Anda di halaman 1dari 88

2021

Modul Mata Kuliah


Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran

Endah Kurniawati P., Dr. M.Psi


M PGMI / B
24/12/2021
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Nikmat dan
Hidayah, karena izin dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
Modul Mata Kuliah Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran Shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
keluarganya, para sahabatnya, semoga kita semua mendapat syafaatnya.
Tidak lupa ucapanterimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moral maupun materil dalam pembuatan Modul
Mata Kuliah Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran ini Sehingga
pembuatan makalah ini bisa berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan
suatu apapun. Adapun tujuan dibuatnya Modul ini adalah untuk memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester dengan dosen Pengampu Ibu Endah Kurniawati
P., Dr. M.Psi
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan penulis, kami
mohon maaf apabila dalam penyusunan modul ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi sempurnakan makalah ini, Semoga modul ini bisa
bermanfaat untuk kita semua.

Malang, 24 Desember 2021

Penyusun
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | iii

DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................... iii
Chapter 1: Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Lingkungan dan
pengaruh sosial budaya .......................................................... 1
Chapter 2 : Teori memperoleh proses informasi dari gagne ........... 10
Chapter 3 : Experience learning ............................................................. 20
Chapter 4 : Student Center learning ................................................... 30
Chapter 5 : Konsep Islam dalam memandang proses belajar dalam
pembelajaran (belajar mengajar) ....................................... 44
Chapter 6 : Teori belajar menurut al ghazali dan al zanurji .......... 74
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |1

Chapter 1
Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Lingkungan dan pengaruh
sosial budaya

Oleh:

AHMAD MAULIDIN (210103210021)


CHAIRUL BAHRI MESGIYANTO (210103210026)
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |2

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN IMPLIKASINYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN:


PEMIKIRAN JEAN PIAGET DAN VYGOTSKY

Ahmad Maulidin, Chairul Bahri Mesgiyanto


UIN Maulana Malik Ibrahin Malang, UIN Maulana Malik Ibrahin Malang
e-mail: ahmadmaulidin102@gmail.com, khairulbahri45@gmail.com

Abstrak

Perkembangan kognitif sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak untuk


mengeksplorasi dirinya, karena berkaitan dengan kesadaran anak. Piaget dan Vygotsky
memperkenalkan beberapa ide dan konsep untuk menjelaskan perubahan penalaran yang
mereka amati. Piaget percaya bahwa anak-anak secara alami tertarik pada dunia dan
secara aktif mencari informasi untuk membantu mereka memahami dunia. Piaget
menggambarkan tahapan perkembangan kognitif pada anak berdasarkan usia. Tidak
seperti Vygotsky, Vygotsky percaya bahwa anak-anak dapat belajar lebih baik jika mereka
terus bersosialisasi dan membutuhkan bantuan orang yang lebih mampu untuk
memperluas pengetahuan mereka. Salah satu tujuan pendidikan adalah mengoptimalkan
potensi anak semaksimal mungkin. Oleh karena itu, sebagai seorang guru, Anda perlu
memahami sepenuhnya potensi dan kemampuan berpikir setiap anak. Penerapan teori
Piaget dan Vygotsky dalam pembelajaran sejalan dengan posisi fasilitator dan guru sebagai
pemandu, metode pembelajaran yang digunakan lebih bersifat child-centric dan dapat
memperhitungkan potensi dan pemikiran anak.

Kata Kunci: Perkembangan Kognitif, Siswa, Pembelajaran

Pendahuluan
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran, perhatian harus diberikan pada
perkembangan anak, meliputi beberapa aspek seperti pertumbuhan fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial emosional. Sebagai seorang
pendidik atau orang dewasa kita perlu mengetahui reaksi anak dan memahami segala
perkembangannya agar dapat tumbuh dengan baik dan optimal. Salah satu perkembangan
yang dialami anak adalah perkembangan kognitif. Pendekatan perkembangan kognitif ini
didasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa keterampilan kognitif merupakan hal
mendasar dan membimbing perilaku anak. Perkembangan kognitif manusia dipelajari
pada Abad Pertengahan ketika kemajuan ilmiah mulai meningkat. Kepribadian psikologis
yang terlibat dalam perkembangan kognitif adalah Jean Piaget dan Lev Semyonovich
Vygotsky. Keduanya membahas perkembangan kognitif anak dan menggunakan
pendekatan konstruktivis. Namun yang membedakan pendekatan ini dengan
konstruktivisme adalah bahwa Piaget lebih menekankan pada teori adaptasi konstruktivis
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |3

(konstruktivisme kognitif) dan Vygotsky menggunakan pendekatan konstruktivis sosial


(sosial budaya).
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah seorang
sejarawan yang mengkhususkan diri dalam sejarah abad pertengahan. Ibunya adalah
orang yang dinamis, cerdas, dan taat. Awalnya, Piaget senang melihat hewan-hewan di
sekitarnya, termasuk burung, ikan, dan hewan lainnya. Itu sebabnya dia tertarik pada
biologi. Perkembangan pemikiran Piaget sangat dipengaruhi oleh Samuel Cornu, bapak
pelindungnya, seorang ahli Swiss. Cornat memperkenalkan Piaget pada filsafat, terutama
karya Bergson. Ini berarti bahwa Piaget memiliki dua prioritas ilmiah: biologi dan filsafat
pengetahuan. Pada tahun 1916, Piaget lulus dengan gelar di bidang biologi dari Universitas
Neuchatel. Setelah itu, pada usia 21 tahun, ia menyelesaikan disertasinya tentang moluska
dan meraih gelar PhD dalam bidang filsafat. Setelah menyelesaikan penelitiannya, ia
memilih psikologi.1
Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada 17 November 1896 di kota Orsha, Rusia, dari
keluarga kelas menengah Yahudi. Setelah lulus dari sekolah menengah, Vygotsky
menerima beasiswa untuk belajar hukum di Universitas Negeri Moskow. Namun perhatian
pemuda yang cerdas, bersemangat dan ingin tahu ini telah menyebar ke disiplin ilmu lain
seperti psikologi, filsafat, kritik seni, sastra, dan bahkan kedokteran.2 Menurut Bruner,
Vygotsky tidak hanya seorang psikolog, tetapi juga seorang ahli teori budaya. Bagi
Vygotsky, teori pendidikan adalah teori komunikasi budaya dan teori perkembangan.
Mengenai konsekuensi dari refleksi Piaget dan Vygotsky, mereka setidaknya telah
memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan, terutama yang berkaitan
dengan perkembangan kognitif anak. Keduanya menjelaskan konsep belajar yang ideal
disesuaikan dengan kemampuan kognitif anak.
Pembahasan konsep yang diberikan oleh Piaget dan Vygotsky memunculkan teori
yang lebih matang dan ideal serta disesuaikan dengan kondisi ideal masing-masing negara
dalam pelaksanaan konsep pendidikan. Padahal, sebagaimana penulis sendiri sering
menggunakan teori Piaget dan Vygotsky untuk menganalisis dan menjawab masalah
perkembangan kognitif pada anak, khususnya anak, banyak penelitian yang menganalisis
semua masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif pada anak. Padahal, jika
anak berkembang secara kognitif seiring bertambahnya usia, mereka akan lebih semangat
belajar. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam perkembangan kognitif anak,
terutama dalam memperhatikan anak yang masih dalam masa golden age.
Anak yang memasuki usia emas ini perlu memberikan perhatian khusus pada aspek
perkembangan kognitifnya. Anak-anak usia ini belajar dengan melihat lingkungan dan
menerima bimbingan dari orang tua dan guru, dan terus belajar melalui coba-coba.
Misalnya, ketika anak memasuki masa keemasan, mereka belajar keberanian untuk ke
kamar mandi secara mandiri. Idealnya, anak-anak harus mulai belajar pada usia 3-5 tahun
dan memiliki keberanian untuk menggunakan kamar mandi. Memasuki usia dewasa, anak-

1
F. Ibda, ‘Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget’, Intelektualita, 3.1 (2015), 242904.
2
Maclin & Maclin) Solso and Ni M. D. Swasti.w, ‘Pengantar Psikologi Kognitif Sejarah’, 1–41.
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |4

anak, terutama yang duduk di bangku SMA, sebenarnya sudah jauh lebih mandiri.3 Fakta
bahwa siswa sekolah menengah memasuki tahap operasional formal di usia tua. Seperti
halnya siswa sekolah menengah, anak sekolah menengah masih mencapai perkembangan
kognitif yang utuh, sehingga kemampuan analisis mereka mulai diasah dengan baik.4
Dari penjelasan di atas menjadi penting dan perlu dianalisa secara detail. Teori
kognitif oleh Piaget dan Vygotsky. Selain itu, tidak hanya perlu diterima begitu saja, tetapi
juga perlu disinkronkan dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Untuk memasukkan studi
ini ke dalam studi kepustakaan, sumber pengambilan data adalah dari buku-buku yang
terkait dengan topik yang dibahas dan artikel jurnal yang digunakan untuk menjelaskan
contoh dan meningkatkan perkembangan teori kognitif. Oleh karena itu, analisis yang
disampaikan penulis dalam menjelaskan perkembangan kognitif Piaget dan Vygotsky lebih
detail, terutama dalam kontribusinya terhadap dunia pendidikan. Artikel ini bertujuan
untuk menjelaskan konsep perkembangan kognitif antara Piaget dan Vygotsky, perbedaan
antara keduanya, dan kontribusi teori perkembangan kognitif terhadap pendidikan.

Pembahasan
Berikut ini adalah teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dan
Vygotsky, dijelaskan dalam format Tabel di bawah
Topik Piaget Vygotsky
Konteks Sosial budaya Tidak diutamakan Diutamakan
Kontruktivisme Konstruktivis kognitif Konstruktivis sosial
Tahapan Penekanan kuat pada Tidak ada tahapan
tahap-tahap sensori perkembangan yang
motorik, praoprasional, diajukan
konkret, dan operasional
formal)
Proses Utama Skema, asimilasi, Zona perkembangan
akomodasi, operasi, proksimal, bahasa,
konservasi, klasifikasi, dialog, faktor budaya
pemikiran deduktif-
hipotesis
Peran Bahasa Bahasa memiliki peran Peran utama; bahasa
minimal; mengutamakan memainkan peran kuat
sebagai pengarah kognisi dalam membentuk
bahasa pemikiran
Perbandingan Mengenai Pendidikan hanya Pendidikan memainkan
Pendidikan menyempurnakan peran penting,
keterampilan kognitif membantu anak-anak
anak yang telah muncul mempelajari faktor
budaya

3
Akhmad Syahri, “Pendidikan Karakter: Berbasis Sistem Islamic Boarding School”, Batu : Literasi Nusantara, 2019
4
Lia Dwi Tresnani and Muhammad Khoiruzzadi, ‘Program Pembiasaan Harian Dalam Membentuk Karakter Siswa
Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Belajar’, Journal ISTIGHNA, 3.1 (2020), 32–52
<https://doi.org/10.33853/istighna.v3i1.42>.
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |5

Implikasi Pengajaran Guru sebagai fasilitator Guru adalah seorang


dan pembimbing, bukan fasilitator dan
seorang pengarah; pembimbing, bukan
memberikan dukungan seorang pengarah;
bagi anak-anak untuk memberikan banyak
mengeksplorasi dunia kesempatan bagi anak-
mereka dan menemukan anak untuk belajar
pengetahuan dengan guru dan teman
sebaya yang lebih
terampil

Teori Piaget dan Vigostsky memperjelas apa yang disebut teori konstruktivisme.
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pengetahuan manusia merupakan bentuk
(komposisi) dari dirinya sendiri. Penerapan teori ini masih digunakan dalam proses
pendidikan, terutama dalam pembelajaran yang memaksimalkan potensi siswa.
1. Implikasi Teori Piaget terhadap Pembelajaran
Piaget memberikan dua makna belajar dalam arti sempit dan luas yang berkaitan
dengan belajar. Belajar dalam arti sempit adalah pembelajaran yang hanya berfokus
pada informasi baru dan pembelajaran tambahan. Contoh: Seorang anak mengetahui
nama ibu kota suatu negara atau mengingat angka. Belajar dalam arti luas adalah
belajar dan menemukan struktur berpikir yang lebih umum yang dapat digunakan
dalam situasi yang berbeda. Contoh: Dengan mengingat ibu kota suatu negara, anak
juga memahami hubungan antara kota dan negara bagian tersebut. Bagi Piaget, belajar
selalu memiliki unsur pendidikan dan pemahaman. Dampak terhadap proses
pendidikan dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tekanan pada siswa
Dalam kasus Piaget, siswa mengembangkan pengetahuan mereka sendiri
tentang lingkungan yang diselidiki atau bagaimana menangani objek yang
diselidiki. Jadi disini tekanannya ada pada siswa yang lebih aktif dari pada guru
yang selalu aktif. Dalam konteks ini, penting bagi guru untuk memahami
bagaimana siswa berpikir, mengalami, dan mengatasi masalah. Selain itu, guru
perlu menyediakan dan memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kognitif
siswa sehingga mereka dapat lebih berpikir dan membentuk pengetahuannya.
b. Metode Belajar
Teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan. Siswa hanya dapat menguasai materi dengan lebih
baik dengan cara proaktif mengolah materi, proaktif mengajukan pertanyaan,
dan mengolah materi secara kritis. Oleh karena itu, perlu ditekankan kegiatan
aktif dalam proses pembelajaran. Padahal, kegiatan siswa, mendokumentasikan,
menanya, menarik kesimpulan, dan merangkai kata dengan kata-katanya sendiri
merupakan kegiatan yang esensial bagi siswa untuk benar-benar membangun
pengetahuan. Apalagi selama semua siswa terlibat aktif dalam diskusi,
berdiskusi dengan teman dapat sangat membantu dalam menangkap dan
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |6

mengembangkan pemikiran yang dimiliki siswa saat belajar. Dari sini kita dapat
menyimpulkan bahwa itu adalah metode pembelajaran aktif yang harus
digunakan guru dalam proses belajar mengajar mereka.
c. Peran Guru
Peran guru di sini bukanlah transfer of knowledge, melainkan peran mentor
atau mediator. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru kepada siswa tanpa
aktivitas siswa itu sendiri. Menurut Piaget, menyajikan pengetahuan yang sudah
jadi dan meminta siswa untuk menghafalnya bukanlah presentasi yang baik
karena membuat mereka pasif. Untuk mendukung kegiatan belajar siswanya,
guru perlu mengetahui tahap keterampilan dan kognitif siswa yang
dipelajarinya. Stimulasi materi yang sesuai dengan tingkat kognitif Siswa terus
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pemberian materi yang terlalu sulit
dapat membosankan dan membingungkan siswa, tetapi memberikan materi
yang terlalu mudah tidak merangsang pemikiran siswa dan juga tidak baik bagi
mereka.
d. Model Kelas
Piaget sebenarnya lebih menekankan pada bentuk personal dari kelas
tersebut. Di sana, semua siswa dapat belajar secara mandiri dan aktif
membentuk pengetahuan mereka. Model ini banyak memberi inspirasi pada
pembukaan sekolah swasta saat ini. Model Piaget juga dapat digunakan di kelas
besar. Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap siswa bebas untuk
mengekspresikan pemikirannya dan selalu kreatif.
Selain itu, teori Piaget dapat digunakan untuk belajar dengan cara-cara berikut:
a. Gunakan pendekatan kontruktivisme
Sejalan dengan pandangan konstruktivis, Piaget menekankan belajar
lebih baik ketika anak-anak aktif dan menemukan solusi untuk diri mereka
sendiri.
b. Fasilitas untuk belajar
Guru yang efektif perlu menciptakan situasi di mana siswa belajar
melalui tindakan.
c. Pertimbangan pengetahuan dan pemikiran anak
Siswa tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong, mereka
memiliki banyak ide tentang dunia fisik dan alam.
d. Gunakan evaluasi berkelanjutan
Makna yang dibangun oleh individu tidak dapat diukur dengan tes
standar. Misalnya, dalam Ujian Kewarganegaraan (menilai kemajuan dan
nilai akhir), siswa mengadakan pertemuan individu untuk membahas
strategi berpikir, dengan penjelasan lisan dan tertulis dari siswa tentang
alasan, dan untuk menilai kemajuan, dapat digunakan sebagai alat.
e. Meningkatkan kemampuan intelektual siswa
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |7

