
Oleh:
Abstrak
Proses berpikir merupakan serangkaian proses mulai dari menerima informasi,
mengolah, menyimpan, dan mengambil kembali informasi yang telah disimpan.
Sedangkan teori pemrosesan informasi oleh gangne adalah teori yang menekankan
pada proses berpikir dan mengingat. Dengan demikian tujuan dari artikel ini adalah
memahami bagaiman peroses dalam mengolah informasi oleh teori gangne. Metode
yang digunakan adalah studi kepustakaan, dimana peneliti mendapatkan sumber data
berdasrkan jurnal yang relevan dnegan permasalahan. Teknik analsis data yang
digunakan yaitu dnegan memilah jurnal jurnal yang relevan dnegan permasalah yang
diangkat. Menghasilkan bahwa teori pemrosesan informasi adalah serangkaian
kegiatan dalam menerima informasi, mengolah, dan mengingat kembali. Sehingga
dengan hal ini seseorang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan mampu
bertindak. Model pemrosesan infromasi oleh gagne meliputi rangkaian mulai dari
stimulus, sensory meomory, short term memory, long term memory, dan respon.
Abstract
A. PENDAHULUAN
Proses berpikir adalah kegiatan atau proses yang mulai dari menerima data atau
informasi, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan, dan selanjutnya diambil
kembali dari ingatan ketika dibutuhkan untuk pengelolaan selanjutnya. Proses
berpikir menurut (Ruggiero, 2011) adalah suatu aktivitas mental yang digunakan
untuk membantu merumuskan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
dan mendapatkan pemahaman. Sementara Lailiyah (2015) juga mengatakan bahwa
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 12
berpikir adalah suatu aktivitas mental yang terjadi secara internal dalam melakukan
pengambilan keputusan. Dapat diambil kesimpulan bahwa proses berfikir adalah
sebagai suatu kegiatan yang terjadi pada diri seseorang dalam otak manusia, yang
dampaknya adalah mampu mengetahuai bagaimana menyelesaikan suatu masalah,
mengetahui langkah dalam berpikir, dan mampu mengambil suatu keputusan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk merangsang proses berpikir adalah
dengan meberikan suatu stimulus kepada pendengar. Stimulus tersebut dapat
berupa pertanyaan atau suatu perosalan untuk dipecahkah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Solso (2008) yang menyatakan bahwa seseorang akan berpikir jika
dihadapkan pada sebuah permasalahan. Dengan demikian, proses berpikir siswa
dapat diketahui berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam
penyelesaian masalah. Dengan begitu pendengar diharap merespon stimulus
tersebut. Proses berfikir ini juga merupakan suatu rangkaian penerimaan informasi
yang akan diserap oleh panca indra kemudia di olah dan simpan dalam waktu yang
panjang.
Salah satu teori yang mengkaji tentang proses berpikir siswa adalah teori
pemresesan informasi (Hasan,2016). Teori pemrosesan informasi adalah teori belajar
kognitif yang menjelaskan tentang pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak atau pikiran (Solso, 2008). Teori pemrosesan
informasi juga merupakan teori yang menekankan pada memori dan proses
berpikir (Kusaeri, 2012). Berkaitan dengan mengingat dan proses yang terjadi dalam
otak, Gubrin juga mengatakan bahwa teori pemrosesan informasi adalah cara yang
mudah untuk memahami fungsi kompleks pada otak manusia yang diperlukan
untuk berpikir dan bertindak. Teori pemrosesan tidak hanya berfokus pada
perubahan perilaku yang nampak. Akan tetapi juga pada pemrosesan informasi
pada diri seseorang. Dengan demikian teori pemrosesan informasi sangat berkaitan
dengan proses berpikir seseorang.
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka atau disebut
juga dengan library reseacrh. Studi kepustakaan merupakan proses pengumpulan
informasi ecara mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah,
referensi, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan untuk mendapatkan
jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang diteliti. Data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
primer tersebut meliputi berbagai jurnal yang relevan dengan topik yang dikaji dan
bersumber dari berbagai media online seperti e-book dan google cendekia.
Sedangkan data sekunder adalah data pendukung dalam penelitian. Objek Material
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 13
pada tulisan ini adalah jurnal dan elektronic book tentang problematika
pembelajaran daring dalam jenjang pendidikan anak usi dini. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan fokus permasalah
yang akan dibahas, kemudian menentukan tujuan dan mencari berbagai jurnal yang
relevan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan memilah jurnal yang sesuai dan yang tidak sesuai.
Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang digagas oleh Robert
Gagne. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memproses suatu informasi. Model pemrosesan Informasi didasari
oleh teori belajar lognitif yang berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
informasi lebih merujuk pada kemampaun peserta didik dalam memngolah suuatu
informasi atau stimuli dari lingkungannya, menyusun data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan memnggunakan simbol visual atau verbal. Teori
pemrosesan informasi /kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya
adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
(Rehalat,2020). Pembelajaran merupakan keluaran pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia. Selain itu memori jangka panjang manusia berisi
gambaran-gambaran dari berbagai macam pengenalan pola. Teori pemrosesan
informasi juga merupakan teori yang menekankan pada memori dan proses
berpikir (Kusaeri, 2012). Teori pemrosesan informasi merupakan cara yang relatif
mudah untuk memahami fungsi kompleks pada otak manusia yang diperlukan
untuk berpikir dan bertindak (Amamah, 2016).
a. Attention atau perhatian. Diamana seseroang yang telah menirima informasi akn
mengambil informasi yang dianggap perlu adanya perhatian.
b. Perception merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindranya.
c. Retrievial atau pengambilan, dimana proses ini pengambilan informasi yang
telah diterima oleh seseorang.
d. Rehearsal atau latihan
e. Endcoding merupakan proses mengubah data dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 15
Stimulus
Rehearsal
Selective
Attentio Encoding
Response
Pada artikel yang ditulisoleh Indah Syafitri, Subanji, dan Dwiyana dengan judul
―Proses Berpikir Siswa Tunanetra Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Ditinjau Dari Teori Pemrosesan Informasi‖ bahwa proses teori pemrosesan
informasi oleh Gagne dikaitkan dengan siswa tunanetra yang mana mendapatkan
hasil bahwa Proses berpikir siswa tunanetra dimulai dari adanya stimulus, stimulus
berupa soal masuk kedalam sensory register siswa tunanetra melalui indra
perabaan dan indra pendengaran, kemudian memasuki short-term memory setelah
sebelumnya melalui tahap selective attention dan perception, dalam short-term memory
informasi lama berupa konsep-konsep yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah dipanggil dari long-term memory (retrieval), ketika informasi meninggalka
short-term memory, ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu informasi akan
menujuke long-term memory (encoding) dan atau akan diteruskan menuju lingkungan
berupa respon atau jawaban siswa (Indah Syafitri, Dkk., 2016).
D. KESIMPULAN
Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang digagas oleh Robert
Gagne. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memproses suatu informasi. Model pemrosesan Informasi didasari
oleh teori belajar lognitif yang berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
informasi lebih merujuk pada kemampaun peserta didik dalam memngolah suuatu
informasi atau stimuli dari lingkungannya, menyusun data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan memnggunakan simbol visual atau verbal. Teori
pemrosesan informasi terdiri dari beberapa komponen, antara lain komponen
penyimpanan informasi dan komponen proses kognitif. Komponen penyimpanan
Informasi meliputi; sensory memory, short term memory, long term memory, dan
respon. Sedangkan kompenen proses kogniitf meliputi; attention, percetion,
retrievial, rehersial, dan encoding.
REFERENSI
Chapter 3
Experience learning
Oleh:
Experiential Learning
Zakiyatus Sofia*1, Anggur Nur Fatimah*2
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: *1210103210019@student.uin-malang.ac.id, *2210103210024@student.uin-
malang.ac.id
Abstrak. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan minat,
bakat, serta potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran
yang ada di sekolah formal maupun non formal. Pengalaman yang didapat anak dalam
proses pembelajaran dan pengalaman diluar sekolah juga bisa menjadi pembelajaran
bagi anak. Salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk mendapatkan
pembelajaran melalui pengalaman belajaranya adalah experiential learning. Pada artikel
ini akan dibahas mengenai pengertain experiential learning, konsep dari experiential
learning, karakteristik experiential learning, aspek yang ada pada experiential learning,
prosedur experiential learning, serta pengimplementasian dari experiential learning dalam
proses belajar dan mengajar. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah library researh dengan teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini aialah menggunakan analisis konten (content analysis).
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan
minat, bakat, serta potensi yang dimilikinya. Pendidikan dapat ditempuh melalui
sekolah formal maupun sekolah non formal. Seluruh anak berhak untuk
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 22
mendapatkan pendidikan untuk dapat menjadi penerus bangsa. penting bagi guru
untuk daat mengetahui kemampuan setiap peserta didik guna menerapkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, serta sesuai dengan
lingkungan pembelajaran. Pengalaman yang didapat anak dalam proses
pemebalajarn dan pengalaman diluar sekolah juga bisa menjadi pembelajaran bagi
anak. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa juga
merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru dan peserta didik.
Model pembelajaran merupakan suatu strategi atau cara yang digunakan guru
dan diterapkan pada siswa agar siswa mampu mendapatkan pengalaman belajar
yang baik serta mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran
adalah experiential learning. Experiential learning adalah model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar melalui pengalaman yang ia peroleh, baik dalam
proses pembelajaran maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-harinya.
Pengalaman tersebut kemudian dijadikan bahan pelajaran agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan melalui pengalamannya pribadi.
Pada artikel ini akan dibahas mengenai pengertain experiential learning, konsep
dari experiential learning, karakteristik experiential learning, aspek yang ada pada
experiential learning, prosedur experiential learning, serta pengimplementasian dari
experiential learning dalam proses belajar dan mengajar.
B. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah library
researh atau studi kepustakaan, yang merupakan studi penelitian dengan
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai material yang ada di
perpustakaan. Bahan material yang ada pada tulisan ini ialah jurnal ilmiah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena
peneliti bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai hal yang terkait
dengan topik. Adapaun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
aialah menggunakan analisis konten (content analysis), yang mana penelitian ini
bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu informasi tertulis atau tercetak
dalam media massa, yang membahasa mengenai hal yang terkait dengan topik
penelitian yaitu experiential learning.
D. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan
minat, bakat, serta potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui
pembelajaran yang ada di sekolah formal maupun non formal. Pengalaman yang
didapat anak dalam proses pembelajaran dan pengalaman diluar sekolah juga bisa
menjadi pembelajaran bagi anak. Salah satu model pembelajaran yang megajak
siswa untuk mendapatkan pembelajaran melalui pengalaman belajaranya adalah
experiential learning. Konsep dari experiential learning ialah pembelajaran melalui
pengalaman. Karakteristik experiential learning ialah proses belajar yang digunakan
untuk adaptasi terhadap dunia karena melibatkan hubungan antara seseorang
dengan lingkungannya. Aspek yang ada pada experiential learning antara lain adalah
pengetahuan aktivitas dan refleksi. Prosedur experiential learning antara lain adalah
concrete experience (felling), reflective observation (watching), abstract conceptualitation
(thinking), dan active experimentation (doing). Serta pengimplementasian dari
experiential learning dalam proses belajar dan mengajar salah satunya adalah dengan
melakukan ice breaking.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 28
REFERENSI
Admin. Macam Macam Metode Pembelajaran, pengertian, Jenis, dan Contohnya. Akses
https://fkipuniska.ac.id/macam-macam-metode-pembelajaran-pengertian-jenis-
dan-contohnya/, pada Jumat, 24 Desember 2021 pukul 05.45 WIB.