Menurut Piaget, tingkat kemampuan intelektual siswa berkembang


secara alami. Anak-anak tidak boleh ditekan di awal perkembangan sebelum
mereka siap.
f. Ubah kelas menjadi eksplorasi dan penemuan
Guru menekankan bahwa siswa menemukan sendiri dan menarik
kesimpulan mereka sendiri. Guru lebih memperhatikan minat dan
partisipasi alami siswa dalam kegiatan untuk menentukan pelajaran mana
yang akan berlangsung.
2. Implikasi Teori Vygotsky pada Pembelajaran
Menurut Vygotsky, mengajar di zona perkembangan proksimal itu sendiri adalah
"tempat siswa berada dalam proses perkembangan mereka dan memanfaatkan
persiapan mereka. Itu juga menyampaikan keinginan untuk tumbuh. Mereka tidak
hanya menunggu siswa siap”. Implikasi pendidikan utama dari teori Vygotsky adalah
bahwa siswa membutuhkan banyak kesempatan untuk belajar dengan guru yang lebih
berpengalaman dan rekan-rekan mereka. Kelas harus dimulai ke arah ujung atas zona
untuk membantu anak mencapai tujuannya dan maju ke keterampilan serta
pengetahuan yang lebih tinggi. Setidaknya ada lima poin dimana teori Vygotsky bisa
diterapkan pada pelajaran.
a. Nilai ZPD anak, bukan IQ
Vygotsky mengatakan penilaian harus fokus pada mengetahui ZPD siswa.
Guru memberikan siswa tugas kesulitan yang berbeda untuk menentukan tingkat
terbaik untuk memulai pelajaran. ZPD adalah ukuran potensi belajar. ZPD
menekankan bahwa belajar adalah hubungan interpersonal.
b. Pemanfaatan zona perkembangan anak di kelas pembelajaran
Mengajar harus dimulai dari batas atas zona dimana siswa dapat bekerja
sama dengan guru untuk mencapai tujuan. Melalui instruksi dan latihan terus
menerus, siswa mengatur dan menguasai serangkaian tindakan yang diperlukan
untuk melakukan keterampilan yang diharapkan.
c. Gunakan teman sekelas yang lebih berpengalaman sebagai guru
siswa juga dapat memperoleh manfaat dari dukungan dan bimbingan dari
teman sekelas yang lebih berpengalaman.
d. Memantau dan membantu anak-anak dalam menggunakan bahasa pribadi
Carilah perubahan perkembangan melalui self-talk di kelas bawah sekolah
dasar. Di sekolah dasar, dorong siswa untuk menginternalisasi percakapan dan
menyesuaikan diri.
e. Letakkan pelajaran dalam konteks yang bermakna.
Guru menghindari memberikan materi abstrak dan menggantinya dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami pembelajaran di dunia
nyata.
Penerapan teori Vygotsky dalam proses pembelajaran di kelas memberikan hasil
yang baik, sebagaimana dijelaskan dalam artikel berjudul “Menggali Dampak
Perkembangan Kognitif dan Sosial-Emosional Terhadap Pembelajaran” dari Hendrisal.
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |8

Hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat pengetahuan yang rendah perlahan-lahan
meningkatkan pengetahuannya dengan bantuan siswa yang bijaksana. Dengan
bantuan teman sekelas, siswa merasa lebih nyaman dan dapat lebih mudah bertanya
jika ada hal-hal yang mereka tidak mengerti selama belajar. Teori Vygotsky membuat
belajar lebih nyaman karena didasarkan pada kebutuhan wilayah. Ketika seorang
siswa selesai belajar, ia dapat menggunakan keterampilannya untuk bekerja, sehingga
teori dan praktik dapat diselaraskan.
Selanjutnya, artikel berjudul “Teori Vygotsky dan Dampaknya terhadap
Pembelajaran Matematika” karya Rudy Santoso Johannes membutuhkan landasan
pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, pentingnya interaksi sosial untuk
pembelajaran matematika menjadi penting dalam dua hal. Dari sudut pandang
psikologis pembelajar dan dari sudut pandang materi matematika yang dipelajari.
Karena proses pembelajaran pada awalnya dilakukan pada tataran sosial, maka proses
pembelajaran matematika di kelas perlu dilakukan secara interaktif antara siswa
dengan guru, dan antar siswa. Interaksi ini mengarah pada munculnya
intersubjektivitas, kesesuaian antara keduanya, yang memungkinkan kita untuk
memahami, menyelidiki, bernegosiasi, dan menggunakan perspektif orang lain.
Guru matematika di kelas juga harus memberi siswa banyak kesempatan siswa
untuk menginternalisasi diri siswa secara pribadi, guru tidak terburu-buru
memfasilitasi kegiatan pembelajaran, dan harus memberikan jeda waktu antara
kegiatan kelas. Interaksi sosial dalam pembelajaran matematika seharusnya tidak
hanya sebatas dalam bentuk kegiatan interaktif di kelas, tetapi juga harus mencakup
interaksi siswa dengan konteks sosial budaya yang dekat dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas perlu menghadirkan pertanyaan
kontekstual ini, karena kegiatan yang melibatkan masalah ini akan bermakna secara
sosial bagi siswa. Bahkan dengan pendekatan matematis realistis, pertanyaan
kontekstual seperti itu digunakan sebagai titik tolak untuk proses pembelajaran
matematika.

Simpulan
Jean Piaget mengusulkan teori-teori penting perkembangan kognitif anak, termasuk
proses-proses penting berikut: skema, asimilasi dan regulasi, organisasi dan
keseimbangan. Secara teoritis, perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap:
sensorimotori (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11), dan
operasi formal (dari 11 tahun ke atas).
Lev Vygotsky mengajukan teori penting lain tentang perkembangan kognitif.
Pandangan Vygotsky menekankan bahwa keterampilan kognitif harus didasarkan pada
perkembangan, dijembatani secara linguistik, dan ditafsirkan dalam kaitannya dengan
hubungan sosial dan budaya. Zona perkembangan proksimal (ZPD) adalah istilah yang
digunakan oleh Vygotsky untuk serangkaian tugas yang sulit dikuasai anak-anak sendiri,
tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa dan anak-anak yang
Modul Mata Kuliah
Pengembangan Teori Belajar & Pembelajaran |9

berpengalaman. Scaffolding dan dialog merupakan konsep penting dalam teori Vygotsky.
Dia juga percaya bahwa bahasa memainkan peran penting dalam membimbing kognisi.
Teori kognitif yang digagas oleh Piaget dan Vygotsky dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran. Keduanya menekankan bahwa anak-anak secara aktif memahami
dunia. Guru atau supervisor hanyalah fasilitator dan pemandu. Vygotsky berfokus pada
zona perkembangan proksimal anak yang membutuhkan perhatian, menekankan bahwa
anak membangun pengetahuan melalui interaksi sosial, dan menurut teori Vygotsky, anak
memutuskan keterampilan mana yang akan dikembangkan. Tergantung pada alat budaya
yang akan dilakukan.

Daftar Rujukan
Akhmad Syahri. 2019. Pendidikan Karakter: Berbasis Sistem Islamic Boarding School. Batu:
Literasi Nusantara

Ibda, F., ‘Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget’, Intelektualita, 3.1 (2015), 242904

Solso, Maclin & Maclin), and Ni M. D. Swasti.w, ‘Pengantar Psikologi Kognitif Sejarah’, 1–41

Lia Dwi Tresnani, and Muhammad Khoiruzzadi, ‘Program Pembiasaan Harian Dalam
Membentuk Karakter Siswa Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Belajar’, Journal
ISTIGHNA, 3.1 (2020), 32–52 <https://doi.org/10.33853/istighna.v3i1.42>
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 10

Chapter 2

Teori memperoleh proses informasi dari gagne

Oleh:

RIZA RIZQIANA AWWALUL HUDA (210103210018)


ADELIA WARDATULLAILY (210103210027)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 11

Teori Pemrosesan Informasi Oleh Gagne


Adelia wardatul Laily1, Riza Rizqiana Awwalul Huda2
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim; Jln. Ir. Soekarno, No.34, (0324)
531133
210103210027@student.uin-malang.ac.id1, 210103210018@studentuin-malang.ac.id

Abstrak
Proses berpikir merupakan serangkaian proses mulai dari menerima informasi,
mengolah, menyimpan, dan mengambil kembali informasi yang telah disimpan.
Sedangkan teori pemrosesan informasi oleh gangne adalah teori yang menekankan
pada proses berpikir dan mengingat. Dengan demikian tujuan dari artikel ini adalah
memahami bagaiman peroses dalam mengolah informasi oleh teori gangne. Metode
yang digunakan adalah studi kepustakaan, dimana peneliti mendapatkan sumber data
berdasrkan jurnal yang relevan dnegan permasalahan. Teknik analsis data yang
digunakan yaitu dnegan memilah jurnal jurnal yang relevan dnegan permasalah yang
diangkat. Menghasilkan bahwa teori pemrosesan informasi adalah serangkaian
kegiatan dalam menerima informasi, mengolah, dan mengingat kembali. Sehingga
dengan hal ini seseorang dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan mampu
bertindak. Model pemrosesan infromasi oleh gagne meliputi rangkaian mulai dari
stimulus, sensory meomory, short term memory, long term memory, dan respon.

Kata kunci : Pemrosesan, Informasi, Gangne

Abstract

The thinking process is a series of processes starting from receiving information,


processing, storing, and retrieving information that has been stored. While information
processing theory by gangne is a theory that emphasizes the process of thinking and
remembering. Thus the purpose of this article is to understand how the process of
processing information by gangne theory is. The method used is a literature study,
where researchers get data sources based on journals that are relevant to the problem.
The data analysis technique used is by sorting out the journals that are relevant to the
issues raised. Resulting that information processing theory is a series of activities in
receiving information, processing, and recalling. So with this one can solve a problem
and be able to act. Gagne's information processing model includes a series of stimuli,
sensory memory, short term memory, long term memory, and response.

Keywords : Processing, Information, Gangne

A. PENDAHULUAN
Proses berpikir adalah kegiatan atau proses yang mulai dari menerima data atau
informasi, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan, dan selanjutnya diambil
kembali dari ingatan ketika dibutuhkan untuk pengelolaan selanjutnya. Proses
berpikir menurut (Ruggiero, 2011) adalah suatu aktivitas mental yang digunakan
untuk membantu merumuskan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
dan mendapatkan pemahaman. Sementara Lailiyah (2015) juga mengatakan bahwa
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 12

berpikir adalah suatu aktivitas mental yang terjadi secara internal dalam melakukan
pengambilan keputusan. Dapat diambil kesimpulan bahwa proses berfikir adalah
sebagai suatu kegiatan yang terjadi pada diri seseorang dalam otak manusia, yang
dampaknya adalah mampu mengetahuai bagaimana menyelesaikan suatu masalah,
mengetahui langkah dalam berpikir, dan mampu mengambil suatu keputusan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk merangsang proses berpikir adalah
dengan meberikan suatu stimulus kepada pendengar. Stimulus tersebut dapat
berupa pertanyaan atau suatu perosalan untuk dipecahkah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Solso (2008) yang menyatakan bahwa seseorang akan berpikir jika
dihadapkan pada sebuah permasalahan. Dengan demikian, proses berpikir siswa
dapat diketahui berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam
penyelesaian masalah. Dengan begitu pendengar diharap merespon stimulus
tersebut. Proses berfikir ini juga merupakan suatu rangkaian penerimaan informasi
yang akan diserap oleh panca indra kemudia di olah dan simpan dalam waktu yang
panjang.

Salah satu teori yang mengkaji tentang proses berpikir siswa adalah teori
pemresesan informasi (Hasan,2016). Teori pemrosesan informasi adalah teori belajar
kognitif yang menjelaskan tentang pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak atau pikiran (Solso, 2008). Teori pemrosesan
informasi juga merupakan teori yang menekankan pada memori dan proses
berpikir (Kusaeri, 2012). Berkaitan dengan mengingat dan proses yang terjadi dalam
otak, Gubrin juga mengatakan bahwa teori pemrosesan informasi adalah cara yang
mudah untuk memahami fungsi kompleks pada otak manusia yang diperlukan
untuk berpikir dan bertindak. Teori pemrosesan tidak hanya berfokus pada
perubahan perilaku yang nampak. Akan tetapi juga pada pemrosesan informasi
pada diri seseorang. Dengan demikian teori pemrosesan informasi sangat berkaitan
dengan proses berpikir seseorang.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka atau disebut
juga dengan library reseacrh. Studi kepustakaan merupakan proses pengumpulan
informasi ecara mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah,
referensi, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan untuk mendapatkan
jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang diteliti. Data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
primer tersebut meliputi berbagai jurnal yang relevan dengan topik yang dikaji dan
bersumber dari berbagai media online seperti e-book dan google cendekia.
Sedangkan data sekunder adalah data pendukung dalam penelitian. Objek Material
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 13

pada tulisan ini adalah jurnal dan elektronic book tentang problematika
pembelajaran daring dalam jenjang pendidikan anak usi dini. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menentukan fokus permasalah
yang akan dibahas, kemudian menentukan tujuan dan mencari berbagai jurnal yang
relevan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan memilah jurnal yang sesuai dan yang tidak sesuai.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Teori Pemrosesan Informasi Oleh Gagne

Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang digagas oleh Robert
Gagne. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memproses suatu informasi. Model pemrosesan Informasi didasari
oleh teori belajar lognitif yang berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
informasi lebih merujuk pada kemampaun peserta didik dalam memngolah suuatu
informasi atau stimuli dari lingkungannya, menyusun data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan memnggunakan simbol visual atau verbal. Teori
pemrosesan informasi /kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya
adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
(Rehalat,2020). Pembelajaran merupakan keluaran pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia. Selain itu memori jangka panjang manusia berisi
gambaran-gambaran dari berbagai macam pengenalan pola. Teori pemrosesan
informasi juga merupakan teori yang menekankan pada memori dan proses
berpikir (Kusaeri, 2012). Teori pemrosesan informasi merupakan cara yang relatif
mudah untuk memahami fungsi kompleks pada otak manusia yang diperlukan
untuk berpikir dan bertindak (Amamah, 2016).

Dalam teori pemrosesan informasi ini sangat mebutuhkan adanya proses


berfikir kognitif. Proses berpikir merupakan suatu proses yang dimulai dari
menerima data atau informasi, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan, yang
selanjutnya diambil kembali dari ingatan ketika dibutuhkan untuk pengolahan
selanjutnya (Jorczak, 2011). Proses berpikir adalah suatu kegiatan mental yang
digunakan untuk membantu seseorang untuk menyelesaikan masalah, membuat
suatu keputusan,dan mendapatkan pemahan terhadap suatu konsep. Sementara
Lailiyah (2015) juga mengatakan bahwa berpikir adalah suatu aktivitas mental yang
terjadi secara internal dalam melakukan pengambilan keputusan. Dengan
demikian, proses berpikir dapat diartikan sebagai aktivitas yang terjadi secara
internal dalam otak manusia, sehingga untuk mengetahui bagaimana langkah
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah diperlukan sesuatu yang dapat
merangsang proses berpikir siswa.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 14

Gagne mengembangkan pemrosesan informasi dalam pembelajaran dengan


mengenai model proses belajar yang meliputi: 1) informasi yang berasal dari
stimulus yang diterima oleh panca indra kemudian disalurkan ke pusat syaraf, 2)
pemilihan informasi dilakukan secara selektif, dalam arti ada yang tersimpan dalam
memori jangka pendek atau jangka panjang, bahkan ada yang terbuang atau
terlupakan, 3) memori yang ada tercampur dengan memori baru, dan setelah diolah
sehingga dapat diungkapkan kembali. Dalam pemrosesan informasi terdapat dua
hal yang mempengaruhi. Pertama kondisil eksternal yaitu rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi diri siswa dalam proses pembelajaran. Kedua
yaitu kondisi internal merupakan keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan pross kognitif yang terjadi dalam diri siswa.

Komponen Pemrosesan Informasi Oleh Gagne

Teori pemrosesan informasi terdiri dari beberapa komponen, antara lain


komponen penyimpanan informasi dan komponen proses kognitif (Amamah dkk,
2016). Komponen penyimpanan informasi terdiri dari:

a. Sensory memory/sensory register adalah proses masuknya suatu informasi


kedalam memori.
b. Short term memory adalah Memori jangka pendek, memori yang memiliki
kapasitas terbatas dan hanya berlangsung selama 20-30 detik dalam
keberadaanya.
c. Long term memory Memori jangka panjang, memori yang tidak memiliki
batasan kapasitas dan berlangsung mulai dari hitungan menit hingga
selamanya.
Sedangkan komponen dalam proses kognitif terdiri dari:

a. Attention atau perhatian. Diamana seseroang yang telah menirima informasi akn
mengambil informasi yang dianggap perlu adanya perhatian.
b. Perception merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindranya.
c. Retrievial atau pengambilan, dimana proses ini pengambilan informasi yang
telah diterima oleh seseorang.
d. Rehearsal atau latihan
e. Endcoding merupakan proses mengubah data dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 15

Model Pemrosesan Informasi

Stimulus
Rehearsal
Selective
Attentio Encoding

Sensory n Short Long


memory Term Term
Perceptio Memory Retrieval Memory
n

Response

Gambar 1.1 Model Pemrosesan Informasi


Terjadinya pemrosesan informasi berawal dari adanya stimulus atau
informasi yang masuk kesensory memory/sensory register melalui alat indra
(Hitipiew, 2009). Informasi yang masuk kesensory register kemudian akan
diseleksi (selective attention), informasi yang tidak diberikan perhatian akan
langsung terlupakan, sedangkan informasi yang diberikan perhatian akan
diteruskan kedalam short term memory (memori jangka pendek). Hasil dari
seleksi informasi akan menimbulkan persepsi. Ketika informasi terus diberikan
perhatian dan sering terjadi rehearsal (pengulangan), maka informasi yang
sudah diberikan persepsi tersebut akan masuk kelong term memory (memori
jangka panjang). Setelahberada di long term memory, informasi dapat diperoleh
kembali dengan melakukan retrieval (pemanggilan informasi yang terdahulu)
melalui strategi tertentu atau informasit ersebut akan terlupakan (gagal atau
tidak dapat diperoleh kembali) karena adanya kekurangan dalam sistem
memori atau penyimpanannya.
Beberapa fase dalam model pembelajaran pemrosesan informasi, dimana
setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa,
berikut merupakan fase-fase pada model pemrosesaninformasi (Al-
Mahiroh&Suyadi, 2020).
1. Adanya motivasi, dimana fase ini memberikan harapan kepada siswa
agar siswa mampu memenuhi keingintahuan terhadap suatu
pembahasan.
2. Faseberikutnya pengenalan, dimana fase ini merupakan fase dimana
siswa harus memberikan perhatian dalam proses belajar berlangsung.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 16

3. Fase perolehan, dimana fase ini siswa memperhatikan informasi yang


relevan untuk melihat siswa siap menerima pembelajaran.
4. Fase retensi. Dimana informasi yang sudah didapat baru dipindahkan
dari memori jangka pendek (short term memory) menuju memori jangka
panjang (long term memory). Fase ini terjadi melalui pengulangan
kembali, praktik, elaborasi dan lain sebagianya.
5. Fase pemanggilan, pada fase diman auntu kmengungkapkan keluarnya
informasi yang telah dimiiki dan disimpan dalam ingatan masing-
masing.
6. Fase Generalisasi, fase di mana siswa dapat belajar memanfaatkan
informasi yang diperoleh direalisasikan dengan permasalahan yang
relevan sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
7. Fase penampilan, fase ini merupakan fase siswa yang mampu
menampilkan dan memperlihatkan keterampilan sebagai hasil belajar.
8. Faseum panbalik, fase ini siswa sudah memperoleh umpan balik
mengenai penampilan merea sebagi bentuk evaluasi terhadap kemapuan
yang dimiliki oleh siswa.
Sehingga disimpulkan bahwa dari beberapa fase yang sudah dipaparkan
diatas bahwa model pemrosesan informasi ini melaui beberapa fase dimana
didalamnya terdapat memori jangka pendek (short term memory) kemudian
dilanjutkan dalam memori jangka panjang (long term memory).

Implementasi Model Pemrosesan Informasi


Proses pembelajaran dengan model pemrosesan informasi menurut Gagne
adalah menerapkan Sembilan pengalaman instruksional yang mana sembilan
pengalaman instruksional dalam pembelajaran tersebut didalamnya adalah guru
harus dapat menarik perhatian dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Kemudian guru dapat menginformasikan peserta didik apa tujuan pembelajaran
tersebut. Guru mengingatkan kembali apa yang telah dipelajari pada pembelajaran
sebelumnya. Kemudian pelaksanaan pembelajaran biasanya dalam RPP dinamakan
inti kegiatan pembelajaran, dalam hal tersebut tentunya memberikan materi
pelajaran dan membimbing belajar, dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik. Dan guru juga memberikan feedback atau umpan balik pada siswa tentang
materi yang diberikan tersebut yang sudah ditangkap olehs iswa benar atau salah.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 17

Dan memberikan hasil pembelajaran dengan cara memberikan evaluasi kepada


peserta didk dengan mempertinggi dan memperdalam retensi (Tarihoran, 2021).
Penerapan teori informasi ini banyak digunakan oleh para guru dalam berbagai
pembelajaran untuk melihat cara berpikir, atau untuk membentuk keterampilan
pemecahan masalah dan masih banyak lagi. Banyak dilakukan oleh guru dengan
cara melakukan penelitian terhadap peserta didik dengan teori pemrosesan
informasi. Dimana dengan berbagai penelitianlainnya diambil beberapa untuk
memberikan pengetahuan tentang penerapan pembelajaran dengan teori
pemrosesan informasi. Pada artikel oleh Akhmad Nayazik dengan judul
―Pembentukan Keterampilan Pemecahan Masalah Melalui Model IDEAL Problem
Solving dengan Teori Pemrosesan Informasi‖ bahwa didapatkan hasil bahwa teori
pemrosesan informasi ini menganalisis cara kerja siswa dengan memanipulasi
informasi, memonitor dan menciptakan strategi untuk menanganinya. Dan dengan
teori pemrosan informasi kemampuan memperhatikan informasi yang relevan
meningkat dengan mantap (AkhmadNayazik, 2017).

Pada artikel yang ditulisoleh Indah Syafitri, Subanji, dan Dwiyana dengan judul
―Proses Berpikir Siswa Tunanetra Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Ditinjau Dari Teori Pemrosesan Informasi‖ bahwa proses teori pemrosesan
informasi oleh Gagne dikaitkan dengan siswa tunanetra yang mana mendapatkan
hasil bahwa Proses berpikir siswa tunanetra dimulai dari adanya stimulus, stimulus
berupa soal masuk kedalam sensory register siswa tunanetra melalui indra
perabaan dan indra pendengaran, kemudian memasuki short-term memory setelah
sebelumnya melalui tahap selective attention dan perception, dalam short-term memory
informasi lama berupa konsep-konsep yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah dipanggil dari long-term memory (retrieval), ketika informasi meninggalka
short-term memory, ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu informasi akan
menujuke long-term memory (encoding) dan atau akan diteruskan menuju lingkungan
berupa respon atau jawaban siswa (Indah Syafitri, Dkk., 2016).

Penelitian lain juga menggabungkan teori pemrosesan informasi yang


digunakan untuk melihat proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah
sepertihalnya artikel yang ditulisoleh Kusaeri, SitiLailiyah, YuniArrifadah, dan
Ni‘matul Hidayati dengan judul ―Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika Berdasrkan Teori Pemrosesan‖ yang hasilnya adalah para
siswa menerima informasi atau stimulus berupa soal matematika melalui sensory register
dengan indra penglihatan dan pendengaran. Kemudian terjadi attention setelah siswa
membaca soal dan muncul perception saat memahami soal. Perception terjadi ketika siswa
melakukan retrieval konsep yang dibutuhkan dari long term memory untuk menyelesaikan
masalah. Perbedaan saat melakukan retrieval pada masing-masing siswa yaitu siswa yang
berkemampuan matematika tinggi mengalami lupa atau forgotten lost terhadap suatu
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 18

konsep tertentu. Sedangkan siswa yang berkemampuan matematika sedang mengalami


kesalahan atau retrieval failure dalam menjelaskan konsep terkait pengertian sudut elevasi.
Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan matematika rendah sering mengalami
kesalahan dan lupa dikarenakan konsep-konsep yang dibutuhkan di short term memory
tidak tersimpan dengan baik oleh long term memory (Kusaeri, Dkk., 2018).

D. KESIMPULAN
Teori pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang digagas oleh Robert
Gagne. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memproses suatu informasi. Model pemrosesan Informasi didasari
oleh teori belajar lognitif yang berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam
memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan
informasi lebih merujuk pada kemampaun peserta didik dalam memngolah suuatu
informasi atau stimuli dari lingkungannya, menyusun data, memecahkan masalah,
menemukan konsep, dan memnggunakan simbol visual atau verbal. Teori
pemrosesan informasi terdiri dari beberapa komponen, antara lain komponen
penyimpanan informasi dan komponen proses kognitif. Komponen penyimpanan
Informasi meliputi; sensory memory, short term memory, long term memory, dan
respon. Sedangkan kompenen proses kogniitf meliputi; attention, percetion,
retrievial, rehersial, dan encoding.

Terjadinya pemrosesan informasi berawal dari adanya stimulus atau informasi


yang masuk kesensory memory/sensory register melalui alat indra. Informasi yang
masuk kesensory register kemudian akan diseleksi (selective attention), informasi yang
tidak diberikan perhatian akan langsung terlupakan, sedangkan informasi yang
diberikan perhatian akan diteruskan kedalam short term memory (memori jangka
pendek). Hasil dari seleksi informasi akan menimbulkan persepsi. Ketika informasi
terus diberikan perhatian dan sering terjadi rehearsal (pengulangan), maka
informasi yang sudah diberikan persepsi tersebut akan masuk kelong term memory
(memori jangka panjang). Setelahberada di long term memory, informasi dapat
diperoleh kembali dengan melakukan retrieval (pemanggilan informasi yang
terdahulu) melalui strategi tertentu atau informasit ersebut akan terlupakan

REFERENSI

Al-Mahiroh, Rifqiyyatus Sholihah.(2020). Kontribusi Teori Kognitif Robert M. Gagne


dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jawa Barat; CV. Audia Permata.
Amamah, S, dkk.(2016). Proses Berpikir Siswa SMP Bergaya Kognitif Field Dependent
dan Field Independent dalam Menyelesaikan Masalah Berdasarkan Teori
Pemrosesan Informasi, Jurnal Pendidikan, 1(2), 237-245.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 19

DestikaTarihoran, Dkk. (2021).TeoriBelajar Robert Mills Gagne


danPenerapanDalamPembelajaranMatematika. JurnalMathEdu Vol. 4 No. 3
InstitutPendidikanTapanuli Selatan.
Hasan, B. (2016). Proses Berpikir Mahasiswa dalam Mengkonstruksi Bukti
Menggunakan Induksi Matematika Berdasarkan Teori Pemrosesan Informasi.
Jurnal Apotema, 2(1), 33-40.
Kusaeri, K. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dengan Menggunakan Model DINA,
untuk Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar (Doctoral
dissertation, UNY).
Lailiyah, S. (2015). Karakterisasi Penstrukturan Pada Penalaran Analogi Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Rehalat, A. (2020). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 23(2), 1-10.
RifqiyyatushSholihah Al-Mahiroh. (2020). KontribusiTeoriKognitif Robert M. Gagne
dalamPembelajaranPendidikan Agama Islam. Qalamuna: JurnalPendidikan,
Sosial, dan Agama. Vol. 12 No. 2
Solso, R. L., Maclin, O.H. & Maclin, M.K. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Syafitri, I., & Subanji, D. (2016.). Proses Berpikir Siswa Tunanetra Dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika Ditinjau Dari Teori Pemrosesan Informasi.
Tarihoran, D., Ritonga, M. H. N., &Lubií, R. (2021). Teori Belajar Robert Mills Gagne
Dan Penerapan Dalam Pembelajaran Matematika. In Mathematic Education
Journal) MathEdu (Vol. 4, Issue 3). http://journal.ipts.ac.id/index.php/
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 20

Chapter 3
Experience learning

Oleh:

ZAKIYATUS SOFIA (210103210019)

ANGGUR NUR FATIMAH (210103210024)


Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 21

Experiential Learning
Zakiyatus Sofia*1, Anggur Nur Fatimah*2
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: *1210103210019@student.uin-malang.ac.id, *2210103210024@student.uin-
malang.ac.id

Abstrak. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan minat,
bakat, serta potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran
yang ada di sekolah formal maupun non formal. Pengalaman yang didapat anak dalam
proses pembelajaran dan pengalaman diluar sekolah juga bisa menjadi pembelajaran
bagi anak. Salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk mendapatkan
pembelajaran melalui pengalaman belajaranya adalah experiential learning. Pada artikel
ini akan dibahas mengenai pengertain experiential learning, konsep dari experiential
learning, karakteristik experiential learning, aspek yang ada pada experiential learning,
prosedur experiential learning, serta pengimplementasian dari experiential learning dalam
proses belajar dan mengajar. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah library researh dengan teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini aialah menggunakan analisis konten (content analysis).

Kata kunci. Pembelajaran; Pengalaman; Siswa.

Abstract. Education is important for the development of a nation because education is a


forum for the nation's generation to develop their interests, talents, and potential. This
can be achieved through learning in formal and non-formal schools. The experiences
that children get in the learning process and experiences outside of school can also be
learning for children. One of the learning models that encourage students to get
learning through their learning experiences is experiential learning. In this article, we
will discuss the meaning of experiential learning, the concept of experiential learning,
characteristics of experiential learning, aspects of experiential learning, experiential
learning procedures, and the implementation of experiential learning in the teaching
and learning process. The form of research used in writing this article is library
research. The data analysis technique used in this research is content analysis.

Keywords. Learning; Experience; Student.

A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan
minat, bakat, serta potensi yang dimilikinya. Pendidikan dapat ditempuh melalui
sekolah formal maupun sekolah non formal. Seluruh anak berhak untuk
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 22

mendapatkan pendidikan untuk dapat menjadi penerus bangsa. penting bagi guru
untuk daat mengetahui kemampuan setiap peserta didik guna menerapkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, serta sesuai dengan
lingkungan pembelajaran. Pengalaman yang didapat anak dalam proses
pemebalajarn dan pengalaman diluar sekolah juga bisa menjadi pembelajaran bagi
anak. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa juga
merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru dan peserta didik.
Model pembelajaran merupakan suatu strategi atau cara yang digunakan guru
dan diterapkan pada siswa agar siswa mampu mendapatkan pengalaman belajar
yang baik serta mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran
adalah experiential learning. Experiential learning adalah model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar melalui pengalaman yang ia peroleh, baik dalam
proses pembelajaran maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-harinya.
Pengalaman tersebut kemudian dijadikan bahan pelajaran agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan melalui pengalamannya pribadi.
Pada artikel ini akan dibahas mengenai pengertain experiential learning, konsep
dari experiential learning, karakteristik experiential learning, aspek yang ada pada
experiential learning, prosedur experiential learning, serta pengimplementasian dari
experiential learning dalam proses belajar dan mengajar.

B. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah library
researh atau studi kepustakaan, yang merupakan studi penelitian dengan
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai material yang ada di
perpustakaan. Bahan material yang ada pada tulisan ini ialah jurnal ilmiah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena
peneliti bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru mengenai hal yang terkait
dengan topik. Adapaun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
aialah menggunakan analisis konten (content analysis), yang mana penelitian ini
bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu informasi tertulis atau tercetak
dalam media massa, yang membahasa mengenai hal yang terkait dengan topik
penelitian yaitu experiential learning.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Experiential Learning
Metode experience learning, menurut Zaini (2002:2) termasuk pembelajaran
aktif. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak
mahasiswa belajar aktif. Ketika mahasiswa belajar dengan aktif, berarti mereka
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 23

yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dalam model experience learnning


sangat ditekankan pada aspek pengalaman, sehingga peserta didik membuat
pengalaman, ekspresi, improvisasi dan penghayatan dalam proses belajar. Model
pembelajaran experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pembelajaran akan lebih
terpusat pada pengalaman-pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan
siswa mampu membimbing diri sendiri.
Savicki (2008) mengemukakan bahwa model experiential learning memainkan
peran penting dalam meningkatkan sensitivitas dan kompetensi interkultural.
Pembelajar lebih kritis terhadap informasi yang diterima dan mampu untuk
menyerap kompetensi yang berbeda dengan kompetensi yang sudah dimilikinya.
Pada akhirnya, hal tersebut akan membawa pada proses pembelajaran yang
positif dan sangat kuat.
Selanjutnya Caulfield & Woods (2013) melakukan penelitian kepada 25
partisipan, dan hasilnya mengindikasikan bahwa 94.7% partisipan mempunyai
pengaruh pengalaman pembelajaran yang tinggi ketika berpartisipasi dalam
experiential learning. Partisipan juga menunjukkan perilaku yang bertanggung
jawab secara sosial karena pengalaman pembelajaran itu. Misalnya, perilaku
bertanggung jawab berlanjut selama tiga tahun setelah kelas berakhir. Penelitian
ini menunjukkan bahwa experiential learning mampu mengubah dan
mempertahankan kemampuan individu dalam waktu yang relatif panjang.
Senada dengan kedua pendapat di atas, Clark et al. (2010) berpendapat
bahwa experiential learning merupakan metodologi pembelajaran yang tepat.
Pembelajar mampu memperoleh nilai-nilai keterampilan. Nilai-nilai tersebut
mempertemukan antara pengalaman ketika pelaksanaan pembelajaran dengan
kesempatan yang signifikan bagi pembelajar untuk belajar di luar pelaksanaan
pembelajaran tersebut.
Experiential learning berdasarkan seperangkat asumsi tentang pembelajaran
dari pengalaman. Pembelajaran ini diidentifikasikan oleh Boud, Cohen, dan
Walker (1993) sebagai pengalaman yaitu fondasi dari stimulus untuk belajar.
Pembelajar secara aktif mengkonstruk pengalaman mereka sendiri. Belajar adalah
proses holistik, pembelajaran dikonstruk secara sosial dan kultural dan
pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosial-emosional dimana pembelajaran
terjadi. Pengalaman individu di dunia nyata akan dibawa ke dalam lingkungan
pembelajaran, dan selalu memperhatikan antara diri individu dengan lingkungan
fisik maupun sosial.
Yamazaki & Kayez (2004) menyatakan bahwa experiential learning
menekankan totalitas proses pembelajaran manusia, dimana pengalaman
membentuk fondasi untuk empat mode pembelajaran yaitu merasakan,
merefleksikan, memikirkan, dan melakukan. Experiential learning atau
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 24

pembelajaran berbasis pengalaman menekankan bahwa pengalaman memainkan


peran sentral dalam proses pembelajaran. Experiential learning melibatkan diri
pembelajar secara sadar (self awareness). Beard & Wilson (2006) mendefinisikan
experiential learning sebagai proses pembuatan rasa dari keterlibatan aktivitas
antara dunia dalam diri pembelajar dan dunia di luar lingkungan pembelajar.
Jadi, antara pembelajar dan lingkungan terjadi interaksi yang dapat menimbulkan
pembelajaran yang bermakna. Dalam hal ini, fasilitator membantu untuk
membuat lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pengalaman
pembelajaran.
Berdasarkan berbagai konsep di atas, model experiential learning dalam
pembelajaran adalah model belajar dan mengajar yang digunakan dengan
mengajak peserta didik untuk mengalami pembelajaran yang diselenggarakan
dengan partisipasi aktif (concrete experience), mengamati dengan cermat tentang
pembelajaran yang dijalani (reflective observation), kemudian mampu memperoleh
makna-makna kunci dari pembelajaran itu diluar lingkungan pembelajaran yang
diikuti (abstract conceptualitation), yang pada akhirnya mampu menerapkan dalam
kehidupan berdasarkan makna kunci yang ditemukan sesuai dengan kreativitas
diri (active experimentation).
2. Konsep Experiential Learning
Experiental learning theory (ELT), yang kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experiential learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal
1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holiostik
dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran
sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori-
teori belajar lainnya. Istilah ―experientrial‖ di sini untuk membedakan anatara teori
belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi lebih daripada afektif. Dan
teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam
proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007: 165).
Model experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiential learning
menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