Barida, Muya. 2018. Model Experiential Learning dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Mahasiswa. Jurnal Fokus Konseling Universitas Ahmad Dahlan,
Volume 4, Nomor 2, 2018.
Hariyanti, Arum, Suhartono, dan Moh. Salimi. 2018. Penerapan Model Experiential
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Tema Panas Dan Perpindahannya Di
Sekolah Dasar. Jurnal: Pijar MIPA, Volume 14, Nomor 1, Maret 2018.
Rumijati, Aniek. 2011. Implementasi Metode Experience Learning Sebagai Upaya Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran Matakuliah Perilaku Organisasi. Jurnal Manajemen Bisnis,
Voluem 1, Nomor 01, April 2011.
Sholihah, Dyahsih Alin, dan Ali Mahmudi. 2015. Keefektifan Experiential Learning
Pembelajaran Matematika MTs Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, Volume 2, Nomor 2,
November 2015.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 29
Sriani, Ni Ketut, I Made Sutama, dan Ida Ayu Made Darmayanti. 2015. Penerapan Model
Pembelajaran Experiential Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf
Deskripsi pada Siswa Kelas VII B Smp Negeri 2 Tampaksiring. Jurnal: e-Journal
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Volume 3, Momor 1, 2015.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 30
Chapter 4
Student Center learning
Oleh:
DOI:
Abstract. This article aims to discuss learning with the Student Centered Learning
approach in schools. One of the methods of learning that must be applied in schools is
the change from Techer Centered Learning. become Student Centered Learning. The
Student Centered Learning approach in learning at school will empower students as
center during the learning process. Learning with the Student Centered Learning
approach, students are trained to form positive, open, patient and creative self-concepts
and process in experience. Thus, the Student Centered Learning approach in learning in
schools, students have a strong desire with the surrounding environment and also as
coaches. , the inventor and transformation of knowledge. Therefore, the application of
innovative Student Centered Learning helps students understand concepts by
connecting the content being studied with the real life of students who are integrated
into integrated learning. This research method uses literature review, which is a type of
library research that is carried out by reading various books, journals, and other
publications related to the research topic, to produce an article relating to a particular
issue. The results of this study indicate that by using the Student Centered Learning
approach, students can understand learning materials at school more easily.
Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk membahas pembelajaran dengan pendekatan Student
Centered Learning di sekolah. Salah satu penbelajaran dengan metode ini yang harus di
terapkan di sekolah adalah perubahan dari Techer Centered Learning. menjadi Student
Centered Learning. Pendekatan Student Centered Learning dalam pembelajaran di sekolah
akan memberdayakan peserta didik sebagai centerd(pusat) selama proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan Student Centered Learning, peseta didik dilatih untuk
membentuk konsep diri yang positif, terbuka, sabar dan kreatif sesta berproses dalam
pengalaman dengan demikian, pendekatan Student Centered Learning dalam
pembelajaran di sekolah peserata didik memiliki keinginan yang kuat dengan
lingkungan sekitar dan juga sebagai pembina, penemu dan transformasi pengetahuan.
Oleh karena itu, Penerapan Student Centered Learning yang inovatif membantu peserta
didik memahami konsep-konsep dengan menghubungkan antara konten yang
dipelajari dengan kehidupan nyata peserta didik yang terintegrasi kepembelajaran
terpadu. Metode penelitian ini menggunakan literature riview merupakan jenis
Penelitian kepustaakn yang dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan
terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 32
suatu tulisan yang berkenaan dengan isu tertentu. Hasil penelitian ini Menunjukan
bahwa dengan mmenggukan pendekatan Student Centered Learning peserta didik bisa
memahami materi pembelajaran di sekolah lebih mudah.
Kata kunci. Student Centered Learnin, Techer Centered Learning, peseta didik, Lingkungan
belajar
Received: Approved:
Revised: Published:
Copyright © Madrasah Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. All Right Reserved.
This is an open access article under the CC BY-SA license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Correspondence Address: 210103210015@Student.uin.ac.id
E. PENDAHULUAN.
Salah satu perubahan dalam pembelajaran adalah perubahan dari Techer
Centered Learning menjadi Student Centered Learning. Dalam hal ini, pendekatan Student
Centered Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberdayakan peserta
didik sebagai center selama proses pembelajaran. ―Pendekatan ini muncul sebagai
alternatif untuk mengatasi ketidak kesuaian dalam pendekatan Techer Centered
Learning (Rini, 2019). Aktor utama dari pengajaran dan perencanaan yang berpusat
pada peserta didik adalah peserta didik dan bukan guru. Pembelajaran dengan
pendekatan Student Centered Learning, peserta didik dilatih untuk membentuk konsep
diri yang positif, terbuka, sabar dan kreatif serta berproses dalam pengalaman(Evelin
and Hartini,2014).
Techer Centered Learning dan Student Centered Learning adalah dua pola
pembelajaran yang berbanding terbalik. Saat di mana Techer Centered Learning lebih
berpusat kepada pendidik, maka Student Centered Learning lebih menekankan pada
keaktifan peserta didik dalam kelas. Di dalam setting Techer Centered Learning, motivasi
peserta didik dalam belajar lebih banyak ekstrinsik karena bertumpu pada reward dan
punishment yang diberikan oleh guru. Keadaan yang berbeda dijumpai pada kelas
Student Centered Learning di mana peserta didik didorong untuk belajar secara mandiri,
bekerja dan belajar untuk menemukan banyak ide-ide, pengetahuan serta keterampilan
baru berdasarkan motivasi intrinsik. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, pentingnya
sebuah pola pembelajaran dalam kelas menjadi sebuah kewajiban oleh pendidik.
Namun, pada dewasa ini penggunaan pola pembelajaran seringkali dikesampingkan
oleh pendidik. Pentingnya sebuah pola pembelajaran, menuntut guru menjadi lebih
kreatif dan berwawasan luas. Sebab, peserta didik adalah makhluk yang sosial yang
memiliki perbedaan yang sangat kental. Perbedaan yang dimaksud yakni, perbedaan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis, mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode yang mana guru sebaiknya ambil untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relative lama demi
tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 33
F. METODE PENELITIAN
Artikel ini merupakan kajian penelitian kepustakaan (library research)
mengunakan metode literature riview. Literature riview merupakan jenis Penelitian
kepustaakn yang dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan terbitan-
terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan suatu tulisan
yang berkenaan dengan isu tertentu (Jill Jesson, Lydia Matheson, 2011).
Pada kajian ini, penulis mengkasi dokumen-dokumen primer dari jurnal, dan
buku-buku berkuallitas yang relevan dengan topik penelitian yang dikaji. Analisis data
mengunakan metode deskriptif supaya hasilnya dapat dijabarkan secara mndalam;
terperinci, dan detail. Langkah analisis diawali dengan meninjau literatur, reduksi
literatur untuki menemukan bukti dan temuan, pengorganisasian literatur, review
literature dan pengambilan kesimpulan (Lawrence A. Machi, 2016). Adapun tema-tema
folus penelitian ini diantaranya: model pengembangan wawasan materi ajar pada
Techer Centered Learning dan Student Centered Learning, fungsi dan strategi
pembelajaran
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 34
ditandai dengan muncul dan ramainya permintaan diskusi, ceramah, dan pelatihan
tentang SCL (dliyaul Millah, 2020). Student Centered Learning adanya proses ini
pendidik perlu untuk mengarahkan atau sebagai fasilitator untuk menentukan
bersama tujuan belajar yang akan di capai, untuk membentuk konsep diri yang
positif, terbuka, sabar dan kreatif serta berproses dalam pengalaman.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, dinyatakan bahwa ―pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta
didik, dan sumber belajar, di dalam lingkungan belajar tertentu‖.
Dalam jurnal yang dituliskan Diyaul tentang pengertian Student Centered
Learning sebagai berikut:
a. Menurut Harsono yang dikutip dalam Kurdi (2009: 110). Student Centered
Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi
pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential Learning (pengalaman
belajar).
b. Menurut Rogers (1983) yang dikutip dalam Trinova (2013:327), Student
Centered Learning merupakan hasil dari transisi perpidahan kekuatan dalam
proses pembelajaran, dari kekuatan guru sebagai pakar menjadi kekuatan
peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak
harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan
peserta didik menjadi pasif, bosan dan resisten.
c. Menurut Kember (1997) yang dikutip dalam Trinova (2013: 327), Student
Centered Learning merupakan sebuah kutub proses pembelajaran yang
menekankan peserta didik sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
d. Menurut Harden dan Crosby (2000) yang dikutip dalam Trinova (2013: 327),
Student Centered Learning menekankan pada peserta didik sebagai pembelajar
dan apa yang dilakukan peserta didik untuk sukses dalam belajar dibanding
dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Student Centered
Learning yakni pendekatan yang sangat berperan aktif untuk menciptakan
pembelajaran bermakna, inovatif dan kreatif berpusat pada peserta didik. Sebagai
pendidik berperan dalam kelasnya sebagai motivator, fasilitator dan inovator.
b. Role-Play And Simulation, metode ini berupa interaksi antara dua peserta
didik atau lebih pada suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol
atau peralatan yang menggantikan proses, peristiwa, atau sistem yang
sebenarnya(Nisak, Sutusna, 2012).‖
c. Discovery Learning, metode pembelajaran berupa pemberian tugas belajar
kepada peserta didik dengan tujuan dapat menemukan jawabannya sendiri-
sendiri tanpa bantuan guru(Majid, 2013).
d. Self-Directed Learning, metode ini berupa pemberian tugas belajar kepada
peserta didik, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan(Prastowo,
2011).
e. Cooperative Learning, metode pembelajaran dimana guru merancang dan
memantau proses pembelajaran dengan menyusun kasus atau masalah yang
akan diselesaikan oleh peserta didik secara berkelompok. Sedangkan peserta
didik berdiskusi dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan
dalam kelompok dan berkoordinasi dalam kelompok(Parwoto, 2017).
f. Problem Based Learning, metode pengajaran guru harus menstimulasi tugas-
tugas pembelajaran dengan berbagai alternatif metode pemecahan masalah
serta fasilitator dan motivator. Sedangkan peserta didik belajar dengan
menggali atau mencari informasi (inkuiri), menggunakan informasi tersebut
untuk memecahkan masalah faktual yang ada, dan menganalisis strategi
pemecahan masalah(Istiatutik, 2017).‖
g. Collaborative Learning, metode pembelajaran, guru harus merancang tugas
terbuka, bertindak sebagai fasilitator dan motivator, sedangkan peserta didik
membuat desain proses dan formulir penilaian berdasarkan kesepakatan
kelompoknya sendiri dan mampu untuk bekerja sama dengan anggota
kelompok dalam mengerjakan tugas(Handayan, 2011).‖
h. Project Based Learning, metode pembelajaran, guru memberikan tugas-tugas
proyek yang harus diselesaikan peserta didik dengan mencari sumber
perpustakaan sendiri(Nurfitriyanti, 2016).―
diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya,
menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya,
membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta
sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat
memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya.