3. Karakteristik Experiential Learning


Kolb menyatakan tentang karakteristik experiential learning yaitu:
a. Learning is best conceived as a process, not in term of outcome
b. Learning is continous process grounded in experience
c. The process of learning requires the resolution of conflict between dialectically opposed
modes of adaptation the world
d. Learning is holistic process of adaptation to the world
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 25

e. Learning involves transactions between the person and the environment


f. Learning is the process of creating knowledge
Berdasarkan pernyataan Kolb tersebut dapat diartikan bahwa
a. Belajar terbaik dipahami sebagai suatu proses. Tidak dalam kaitannya dengan
hasil yang dicapai
b. Belajar adalah suatu proses kontinu yang didasarkan pada pengalaman
c. Belajar memerlukan resolusi konflik-konflik antara gaya-gaya yang berlawanan
dengan cara dialektis untuk adaptasi pada dunia
d. Belajar adalah suatu proses yang holistik untuk adaptasi pada dunia
e. Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan
f. Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan.
4. Aspek Experiential Learning
Experiential learning itu sendiri berisi 3 aspek yaitu:
a. Pengetahuan (konsep, fakta, informasi)
b. Aktivitas (penerapan dalam kegiatan)
c. Refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu)
Sedangkan dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4 tahapan
yang harus dilalui yaitu:
a. Experiencing, tantangan pribadi atau kelompok
b. Reviewing, menggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari
pengalaman yang didapat
c. Concluding, menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan
sekarang
d. Planning, menerapkan hasil pembelajaran yang dialaminya.
5. Prosedur Experiential Learning
Model pembelajaraan experiential learning merupakan model pembelajaraan
yang memperhatikan dan menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami
dan dipelajari oleh peserta didik. Model experiential learning sebagai pembelajaran
dapat dilihat sebagai sebuah siklus yang terdiri dari dua rangkaian yang berbeda,
memiliki daya tangkap dalam pemahaman dan memiliki tujuan yang
berkelanjutan.
Fathurrohman berpendapat bahwa ―Pada dasarnya pembelajaran model
experiential learning ini sangat sederhana dimulai dengan melakukan (do),
reflekcikan (reflect), dan kemudian penerapan (apply). Jika dielaborasi lagi maka
akan terdiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami (experience),
berbagi (share), analisis pengalaman tersebut (procces), menarik kesimpulan
(generalize), dan penerapan (apply).‖ Masing-masing tujuan dari rangkaian
tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu
concrete experience, reflective observation, abstact conceptualization, dan active
experimentation.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 26

Gambar C.1 Pembelajaran Experiential Learning

Fathurrohman (2015: 134-135) Adapun penjabaran dari langkah-langkah


tersebut adalah sebagai berikut:
a. Concrete experience (felling) : Belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik.
Peka terhadap situasi.
b. Reflective observation (watching) : Mengamati sebelum membuat suatu keputusan
dengan mengamati lingkungan dari perspektif -perspektif yang berbeda.
c. Abstract conceptualitation (thinking) : Analisis logis dari gagasan-gagasan dan
bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi.
d. Active experimentation (doing) : Kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal
dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa.
Termasuk pengambilan resiko.
e. konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman baru.
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif,
seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan, yakni:
Tabel C.1 Empat Kemampuan Menurut Teori Experiential Learning
No. Kemampuan Uraian Pengutamaan

1. Concrete Experience Siswa melibatkan diri Feeling


(CE) sepenuhnya dalam pengalaman. (perasaan)

2. Reflection Observation Siswa mengobservasi dan Watching


(RO) merefleksikan atau memikirkan (mengamati)
pengalaman dari berbagai segi.
3. Abstract Ssiwa menciptakan konsep- Thinking
Conceptualization konsep yang mengintegrasikan (berpikir)
(AC) observasinya menjadi teori yang
sehat.
4. Active Experimental Siwa menggunakan teori untuk Doing (berbuat)
(AE) memecahkan masalah-masalah
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 27

dan mengambil keputusan.

6. Implementasi Experiential Learning


Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif,
seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan, yakni:
a. ‘Ice breaking‟ di awal pembelajaran untuk membangkitkan semangat para
peserta.
b. Mengembangkan atmosfer pembelajaran yang kondusif dan suportif.
c. Memperkenalkan kegembiraan dalam pengerjaan tugas pembelajaran.
d. Mendorong berfikir kreatif.
e. Membantu para peserta melihat dari perspektif yang berbeda.
f. Meningkatkan kesadaran akan perlunya berubah.
g. Meningkatkan kesadaran diri.
Pada tahap Active Experimentation atau yang dikenal dengan tahap
implementasi ini dilakukan dengan kegiatan percobaan sederhana oleh peserta
didik tentang panas dan perpindahannya, mengerjakan LKS berdasarkan
percobaan yang dilakukan, penyimpulan materi pembelajaran, serta pemberian
soal evaluasi untuk menguji pemahaman peserta didik. Langkahlangkah yang
dilakukan sesuai dengan pendapat Fathurrohman bahwa setelah peserta didik
melakukan aktivitas percobaan sederhana, peserta didik dipacu untuk
mengabstraksikan sendiri pengalamannya untuk memperoleh kesimpulan. Untuk
memperkuat pemahaman, dilakukan kegiatan menyimpulkan pembelajaran
bersamasama dan kegiatan evaluasi sekaligus membahas jawaban evaluasi.

D. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa
karena pendidikan adalah wadah bagi generasi bangsa dalam mengembangkan
minat, bakat, serta potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui
pembelajaran yang ada di sekolah formal maupun non formal. Pengalaman yang
didapat anak dalam proses pembelajaran dan pengalaman diluar sekolah juga bisa
menjadi pembelajaran bagi anak. Salah satu model pembelajaran yang megajak
siswa untuk mendapatkan pembelajaran melalui pengalaman belajaranya adalah
experiential learning. Konsep dari experiential learning ialah pembelajaran melalui
pengalaman. Karakteristik experiential learning ialah proses belajar yang digunakan
untuk adaptasi terhadap dunia karena melibatkan hubungan antara seseorang
dengan lingkungannya. Aspek yang ada pada experiential learning antara lain adalah
pengetahuan aktivitas dan refleksi. Prosedur experiential learning antara lain adalah
concrete experience (felling), reflective observation (watching), abstract conceptualitation
(thinking), dan active experimentation (doing). Serta pengimplementasian dari
experiential learning dalam proses belajar dan mengajar salah satunya adalah dengan
melakukan ice breaking.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 28

REFERENSI

Admin. Macam Macam Metode Pembelajaran, pengertian, Jenis, dan Contohnya. Akses
https://fkipuniska.ac.id/macam-macam-metode-pembelajaran-pengertian-jenis-
dan-contohnya/, pada Jumat, 24 Desember 2021 pukul 05.45 WIB.

Barida, Muya. 2018. Model Experiential Learning dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Mahasiswa. Jurnal Fokus Konseling Universitas Ahmad Dahlan,
Volume 4, Nomor 2, 2018.

Huda, Fatkhan Amirul. Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Experiental


Learning. https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-
pembelajaran-experiental-learning/

Hariyanti, Arum, Suhartono, dan Moh. Salimi. 2018. Penerapan Model Experiential
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Tema Panas Dan Perpindahannya Di
Sekolah Dasar. Jurnal: Pijar MIPA, Volume 14, Nomor 1, Maret 2018.

Nurhasanah, S., Adam Malik, D. Mulhayatilah. 2017. Penerapan Model Experiential


Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Wahana
Pendidikan Fisika, Volume 2, Nomor 2, September 2017.

Prasetyo, Apri Dwi. Makalah Model Pembelajaran Experiential Learning. Akses


https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-model-pembelajaran-
experiential-learning/, pada Senin, 6 Desember 2021 pukul 14.29 WIB.

Prawiro, M. Metode Pembelajaran: Pengertian, Macam-Macam, Fungsi, dan Tujuannya.


Akses https://www.maxmanroe.com/vid/umum/metode-pembelajaran.html,
pada Jumat, 24 Desember 2021 pukul 05.43 WIB.

Purnami, Rahayu S., Rohayati. Implementasi Metode Experiential Learning Dalam


Pengembangan Softskills Mahasiswa Yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen
Dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rumijati, Aniek. 2011. Implementasi Metode Experience Learning Sebagai Upaya Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran Matakuliah Perilaku Organisasi. Jurnal Manajemen Bisnis,
Voluem 1, Nomor 01, April 2011.

Sholihah, Dyahsih Alin, dan Ali Mahmudi. 2015. Keefektifan Experiential Learning
Pembelajaran Matematika MTs Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, Volume 2, Nomor 2,
November 2015.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 29

Sriani, Ni Ketut, I Made Sutama, dan Ida Ayu Made Darmayanti. 2015. Penerapan Model
Pembelajaran Experiential Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf
Deskripsi pada Siswa Kelas VII B Smp Negeri 2 Tampaksiring. Jurnal: e-Journal
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Volume 3, Momor 1, 2015.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 30

Chapter 4
Student Center learning

Oleh:

IKRIMA FAIQOTUL HIMMAH (210103210015)


NOVA HEXA MINUNG JAMILA (210103210025)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 31

Pembelajaran Dengan Pendekatan Student Centered Learning Di Sekolah


Student Center learning

IKRIMA FAIQOTUL HIMMAH*1, NOVA HEXA MINUNG JAMILA*2


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang; Jalan Gajayana No 50
Malang, telp Telp: +62-341 551-354
e-mail: * 210103210015@Student.uin.ac.id , *2210103210025@Student.uin.ac.id
1

DOI:

Abstract. This article aims to discuss learning with the Student Centered Learning
approach in schools. One of the methods of learning that must be applied in schools is
the change from Techer Centered Learning. become Student Centered Learning. The
Student Centered Learning approach in learning at school will empower students as
center during the learning process. Learning with the Student Centered Learning
approach, students are trained to form positive, open, patient and creative self-concepts
and process in experience. Thus, the Student Centered Learning approach in learning in
schools, students have a strong desire with the surrounding environment and also as
coaches. , the inventor and transformation of knowledge. Therefore, the application of
innovative Student Centered Learning helps students understand concepts by
connecting the content being studied with the real life of students who are integrated
into integrated learning. This research method uses literature review, which is a type of
library research that is carried out by reading various books, journals, and other
publications related to the research topic, to produce an article relating to a particular
issue. The results of this study indicate that by using the Student Centered Learning
approach, students can understand learning materials at school more easily.

Keyword. Student Centered Learnin, Techer Centered Learning, students, Learning


environment

Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk membahas pembelajaran dengan pendekatan Student
Centered Learning di sekolah. Salah satu penbelajaran dengan metode ini yang harus di
terapkan di sekolah adalah perubahan dari Techer Centered Learning. menjadi Student
Centered Learning. Pendekatan Student Centered Learning dalam pembelajaran di sekolah
akan memberdayakan peserta didik sebagai centerd(pusat) selama proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan Student Centered Learning, peseta didik dilatih untuk
membentuk konsep diri yang positif, terbuka, sabar dan kreatif sesta berproses dalam
pengalaman dengan demikian, pendekatan Student Centered Learning dalam
pembelajaran di sekolah peserata didik memiliki keinginan yang kuat dengan
lingkungan sekitar dan juga sebagai pembina, penemu dan transformasi pengetahuan.
Oleh karena itu, Penerapan Student Centered Learning yang inovatif membantu peserta
didik memahami konsep-konsep dengan menghubungkan antara konten yang
dipelajari dengan kehidupan nyata peserta didik yang terintegrasi kepembelajaran
terpadu. Metode penelitian ini menggunakan literature riview merupakan jenis
Penelitian kepustaakn yang dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan
terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 32

suatu tulisan yang berkenaan dengan isu tertentu. Hasil penelitian ini Menunjukan
bahwa dengan mmenggukan pendekatan Student Centered Learning peserta didik bisa
memahami materi pembelajaran di sekolah lebih mudah.

Kata kunci. Student Centered Learnin, Techer Centered Learning, peseta didik, Lingkungan
belajar

Abstract. Ditulis dalam Bahasa Inggris


Keywords. Ditulis dalam Bahasa Inggris

Received: Approved:
Revised: Published:
Copyright © Madrasah Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. All Right Reserved.
This is an open access article under the CC BY-SA license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Correspondence Address: 210103210015@Student.uin.ac.id

E. PENDAHULUAN.
Salah satu perubahan dalam pembelajaran adalah perubahan dari Techer
Centered Learning menjadi Student Centered Learning. Dalam hal ini, pendekatan Student
Centered Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberdayakan peserta
didik sebagai center selama proses pembelajaran. ―Pendekatan ini muncul sebagai
alternatif untuk mengatasi ketidak kesuaian dalam pendekatan Techer Centered
Learning (Rini, 2019). Aktor utama dari pengajaran dan perencanaan yang berpusat
pada peserta didik adalah peserta didik dan bukan guru. Pembelajaran dengan
pendekatan Student Centered Learning, peserta didik dilatih untuk membentuk konsep
diri yang positif, terbuka, sabar dan kreatif serta berproses dalam pengalaman(Evelin
and Hartini,2014).

Techer Centered Learning dan Student Centered Learning adalah dua pola
pembelajaran yang berbanding terbalik. Saat di mana Techer Centered Learning lebih
berpusat kepada pendidik, maka Student Centered Learning lebih menekankan pada
keaktifan peserta didik dalam kelas. Di dalam setting Techer Centered Learning, motivasi
peserta didik dalam belajar lebih banyak ekstrinsik karena bertumpu pada reward dan
punishment yang diberikan oleh guru. Keadaan yang berbeda dijumpai pada kelas
Student Centered Learning di mana peserta didik didorong untuk belajar secara mandiri,
bekerja dan belajar untuk menemukan banyak ide-ide, pengetahuan serta keterampilan
baru berdasarkan motivasi intrinsik. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, pentingnya
sebuah pola pembelajaran dalam kelas menjadi sebuah kewajiban oleh pendidik.
Namun, pada dewasa ini penggunaan pola pembelajaran seringkali dikesampingkan
oleh pendidik. Pentingnya sebuah pola pembelajaran, menuntut guru menjadi lebih
kreatif dan berwawasan luas. Sebab, peserta didik adalah makhluk yang sosial yang
memiliki perbedaan yang sangat kental. Perbedaan yang dimaksud yakni, perbedaan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis, mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode yang mana guru sebaiknya ambil untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relative lama demi
tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 33

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang masih menggunakan model


pembelajaran konvensional dapat mengakibatkan peserta didik kurang aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.Dalam hal ini model pembelajaran di sekolah masih
konvensional, peserta didik cenderung hanya mendengar dan menerima penjelasan
dari guru.Artinya dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah peserta didik belum
mampu mengungkapkan pendapatnya secara luas dan terbuka.Jadi, kondisi seperti ini
dapat dikatakan tidak memberdayakan peserta didik yang mau dan mampu berbuat
untuk memperkaya pembelajarannya dengan cara meningkatkan interaksi dengan
lingkungannya, sehingga tidak mampu membangun pemahaman dan pengetahuan
tentang dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah sangatlah penting. ditentukan oleh profesionalisme guru di
sekolah dalam mengajar.Dalam hal ini salah satu indikator yang diharapkan dari guru
di sekolah adalah mampu mengembangkan model dalam kegiatan belajar mengajar
khususnya dalam pembelajaran di sekolah agar lebih menarik dan membuat peserta
didik lebih aktif. Artinya dalam pembelajaran di sekolah yang memungkinkan
berkembangnya keaktifan setiap peserta didik adalah pembelajaran di sekolah berbasis
Student Centered Learning.