Tabel A.2
b. Landasan psikologis
Interaksi pendidikan merupakan interaksi antar individu yang sangat
komplek dan unik yang berlangsung dalam suatu konteks pedagogis.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh kondisi dan latar belakang individu
yang berinteraksi yaitu kondisi dan latar belakang guru dan siswa. menurut
Sukmadinata (Sukmadinata, 2003) dikemukakan bahwa:
“psikologi pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami situasi
pendidikan, interaksi guru dengan siswa, kemampuan, perkembangan,
karakteristik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku siswa dan
perilaku guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran, bimbingan,
evaluasi, pengukuran, dan lain-lain.”
H. KESIMPULAN
Pola pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
proses belajar mengajar. Karena dengan pola pembelajaran yang sesuai dapat
menentukan keberhasilan belajar jangka panjang bagi peserta didik. Oleh karenanya
seorang pendidik harus kreatif dalam memilih serta menerapkan model/pola
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran
secara sistematis dalam kelas agar teciptanya pengalaman belajar yang baik bagi
peserta didik, sehingga dalam menerima pembelajaran, peserta didik mampu berpikir
secara rasional, logis, dan kritis serta sistematis.
fasilitator dan motivator dan peserta didik harus menunjukkan kinerja, yang bersifat
kreatif yang menintegrasikan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afeksi secara
utuh. Dan proses interaksinya, menitikberatkan pada method of inquiry and discovery.
Sumber belajarnya bersifat multidimensi serta lingkungan belajar yang terancang dan
kontekstual. Tujuan dari pola pembelajaran merupakan proses perubahan cara perpikir
pada peserta didik sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
REFERENSI
Evelin, & Hartini. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Jill Jesson, Lydia Matheson, F. M. L. (2011). Doing Your Literature Review: Traditional
and Systematic Techniques. Sage Publications.
Millah, dliyaul., (2020). Audience centered pada Metode presentasi sebagai aktualisasi
pendekatan Student centered LeArning. UIN Walisongo Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia. Vol.2 (259).
Qamar, M. R., Ahmad, A., & Niaz, K. (2015). learning through small group discussion
versus didactic lectures,. Pakistan Armed Forces Medical Journal, 3(1), 65
Student Centered Learning Berbsis ICT, JTE FT UGM. Tersedia pada http://www. icts-
sc.pbwiki.com
Chapter 5
Konsep Islam dalam memandang proses belajar dalam pembelajaran
(belajar mengajar)
Oleh:
DOI:
Received: Approved:
Revised: Published:
Copyright © Madrasah Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. All Right Reserved.
This is an open access article under the CC BY-SA license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Correspondence Address: madrasah@uin-malang.ac.id
A. PENDAHULUAN.
Islam sebagai agama universal memiliki sistem pendidikan yang sempurna
untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Pada makalah ini akan dipaparkan
mengenai sumber, landasan, metode, sarana, sejarah hingga berbagai persoalan
yang kerap melanda dunia pendidikan kita. Selain itu akan dibahas mengenai
beberapa pemahaman pendidikan yang digunakan dalam konsep islam yang
bersandar pada al-Qur`an (asal kata tarbiyyah), yaitu sebagai berikut :
B. METODE PENELITIAN
hasil yang didapatkan ; (7) Mengolah catatan yaitu semua sumber yang telah dibaca
kemudian dianalisis untuk endapatan suatu esimpulan yang disusun dalam bentu
laporan penelitian; (8) Penyusunan laporan yaitu menyusun hasil dari penelitian
yang dituangkan ke dalam laporan sesuai dengan sistematika penulisan yang
berlaku.
Imran:102).
―Dari Abu Hurairah r.a ia meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. ditanya tentang siapa
orang yang paling mulia? Beliau menjawab: Orang yang paling bertakwa kepada
Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits diatas menegaskan bahwa orang yang paling mulia adalah orang
yang derajat ketaqwaannya paling tinggi, pendidikan dalam melakukan proses
pembelajarannya diharapkan untuk bertujuan membentuk insan yang memiliki
ketaqwaan sehingga peserta didik bisa menjadi sosok yang mulia di mata Allah.
َٰٓ َْ ال
ِٰٓ س ا َِّٰٓل ِنٍَ ْعثُد ُْو
٦٥ - ٌ َّٰٓ ت ا ْن ِج
ِ ْ ٍ َو ُٰٓ َو َيا َخهَ ْم
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.”(Az-Zariyat: 56)
Jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya, hal ini
bisa siterapkan dalam tujuan pendidikan dalam Islam yaitu untuk menyadarkan
manusia bahwa mereka diciptakan sebagai insan yang memiliki tugas utama
untuk beribadah, sehingga dalam proses berlangsungnya pendidikan, para
pelaku pendidikan harus senantiasa mendasari perbuatannya sebagai bentuk
ibadah kepada Allah SWT. Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-din juga
menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah, redaksinya adalah “Seorang pendidik sibuk memperbaiki,
membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Swt.”
(Ahmad & Saehudin, 2016). sesuai dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 49
Bukhari yaitu entang hak Allah yaitu ”… Hak Allah atas hamba-Nya adalah Dia
diibadahi dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun...”.
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.” (QS Al-Qasas: 77)
bumi juga memerintahkan untuk mencari anugerah Allah tidak hanya dalam
aspek akhirat saja, tetapi dalam aspek keduniaan juga tidak boleh sama sekali
dilupakan. hal ini ditegaskan oleh hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim,
yaitu:
―Telah bertanya Qatadah kepada Anas, do‟a apakah yang paling sering diucapkan Nabi
Saw.? Anas Menjawab, do‟a yang sering diucapkan oleh Nabi Saw. adalah, Allahumma
atina fi al-dunya hasanat, wa fi al-akhirati hasanat, wa qina adzabannar (Ya Allah
berikanlah kami kebaikan di dunia dan diakhirat, serta peliharalah kami dari siksa apai
neraka) (H. R. Muslim).
esensi tersendiri dalam Islam. Maka tabiat ilmu atau materi dalam ajaran
Islam haruslah direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari
5) Utuh dan saling berkaitan. Ajaran islam merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, seperti disabdakan oleh Rasulullah Saw... yaitu:
Artinya: “Bahwa seorang Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lainnya
bagaikan satu bangunan antara yang satu dengan yang lainnya saling
menguatkan.”
6) Luas dan menyebar. Materi ajaran Islam merupakan ajaran bagi seluruh
umat manusia. Oleh sabab itu harus selalu disebarluaskan, sehingga tidak
heran dalam hal ini Rasulullah Saw... selalu memotivasi akan perbuatan
ini sebagaimana dalam sabdanya:
Artinya: “Ilmu jika tidak diamalkan, bagaikan pohon yang tidak berbuah”
“Barang siapa yang menghapal diantara umatku empat puluh hadis tentang urusan
agamanya, insya Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat sebagai alim dan
aku meminta ampun kepadanya.”
Dari Ibnu „Abbas bahwasanya Rasulullah Saw.. meletakkan tanggannya pada punggung
Ibnu „Abbas atau pundaknya, – perawi Hadis ini, Said ragu- kemudian Rasulullah Saw..
berdo‟a: Ya Allah berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam tentang agama dan
ajarilah dia takwil (Al-Quran). (HR. Ahmad ibn Hanbal)
Ibnu ‗Abbas mengatakan bahwa Rasulullah Saw.. wafat, sedang usia Ibnu
‗Abbas memasuki 10 (sepuluh) tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat
muhkam. Ibnu ‗Abbas telah mengatakan pula kepada Sa‘id bin Jubair (muridnya):
“aku telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah Saw... Said
bertanya kepadanya: ―Apakah ayat-ayat muhkam itu? Ibnu ‗Abbas menjawab: “Surat-
surat yang mufashal (yang pendek-pendek). Ibnu Katsir ra telah mengatakan bahwa
dengan interpretasi apapun makna hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari
anak-anak untuk membaca Al-Quran meskipun dalam usia dini, bahkan
adakalanya disunnahkan atau diwajibkan.
Selain itu Al-Quran sendiri merupakan materi pertama yang harus diajarkan
kepada siswa. Rasulullah Saw. telah bersabda:
َ ًََسي
ِْ ع َّ س ْعدَ تَِْ عثَ ٍْدَج َ َع ِْ أَتً َعثْد
ُّ اىسحْ ََِ اى َ سَ ْعد َ ع ْي َق ََح تِْ ٍَ ْسثَدَ ًَّحدَّثََْا َح َّجاج تِْ ٍ ْْ َٖاه َحدَّثََْا ش ْع َثح َقا َه أ َ ْخثَ َس
ًاىسحْ ََِ ف َ َٗ َُسيَّ ٌَ قَا َه َخٍْسم ٌْ ٍَ ِْ ذَعَيَّ ٌَ ْاىق ْسآ
َّ عيَّ ََٔ قَا َه َٗأَ ْق َسأ َ أَت٘ َعثْد َّ صيَّى
َ َٗ ٍَّْٔللا َعي َ ًع ِْ اىَّْث َ ْْٔ ّللا َع
َّ ًَ عثْ ََاَُ َزض
َإ ٍْ َسج عثْ ََاَُ َحرَّى َماَُ ْاى َح َّجاج قَا َه َٗذَاكَ اىَّري أَ ْقعَدًَّ ٍَ ْقعَدي َٕر
Telah menceritakan kepada kami hujjaj ibn Minhaal telah menceritakan syu‟bah iaberkata
„Alqamah ibn mursyid telah mengkhabarkan kepadaku saya mendengar Said ibn „Ubaidah
dari ayah Abdurrahman al-silmy dari „Usman ra Nabi Saw.. telah bersabda: “Yang paling
baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. (HR.
Bukhari).
2) Pendidikan Keimanan
Pendidikan keimanan ini bertujuan mengingatkan anak dengan dasardasa iman,
rukun Islam dan dasar-dasar syariat. Pendidikan keimana ini menempatkan
hubungan antara hamba dengan Khaliknya menjadi bermakna, perbuatannya
bertujuan dan berakhlak mulia. Sehingga pada akhirnya ia akan memiliki
kompetensi dalam memegang peran khalifah fi al-ard. Pendidikan keimanan ini
seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. :
“Bacakanlah pada anak-anak kalian kalimat pertama dengan la ilaha illa Allah (tidak ada
Tuhan selain Allah)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 54
Hadis ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kalimat tauhid dan syiar Islam itu
merupakan hal yang pertama harus masuk ke telinga anak sebagai penanaman
dasar-dasat keimanan bagi anak.
3) Sholat
حدثْا ٍؤٍو تِ ٕشاً ٌعًْ اىٍشنسي ثْا إسَاعٍو عِ س٘از أتً حَصج قاه أت٘ داٗد ٕٗ٘ س٘از تِ داٗد أت٘ حَصج
ٌ قاه زس٘ه هللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ “ٍسٗا أٗالدم: اىَصًّ اىصٍسفً عِ عَسٗ تِ شعٍة عِ أتٍٔ عِ جدٓ قاه
تاىصالج ٌٕٗ أتْاء سثع سٍِْ ٗاضستٌٕ٘ عيٍٖا ٌٕٗ أتْاء عشس سٍِْ ٗفسق٘ا تٌٍْٖ فً اىَضاجع
Telah menceritakan kepada kami Muammal ibn Hisyam yaitu al-Yasykariy telah bercerita
Isma‟il dari Saw..war Abi Hamzah telah berkata Abu Dawud dan dia Saw..war ibn Daud
Abu Hamzah al-Mazni as-Shirafi dari „Umar ibn Syu‟aib dari ayahnya dari neneknya telah
berkata: Bersabda rasulullah Saw..” Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika
berumur 7 (tujuh) tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat, dan
pisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri)” (H.R. Abu Dawud)
Hadis ini tergolong syarif marfu‟ dan diriwayatkan melalui sanad perawi dengan
kualitas sahih yang diriwayatkan melalui perawi-perawi sebagai berikut:
Muammal bin Hisyam yaitu al-Yasykariy adalah periwayat yang tsiqah, Isma‘il
adalah periwayat yang tergolong tsiqah hafidh, Saw.. war ibn Daud Abu Hamzah
adalah periwayat yang tergolong shuduq lahu auham, ‗Umar ibn Syu‘aib periwayat
yang tergolong shuduq, ayahnya adalah periwayat yang memiliki tingkat shuduq,
adapun neneknya adalah dari kalangan sahabat yang tidak lagi diragukan
kualitasnya.
Hadis ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun
maka instink yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin
membuktikan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara
hati-hati dengan menyangkal semua penyebab kerusakan dan arah penyimpangan.
Caranya antara lain dengan memisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri).36
Ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Mahmud Junus bahwa aspek rohani
termasuk dimensi yang harus dijadikan sebagai isi kurikulum dalam pendidikan
melalui perintah shalat pada usia 7 (tujuh) tahun dan juga bersinggungan dengan
dasar psikologis yang ditawarkan al-Syaibani sebagai dasar pokok dalam
kurikulum pendidikan Islam.
4) Pendidikan Moral/Ahklak
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan
keutamaannya, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak didik.
Pendidikan akhlak merupakan bagian terbesar dari isi kurikulum pendidikan
Islam. Rasulullah Saw. bersabda:
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 55
“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kalian dan keluarga kalian, dan didiklah mereka
dengan budi pekerti yang baik.”
Berdasarkan hadis tersebut bahwa pendidikan akhlak itu merupakan hal yang
sangat urgen. Hal ini diperkuat oleh sabda Nabi Saw... yang lain, yaitu:
“Dari Aisyah r.a. Rasulullah Saw... bersabda: Sesungguhnya orang yang sempurna
imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling lemah lembut
terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)
5) Kesenian
Suatu hari Khalifah Abu Bakar telah menghardik puterinya, Aisyah, ketika ia
menyaksikan dua orang hamba sahaya menyanyi di rumah beliau, Rasulullah Saw.
bersabda:
Telah menceritakan kepada kami Qutaybah ibn Sa‟id, telah bercerita Hatim dari yazid
bin Abi „Ubaid dari salamah, telah menceritakan kepada kami samah ra berkata: Pada suatu
hari Rasulullah Saw.. bersua dengan sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang
berlomba memanah, maka beliau Saw.. bersabda: Memanahlah kalian, hai bani Ismail, sebab
nenek moyangmu dahulu (Ibrahim As) adalah seorang pemanah.Panahlah dan saya
bersama bani fulan. Maka salah satu kelompok berhenti. Rasul bersabda: kenapa kamu tidak
memanah, maka mereka berkata: wahai Rasulullah Saw.. kami memamah tapi kamu
memihak kepada mereka, Rasul pun bersabda: Panahlah dan saya bersama kalian semuanya
(HR. Bukhari).
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 57
Berikut juga sebuah anjuran untuk memanfaatkan waktu luang anak dalam
bentuk kegiatan yang berguna. Anak sebaiknya dianjurkan pula untuk melakukan
perlombaan olah raga lainnya, seperti berlari, menunggang kuda dan berenang.
Semua itu dapat menumbuhkan keberanian dan kehandalan dalam jiwa anak-anak
sekaligus menghilangkan sifat pengecut. Sebagaimana Sabdanya:
Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibn Yunus berbicara kepada kami Ibn Abi dzi‟bi
dari naafi‟ ibn Abi Naafi‟ dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah Saw.. telah bersabda:
Tidak ada keunggulan kecuali dalam menunggang hewan. (HR. Abu Daud)
7) Keterampilan
Rasulullah Saw. bersabda:
َٰٓ ٌٌُُٰٓمَاتِن
وٌٰٓفًِٰٓﺳَتٌِنِهِ ﺻَ ٰٓف َٰٓ ٌبٰٓانَّ ِٰٓذ
ُّ ِِإٌَّٰٓاﷲٌَُٰٓح
Sesungguhnya Allah suka jika seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan bahwa
membuatnya dengan baik (professiona)
Pendidikan Islam juga menaruh perhatian pada ilmu teknik, praktis dan pada
latihan-latihan kejuruan dan pertukangan. Perhatiannya tidak hanya terbatas pada
ilmu-ilmu dan kajian-kajian teoritis yang diperoleh melalui pengajaran dan kajian
teoritis pada cara-cara dan sumber-sumber tertulis yang banyak mengunakan
pemikiran abstrak. Pendidikan Islam tetap mementingkan ilmu-ilmu praktis di
mana pelajar menggunakan akal, tangan dan jari-jarinya. Ia bersentuhan dengan
benda-benda kasar selama mengkaji dan melatih diri, yang akhirnya menyiapkan
untuk mengembangkan keterampilan tangan (manual dexterity) dan menciptakan
produksi yang baik.
8) Bahasa, Filsafat, Astronomi, Matematika dan Kedokteran
suryaniyyat tersebut dijumpai dalam beberapa kitab Hadis, salah satu diantaranya
adalah kitab : al-Jami‟ al-Sahih, Jilid 1, bab Fi Ta‟lum al-Suryaniyyat karya al-Tirmidzi,
sebagai berikut:
ًّ أٍس: حدثْا عيً تِ حجس أخثسّا عثد اىسحَِ تِ أتً اىصّاد عِ أتٍٔ عِ خازجح تِ شٌد عِ ثاتد عِ أتٍٔ شٌد تِ ثاتد قاه
زس٘ه هللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ أُ أذعيٌ ىٔ مراب ٌٖ٘د قاه إًّ ٗهللا ٍا آٍِ ٌٖ٘د عيى مراب قاه فَا ٍس تً ّصف شٖس حرى
ِذعيَرٔ ىٔ قاه فيَا ذعيَرٔ ماُ إذا مرة إىى ٌٖ٘د مرثد إىٌٍٖ ٗإذا مرث٘ا إىٍٔ قسأخ ىٔ مراتٌٖ قاه أت٘ عٍسى ٕرا حدٌث حس
صحٍح
ٗقد زٗي ٍِ غٍس ٕرا اى٘جٔ عِ شٌد تِ ثاتد زٗآ األعَش عِ ثاتد تِ عثٍد األّصازي عِ شٌد تِ ثاتد قاه أٍسًّ زس٘ه
حسِ صحٍح: ًّهللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ أُ أذعيٌ اىسسٌاٍّح قاه اىشٍخ األىثا
Zayd ibn Tsabit, ia berkata: Rasulullah Saw.. memerintahkan kepadaku untuk mempelajari
bahasa Ibrani guna menterjemahkan surat orang-orang Yahudi. Zaid berkata dengan nada
semangat:”Demi Allah, sesungguhnya akan kubuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa
aku mampu menguasai bahasa mereka.” Zaid melanjutkan: “setengah bulan berikutnya aku
mempelajarinya untuk Nabi Saw.. dengan tekun dan setelah aku menguasainya, maka aku
menjadi juru tulis Nabi Saw.. apabila beliau berkirim surat kepada mereka, akulah yang
menuliskannya; dan apabila beliau menerima surat dari mereka, akulah yang
membacakandan yang menerjemahkannya untuk Nabi Saw... Berkata Abu Isa Hadis ini
hasan shahihal. Menurut riwayat lain, bahwa Zayd bn Tsabit, ia berkata: Rasulullah Saw..
telah menyuruh aku belajar bahas Suryani. Berkata Syekh al-Bani Hadis ini Hasan
Shahihal. (HR. Tirmidzi)
Dalam Hadis ini Nabi Saw. menganjurkan Zaid ibn Tsabit untuk mempelajari
bahasa Suryani. Muncul sebuah pertanyaan, kenapa Nabi Saw.. menganjurkan
sahabat dan sekretaris beliau tersebut mempelajari bahasa Suryani? Dari sejarah
peradaban dapat diketahui bahwa, banyak ilmu-ilmu yunani telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Suryani, misalnya filsafat, astronomi, matematika, kedokteran,
dan lain-lain. Ini berarti bahwa, Nabi Saw.. menganjurkan umat Islam mempelajari
filsafat, astronomi, matematika dan kedokteran yang terdapat dalam bahasa
Suryani tersebut.43 Sehubungan dengan ini, Imam Syafi‘i mengatakan barangsiapa
yang mempelajari matematika, maka pendapatnya akan(Mukti, 2010) Oleh karena
itu matematika sangat diperlukan dalam memahami ilmu faraidhal. Imam Ghazali
(w. 505/1111) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak pernah
belajar logika -salah satu cabang filsafat- adalah tidak bisa diandalkan.45 Perintah
(Khithab) Nabi kepada Zaid ibn Tsabit itu berlaku juga bagi semua umat Islam
hingga akhir zaman. Banyak pakar Hadis yang telah memberikan penilaian atau
kritik terhadap kualitas Hadis yang diriwayatkan al-Tirmidzi ini. Salah seorang di
antaranya adalah Syekh al- Bani. Menurutnya, kualitas Hadis ini adalah Hasan
Sahihal. Maka hadis ini dapat dijadikan dalil bahwa mempelajari ilmu-ilmu aqliyah
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 59
―Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn „Abdul A‟la al- Shan‟ani,
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 60
memberitahukan kepada kami Salamat ibn Raja‟, memberitahukan kepada kami Walid bin
Jamil, memberitahukan kepada kami Qasim ibn „Abdurrahman, dari Abu Umamat al-
Bahili, berkata: “Disebutkan bagi Rasulullah saw, ada dua orang laki-laki, satu orang ahli
ibadah dan satu lagi ahli ilmu. Maka Rasulullah saw berkata: “Keutamaan seorang ahli
ilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan antara saya dengan yang paling rendah di antara
kamu”. Kemudian berkata Rasulullah saw. „Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya,
penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada di batu dan ikan, mereka
bersalawat kepada seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan (ilmu)”. (HR. At-
Tirmidzi)
satu waktu yang sama, sampai dengan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap
belajar menuju sukses.