Dalam penelitian ini dilakukan kaena pendekatanpembelajaran di sekolah masih


menggunalkan benbelajaran ceramah atau berpusat pada Techer Centered Learning
Tujuan penelitian ini untuk memberikan pemahaman kepada pengajar atau pendidik
di sekolah yang masih menelakukan Techer Centered Learning dan sekarang
mengubahnya menjadi penddik hanya sebagai fasilitator untuk peseta didik dan
peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Penelitian juga untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik bahwa dalma proses belajaran dan pembelajaran di
sekolah terutama di kelas, peserta didik harus lebih aktif dan bebas mengungkapkan
pendapatnya.

F. METODE PENELITIAN
Artikel ini merupakan kajian penelitian kepustakaan (library research)
mengunakan metode literature riview. Literature riview merupakan jenis Penelitian
kepustaakn yang dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan terbitan-
terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan suatu tulisan
yang berkenaan dengan isu tertentu (Jill Jesson, Lydia Matheson, 2011).

Pada kajian ini, penulis mengkasi dokumen-dokumen primer dari jurnal, dan
buku-buku berkuallitas yang relevan dengan topik penelitian yang dikaji. Analisis data
mengunakan metode deskriptif supaya hasilnya dapat dijabarkan secara mndalam;
terperinci, dan detail. Langkah analisis diawali dengan meninjau literatur, reduksi
literatur untuki menemukan bukti dan temuan, pengorganisasian literatur, review
literature dan pengambilan kesimpulan (Lawrence A. Machi, 2016). Adapun tema-tema
folus penelitian ini diantaranya: model pengembangan wawasan materi ajar pada
Techer Centered Learning dan Student Centered Learning, fungsi dan strategi
pembelajaran
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 34

G. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pendekatan Teacher Centered Learning
Di Indonesia model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional,
yang menjadikan peserta didik sebagai objek bukan subjek. Pada model ini,
pendidik menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan
seakanakan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Model pembelajaran ini pada
umumnya membatasi setiap gerak ruang peserta didik untuk lebih aktif. Model
pembelajaran ini menganggap semua peserta didik sama atau dalam dunia
pendidikan dikenal dengan istilah seragamisasi, tanpa memikirkan potensi serta
kebutuhan setiap peserta didik berbeda. Sistem pembelajaran seperti ini, disebut
juga dengan sistem pembelajaran yang bersifat satu arah, karena yang ingin dicapai
adalah bagaimana pendidik bisa mengajar dengan baik sehingga yang ada
hanyalah transfer pengetahuan.
Modifikasi model pembelajaran Teacher Centered Learning telah banyak
dilakukan, antara lain mengkombinasikan lecturing dengan Tanya jawab dan
pemberian tugas namun hasil yang dihasilkan masih diaggap belum optimal. Pola
pembelajaan pendidik aktif dengan peserta didik pasif ini mempunyai efektivitas
pembelajaran rendah, paling tidak bisa dilihat pada dua hal yakni pendidik sering
hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran dan pada
saat-saat mendekati ujian, dimana aktivitas peserta dididk ‖berburu‖ catatan serta
aktivitas belajar mereka mengalami kenaikan yang sangat signifikan, namun turun
kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai.
Dampak lain dari sistem pembelajaran Teacher Centered Learning adalah guru
atau pendidik kurang mengembangkan bahan ajar dan cenderung seadanya
(menonton), terutama jika peserta didik cenderung pasif dan hanya sebagai
penerima transfer ilmu. Pendidik mulai tampak tergerak untuk mengembangkan
bahan ajar dengan banyak membaca jurnal atau download artikel hasil-hasil
penilitian terbaru dari internet, jika peserta didiknya mempunyai kreaivitas tinggi,
banyak bertanaya atau sering mengajak diskusi (Sudjana, 2005).
Pada hakekatnya kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam suatu pembelajaran,
guru sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar fasilitator,
moderator, dan pendidik. Guru sebagai pendidik agar menarik dalam proses
penyampaian materi dituntut adanya kemampuan dalam menciptakan kreativitas
yang bisa menghasilkan peneluan baru (Lilik Handayani, 2020). Setiap proses
pembelajaran memerlukan sebuah strategi yang mencantumkan penggunaan
model pembelajaran yang akan diterapkan pada peserta didik . Dalam penerapan
tersebut diperlukan pengetahuan guru terhadap karakteristik peserta didik.
Dengan bekal pengetahuan karakteristik setiap peserta didik yang berada di kelas
akan memudahkan guru untuk pemilihan ataupun pembuatan model
pembelajaran yang akan digunakan bersama.

2. Pendekatan Student Centered Learning


Di Indonesia Student Centered Learning (SCL) masih menjadi topik yang
populer pada saat ini terutama dikalangan akademisi dan praktisi pendidikan yang
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 35

ditandai dengan muncul dan ramainya permintaan diskusi, ceramah, dan pelatihan
tentang SCL (dliyaul Millah, 2020). Student Centered Learning adanya proses ini
pendidik perlu untuk mengarahkan atau sebagai fasilitator untuk menentukan
bersama tujuan belajar yang akan di capai, untuk membentuk konsep diri yang
positif, terbuka, sabar dan kreatif serta berproses dalam pengalaman.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, dinyatakan bahwa ―pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta
didik, dan sumber belajar, di dalam lingkungan belajar tertentu‖.
Dalam jurnal yang dituliskan Diyaul tentang pengertian Student Centered
Learning sebagai berikut:
a. Menurut Harsono yang dikutip dalam Kurdi (2009: 110). Student Centered
Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi
pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential Learning (pengalaman
belajar).
b. Menurut Rogers (1983) yang dikutip dalam Trinova (2013:327), Student
Centered Learning merupakan hasil dari transisi perpidahan kekuatan dalam
proses pembelajaran, dari kekuatan guru sebagai pakar menjadi kekuatan
peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak
harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan
peserta didik menjadi pasif, bosan dan resisten.
c. Menurut Kember (1997) yang dikutip dalam Trinova (2013: 327), Student
Centered Learning merupakan sebuah kutub proses pembelajaran yang
menekankan peserta didik sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
d. Menurut Harden dan Crosby (2000) yang dikutip dalam Trinova (2013: 327),
Student Centered Learning menekankan pada peserta didik sebagai pembelajar
dan apa yang dilakukan peserta didik untuk sukses dalam belajar dibanding
dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa Student Centered
Learning yakni pendekatan yang sangat berperan aktif untuk menciptakan
pembelajaran bermakna, inovatif dan kreatif berpusat pada peserta didik. Sebagai
pendidik berperan dalam kelasnya sebagai motivator, fasilitator dan inovator.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah proses belajar


mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik. Model pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dirancang untuk menyediakan sistem belajar
yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar peserta didik. Lembaga
pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai
penunjang (Hamalik, 2004: 201). Model pembelajaran Student Centered Learning
dalam jurnal education and development (Fedrik dan Solmeriana, 2021). Mengenai
model pembelajaran Student Centered Learning adalah sebgai berikut:

a. Small Group Discussion merupakan metode diskusi sebagai model dalam


pembelajaran, peserta didik secara individu maupun kelompok untuk
menganalisis, menggali atau memperdebatkan topik atau masalah
tertentu(Qamar, Ahmad, & Niaz, 2015).
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 36

b. Role-Play And Simulation, metode ini berupa interaksi antara dua peserta
didik atau lebih pada suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol
atau peralatan yang menggantikan proses, peristiwa, atau sistem yang
sebenarnya(Nisak, Sutusna, 2012).‖
c. Discovery Learning, metode pembelajaran berupa pemberian tugas belajar
kepada peserta didik dengan tujuan dapat menemukan jawabannya sendiri-
sendiri tanpa bantuan guru(Majid, 2013).
d. Self-Directed Learning, metode ini berupa pemberian tugas belajar kepada
peserta didik, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan(Prastowo,
2011).
e. Cooperative Learning, metode pembelajaran dimana guru merancang dan
memantau proses pembelajaran dengan menyusun kasus atau masalah yang
akan diselesaikan oleh peserta didik secara berkelompok. Sedangkan peserta
didik berdiskusi dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan
dalam kelompok dan berkoordinasi dalam kelompok(Parwoto, 2017).
f. Problem Based Learning, metode pengajaran guru harus menstimulasi tugas-
tugas pembelajaran dengan berbagai alternatif metode pemecahan masalah
serta fasilitator dan motivator. Sedangkan peserta didik belajar dengan
menggali atau mencari informasi (inkuiri), menggunakan informasi tersebut
untuk memecahkan masalah faktual yang ada, dan menganalisis strategi
pemecahan masalah(Istiatutik, 2017).‖
g. Collaborative Learning, metode pembelajaran, guru harus merancang tugas
terbuka, bertindak sebagai fasilitator dan motivator, sedangkan peserta didik
membuat desain proses dan formulir penilaian berdasarkan kesepakatan
kelompoknya sendiri dan mampu untuk bekerja sama dengan anggota
kelompok dalam mengerjakan tugas(Handayan, 2011).‖
h. Project Based Learning, metode pembelajaran, guru memberikan tugas-tugas
proyek yang harus diselesaikan peserta didik dengan mencari sumber
perpustakaan sendiri(Nurfitriyanti, 2016).―

Menurut Fauziyah dalam model-model yang di uraikan di atas Student


Centered Learning mendorong peserta didik untuk memiliki motivasi diri mereka
kemudian untuk mencapai materi yang telah disampaikan oleh para pendidik.
Dengan memilih model di atas untuk bersifat belajar yang berpusat pada peserta
didik guru harus memperhatikan materi yang akan diberikan. Student Centered
Learning merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang memfasilitasi
pembelajar untuk terlibat dalam proses experiential learnig. Bila pembelajar itu
dapat dikategorikan ke dalam tipe-tipe activist, reflector, theorist, dan pragmatist,
berarti pendekatan Student Centered Learning tersebut merupakan metode yang
dapat memfasilitasi pembelajar, dalam hal ini peserta didik sehingga secara
langsung ataupun tidak dapat terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Strategi Pembelajaran Student Centered Learning


Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Teacher Centered Learning
yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif
bersikap pasif. Dalam menerapkan konsep Student Centered Learning, peserta didik
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 37

diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya,
menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya,
membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta
sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat
memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya.

Gambar 1. Model Pengembangan wawasan materi ajar pada Teacher Centered


Learning dan Student Centered Learning (Michael Simonson, Teaching & Learning at a
distance, Pearson 2006)

Tabel A.1 Perbandingan dengan Teacher Centered Learning.

Variabel Pendekatan Intruksional


Instruksional Teacher Centered Learning Student Centered Learning
Informasi & pengetahuan pada Informasi & pengetahuan
Hasil belajar bidang ilmu tertentu dengan interdiplin ilmu dengan
(learning keterampilan berpikir rendah kemampuan problem solving
outcomes) serta perlu banyak hafalan serta mampu memproses
informasi
Guru menetukan tujuan Peserta didik & Guru
belajar berdasarkan kurikulum menentukan tujuan belajar
Tujuan belajar
berdasarkan masalah yang
dihadapi
Ditentukan Guru dan Guru & peserta didik bersama
pengetahuan yg diberikan menentukan strategi belajar dan
Strategi belajar
melalui kuliah/ ceramah, peserta didik diberi hak akses
ditambah tugas bacaan kepada seluruh bahan belajar
Pengukuran & Pengukuran melalui ujian dan Pengukuran adalah bagian
Penilaian penilain tugas integral dari proses belajar
Guru penanggung jawab Guru sebagai fasilitator dan
informasi apa yg harus memberi kebebasan peserta
Peran Guru
diterima peserta didik didik mengakses informasi
sumber belajarnya
Peserta didik pasif dan Sswa aktif dan bertanggung
Peran Peserta
menunggu Guru mengajar jawab dalam proses belajar.
didik
mereka hingga lulus.
Lingkungan Peserta didik duduk dikelas Peserta didik belajar disuatu
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 38

belajar dan dengar ceramah atau tempat dengan akses penuh ke


presentasi Guru informasi sumber belajar dan
bekerjasama mandiri diantara
mahasisw
Sumber: Modifikasi dari Hirumi(2005)- dalam Nugraheni (2006)

Untuk dapat mengimplementasikan Student Centered Learning dengan baik, perlu


strategi pembelajaran yang tepat. Strategi tersebut harus mampu menekankan dan
mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam mendapatkan dan menguasai dan
menguasai pengetahuan dan keterampilan. Strategi tersebut harus mampu
membuat peserta didik lebih sadar tentang apa yang sedang mereka lakukan dan
mengapa mereka melakukan kegiatan berlajar tersebut. Dibawah ini contoh strategi
pembelajaran yang ditunjukkan oleh tabel A2.

Tabel A.2

Di Luar Kelas Di Dalam Kelas


Tugas Mandiri Diskusi kelompok kecil peserta didik
Diskusi Kelompok Diskusi Kelompok besar
Mentoring dengan peserta didik lain Mengelompokkan peserta didik
Debat/Diskusi Memberi giliran berbicara
Studi Lapangan Kuis
Praktek/Praktikum Menulis refleksi dalam belajar
Jurnal Kegiatan Belajar Presentasi dalam kelas
Computer Assisted Learning Bermain peran
Menulis dan Menelaah Makalah Presentasi Poster
Mengembangkan portofolio Memproduksi mindmap dalam kelas
Sumber:

Student Centered Learning merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan


peserta didik sebagai peserta didik (subjek) aktif dan mandiri, dengan kondisi
psikologik sebagai adult learne, bertanggung jawab sepenuhnya atas
pembelajaran, serta mampu belajar beyond the classroom. Kelak, para alumni
diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long learning yang
menguasai hard skills dan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para
dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun
sebagai fasilitator (from mentor in the center to guide on the side) (Harsono, 2005).
Oleh karena itu, trend pembelajaran ke depan harus dapat melatihkan aspek
pembelajaran secara terpadu. Student Centered Learning memiliki potensi untuk
mendorong peserta didik belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya
masing-masing, sesuai dengan perkembangan yang berjalan. Irama peserta didik
tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang
tinggi (JTE FT UGM. 2004).
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 39

Sebelumnya pada pendahuluan hanya menyebutkan tentang fungsi model SCL.


Oleh karena itu, pada pembahasan ini diberikan penjelasan tentang fungsi model
SCL (Indrawati, 2011), antara lain: (a)

a. membantu guru menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang


diinginkan; bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada peserta didik
sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran (rumus tujuan
pembelajaran ABCD). Oleh karena itu, model pembelajaran dapat membentuk
atau menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan
perilaku pada peserta didik. Perubahanperubahan perilku tersebut oleh Bloom
dan kawan-kawan dikelompokkan dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan),
b. membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran; penggunaan model
pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk menentukan cara
dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai,
c. membantu menciptakan interaksi antara guru dan peserta didik yang diinginkan
selama proses pembelajaran berlangsung; misalnya cara mengkomunikasikan
informasi, cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan atau
jawaban peserta didik, cara membangkitkan semangat peserta didik, dan lain-
lain,
d. membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam
suatu mata pelajaran; mengembangkan dan mengkonstruk atau program
pembelajaran pada suatu mata pelajaran,
e. membantu guru dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk mengajar
yang disiapkan dalam kurikulum; menganalisis dan menetapkan materi yang
dipikirkan sesuai untuk Peserta didik,
f. membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang
sesuai; merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar,
g. memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber belajar
yang menarik dan efektif, akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan
sumber belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain,
h. merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru; akan
memunculkan ide model atau strategi pembelajaran baru, dan
i. membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar;
mengkomunikasikan teoriteori tentang mengajar, berupa pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik, dan
j. membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris;
membangun hubungan antara kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan
kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 40

4. Landasan Student Centered Learning (SCL)


a. Landasan filosofis
Student Centered Learning (SCL) dilandasi oleh filsafat pendidikan
progresivisme. Seperti yang dikemukakan oleh Sadullah dalam Abdullah
mengemukakan bahwa (Abdullah, 2017):
“Filsafat progresi berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Karenanya cara terbaik
mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui
adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang
memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam
kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada
saat ini”.