Menurut Mumin dalam Jajuli dan Ghrazianendri, Peran guru jika
dilihat dari posisinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut
(Jajuli & Ghrazianendri, 2019):
“Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-„Alaq [96]: 4-5)
Mengenai peserta didik ini, Samsul Nizar dalam (Asnawan, 2017) memberikan
lima kriteria bagi peserta, yaitu:
5) Kebutuhan berprestasi
6) Kebutuhan disayang dan dicinta
7) Kebutuhan untuk mencurahkan hati
8) Kebutuhan terhadap Agama
c. Potensi Peserta didik
Sesuai dengan kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberi
seperangkat kemampuan dasar yang memilih kecenderunganberkembang. Dalam
prespektif Islam, kemampuan itu disebut dengan fitrah yang dalam pengertian
etimologis, mengandung makna kejadian atau suci. Secara bahasa, kata “fitrah”
berasal dari kata kerja ―fathoro” yang berarti menjadikan—lihat surat Ar-Rum ayat
30.
Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat kita ketahui bahwa makna fitrah
adalah suatu kemampuan dasar manusia yang berkembang secara dinamis,
dianugerahkan kepada Allah kepadanya dan mengandung komponen-komponen
tersebut bersifat dinamis dan responsif terhadap pengaruh lingkungan sekitar,
termasuk pengaruh pendidikan. Komponenkomponen tersebut menurut H. M.
Arifin, sebagaimana dikutip oleh Beni Ahmad, sebagai berikut:
1) Bakat
2) Instrik atau gharizah
3) Driver atau dorongan nafsu
4) Karakter atau watak
5) Intuisi
5. METODE PEMBELAJARAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Secara etimologi (bahasa), kata metode berasal dari dari dua suku
perkataan, yaitu metha dan hodos dalam bahasa Yunani. Metha artinya melalui
atau melewati dan hodos berarti ―jalan‖ atau ―cara‖. Dalam Bahasa Arab metode
dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris
metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia (Pito, 2019).
Dengan penggunaan metode, anak didik dapat memahami materi yang
disampaikan guru sehingga proses belajar akan berjalan efektif dan efisien
(Muvid, 2020), karena metode dapat diartikan sebagai ―cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu‖ (Ahmad & Saehudin, 2016).
Artinya : ―Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.” (QS; Al-
Imran: 159)
difirmankan pada awal suatu surat misalnya kata : (Alif laam miim), ( Kaaf
Haa Yaa 'Ain Shaad), (Alif laam mim shaad) dan lain sebagainya yang
mengandung makna bahwa firman yang hendak disampaikan Allah kepada
manusia adalah amat penting karena mengandung permasalahan baru yang
harus mereka perhatikan sepenuhnya.
e. Prinsip Komunikasi Terbuka, Dalam al-quran banyak ayat yang mendorong
manusia untuk membuka hati dan pikiranya diantaranya:
ٌٰٓ تِهَآٰ َونَ ُه ْٰٓى آٰذَآٌٰ َّل َٰٓ س نَ ُه ْٰٓى لُهُ ْىبٰٓ َّٰٓل ٌَ ْفمَ ُه ْى
َٰٓ ٌ تِهَآٰ َونَ ُه ْٰٓى ا َ ْعٍٍُٰٓ َّٰٓل ٌُث ِْص ُس ْو ِ ْ ٍ ا ْن ِجٍِّٰٓ َو
ٰٓ ِ َْ ال َٰٓ َونَمَ ْٰٓد ذَ َزأََْا ِن َج َهَُّ َٰٓى َك ِثٍ ًْسا ِ ّي
ٔ٧١ - ٌ َٰٓ ك ُه ُٰٓى ا ْنغٰٓ ِفهُ ْى ِٰٓ ك ك َْالَ َْ َع
َ َاو تَ ْٰٓم ُه ْٰٓى ا
َٰٓ ٰٓض ُّٰٓم ٰۖٓ اُونٰٓى َٰٓ ٌٰٓ تِهَآٰ اُونٰٓىَٰٓ س ًَعُ ْى ْ ٌَ
Artinya: ”Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka
Itulah orang- orang yang lalai”(QS.Al-A‟raf : 179).
g. Prinsip Memberikan Model Prilaku Yang Baik. Peserta didik akan berprilaku
yang baik jika ada keteladanan yang dipraktekkan oleh guru dalam proses
belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan firman-Nya :
ٰٰٓ ال ِخ َٰٓس َوذَك ََٰٓس
ٕٔ- ّللاَ َك ِثٍ ًْسٰٓا ْٰٓ ّللاَ َوا ْن ٍَ ْى َٰٓو ْٰٓ ًَ سَُحٰٓ ِ ّن
َٰٓ ٍ ك
ٰٰٓ َاٌ ٌَ ْس ُجىا ْ ُ ّللاِ ا
َ ﺳ َىجٰٓ َح ٰٰٓ ﺳ ْٰٓى ِٰٓل ْٰٓ َاٌ نَ ُك ْٰٓى ِف
ُ ً َز َٰٓ نَمَ ْٰٓد ك
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”. (QS.Al- Ahzab; 21)
Artinya : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia...”.(QS.Al- Mumtahana: 4)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 67
Artinya: ―Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”.( QS.Al-Anbiya: 107)
Artinya: “Mereka berkata: Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan
kitab (al- Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”.(Al-
Ahqâf:30).
a. Keteladanan
Guru yang berperan di depan panggung kelas harus selalu
memberikan contoh positif kepada siswa. Guru akan menjadi sentral
perhatian. Semuanya akan dimonitor oleh siswanya. Percontohan dari guru
merupakan cara efektif yang bisa bekerja di bawah sadar untuk
menghipnotis siswa sehingga mengalami transformasi, terutama tingkah
laku murid.
c. Nasihat
Nasihat biasanya disampaikan dari orang yang lebih tua kepada
subjek yang lebih muda. Atau bisa juga dari orang yang berilmu kepada
yang membutuhkan. Nasihat disampaikan bukan untuk menggurui, tetapi
sebagai arahan, atau siraman terhadap gersangnya hati. Nasihat uga bisa
diberikan kepada subjek yang melakukan seuatu diluar jalur, dengan kata
lain melakukan kesalahan. Harapannya adalah timbul dan tumbuhnya
kebaikan.
d. Habituasi
Sasaran utama pendidikan islam adalah akhlak. Akhlak yang baik,
bisa tercermin sebagai buah kebiasaan. Alah bisa karena biasa. Mendidik
adalah membiasakan siswa dengan perilaku yang sesuai dengan arahan
Quran dan sunnah. Kebiasaan bisa dibentuk melalui pemberian latihan, dan
bimbingan khusus. Nalarisasi sesuatu yang terkait dengan keteraturan,
seperti belajar dari ketaraturan alam. Jika alam saja bisa berjalan sesuai
dengan aturan, manusia semestinya lebih bisa, karena posisinya sebagai
makhluk terbaik.
f. Metode Khotbah
Paparan melalui ceramah menjadi upaya yang paling banyak
digunakan dalam penyampaian materi atau persuasi. Khutbah harus
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 69
g. Metode Jidal
Pencipta pasti memahami yang diciptakan. Allah sangat memahami
karakteristik manusia. Nafsu yang disematkan, pasti akan membawa
dampak. Yakni dominannya ego dan idealisme individual. Demi mencapai
suatu tujuan, manusia sering berdebat, beradu argumen. Dalam tataran
ilmiah, adu argumen juga tidak bisa terelakkan karena baik ayat al-Quran
atauput ayat kauniyah, akan melahirkan tafsir- tafsir sesuai dengan
kemampuan nalar pribadi manusia. Berdebat bahkan bisa menjadi sebuah
tradisi. Aturan berdebat diterangkan dalam al-Quran surat An-Nahl: 125)‖
tetapi ia juga mementingkan terhadap orang lain. Oleh karena itu, pendidik yang
memberikan nasehat itu hendaknya bersih dari perbuatan riya dan bersih dari
anggapan orang bahwa perbuatannya itu memiliki maksud lain dari yang
disampaikan. Dan ini berarti nasihat juga diperlukan dengan kecintaan. Dengan
demikian, Luqman al-Hakim menerapkan metode pendidikan yang mampu
menggugah perasaan dengan penuh kecintaan dan bijaksana yang dilakukan
secara terus menerus. Metode yang menyentuh perasaan yang disesuaikan
dengan perkembangan kejiwaan seseorang akan banyak memberikan pengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan.
Klausa selanjutnya terdapat dalam firman Allah yaitu yang artinya: “Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah
kedhaliman yang besar”
Klausa di atas menjelaskan materi pengajaran Luqman kepada anaknya,
yaitu larangan menyekutukan Allah. Dengan istilah lain, materi mendasar yang
perlu ditanamkan kepada anak adalah tentang ketauhidan. Seorang pendidik,
dalam hal ini dinyatakan dengan Luqman al-Hakim, perlu unuk memprioritaskan
materi ketauhidan ini kepada terdidik dengan tidak menyekutukan Allah dengan
apapun. Dan dinyatakan dalam ayat itu bahwa syirik adalah kedhaliman yang
besar, karena dalam syirik itu menyamakan antara yang berhak untuk disembah
dengan sesuatu yang tidak berhak untuk disembah. Dengan demikian, syirik
berarti menempatkan sesuatu yang berhak disembah terhadap sesuatu yang tidak
berhak untuk disembah. Dan hal ini dinamakan dengan kedhaliman.
Dalam potongan ayat di atas dapat dipahami bahwa Luqman al-Hakim
sebagai orang tua yang sedang memberi nasihat kepada anaknya agar tidak
menyekutukan Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu kewajiban orang
tua terhadap anaknya adalah mengajarkan nilai-nilai tauhid dan mencegah atau
menjauhkan anaknya dari kemusyrikan. Sebagian besar mufassir mengatakan
bahwa anak Luqman adalah orang musyrik kepada Allah, sehingga Luqman
tidak henti-hentinya selalu memberi nasehat agar anaknya hanya meng-Esakan
Allah saja(Hidayat, 2016).
Perintah untuk tidak berbuat syirik kepada dikuatkan dengan ayat
selanjutnya yang berbunyi:
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik
Klausa ini menjelaskan bahwa jika orang tua memaksakan anaknya untuk
mempersekutukan Allah, maka tidak ada kewajiban bagi anak untuk mengikuti
perintah orang tua. Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi untuk tidak
berbuat baik. Seorang anak tetap harus menghormati orang tua dan tidak boleh
memutuskan hubungan dalam kehidupan di dunia, walaupun orang tua
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 71
D. KESIMPULAN
Tujuan dari pendidikan menurut Islam adalah mencapai derajat ketaqwaan,
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, membentuk pribadi muslim yang
berakhlak mulia, dan bahagia hidup di dunia dan akhirat. Pembahasan terkait
kurikulum dalam dimensi Hadist jika ditinjau dalam sifatsifat kurikulumnya seperti
yang dipaparkan oleh ahmad dan saehuduin dikatakan bahwa salah satunya yaitu
Mudah dan toleran artinya Ilmu yang bersumber dari Allah sangat realistis, dapat
diterapkan untuk individu mupun masyarakat agar setiap individu mencapai
derajat kesempurnaan, sehingga tercipta masyarakat yang mampu merealisasikan
kemaslahatan yang dikehendaki Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I., & Saehudin. (2016). Hadis Pendidikan, Konsep Pendidikan Berbasis Hadis.