Kutipan di atas mengandung makna bahwa pendidikan harus dapat


memberikan kemampuan berpikir kritis dan fleksibel, sehingga hasil
pendidikan akan menghasilkan individu yang dapat mengatasi berbagai
masalah kehidupan yang dihadapi dengan kemampuan merefleksikan
pengalaman belajar dalam memecahkan masalah secara mandiri dan
tanggung jawab.

Menurut pandangan filsafat progresivisme belajar adalah bukan proses


penerimaan pengetahuan dari guru pada siswa, tetapi belajar merupakan
pengalaman yang dilakukan secara aktif, baik aktif secara mental dalam
bentuk aktivitas berpikir, maupun aktif secara fisik dalam bentuk kegiatan-
kegiatan praktik dan melakukan langsung.

b. Landasan psikologis
Interaksi pendidikan merupakan interaksi antar individu yang sangat
komplek dan unik yang berlangsung dalam suatu konteks pedagogis.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh kondisi dan latar belakang individu
yang berinteraksi yaitu kondisi dan latar belakang guru dan siswa. menurut
Sukmadinata (Sukmadinata, 2003) dikemukakan bahwa:
“psikologi pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami situasi
pendidikan, interaksi guru dengan siswa, kemampuan, perkembangan,
karakteristik dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku siswa dan
perilaku guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran, bimbingan,
evaluasi, pengukuran, dan lain-lain.”

Oleh karena itu, jelaslah bahwa pendidikan memerlukan pemahaman


yang utuh tentang kondisi siswa agar proses belajar siswa dilakukan sesuai
dengan tingkat perkembangan, keterampilan, dan kebutuhan siswa. Oleh
karena itu, dalam proses pendidikan perlu memahami psikologi sebagai dasar
penyelenggaraan pendidikan.

5. Asumsi yang mendasari SCL


Ada beberapa asumsi perlunya SCL pada siswa (Sanjaya, 2013):
a. Asumsi filosofi tentang pendidikan
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 41

Proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi


mencakup seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik. Dengan demikian,
hakikat pendidikan pada dasarnya adalah:
1) Interaksi manusia
2) Pembinaan dan pengembangan potensi manusia
3) Berlangsung sepanjang hayat
4) Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa
5) Keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan kewibawaan guru
6) Peningkatan kualitas hidup manusia.
b. Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu
1) Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang
sedang dalam tahap perkembangan
2) Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda
3) Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dinamis dalam
menghadapi lingkungannya
4) Anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya
c. Asumsi tentang guru, adalah
1) Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik
2) Guru memiliki kemampuan profesional dalam mengajar
3) Guru memiliki sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam mengajar
yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam
belajar.
d. Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran, adalah
1) Bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu
sistem
2) Peristiwa belajar akan terjadi manakala anak didik berinteraksi dengan
lingkungan yang diatur oleh guru
3) Proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan
teknik yang tepat dan berdaya guna
4) Pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secara seimbang
5) Inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara
optimal.

H. KESIMPULAN
Pola pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
proses belajar mengajar. Karena dengan pola pembelajaran yang sesuai dapat
menentukan keberhasilan belajar jangka panjang bagi peserta didik. Oleh karenanya
seorang pendidik harus kreatif dalam memilih serta menerapkan model/pola
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran
secara sistematis dalam kelas agar teciptanya pengalaman belajar yang baik bagi
peserta didik, sehingga dalam menerima pembelajaran, peserta didik mampu berpikir
secara rasional, logis, dan kritis serta sistematis.

Dewasa ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi semakin canggih


dan luas, oleh karenanya pola pembelajaran juga harus mengalami perubahan dari
Teacher Centered Learnning menjadi Student Centered Learning dimana guru tidak hanya
menjadi sentral dalam memberikan informasi dalam pembelajaran namun sebagai
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 42

fasilitator dan motivator dan peserta didik harus menunjukkan kinerja, yang bersifat
kreatif yang menintegrasikan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afeksi secara
utuh. Dan proses interaksinya, menitikberatkan pada method of inquiry and discovery.
Sumber belajarnya bersifat multidimensi serta lingkungan belajar yang terancang dan
kontekstual. Tujuan dari pola pembelajaran merupakan proses perubahan cara perpikir
pada peserta didik sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Mekanisme implementasi Student Centered Learning dalam pembelajaran di


sekolah melalui kegiatan yang meliputi: pralaboratorium, praktikum, pelaporan, dan
presentasi. Implementasi Student Centered Learning dalam pembelajaran di sekolah
tersebut dapat mendukung keterampilan hard skills dan soft skills karena lemah atau
kuatnya atribut soft skills pendukung Student Centered Learning berdampak pada nilai .
Jadi mekanisme implementasi Student Centered Learning dalam pembelajaran di sekolah
tersebut cukup efektif dalam membekali keterampilan pembelajaran yang aktif yang
harus dimiliki peserta didik.

REFERENSI

Aan Ardian & Sudji Munadi. (2015). PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN


STUDENT-CENTERED LEARNING DAN KEMAMPUAN SPASIAL
TERHADAP KREATIVITAS PESERTA DIDIK. Jurnal Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Volume 22,
Nomor 4. hal 464

Abdullah. (2017). Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.


Jurnal Edureligia, 1(1), 49.

Evelin, & Hartini. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Fredik Melkias Boiliu & Solmeriana Sinaga. (2021). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


AGAMA KRISTEN BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING DI SEKOLAH.
Universitas Mercubuana Jakarta. hal.121

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Handayan, B. D. (2011). Efektivitas Pembelajaran Aktif Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning) Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Akuntansi Sektor Publik Pokok Bahasan Akuntansi Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD). Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, 6(1), 62–
77.

Handayani, L. (2020). Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran


Project Based Learning pada Masa Pandemi Covid-19 bagi Peserta didik SMP
Negeri 4 Gunungsari. Jurnal Paedagogy, 7(3), 168-174

Harsono, 2005, Ke arifan dalam transformasi pe mbe lajaran: dari teacher-centered ke


student-centered learning. Tersedia pada http://www.inpranet.co
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 43

Indrawati. 2011. Perencanaan Pembelajaran Fisika: Model-Model Pembelajaran


Implementasinya dalam Pembelajaran Fisika. Jember: Universitas Jember

Istiatutik. (2017). Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan: Riset & Konseptual, 1(1), 45–
1.

Jill Jesson, Lydia Matheson, F. M. L. (2011). Doing Your Literature Review: Traditional
and Systematic Techniques. Sage Publications.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Millah, dliyaul., (2020). Audience centered pada Metode presentasi sebagai aktualisasi
pendekatan Student centered LeArning. UIN Walisongo Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia. Vol.2 (259).

Nisak, Sutusna, S. (2012). Hubungan Penerapan Pendekatan Student Center Learning


(SCL) dengan Motivasi Belajar Peserta didik Semester II Program D3
Kebidanan Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung: Universitas Padjajaran.

Nurfitriyanti, M. (2016). Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif, 6(2), 149–160.

Prastowo, A. (2011). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis &


Praksis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Qamar, M. R., Ahmad, A., & Niaz, K. (2015). learning through small group discussion
versus didactic lectures,. Pakistan Armed Forces Medical Journal, 3(1), 65

Rini, W. A. (2019). Pembelajaran Dengan Pendekatan Student Centered Learning (SCL)


Pada Sekolah Minggu. Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 3(1), 85–96.

Sanjaya, Wina. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Bandung: Kencana.

Student Centered Learning Berbsis ICT, JTE FT UGM. Tersedia pada http://www. icts-
sc.pbwiki.com

Sukmadinata, Nana. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 44

Chapter 5
Konsep Islam dalam memandang proses belajar dalam pembelajaran
(belajar mengajar)

Oleh:

QURROTUL A`YUN SUFYAN (210103210016)


FAZAT ARIFATUL ULFAH (210103210020)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 45

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM

Fazat Arifatul Ulfah*1, Qurrotul A’yun Sufyan*2


1,2UIN Maulana Malik Ibrahim Malang; Indonesia,

e-mail: 1fazataf@gmail.com , 2qurotulayun5@gmail.com,

DOI:

Abstrak. Pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang berlandaskan sumber-


sumber ajaran Islam berupa Qur‘an dan Hadits. Dalam prosedur pelaksanaannya
senantiasa menerapkan nilai-nilai Islam karena pada hakikatnya pendidikan
merupakan usaha untuk menjadikan hamba lebih mendekat kepada Allah SWT.
Metode dalam penelitian ini menggunakan library research dengan mengkaji sumber
berupa teks juga ayat-ayat al-Qur‘an dan Hadits untuk dijadikan dasar sebagai hasil
penelitian yang pada akhirnya akan ditarik kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan tentang konsep pendidikan dalam Islam yang terbagi menjadi
tujuan, kurikulum, pendidik, peserta didik, metode, dan materi dalam pendidikan
Islam. Semua komponen yang diteliti dijelaskan berdasarkan sumber-sumber berupa
penelitian dan juga ayat-ayat serta hadits mengenai pendidikan dalam Islam.

Kata kunci. Konsep pendidikan Islam; al-Qur‘an; Hadits.

Received: Approved:
Revised: Published:
Copyright © Madrasah Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. All Right Reserved.
This is an open access article under the CC BY-SA license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Correspondence Address: madrasah@uin-malang.ac.id

A. PENDAHULUAN.
Islam sebagai agama universal memiliki sistem pendidikan yang sempurna
untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Pada makalah ini akan dipaparkan
mengenai sumber, landasan, metode, sarana, sejarah hingga berbagai persoalan
yang kerap melanda dunia pendidikan kita. Selain itu akan dibahas mengenai
beberapa pemahaman pendidikan yang digunakan dalam konsep islam yang
bersandar pada al-Qur`an (asal kata tarbiyyah), yaitu sebagai berikut :

1. Menyampaikan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan (Imam al-Baidhawi


dalam buku Anwar at-Tanzil wa `Asrar at-Ta`wil)
2. Menumbuhkan perilaku demi perilaku secara bertahap hingga mencapai
batasan kesempurnaan (Ar-Raghib al-Ashfahani dalam buku Mufradat)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 46

3. Dalam Pendidikan tercakup 3 unsur yaitu, pertama, menjaga dan memelihara


anak, Kedua, mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai kekhasan masing-
masing, Ketiga, mengarahkan bakat dan potensi untuk mencapai kebaikan dan
kesempurnaan (Abdurrahman al-Bani)
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, pertama,
pendidikan merupakan kegiatan yang harus memiliki tujuan, sasaran dan target
yang jelas. Kedua, Pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWt, Dialah
Pencipta fitrah, Pemberi bakat, Pembuat berbagai sunnah perkembangan,
peningkatan, dan interaksi fitrah sebagaimana Dia pun mensyariatkan aturan guna
mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan dan kebahagiaan fitrah tersebut. Ketiga,
pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan
kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan perkembangan anak. Keempat,
peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan


manusia yang berpedoman pada syariat Allah. Tiga bentuk pendidikan yang dapat
membawa pada tujuan tersebut adalah, 1) pendidikan individu yang membawa
manusia pada keimanan dan ketundukan kepada syariat Allah SWT 2) Pendidikan
diri yang membawa manusia pada amal shaleh dalam menjalani hidupnya sehari-
hari dan 3) pendidikan masyarakat yang membawa manusia pada sikap saling
mengingatkan dalam kebenaran (berdasarkan Q.S. Al-Ashr;1-3)

B. METODE PENELITIAN

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini


menggunakan prosedur studi pustaka atau library research. Adapun tahap- tahap
ataupun prosedur dalam penelitian library research menurut (Yaniawati, 2020)
adalah; (1) Pemilihan topik yaitu memilih topik berdasarkan permasalahan
fenomena yang ada; (2) Eksplorasi informasi yaitu mengekploasi informasi
terhadap topik yang dipilih untuk menentukan fokus penelitian; (3) Fokus
penelitian yaitu menentuan fokus penelitian beerdasarkan informasi yang diproleh
dan dapat berdasarkan prioritas permasalahan; (4) Pengumpulan sumber data yaitu
mengumpulkan sumber data beupa informasi data empirik yang bersumber dari
berbaga literatur berupa buku, junal, hasil laporan penelitian terdahulu, dll yang
mendukung penelitian yang akan diteliti; (5) Membaca sumber merupakan kegiatan
membaca secara aktif dan kritis agar memperoleh hasil maksimal, dalam hal ini
pembaca harus menggali secara mendalam bahan bacaan yang memungkinkan
akan menemukan ide-ide baru yang terkait dengan judul penelitian; (6) Membuat
catatan yaitu merupakan tahap yang paling penting karena akan mempengaruhi
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 47

hasil yang didapatkan ; (7) Mengolah catatan yaitu semua sumber yang telah dibaca
kemudian dianalisis untuk endapatan suatu esimpulan yang disusun dalam bentu
laporan penelitian; (8) Penyusunan laporan yaitu menyusun hasil dari penelitian
yang dituangkan ke dalam laporan sesuai dengan sistematika penulisan yang
berlaku.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT ISLAM
Tujuan pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari mewujudkan nilai-nilai
Islam dan menghadirkan perubahan pada peserta didik setelah mengalami proses
pendidikan baik dalam aspek akhlak, bermasyarakat, dan pribadi peserta didik
(Ahmad & Saehudin, 2016), karena sejatinya tujuan pendidikan dalam Islam
selaras dengan tujuan Islam itu sendiri (Rusmin B., 2017), yaitu menjalankan
kehidupan sesuai dengan falsafah Islam yang berlandaskan Qur‘an dan Hadits
(Nurjali & Rosadi, 2021). Pelaksanaan proses pencapaian tujuan ini dilakukan
dengan bimbingan pendidik yang melangsungkan proses pembelajaran hingga
dapat tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam Islam didasarkan
kepada sumber ajaran Islam yaitu Qur‘an dan Hadits, adapun tujuan dari
pendidikan Islam secara umum adalah untuk menjadikan peserta didik sebagai
hamba Allah yang shaleh, pemimpin yang bertanggungjawab, manusia yang
paripurna, dan memperoleh kebahagiaanvdunia dan akhirat (Ahmad & Saehudin,
2016).

Pendidikan dianggap berhasil jika tujuannya dapat tercapai, yaitu ketika


peserta didik mengalami perubahan yang diharapkan di akhir proses
pembelajaran, oleh sebab itu agar mengetahui keberhasilan suatu pendidikan,
perlu dirumuskannya tujuan-tujuan pendidikan dalam Islam yang didasari oleh
Qur‘an dan Hadits.

1. Mencapai derajat taqwa


Takwa secara etimologis berarti waspada diri dan takut. Takwa kepada
Allah secara terminologis adalah melaksanakan perintah Allah sebagaimana
yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan Allah sebagaimana yang
dilarang oleh Allah (Zaim, 2019). Tujuan pendidikan yang pertama adalah untuk
menjadikan seseorang bertaqwa kepada Allah SWT, hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam QS Ali-Imran: 102 sebagai berikut:

ْ ‫ٍ ا َِّٰٓل َوا َ َْت ُ ْٰٓى ُّي‬


َٰٓ ‫س ِه ًُ ْى‬
ٕٔٓ - ٌ َّٰٓ ُ ‫ك تُمٰٓىتِهٰٓ َو َٰٓل ت َ ًُ ْىت‬
َّٰٓ ‫ّللاَ َح‬ َٰٓ ٌ‫ٌٰٓاٌَُّ َها انَّ ِر‬
ٰٰٓ ‫ٍْ آٰ َيُُىا اتَّمُىا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS Ali-
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 48

Imran:102).

Ayat di atas memerintahkan orang-orang beriman untuk bertaqwa


kepada Allah, dalam hal ini termasuk dalam segala aspek kehidupan bahwa
seorang hamba harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhannya tak terkecuali
dalam pelaksanaan pendidikan sudah seharusnya berorientasi pada tujuan
untuk membentuk insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. Pemaparan tersebut
jelas menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dan
pengajaran sehingga kita akan mengetahui hal apa yang harus kita lakukan dan
apa yang tidak boleh kita lakukan untuk mencapai derajat taqwa (Zaim, 2019).
Dalam hadits nabi juga dipaparkan mengenai tujuan ini yaitu:

―Dari Abu Hurairah r.a ia meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. ditanya tentang siapa
orang yang paling mulia? Beliau menjawab: Orang yang paling bertakwa kepada
Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits diatas menegaskan bahwa orang yang paling mulia adalah orang
yang derajat ketaqwaannya paling tinggi, pendidikan dalam melakukan proses
pembelajarannya diharapkan untuk bertujuan membentuk insan yang memiliki
ketaqwaan sehingga peserta didik bisa menjadi sosok yang mulia di mata Allah.