In Humaniora.
Fitriyah, L. (2020). Student Centered Learning dalam Surah Al-Kahfi. Ta`Limuna: Jurnal
Pendidikan Islam, 9(1), 31–51. https://e-journal.staima-
alhikam.ac.id/talimuna/article/view/354
Jajuli, J., & Ghrazianendri, S. (2019). Keteladanan Guru Dalam Perspektif Pandangan
Al-Qur‘an Dan Al-Hadist Melalui Implementasi Kurikulum 2013. Al-Afkar, Journal
For Islamic Studies, 4(1), 207–225. https://doi.org/10.31943/afkar_journal.v4i1.69
Mukti, A. (2010). Sejarah dan Pembaharuan Pendidikan Islam (A. A. R. dan Marliyah (ed.);
Cita Pusta). Cita Pustaka Media Perintis.
Muvid, M. B. (2020). Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Tinjauan Hadits (Studi
Analisis Tentang Hadits-Hadits Pendidikan). Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan,
4(1), 1. https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1733
Nurjali, N., & Rosadi, K. I. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Al-Qur‘an Dan
Hadits Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam: Manajemen, Guru,
Lingkungan. Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 3(1), 20–37.
https://www.dinastirev.org/JIMT/article/view/667
Pito, A. H. (2019). Metode Pendidikan dalam Al-Qur‘an. Andragogi: Jurnal Diklat Teknis
Pendidikan Dan Keagamaan, 7(1), 113–129.
https://doi.org/10.36052/andragogi.v7i1.74
Rusmin B., M. (2017). Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam. Inspiratif Pendidikan, 6(1),
72. https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4390
Chapter 6
Teori belajar menurut al ghazali dan al zanurji
Oleh:
FARHANA (210103210017)
SUHARTONO (210103210023)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 75
Suhartono – Farhana
Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No. 50 Malang, Telp. 085859223549
Abstrak: :peradaban islam klasik pada zaman penyebaran di kota makkah. Manusia
mulai diperkenalkan dengan ilmu serta belajar memiliki sikap yang terpuji. Belajar
adalah sebuah kata yang tidak asing dalam dunia pendidikan, dengan belajar dapat
mewujudkan tujuan dibentuknya Negara yaitu warga yang beradab dan berwawasan
global. Dengan demikian perlu dipahami terlebih dahulu secara radikal makna dari
teori belajar dalam pandangan islam. Imam Al-Ghazali dan Al-Zarnuji merupakan
tokoh besar islam dalam pencetusan teori belajar. Dari teori-teori yang ditemukan telah
berhasil melahirkan banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal. Perlu diketahui
pemikiran dari kedua tokoh ini untuk dapat dijadikan khazanah. Serta tujuan
penelitian pertama, untuk mengetahui secara umum defini dari teori belajara. kedua,
untuk mengetahui secara secara kontekstual teori pembelajaran yang dilakukan oleh
imam ghazali dan al-zarnuji. Ketiga, untuk mengetahui etos dalam melakukan interaksi
antara pendidik dengan peserta didik. Keempat, untuk mengetahui proses belajar
menurut imam ghzali dan al-zarnuji, kelima. Untuk mengetahui metode metode
pembelajaran menurut imam ghzali dan al-zarnuji. Konsep guru dalam literatu
kependidikan islam, seorang gur atau pendidik dapat disebut sebagai ustadz, mu‘alim,
murabby, mursyid, mudarris dan mu‘adib. nilai lebih pada konsep dan metode yang
digunakan dalam analisis penyusunan yaitu melalui metode leabrary reaserch dan
content analisis
Kata Kunci : Teori Belajar, Teori Belajar Imam Al-Ghazali dan Teori Belajar Imam Al-
Zarnuji
A. PENDAHULUAN
peradaban islam klasik pada zaman penyebaran di kota makkah. Manusia mulai
diperkenalkan dengan ilmu serta belajar memiliki sikap yang terpuji. Setelah
penyebaran islam yang nabi muhammad saw lakukan selama 35 tahun. Dengan
melalui dua tahapan yaitu melalui penyebaran jahhr dan sirry maka hingga zaman
sekaranglah islam merasakan kedamaian. sehingga muncullah ulama‘-ulama‘ serta
mu‘alim yang populer pada zaman itu. Dalam hal tersebut penulis akan membahas
tentang pemelajaran yang dilakukan oleh imam ghzali dan imam al-zarnuji. Pada
kedua tokoh tersebut muncul pada zaman klasik tetapi perbedaan dari kemunculannya
didahului oleh imam al-Ghzali. dalam kondisi pendidikan yang telah lembaga pada
masa sekarang, penulis menanalisis bahwa penerapan spiritual serta tentang budi
pekerti atau etika sering di abaikan. Karena pada zaman sekarang teknologi dan
zaman, menjadikan lembaga mendapat tekanan untuk selalu menjadikan peserta didik
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 76
atau anak usia dini agar lebih aktif. Sehingga hal tersebut menjadikan seorang pendidik
berkurang dalam wibawanya. Penulis meninjau ketika zaman kalasik keyika rosul
melakukan khutbah di masjidi aqsha, untuk menyebarkan ilmu kepada masyarakat
madinah. Melalui persitiwa tersebut bahwa seorang pendidik dengan peserta didik
memiliki derajat yang berbeda serta memiliki tingkatan yang berbeda dari segi perilaku
dan dari segi intlektualitas. Maka penelitian yang akan penulis lakuakan yaitu
menjadikan seorang peserta didik agar selalu memilikirasa hormat terhadap pendidik.
Bila dengan penerapan teori belajar imam ghzali dan al-zarnuji diharpakan dalam
pemeblajaran siswa di ajarkan etos terhadap guru, karena seorang imam ghzali adalah
seorang figur yang mengedepandak akhlak secara mendalam dari segi amaliyah dan
dzikir. Sedangkan al0zarnuji adalah seorang figur yang memiliki etos dan spiritual
yang dapat menjadikan peseta didik lebih mengerti dalam berakhlaq mencari ilmu.
Adapun hasil yang memiliki fakta literatun yang bersifat relasi terhadap judul
diatas sebagai berikut: pertama, literatur yang berjudul ―Etos Belajar Dalam Kitab
Ta‘liim Al-Muta‘allim Thaariq Al-Ta‘allum Karya Imam Al-Zarnuji ― (Sodiman, 2013).
Kedua literatur yang berjudul ―Relevansi Pemikiran Syekh Al-Zarnuji Dalam Konteks
Pembelajaran Moderen ― (Kambali, 2015). Ketiga, literatur yang berjudul ―Relevansi
Pemikiran Syekh Al-Zarnuji Dalam Konteks Pembelajaran Moderen ― (Elok Tsuroyya,
2008). Keempat, literatur yang berjudul ―Peranan Lingkungan Terhadap Semangat
Belajar Dalam Khazanah Kitab Kuning‖ (Barmawi, 2016) . Kelima, literatur yang
berjudul ― Potensi Belajar Dalam Al-Qur‘an (Telaah Surat An-Nahl:78) (Rahardjo, 2016).
Keenam, literatur yang berjudul ―Analisis Komparatif Dan Sintesa Teori Belajar
Konvensional Dengan Teori Belajar Dalam Islam‖ (Husni, 2018). Ketujuh, literatur yang
berjudul ―Penerapan Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah
Dasar‖ lathifah . Kedelapan, literatur yang berjudul ―Pengembangan Media Belajar
Komik Terhadap Motivasi Belajar Siswa ― (Fadillah, 2018).
Dari hasil yang telah penulis jelaskan dari segit keilmuan imam ghzali dan al-
zarnuji bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmuan di atas dapat penulis rumuskan
sebagai berikut: pertama, untuk mengetahui secara umum defini dari teori belajara.
kedua, untuk mengetahui secara secara kontekstual teori pembelajaran yang dilakukan
oleh imam ghazali dan al-zarnuji. Ketiga, untuk mengetahui etos dalam melakukan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Keempat, untuk mengetahui proses
belajar menurut imam ghzali dan al-zarnuji, kelima. Untuk mengetahui metode metode
pembelajaran menurut imam ghzali dan al-zarnuji
Dalam karya tulis tentang materi di atas penulis mengambil dari penyebaab
hipotesis yang diambil dari analisis lapangan yaitu: pertama, kebanyakan
pemebelajaran pada lembaga saat ini kurang memiliki implementasi spiritual. Kedua,
kebanyakan peserta didik pada pembelajaran saat ini kurang ditanamkan etika belajar.
Ketiga, penerapan pembelajaran yang dilakukan terlalu umum. Keempat, teori
pembelajaran yang diambil dari ulama‘ pada lembaga kurang berperan. Kelima, sering
terjadinya keterbiasaan etika menghormati siswa terhadap guru.
1. Teori belajar
Secara terminologi belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat (wikipedia, 21 desember 2021. 16.30). belajar merupakan usaha untuk
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 77
memperoleh kepandaian atau ilmu ( kbbi, 21 desember 2021. 16.32). menurut ormrod
(2020) belajar merupakan perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau
asosiasi sebagai hasil dari pengalaman (solicha, 2021). Sedangak dalam literatur lain
menunjukkan bahwa belajar merupakan aktivitas berproses dan merupakan aspek
yang sangat fundamental dalam pendidikan (Gunawan, 2019). Pada hakikatnya belajar
diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan
pengalaman (Rahardjo, 2016)
Sehingga dari terbentuknya belajar maka yang disebut dalam proses perubahan
tersebut adalam sustu pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru dituntut harus
bisa menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik (lathufah abdiyah, 2021).
Dalam dalam bukunya djamarah (2011) proses belajar motivasi sangat diperlukan
sebab seseorang yang tida mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar (Fadillah, 2018). Sedangkan teori belajar dalam islam
maupun barat, peneliti menganalisis perbedaan kedua teori tersebut, menurut
pengetahuan barat hasil belajar adalah suatu fakta empiris atau gagasan rasional yang
dibangun oleh individu itu sendiri melalui pengalamanyya. Sedangkan, dalam islam
pengetahuan diistilahkan dengan al-‗ilm yang mempunyai dua pengertian yaitu hasil
belajar adalah pengetahuan yang diambil dari wahyu yang diturunkan oleh allah swt
dan pengetahuan yang diperoleh oleh manusia itu sendiri (Husni, 2018). menurut
david usubel didalam proses pembelajaran mencakup struktur kognitiv adalah segala
pengatahuan dimiliki siswa (Saputra, 2016).
Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. 5 Tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk generasi
cerdas dan berakhlak mulia, sehingga tujuan ini harus saling berjalan beriringan antara
kecerdasan otak dan spiritual. Kaitannya dengan pendidikan, belajar adalah kegiatan
penting yang harus dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai tujuan hidup
yang cerdas. Sedangkan untuk teori belajar islam yang sering kita dengar eksistensinya
dalam dunia pendiidkan di Indonesia adalah teori belajar yang dicetuskan oleh para
tokoh klasik seperti Ibnu Maskawaih, Al-Ghazali dan Al-Zarnuji. Dari teori-teori yang
dihasilkan ini telah berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal. Selain
mengembangkan kemampuan kognitif secara maksimal, metode yang ditawarkan oleh
teori islam klasik ini mayoritas menempatkan pembentukan akhlak mulia dan
penyucian jiwa pada urutan pertama. Adapun tokoh-tokoh belajar dalam Islam
diantaranya Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Al-Zarnuji, Al-Kindi, Al-Farabi, dan
sebagainya. Teori belajar yang diungkapkan oleh Al-Gahzali dan Al-Zarnuji sangat
menarik untuk dibahas, dimana dua tokoh yang paling berpengaruh ini yang menjadi
pondasi utama dan tonggak awal keilmuwan-keilmuwan yang lahir.
5
Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, hlm.3
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 78
2. Imam Al-Ghazali
Nama : Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali
Gelar : Syarafatul A‘immah, Zainuddin, Hujjatul Islam
Lahir : 1058 M atau 450 H
Wafat : 1111 M atau 505 H
Madzhab : Syafi‘i
Bangsa : Persia
Bidang : Tasawuf, Teologi (Kalam), Falsafah, Logika, Fiqh
Pengaruh : Fakhruddin al-Razi, Moses Maimonides, Thomas Aquinas,
Ramon Marti, Nicholas Autrecourt, Shah Wailullah.6
Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn
Ahmad Al-Ghazali, seorang Imam besar yang lebih dikenal dengan Imam Al-Ghazali.
Terlahir di kota kecil yang terletak di dekat Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam
Irak pada tahun 450 H (1058 M). Nama Al-Ghazali ini berasal dari ghazzal, yang artinya
tukang menenun benang karena pekerjaan ayahnya adalah menenun benang wol.
Sedangkan Ghazali juga diambil dari kata ghazalah, yaitu nama kampung kelahiran Al-
Ghazali dan inilah yang banyak dipakai, sehingga namanya pun dinisbatkan oleh
orang-orang kepada pekerjaan ayahnya atau kepada tempat lahirnya. Orang tuanya
gemar mempelajari ilmu tasawuf, karena mereka hanya mau makan dari hasil usaha
tangannya sendiri dengan menenun wol. Dan ayahnya juga terkenal sebagai pecinta
ilmu dan selalu berdoa agar anaknya kelak menjadi seorang ulama. Amat disayangkan
ajarannya tidak memberikan kesempatan padanya untuk menyaksikan keberhasilan
anaknya sesuai doanya. Pada mulanya Al-Ghazali mengenal tasawuf adalah ketika
sebelum ayahnya meninggal, namun dalam hal ini ada dua versi: (a) ayahnya sempat
menitipkan Al-Ghazali kepada saudaranya yang bernama Ahmad. Ia adalah seorang
sufi, dengan bertujuan untuk di didik dan di bimbingnya dengan baik; (b) sejak kecil,
Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang senang menuntut ilmu, sejak masa kanak-kanak,
ia telah belajar dengan sejumlah guru di kota kelahirannya.
Dari beberapa guru-gurunya, yang terkenal adalah Ahmad Ibn Muhammad Al-
Radzikani yang mengajarinya ilmu fiqh. Kemudian pada masa mudanya ia belajar di
Nisyapur juga di Khurasan, yang pada saat itu merupakan salah satu pusat ilmu
pengetahuan yang penting di dunia islam. Kemudian ia menjadi murid Imam Al-
Haramain Al Juwaini yang merupakan guru besar di Madrasah An-Nizhfirniyah
Nisyapur. Al-Ghazali belajar teologi, hukum islam, filsafat, logika, sufisme dan ilmu-
ilmu alam. Berdasarkan kecerdasan dan kemauannya yang luar biasa, Al-Juwaini
kemudian memberinya gelar Bahrum Mughriq (laut yang menenggelamkan).
Sepeninggal Al-Juwaini pada tahun 478 H, Imam Ghazali berkunjung kepada Nizhdm
al-Mar di Kota Mu‘azkar hingga pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di
sebuah Nizhfimiyah, Baghdad.7
Dalam dunia pendidikan, terdapat tujuan pendidikan yang harus di realisasikan
sekalipun muncul ragam visi dan misi antar organisasi sekolah. Adapun tujuan
6
Hasanah, SIti Ma’rifatul. 2017. Konsep Belajar Dalam Teori Konstruktivsitik dan Islam Klasik (Komparasi Pemikiran
Bobbi De Porter dan Al-Ghazali). Jurnal Tarbiyatuna Vol. 2 No.2, hlm 13
7
Azhari, Devi Syukri dan Mustapa. 2021. Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali. Jurnal JRPP, Vol. 4
No. 2, hlm 273
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 79
3. Imam Al-Zarnuji
Dari hasil analisis literatur yang telah penulis analisis bahwa penjelasan tentang
teori yang diterapkan oleh pakar pendidikan islam. menurut teori belajar al-zarnuji
merupakan teori belajar tradisional, tetapi konsepnya masih relevan pada zaman
8
Mubarok, Faruq. 2020. Pendidikan Persfektif Pemikiran Imam Al-Ghazali. Jurnal el-Santry, Vol.1 No.2, hlm 2-3
9
Hasanah, SIti Ma’rifatul, op.cit., hlm. 14
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 80
modern (Kambali, 2015). Imam al-zarnuji mengatakan bahwa: belajar itu menuntut
ilmu atau mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai
muslim (Elok Tsuroyya, 2008). Menurut muhammad BIN al-hasan bin abdullah faidah
belajar adalah suatu ilmu untuk penghias bagi pemiliknya (‗asy-$ysikh‘, n.d.).
kemudian takwil dari pendapat al zarnuji belajar adalah menuntuk ilmu atau
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai muslim
(Sultan & Banten, n.d.).
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan oleh imam al-Zarnuji yang diambil
dari beberpa literatur. Selanjutnya, hal diatas mengacu terhadap ruang lingkup
keilmuan teori belajar imam al-Zarnuji. Petama, Konsep guru dalam literatu
kependidikan islam, seorang gur atau pendidik dapat disebut sebagai ustadz, mu‘alim,
murabby, mursyid, mudarris dan mu‘adib. Masing-masing memiliki peranan yang
urgen terhadap proses pendidikan (Elok Tsuroyya, 2008), adapaun cara memilih guru
atau kiai carilah yang alim, yang bersifat wara, dan yang lebih tua, (‗asy-$ysikh‘, n.d.).
.dalam epistimologi secara umum peserta didik atau murin adalah orang yang tengah
mencari ilmu pengetahuan, pengalaman dan keteampilan serta membentuk
kepribadiannya (elok). sedangkan santri dalam memilih atau bereman dengan orang
tekun belajar, bersifat wara‘ berwatak istiqamah dna suka memahami al-Qur‘an.
Sebaliknya, teman yang harus dijauhi adalah teman yang malas, banyak bicara, suka
merusak, dan suka menfitnah (‗asy-$ysikh‘, n.d.) kedua, etika belajar. Melalui
pendidikan yang terapkan oleh imam al-Zarnuji bahwa kurikulum pembelajaran
adalah a. Mengagungkan ilmu dan orang yang. B. Menuntut ilmu harus giat. C.
Sistematika pembelajaran yang baik. d.tawakal. e. Memperoleh pengajaran. F. Empati
dan nasihat. G. Mengambil manfaat. H.bersikap wara‘ ketika belajar (Luth et al., 2010).
Kemudian, untuk metode yang digunakan dalam kitab ta‘limul muta‘alim
menggunakan metode diskusi dengan drill (mengulang-ulang) (‗asy-$ysikh‘, n.d.)
B. METODE
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis dan metode
penelitian kepustakaan (library research). Peneliti bahan keilmuan Islam menggunakan
dua jenis, yaitu data bekas dan data mentah. Teknologi pengumpulan data asli adalah
sumber data utama yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder adalah sumber yang tidak diperoleh
secara langsung, seperti melalui orang lain. Data utama diambil dari media online,
seperti Google Scholar, akademisi, garuda, doaj, microsoft academia, core. Kemudian
untuk memahaminya, peneliti lebih memperhatikan artikel, jurnal, e-book, Wikipedia,
dan website KBBI. Selain itu, peneliti pengumpul data primer/perpustakaan telah
menampilkan 10 jurnal ilmiah sebagai bahan kunci dan referensi. Pengumpulan data
primer/pustaka peneliti telah diperoleh dari 30 jurnal sebagai bahan cadangan bagi
peneliti untuk menambah teori.
Peneliti mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan secara
teoritis dengan menggunakan jenis dan pendekatan penelitian kepustakaan (library
research). Melalui batasan dan analisis peneliti mengutip jurnal ilmiah terkait judul
melalui media online. Pertama, survey yang dilakukan sangat sesuai dengan briefing
yang dilakukan di awal pertemuan. Kemudian gunakan media online, Google Scholar,
Academia, Garuda, Doaj, Microsoft Academia, Core untuk mencari jurnal yang relevan.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 81
Literatur linguistik, di sisi lain, mengutip tanggal dan tahun pencarian dari situs
Wikipedia dan KBBI. Ketiga, searching terhadap jurnal ilmiah yang telah dikutip dari
media online disesuiakan dengan judul diatas. Kempat, judul diatas peniliti dapat
mengumpulkan 10 jurnal untuk bahan dan 30 jurnal untuk referensi.
Peneliti mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan secara
teoritis dengan menggunakan jenis dan pendekatan penelitian kepustakaan (library
research). Studi literatur adalah studi yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
dan data dengan bantuan bahan/referensi. Dalam hal ini perpustakaan berisi
dokumen, buku majalah, cerita sejarah, eklopedia, dan karya e-scientific. Mirip dengan
metode pengumpulan data yang digunakan dalam survei, ada juga metode analisis isi
(content analysis). Keberadaan teori mendikte jawaban atas tujuan yang dirumuskan
dalam rumusan masalah dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, dalam tajuk materi
diatas, peneliti melakukan beberapa analisis data, yaitu: Pertama, peneliti memperoleh
bahan referensi dari media online berupa artikel terkait dan e-book. Kedua,
menemukan sumber yang efektif dari untuk mengetahui secara umum yang dimaksut
dengan teori belajar. Ketiga. Melalui hasil analisis masing-masing jurnal dan ebook
dalam pembahasannya yang sedemikian memiliki relasi. Keempat. Melalui hasil
analisis teori dari beberpa literatur yang dikemukakan pakar pendidikan.
C. PEMBAHASAN
Dari beberapa analisis literasi beberapa jurnal yang telah penulis telaah tentang
teori belajar secara umum. Bahwa belajar adalah proses perubahan untuk menjadikan
kompetensi siwa yang belum bisa menjadi bisa. Selain itu belajar pada dasarnya
adalah proses untuk menjadikan individu dapat berkembang melalui ranah fisik, sosial
dan intelektualnya. sehingga dalah proses belajar terbentuklah proses pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok. Sedangkan, pembelajaran merupakan
serangkaian proses yang didalamnya terdapat metode dan strategi untuk diterapkan
pendidik ke siswa.
Adapun hasil analisis dari literasi pada literatur tentang explanasi teori belajar.