2. Beribadah dan Mendekatkan diri Kepada Allah


Tujuan penciptaan manusia telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS
Az-Zariyat: 56 yaitu untuk beribadah kepada Allah, Oleh karena itu manusia
harus senantiasa menyertai segala gerak-gerik kehidupannya untuk mengabdi
dan menghamba kepada Allah. Redaksi dari QS Az-Zariyat: 56 adalah sebagai
berikut:

َٰٓ َْ ‫ال‬
ِٰٓ ‫س ا َِّٰٓل ِنٍَ ْعثُد ُْو‬
٦٥ - ٌ َّٰٓ ‫ت ا ْن ِج‬
ِ ْ ‫ٍ َو‬ ُٰٓ ‫َو َيا َخهَ ْم‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.”(Az-Zariyat: 56)

Jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya, hal ini
bisa siterapkan dalam tujuan pendidikan dalam Islam yaitu untuk menyadarkan
manusia bahwa mereka diciptakan sebagai insan yang memiliki tugas utama
untuk beribadah, sehingga dalam proses berlangsungnya pendidikan, para
pelaku pendidikan harus senantiasa mendasari perbuatannya sebagai bentuk
ibadah kepada Allah SWT. Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-din juga
menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah, redaksinya adalah “Seorang pendidik sibuk memperbaiki,
membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Swt.”
(Ahmad & Saehudin, 2016). sesuai dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 49

Bukhari yaitu entang hak Allah yaitu ”… Hak Allah atas hamba-Nya adalah Dia
diibadahi dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun...”.

3. Membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia


Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq, yang secara etimologis berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak bermakna luas, meliputi
sikap batin maupun pikiran, tidak hanya lahiriah semata (Rohman, 2021).
Seorang muslim yang memiliki akhlak yang mulia adalah mereka yang
mencerminkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai
aspek, aspek-aspek tersebut meliputi aspek kejasmanian, aspek kejiwaan, dan
aspek keruhanian (Suparman, 2018). Sebagai seorang muslim, kita sebisa
mungkin harus mencontoh apa yang sudah dicontohkan oleh nabi, sebagaimana
nabi adalah contoh terbaik dalam berakhlak maka kita sebagai seorang muslim
juga harus memiliki akhlak yang baik, sesuai dengan hadits nabi, yaitu:

“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku


diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Tujuan diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan


akhlak, oleh karena itu tujuan pendidikan sudah seharusnya mengacu kepada
akhlak agar peserta didik memiliki pribadi dan akhlak yang mulia sebagaimana
telah dicontohkan oleh nabi sebagai teladan bagi umat manusia.

4. Bahagia hidup di dunia dan akhirat


Alam semesta diciptakan oleh Allah dengan segala sesuatu di dalamnya,
manusia sebagai makhluk yang berakal harus mampu menjadi khalifah di bumi
tempat ia hidup dengan memakmurkan dan mensejahterakan bumi sehingga
mampu merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatanlil‘alamiin. Ketika
kemakmuran dan kesejahteraan dicapai, maka manusia akan menjadi pribadi
yang dapat merasakan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat
(Rohman, 2021). Allah SWT dalam firmannya telah memerintahkan manusia
untuk menjaga kehidupan di bumi dalam QS Al-Qasas: 77 sebagai berikut:

ٌَِّٰٓ ‫ض ا‬ َ ‫ْك َو َٰٓل تَث ِْٰٓغ ا ْن َف‬


ٰٓ ِ ‫سا َٰٓد ِفى ْالَ ْز‬ َٰٓ ٍَ‫ّللاُ اِن‬
ٰٰٓ ٍ ْٰٓ ‫ٍ ان ُّد َْ ٍَا َواَحْ س‬
َ ْ‫ٍِ َك ًَآٰ اَح‬
َٰٓ ‫س‬ َٰٓ ‫ك ِي‬ َٰٓ ُْ َ ‫ال ِخ َس ٰٓجَ َو َٰٓل ت‬
َٰٓ ‫س ََ ِص ٍْ َث‬ ْٰٓ ‫َّاز‬
َٰٓ ‫ّللاُ اند‬
ٰٰٓ ‫ىك‬ َٰٓ ٰٓ‫َوا ْتت َ ِٰٓغ ِف ٍْ ًَآٰ آٰت‬
٧٧ - ٍْ ِ ‫ة ا ْن ًُ ْف‬
َٰٓ ٌ‫س ِد‬ ُّٰٓ ‫ّللاَ َٰٓل ٌُ ِح‬ ٰٰٓ

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.” (QS Al-Qasas: 77)

Ayat di atas selain memerintahkan untuk tidak berbuat kerusakan di


Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 50

bumi juga memerintahkan untuk mencari anugerah Allah tidak hanya dalam
aspek akhirat saja, tetapi dalam aspek keduniaan juga tidak boleh sama sekali
dilupakan. hal ini ditegaskan oleh hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim,
yaitu:

―Telah bertanya Qatadah kepada Anas, do‟a apakah yang paling sering diucapkan Nabi
Saw.? Anas Menjawab, do‟a yang sering diucapkan oleh Nabi Saw. adalah, Allahumma
atina fi al-dunya hasanat, wa fi al-akhirati hasanat, wa qina adzabannar (Ya Allah
berikanlah kami kebaikan di dunia dan diakhirat, serta peliharalah kami dari siksa apai
neraka) (H. R. Muslim).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa selain meminta kebaikan akhirat,


nabi juga senantiasa berdoa untuk kebaikan di dunia. Dari pemaparan di atas
tujuan pendidikan dalam Islam hendaknya bisa mengantarkan peserta didik
menjadi pribadi yang bahagia baik dalam kehidupannya di dunia maupun di
akhirat kelak

2. KURIKULUM MENURUT PANDANGAN ISLAM


a. Sifat-sifat Kurikulum dalam dimensi Hadist
Dalam beberapa hadis terdapat sifat isi kurikulum (materi) yang
diberikan ketika Rasulullah Saw... ketika mengajarkan dalam madrasahnya,
antara lain(Ahmad & Saehudin, 2016)
1) Bukan ciptaan manusia. Materi yang sifatnya seperti ini dapat melahirkan
kemuliaan, ketenangan, memprioritaskan kemaslahatan dan keselamatan,
tidak dipengaruhi oleh faktor kejiwaan/peristiwa luar bersifat konsisten
2) Mudah dan toleran. Ilmu yang bersumber dari Allah sangat realistis, dapat
diterapkan untuk individu mupun masyarakat agar setiap individu
mencapai derajat kesempurnaan, sehingga tercipta masyarakat yang
mampu merealisasikan kemaslahatan yang dikehendaki Allah.
3) Terang dan jelas. Ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.. tidak
mengandung keraguan kenisbian atau kerancuan. Sebab itu Rasulullah
mengisyaratkan petunjuk dari ilmu Allah laksana air hujan dalam
kejernihannya dan keluasan areal yang dituruninya serta manfaatnya.
4) Menjelma dalam sosok manusia. Ilmu tidak hanya tertulis namun juga
tertanam dalam perbuatan, oleh karena itu “suri tauladan” mempunyai
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 51

esensi tersendiri dalam Islam. Maka tabiat ilmu atau materi dalam ajaran
Islam haruslah direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari
5) Utuh dan saling berkaitan. Ajaran islam merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, seperti disabdakan oleh Rasulullah Saw... yaitu:

Artinya: “Bahwa seorang Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lainnya
bagaikan satu bangunan antara yang satu dengan yang lainnya saling
menguatkan.”

6) Luas dan menyebar. Materi ajaran Islam merupakan ajaran bagi seluruh
umat manusia. Oleh sabab itu harus selalu disebarluaskan, sehingga tidak
heran dalam hal ini Rasulullah Saw... selalu memotivasi akan perbuatan
ini sebagaimana dalam sabdanya:

Artinya: “Ilmu jika tidak diamalkan, bagaikan pohon yang tidak berbuah”

b. Strategi Pelaksanaan Kurikulum dalam Dimensi Hadist


Strategi pendidikan merupakan pengetahuan atau seni yang
mendayagunakan semua faktor untuk mengamankan sasaran pendidikan
yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam
operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yanga ada,
termasuk perhitungan tentang hambatan baik berupa fisik maupun non fisik.
Dalam Islam, Allah mengisyaratkan bahwa mendidikan merupakan
pekerjaan yang berat, karena itu harus menggunakan strategi, yakni dalam
segala perencanaan program sampai pelaksanannya harus dirumuskan secara
feasible dan arreptable sehingga out put yang diharapkan akan benar-benar
sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Karena itu, sistem pengelolaan yang
baik, efektif dan efesien adalah merupakan persyaratan yang mutlak harus
diwujudkan.
Dalam dunia pendidian, penerapan strategi kurikulum ini dibagi ke
dalam dua tahapan utama, yaitu:
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 52

a. Kurikulum tahap pertama/ rendah


Pada tahap ini kurikulum bersifat umum, terpadu dan merata bagi
semua yang mengikuti pelajaran. Pada tahap ini bertujuan mendidik jiwa
dan akhlak peserta didik, memperbaiki bahasa, mengasah ingatan,
menguatkan pribadanya (syakhsyiyah) dan membiasakannya berfikir dan
menggunakan akal dengan baik . Dalam sistem pendidikan Islam
kurikulum tahap pertama ini berupa mata pelajaran dasar, diantaranya:
Membaca, menghitung, prinsip nahwu dan bahasa Arab, sya‘ir, sejarah
Nabi dan sahabat dan berlatih berenang serta menunggang kuda. Selain
itu, kurikulum pendidikan Islam pada tahap ini menampung kurikulum
pada tahap pertama ini memiliki sandaran dan dasar Al- Quran dan as-
Sunnah seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw...

“Barang siapa yang menghapal diantara umatku empat puluh hadis tentang urusan
agamanya, insya Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat sebagai alim dan
aku meminta ampun kepadanya.”

b. Kurikulum tahap tinggi/lanjutan


Pada tahap ini, kurikulum merupakan penyempurnaan pada tahap
pertama dan sifatnya lebih luas dan bersifat takhasus (spesialiasi). Pada tahap
pertama ini terdapat jurusan dasar yaitu jurusan sastra yang meliputi ilmu
syari‘at, bahasa, sastra, dan kemanusiaan termasuk tafsir, hadis, fiqh, ushul
fiqih, ilmu kalam, nahwu, tarikh. Sedangkan jurusan spesliasasi yaitu
jurusan saisn dan sastra yang meliputi ilmu matematika, fisika, falsafah,
disamping ilmu agama dan bahasa. Kajian agama, bahasa dan sastra
merupakan dasar bagi semua takhasus sampai pada takhasus ilmiah. Luasnya
kurikulum pendidikan tinggi/lanjutan menyebabkan perbedaan kandungan
dalam keutamaan, kegunaan/ martabat dan kajian/penyebaran. Dan inilah
yang melahirkan berbagai pembagian ilmu dalam Islam(Ahmad &
Saehudin, 2016)
c. Hadist-hadist tentang Kurikulum Pendidikan
Berdasarkan hasil penelusuran penulis dalam kitab hadis, tidak
ditemukan kata khusus mengenai krikulum (manhaj al-dirasah), namun
penulis mencoba memahami kurikulum berdasarkan matan hadis yang
bermuatan konsep kurikulum baik secara mantuq maupun mafhum.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 53

1) Materi Ilmu Agama dan Al-Quran


‫سعٍد تِْ جثٍَْس َعِ اتِْ َعثَّاض أ َ َُّ َزس٘ َه‬ َ ِْ ‫ّللا تِْ عثْ ََاَُ تِْ خثٌٍَْ َع‬َّ ‫سى َحدَّثََْا ش ٍَْٕس أَت٘ َخ ٍْث َ ََحَ َع ِْ َعثْد‬ َ ٍ٘ ِْ‫سِ ت‬ َ ‫َحدَّثََْا َح‬
ْ َّ َ
ٌَ‫ض َع ٌَدَٓ َعيَى مَرفً أ ْٗ َعيَى ٍَ ْْنثً شَلَّ َسعٍد ث ٌَّ قَا َه اىيٖ ٌَّ فَق ْٖٔ فً اىدٌِ َٗ َعي َْٔ اىرَّأٌٗي‬ َ َٗ ٌَ ‫سي‬ َّ َّ ‫صيَّى‬
َ َٗ ٍَْٔ‫ّللا َعي‬ َ ‫ّللا‬ َّ

Dari Ibnu „Abbas bahwasanya Rasulullah Saw.. meletakkan tanggannya pada punggung
Ibnu „Abbas atau pundaknya, – perawi Hadis ini, Said ragu- kemudian Rasulullah Saw..
berdo‟a: Ya Allah berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam tentang agama dan
ajarilah dia takwil (Al-Quran). (HR. Ahmad ibn Hanbal)
Ibnu ‗Abbas mengatakan bahwa Rasulullah Saw.. wafat, sedang usia Ibnu
‗Abbas memasuki 10 (sepuluh) tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat
muhkam. Ibnu ‗Abbas telah mengatakan pula kepada Sa‘id bin Jubair (muridnya):
“aku telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah Saw... Said
bertanya kepadanya: ―Apakah ayat-ayat muhkam itu? Ibnu ‗Abbas menjawab: “Surat-
surat yang mufashal (yang pendek-pendek). Ibnu Katsir ra telah mengatakan bahwa
dengan interpretasi apapun makna hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari
anak-anak untuk membaca Al-Quran meskipun dalam usia dini, bahkan
adakalanya disunnahkan atau diwajibkan.
Selain itu Al-Quran sendiri merupakan materi pertama yang harus diajarkan
kepada siswa. Rasulullah Saw. telah bersabda:

َ ًََ‫سي‬
ِْ ‫ع‬ َّ ‫س ْعدَ تَِْ عثَ ٍْدَج َ َع ِْ أَتً َعثْد‬
ُّ ‫اىسحْ ََِ اى‬ َ ‫سَ ْعد‬ َ ‫ع ْي َق ََح تِْ ٍَ ْسثَد‬َ ًّ‫َحدَّثََْا َح َّجاج تِْ ٍ ْْ َٖاه َحدَّثََْا ش ْع َثح َقا َه أ َ ْخثَ َس‬
ً‫اىسحْ ََِ ف‬ َ َٗ َُ‫سيَّ ٌَ قَا َه َخٍْسم ٌْ ٍَ ِْ ذَعَيَّ ٌَ ْاىق ْسآ‬
َّ ‫عيَّ ََٔ قَا َه َٗأَ ْق َسأ َ أَت٘ َعثْد‬ َّ ‫صيَّى‬
َ َٗ ٍَْٔ‫ّللا َعي‬ َ ً‫ع ِْ اىَّْث‬ َ ْْٔ ‫ّللا َع‬
َّ ًَ ‫عثْ ََاَُ َزض‬
َ‫إ ٍْ َسج عثْ ََاَُ َحرَّى َماَُ ْاى َح َّجاج قَا َه َٗذَاكَ اىَّري أَ ْقعَدًَّ ٍَ ْقعَدي َٕر‬
Telah menceritakan kepada kami hujjaj ibn Minhaal telah menceritakan syu‟bah iaberkata
„Alqamah ibn mursyid telah mengkhabarkan kepadaku saya mendengar Said ibn „Ubaidah
dari ayah Abdurrahman al-silmy dari „Usman ra Nabi Saw.. telah bersabda: “Yang paling
baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. (HR.
Bukhari).
2) Pendidikan Keimanan
Pendidikan keimanan ini bertujuan mengingatkan anak dengan dasardasa iman,
rukun Islam dan dasar-dasar syariat. Pendidikan keimana ini menempatkan
hubungan antara hamba dengan Khaliknya menjadi bermakna, perbuatannya
bertujuan dan berakhlak mulia. Sehingga pada akhirnya ia akan memiliki
kompetensi dalam memegang peran khalifah fi al-ard. Pendidikan keimanan ini
seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. :

“Bacakanlah pada anak-anak kalian kalimat pertama dengan la ilaha illa Allah (tidak ada
Tuhan selain Allah)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 54

Hadis ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kalimat tauhid dan syiar Islam itu
merupakan hal yang pertama harus masuk ke telinga anak sebagai penanaman
dasar-dasat keimanan bagi anak.
3) Sholat

‫حدثْا ٍؤٍو تِ ٕشاً ٌعًْ اىٍشنسي ثْا إسَاعٍو عِ س٘از أتً حَصج قاه أت٘ داٗد ٕٗ٘ س٘از تِ داٗد أت٘ حَصج‬
ٌ‫ قاه زس٘ه هللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ “ٍسٗا أٗالدم‬: ‫اىَصًّ اىصٍسفً عِ عَسٗ تِ شعٍة عِ أتٍٔ عِ جدٓ قاه‬
‫تاىصالج ٌٕٗ أتْاء سثع سٍِْ ٗاضستٌٕ٘ عيٍٖا ٌٕٗ أتْاء عشس سٍِْ ٗفسق٘ا تٌٍْٖ فً اىَضاجع‬

Telah menceritakan kepada kami Muammal ibn Hisyam yaitu al-Yasykariy telah bercerita
Isma‟il dari Saw..war Abi Hamzah telah berkata Abu Dawud dan dia Saw..war ibn Daud
Abu Hamzah al-Mazni as-Shirafi dari „Umar ibn Syu‟aib dari ayahnya dari neneknya telah
berkata: Bersabda rasulullah Saw..” Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika
berumur 7 (tujuh) tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat, dan
pisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri)” (H.R. Abu Dawud)

Hadis ini tergolong syarif marfu‟ dan diriwayatkan melalui sanad perawi dengan
kualitas sahih yang diriwayatkan melalui perawi-perawi sebagai berikut:
Muammal bin Hisyam yaitu al-Yasykariy adalah periwayat yang tsiqah, Isma‘il
adalah periwayat yang tergolong tsiqah hafidh, Saw.. war ibn Daud Abu Hamzah
adalah periwayat yang tergolong shuduq lahu auham, ‗Umar ibn Syu‘aib periwayat
yang tergolong shuduq, ayahnya adalah periwayat yang memiliki tingkat shuduq,
adapun neneknya adalah dari kalangan sahabat yang tidak lagi diragukan
kualitasnya.