Semua lingkungan masyarakat pada umumnya adalah individu yang memiliki
kompetensi dan keterampilan berbeda-beda. Sehingga dengan adanya proses istimbat
hal tersebut dengan cara mencari ilmu atau belajar. pada dasarnya masing-masing
individu harus memiliki tanggung jawa atas belajar. karena dengan belajar individu
dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga hasil belajar di dalam masyarakat
indonesia saat ini terbagi menjadi dua. Pertama belajar menurut kaum barat dan belajar
menurut orang islam. dalam hal ini dapat peda hal tersebut dapat penulis explanasikan
bahwa belajar menurut kaum barat adalah hasil belajar yang telah dibuktikan melalui
experimen yang dapat ditangkap dengan rasio manusia. Sedangkan belajar menurut
kaum muslim adalah hasil belajar yang telah didapat dari kaidah-kaidah dan syari‘at
yang di tuliskan pada pedoman agama islan/al-Kalam. Serta kaum muslim juga
mempebolehkan percaya terhadap pembuktian yang mengarah pada istimbath atau
data empirisme.
Adapun relasi dari beberapa jurnal yang penulis analisis sebagai verikut. Jurnal
pertama menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang dilakukan oleh
individu yang awalnya belum gaham menjadi faham. Jurnal kedua menunjukkan
bahawa proses belajar adalah proses yang dilakukan individu yang memiliki sifat
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 82
fundamental terhada pendidikan. Sehingga dari kedua jurnal yang penulis telaah
diatas maka hubungannya terdapat pada penjelasan tentang proses belajar. serta dari
hasil analisis tersebut juga belajar juga diartikan adalah suatu proses yang sangat
penting dilakukan oleh masing-masing individu. Serta dari nalisi junal yang ememiliki
relasi terhadap judul diatas, menjelaskan bahwa belajar hakikatnya dalah untuk
mencapai perubahan secara behafior dan kognit yang belum faham menjadi faham.
Dalam dunia pendidikan, terdapat tujuan pendidikan yang harus di realisasikan
sekalipun muncul ragam visi dan misi antar organisasi sekolah. Adapun tujuan
pendidikan menurut pemikiran Imam Al-Ghazali adalah bertaqarrub kepada Allah
SWT, dan manusia yang paling sempurna dalam pandangannya adalah manusia yang
selalu mendekatkan diri kepada Allah. Termaksud dengan jelas bahwa tujuan
pendidikan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah bernuansa religius dan
moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Pandangan Imam Al-Ghazali yang sangat
terkenal adalah pandangannya tentang hakekat manusia, yang berlandaskan pada
esensi manusia yaitu jiwanya yang bersifat kekal dan tidak hancur. Selain itu terdapat
empat istilah yang sangat populer dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam
pembahasannya yang begitu mendalam tentang esensi manusia, yaitu tentang hati
(qalb), ruh, jiwa (nafs), dan akal (aqli). Mengenai tujuan hidup manusia, Imam Al-
Ghazali menyatakan bahwa:
“Segala tujuan manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak
terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia adalah tempat bercocok
tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah bagi orang yang
mau memperbuatnya menjadi tempat dan tanah air abadi‖ (Mubarok, 2020).
Menurut Al-Ghazali, belajar adalah penyerapan manfaat dari orang lain secara
mikro, belajar adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual. Belajar adalah
proses untuk mengetahui, dalam proses belajar seorang murid akan mengalami proses
abstraksi. Suatu obyek dalam wujud yang tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan
atribut-atibut tambahan yang menyelimuti hakikatnya. Ketika subyek berhubungan
dengan obyek yang ingin diketahui, hubungan itu berkaitan dengan ukuran (qadar),
cara (kaifiyah), tempat dan situasi. Al-Ghazali membagi tahap-tahap abstraksi dalam
empat tahap. Pertama, terjadi pada indera. Ketika indera menangkap sumber obyek, ia
harus berada pada jarak tertentu dari obyek dan dalam keadaan tertentu. Kedua, terjadi
pada al-khayal, kalau pada indera hubungan dengan obyek harus berada pada jarak
tertentu dari situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan tentang makna belajar yaitu sebuah usaha
penyerapan manfaat dari orang lain dan merupakan sebuah proses dari individu untuk
menerima stimulus yang outputnya dapat terlihat dari perilaku yang lebih baik
(berakhlaqul karimah) serta menjadi insan yang memiliki keterampilan dan nilai.
Latar belakang keilmuan Imam Al-Ghazali memberikan pengaruh atas keluasan
bahasan dan ketajaman pemikirannya. Pada teori belajar, Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ayyuha al-Walad mengungkapkan bahwa terdapat dua pendekatan yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu Ta‟lim Insani (didaksi dengan manusia) dan Ta‟lim
Rabbani (didaksi dengan bimbingan Tuhan). Dalam kitab ini juga disebutkan bahwa
metode pendekatan yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran
adalah dengan pendekatan yang penuh dengan nuansa teosentris. Artinya, belajar yang
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 83
bernilai adalah apabila diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT dan motivasi
dalam belajar harus demi menghidupkan syari‘at Nabi dan menundukkan hawa nafsu.
Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti tentang teori yang dikemukakan oleh
al-Zarnuji. menurut teori belajar al-zarnuji merupakan teori belajar tradisional, tetapi
konsepnya masih relevan pada zaman modern. Imam al-zarnuji mengatakan bahwa:
belajar itu menuntut ilmu atau mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban
sehari-hari sebagai muslim. Menurut muhammad BIN al-hasan bin abdullah faidah
belajar adalah suatu ilmu untuk penghias bagi pemiliknya. kemudian takwil dari
pendapat al zarnuji belajar adalah menuntuk ilmu atau mempelajari ilmu yang
berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai muslim.
Dari hasil yang telah peneliti lakukan bahwa tentang teori al-Zarnuji pada kitab
ta‘limul muta‘alim. Terdapat 13 pasal yang telah dirumuskan oleh imam al-zarnuji.
Mulai dari pasal bagaimana memulyakan ilmu sampai kunci kemudahan dalam
metode menghafal. Imam al-zarnuji mengemukakan pendapatnya tentang teori belajar
bahwa seseorang muslim hukumya fardlu dalam menuntu ilmu atau belajar. Karena
dengan belajar individu dapat mengetahui ilmu hal. Imam al-zarnuji pernah
mengatakan bahwa ilmu yang terpenting dipelajari adalah ilmu hal yaitu ilmu
ushuluddin dan ilmu fiqih. Selain dari ilmu tersebut belum dapat dikatakan oleh imam
al-zarnuji ilmu yang penting. Terdapat dua metode yang menurut imam al-zarnuji
yang patut diterapkan terhadap murid yaitu metode diskusi dan metode driil. Selain
itu munurut beliau belajar itu akan memiliki manfaat apabila murid memiliki sikap
wara‘. tawaddu‘. Bersungguh-sungguh, tidak gampang menyerah dan memiliki niat
karena allah. Adapun akhalak yang harus dimiliki terhadap murid pada guru yaitu
untuk selalu mengormati, tidak membuat guru marah. Dan ber‘akhlak mulia.
Adapun Hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti tantang relasi dari
beberapa jurnal. Jurnal pertama menerangkan kebanyakan penjelasan yang dimuat
tentang teori belajar al-zarnuji yang memiliki relevan terhada teori modern. Jurunal
kedua adalah penjelasan yang memuat tentang proses pembelajaran sepsrti adab
terhadap murid dan guru. Pentingnya memiliki ilmu serta membahas tentang
kewajiban umat muslim dalam berilmu. Maka dari analisis jurnal diatas bahwa kajian
dari literatur tersebut tetang pendalaman masalah pembelajaran. Bahwa menempuh
belajar harus memiliki konsistensi dan kontinuitas yang kuat. Karea pada dsarnya ilmu
tidak dapat masing individual secara cepat harus melalui tahapa—tahapan.
D. KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang diambil melalui literasi dan pembahasan bahwa yang
telah dijelaskan oleh penulis. bahwa temuan yang terpenting pada penysusunan semua
adalah tentang metode yang digunakan oleh kedua tokoh. Imam ghzali menggunakan
metode pembelajaran melalui ketawaddu‘an kepada guru sedangkan imam al-zarnuji
melalui diskusi dan drill. Selain itu kalau perbedaan dari segi sudut teori belajar
muslim dan non muslim maka lebih komplek belajar menurut orang musli. Karena
pada dasarnya belajar itu melalui 2 proses yaitu dari pediman (al-kalam) dan
empirisme.
nilai lebih pada konsep dan metode yang digunakan dalam analisis penyusunan
yaitu melalui metode leabrary reaserch dan content analisis. Dengan adalan metode
tersebut memudahkan penulis menyusun karya tulis ilmian ini dengan baik. Selain itu
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 84
nilai lebih dari hasil diatas adalah penelitian ini membahas tentang teori belajar yang
pada zaman modern sekarang, dapat dikatakan sudah mulai memudar. Sehingga
dengan adanya penelitian ini menggugah masyrakat bahwa perlunya relasu metode
pembelajaran modern dengan metode klasik.
Penulis memahami dalam penelitian yang telah di laksanakan diatas memiliki
keterbatasan. dalam penyusunan yang telah dilakukan oleh penelit bahwa
keterbatasannya dalam hal pembahasannya yang kurang sempurna oleh penulis. Serta
kurangnya analisis dari literatur yang dilakukan olah penulis. Sehingga penulis arahan
penelitian lanjutan akan lebih konsisten dalam penelitian yang tentang relasi dari
kedua pakar teori diatas. Bertujuan penelitian lanjutan tersebut menjadikan teori klasik
memiliki prioritas yang baik mata kaca masyarakat muslim. serta dengan adanya
penelitian lanjutan tersebut harapannya penulis tetap membawa kesan yang posistif
bagi para peserta didik yang mengemban ilmu di lingkungan lembaga islam.
REFERENSI
Azhari, D. S., & Mustapa. (2021). Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali.
Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 4(2), 271–278.
Barmawi, Muhammad. ―Peranan Lingkungan Terhadap Semangat Belajar
Dalam Khazanah Kitab Kuning.‖ Jurnal Edukasia Islamika 1, no. 1 (2016): 134–160.
Elok Tsuroyya, Imron. ―Analisis Komparasi Konsep Belajar Dan Pembelajaran
Menurut Al-Ghazali Dan Al-Zarnuji‖ (2008): 137.
Fadillah, Ahmad. ―Pengembangan Media Belajar Komik Terhadap Motivasi
Belajar Siswa.‖ JTAM | Jurnal Teori dan Aplikasi Matematika 2, no. 1 (2018): 36.
Gunawan, Wawan. ―Pengembangan Aplikasi Berbasis Android Untuk
Pengenalan Huruf Hijaiyah‖ 6, no. 1 (2019): 69–76.
Husni, Muhammad. ―Analisis Komparatif Dan Sintesa Teori Belajar
Konvensional Dengan Teori Belajar Dalam Islam.‖ Jurnal Pedagogik 05, no. 01 (2018):
124–142.
Indonesia, P. R. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
―Asy-$ysikh‖ (n.d.).