Hadis ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun
maka instink yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin
membuktikan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara
hati-hati dengan menyangkal semua penyebab kerusakan dan arah penyimpangan.
Caranya antara lain dengan memisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri).36
Ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Mahmud Junus bahwa aspek rohani
termasuk dimensi yang harus dijadikan sebagai isi kurikulum dalam pendidikan
melalui perintah shalat pada usia 7 (tujuh) tahun dan juga bersinggungan dengan
dasar psikologis yang ditawarkan al-Syaibani sebagai dasar pokok dalam
kurikulum pendidikan Islam.

4) Pendidikan Moral/Ahklak
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan
keutamaannya, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak didik.
Pendidikan akhlak merupakan bagian terbesar dari isi kurikulum pendidikan
Islam. Rasulullah Saw. bersabda:
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 55

“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kalian dan keluarga kalian, dan didiklah mereka
dengan budi pekerti yang baik.”

Berdasarkan hadis tersebut bahwa pendidikan akhlak itu merupakan hal yang
sangat urgen. Hal ini diperkuat oleh sabda Nabi Saw... yang lain, yaitu:

“Dari Aisyah r.a. Rasulullah Saw... bersabda: Sesungguhnya orang yang sempurna
imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling lemah lembut
terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

5) Kesenian
Suatu hari Khalifah Abu Bakar telah menghardik puterinya, Aisyah, ketika ia
menyaksikan dua orang hamba sahaya menyanyi di rumah beliau, Rasulullah Saw.
bersabda:

Berdasarkan Hadis di atas kita dapat mengetahui bahwa, kurikulum pendidikan


Islam tidak mengabaikan perkembangan bakat seni dan pertumbuhan rasa
keindahan. Malah sebaliknya ia sangat menaruh perhatian kepada kesenian dan
memberinya peluang kajian serta pengalaman yang dapat menolong
perkembangannya. Di samping kajiankajian kesusasteraan, peluang-peluang untuk
menghafal dan menikmati puisi serta prosa yang baik, pendidikan Islam memberi
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 56

tempat yang luas pada kajian-kajian dan pengalaman-pengalaman yang cukup


pada sebagian corak dan bidang seni rupa yang tidak menganggu akidah.
Kalau bukan karena perhatian pendidikan Islam dan kurikulum kesusasteraan
dan seni, tentulah kita tidak mendapati peninggalan sastra dan kesenian yang
ditinggalkan oleh ulama-ulama, sastrawan-sastrawan, dan seniman-seniman kita
terdahulu; yang mengandrungi syairsyair, prosa-prosa gambar-gambar bukan
benda hidup, ukiran-ukiran, perhiasan-perhiasan, ukiran-ukiran pada kayu,
tembaga, tulisan-tulisan al-Quran, dan permulaan-permulaan surah al-Quran yang
sangat indahal. Begitu juga bentuk-bentuk kesenian, dan kajian dan
penyelidikanpenyelidikan musik yang paling sempurna. Tanpa perhatian itu kita
tidak akan mendapati ahli seniman-seniman Muslim terkenal yang mashur pada
segala bidang sastra, seni dan musik
6) Militer, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Pada masa Madinah, Nabi Saw. telah memasukkan materi kesehatan dan
kekuatan jasmani dalam kurikulum pendidikannya. Secara praktis (amaliah) shalat,
wudhu‘, mandi, puasa dan haji telah mengandung pendidikan kesehatan dan
kekuatan fisik. Selain itu Nabi juga mengajarkan agar makan dan minum secara
sederhana, tidak berlebihan. Nabi pun mengajak mempelajari cara berperang.
Tentu saja tujuan utamanya untuk persiapan pembelaan diri. Beliau bersabda:

Telah menceritakan kepada kami Qutaybah ibn Sa‟id, telah bercerita Hatim dari yazid
bin Abi „Ubaid dari salamah, telah menceritakan kepada kami samah ra berkata: Pada suatu
hari Rasulullah Saw.. bersua dengan sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang
berlomba memanah, maka beliau Saw.. bersabda: Memanahlah kalian, hai bani Ismail, sebab
nenek moyangmu dahulu (Ibrahim As) adalah seorang pemanah.Panahlah dan saya
bersama bani fulan. Maka salah satu kelompok berhenti. Rasul bersabda: kenapa kamu tidak
memanah, maka mereka berkata: wahai Rasulullah Saw.. kami memamah tapi kamu
memihak kepada mereka, Rasul pun bersabda: Panahlah dan saya bersama kalian semuanya
(HR. Bukhari).
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 57

Berikut juga sebuah anjuran untuk memanfaatkan waktu luang anak dalam
bentuk kegiatan yang berguna. Anak sebaiknya dianjurkan pula untuk melakukan
perlombaan olah raga lainnya, seperti berlari, menunggang kuda dan berenang.
Semua itu dapat menumbuhkan keberanian dan kehandalan dalam jiwa anak-anak
sekaligus menghilangkan sifat pengecut. Sebagaimana Sabdanya:

Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibn Yunus berbicara kepada kami Ibn Abi dzi‟bi
dari naafi‟ ibn Abi Naafi‟ dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah Saw.. telah bersabda:
Tidak ada keunggulan kecuali dalam menunggang hewan. (HR. Abu Daud)

Memang sejarah telah mencatat peperangan sangat banyak terjadi di zaman


pemerintahan Khalifah Umar ibn Khattab, dalam rangka ekspansi Islam. Untuk
persiapan ini, maka beliau mengirimkan surat kepada para gubernur yang
memerintahkan para orang tua untuk mengajarkan anakanak mereka keterampilan
berenang, kepandaian menunggang kuda, dan belajar melempar panah.

7) Keterampilan
Rasulullah Saw. bersabda:
َٰٓ ُ‫ٌٌُٰٓمَاتِن‬
‫وٌٰٓفًِٰٓﺳَتٌِنِهِ ﺻَ ٰٓف‬ َٰٓ ٌ‫بٰٓانَّ ِٰٓذ‬
ُّ ِ‫ِإٌَّٰٓاﷲٌَُٰٓح‬
Sesungguhnya Allah suka jika seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan bahwa
membuatnya dengan baik (professiona)
Pendidikan Islam juga menaruh perhatian pada ilmu teknik, praktis dan pada
latihan-latihan kejuruan dan pertukangan. Perhatiannya tidak hanya terbatas pada
ilmu-ilmu dan kajian-kajian teoritis yang diperoleh melalui pengajaran dan kajian
teoritis pada cara-cara dan sumber-sumber tertulis yang banyak mengunakan
pemikiran abstrak. Pendidikan Islam tetap mementingkan ilmu-ilmu praktis di
mana pelajar menggunakan akal, tangan dan jari-jarinya. Ia bersentuhan dengan
benda-benda kasar selama mengkaji dan melatih diri, yang akhirnya menyiapkan
untuk mengembangkan keterampilan tangan (manual dexterity) dan menciptakan
produksi yang baik.
8) Bahasa, Filsafat, Astronomi, Matematika dan Kedokteran

Hadis Nabi Saw.. menggunakan perkataan adalah untuk


menggungkapkan Bahasa Suryani. AJ. Wensinck di dalam kitabnya yang berjudul:
al-Muj‟am al-Mufahras li Al-fadz al-Hadis al-Nabawi, mencatat bahwa, perkataan al-
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 58

suryaniyyat tersebut dijumpai dalam beberapa kitab Hadis, salah satu diantaranya
adalah kitab : al-Jami‟ al-Sahih, Jilid 1, bab Fi Ta‟lum al-Suryaniyyat karya al-Tirmidzi,
sebagai berikut:

ًّ‫ أٍس‬: ‫حدثْا عيً تِ حجس أخثسّا عثد اىسحَِ تِ أتً اىصّاد عِ أتٍٔ عِ خازجح تِ شٌد عِ ثاتد عِ أتٍٔ شٌد تِ ثاتد قاه‬
‫زس٘ه هللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ أُ أذعيٌ ىٔ مراب ٌٖ٘د قاه إًّ ٗهللا ٍا آٍِ ٌٖ٘د عيى مراب قاه فَا ٍس تً ّصف شٖس حرى‬
ِ‫ذعيَرٔ ىٔ قاه فيَا ذعيَرٔ ماُ إذا مرة إىى ٌٖ٘د مرثد إىٌٍٖ ٗإذا مرث٘ا إىٍٔ قسأخ ىٔ مراتٌٖ قاه أت٘ عٍسى ٕرا حدٌث حس‬
‫صحٍح‬
‫ٗقد زٗي ٍِ غٍس ٕرا اى٘جٔ عِ شٌد تِ ثاتد زٗآ األعَش عِ ثاتد تِ عثٍد األّصازي عِ شٌد تِ ثاتد قاه أٍسًّ زس٘ه‬
‫ حسِ صحٍح‬: ًّ‫هللا صيى هللا عئٍ ٗسيٌ أُ أذعيٌ اىسسٌاٍّح قاه اىشٍخ األىثا‬

Zayd ibn Tsabit, ia berkata: Rasulullah Saw.. memerintahkan kepadaku untuk mempelajari
bahasa Ibrani guna menterjemahkan surat orang-orang Yahudi. Zaid berkata dengan nada
semangat:”Demi Allah, sesungguhnya akan kubuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa
aku mampu menguasai bahasa mereka.” Zaid melanjutkan: “setengah bulan berikutnya aku
mempelajarinya untuk Nabi Saw.. dengan tekun dan setelah aku menguasainya, maka aku
menjadi juru tulis Nabi Saw.. apabila beliau berkirim surat kepada mereka, akulah yang
menuliskannya; dan apabila beliau menerima surat dari mereka, akulah yang
membacakandan yang menerjemahkannya untuk Nabi Saw... Berkata Abu Isa Hadis ini
hasan shahihal. Menurut riwayat lain, bahwa Zayd bn Tsabit, ia berkata: Rasulullah Saw..
telah menyuruh aku belajar bahas Suryani. Berkata Syekh al-Bani Hadis ini Hasan
Shahihal. (HR. Tirmidzi)

Dalam Hadis ini Nabi Saw. menganjurkan Zaid ibn Tsabit untuk mempelajari
bahasa Suryani. Muncul sebuah pertanyaan, kenapa Nabi Saw.. menganjurkan
sahabat dan sekretaris beliau tersebut mempelajari bahasa Suryani? Dari sejarah
peradaban dapat diketahui bahwa, banyak ilmu-ilmu yunani telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Suryani, misalnya filsafat, astronomi, matematika, kedokteran,
dan lain-lain. Ini berarti bahwa, Nabi Saw.. menganjurkan umat Islam mempelajari
filsafat, astronomi, matematika dan kedokteran yang terdapat dalam bahasa
Suryani tersebut.43 Sehubungan dengan ini, Imam Syafi‘i mengatakan barangsiapa
yang mempelajari matematika, maka pendapatnya akan(Mukti, 2010) Oleh karena
itu matematika sangat diperlukan dalam memahami ilmu faraidhal. Imam Ghazali
(w. 505/1111) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang yang tidak pernah
belajar logika -salah satu cabang filsafat- adalah tidak bisa diandalkan.45 Perintah
(Khithab) Nabi kepada Zaid ibn Tsabit itu berlaku juga bagi semua umat Islam
hingga akhir zaman. Banyak pakar Hadis yang telah memberikan penilaian atau
kritik terhadap kualitas Hadis yang diriwayatkan al-Tirmidzi ini. Salah seorang di
antaranya adalah Syekh al- Bani. Menurutnya, kualitas Hadis ini adalah Hasan
Sahihal. Maka hadis ini dapat dijadikan dalil bahwa mempelajari ilmu-ilmu aqliyah
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 59

dianjurkan dalam Islam. Konsekwensinya, pro dan kontra tentang pentingnya


ilmuilmu aqliyah dalam Islam dapat dikurangi.

Ini menunjukkan bahwa, kurikulum pendidikan Islam juga menaruh perhatian


pada pengajaran bahasa asing. Karena bahasa-bahasa itu merupakan alat
komunikasi dengan dunia luar, sarana mempelajari kebudayaan, ilmu-ilmu
pengetahuan, hikmah-hikmahnya yang bermanfaat dan juga merupakan faktor
yang menolong kerjasama antar bangsa. Oleh sebab itu, kaum muslimin dahulu
tidak segan-segan mempelajari bahasa asing. Kebutuhan kepada bahasa semakin
bertambah ketika dunia Islam semakin luas, dan banyak bangsa-bangsa yang
mempunyai bahasabahasa, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan asli memasuki
agama Islam yang bahasanya perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Begitu
juga kebutuhan terhadap bahasa asing ini bertambah besar ketika kehidupan di
dunia Islam bertambah kompleks dan fungsi negara semakin banyak, keadaaan
ekonomi, sosial dan kebudayaan bertambah baik. Sehingga kebutuhan
menterjemahkan apa yang ditulis pada kebudayaan-kebudayaan lain termasuk
ilmu pengetahuan, surat menyurat, dan falsafah yang berguna untuk memberi
kemaslahatan kepada masyarakat Islam dan kebudayaan Islam

3. PENDIDIK MENURUT PANDANGAN ISLAM


Hakikat pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi
anak didik, baik afektif, kognitif, maupun psikomotor. Adapun definisi pendidik
secara sederhana yang dipersepsi oleh masyarakat awam adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Padahal menurut defnisi dari
Ahmad Tafsir pendidik dalam pandangan Islam adalah orang yang
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik psikomotor,
kognitif, maupun potensi efektif (Ahmad & Saehudin, 2016). Pendidik juga
diartikan bukan sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya tetapi
dia adalah tenaga profesional yang dapat mengantarkan anak didiknya
merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi (Nurjali
& Rosadi, 2021).

Pendidik memiliki kedudukan yang mulia di mata Islam, bahkan lebih


mulia dari kedudukan seorang ahli ibadah tetapi tanpa ilmu. Pendidik yang
memiliki kedudukan mulia ini adalah mereka yang mengajarkan kebaikan
dengan ilmunya, sehingga Allah dan malaikat-malaikat- Nya serta penduduk
langit dan bumi sampai semut dan ikan pun ikut bersalawat atau mendoakan
mereka (Muvid, 2020). Paparan di atas adalah berdasarkan hadits nabi berikut ini:

―Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn „Abdul A‟la al- Shan‟ani,
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 60

memberitahukan kepada kami Salamat ibn Raja‟, memberitahukan kepada kami Walid bin
Jamil, memberitahukan kepada kami Qasim ibn „Abdurrahman, dari Abu Umamat al-
Bahili, berkata: “Disebutkan bagi Rasulullah saw, ada dua orang laki-laki, satu orang ahli
ibadah dan satu lagi ahli ilmu. Maka Rasulullah saw berkata: “Keutamaan seorang ahli
ilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan antara saya dengan yang paling rendah di antara
kamu”. Kemudian berkata Rasulullah saw. „Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya,
penduduk langit dan bumi, sampai semut yang berada di batu dan ikan, mereka
bersalawat kepada seorang pendidik yang mengajarkan kebaikan (ilmu)”. (HR. At-
Tirmidzi)

Pendidik membawa amanah Ilahiah untuk mencerdaskan kehidupan umat


manusia dan mengarahkannya untuk senantiasa taat beribadah kepada Allah dan
berakhalak mulia (Muvid, 2020), karena tanggung jawab tersebut, guru dituntut
untuk memiliki berbagai kompetensi. M. Surya mengatakan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik terbagi menjadi lima yaitu (Ahmad &
Saehudin, 2016): Kompetensi personal, kompetesi profesional, kompetensi sosial,
kompetensi intelektual, dan kompetensi spiritual. Kompetensi ini termasuk di
dalamnya sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di antaranya:

a. Kompetensi personal, ialah kualitas kemampuan pribadi seorang guru yang


diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini
mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Seperti bersih
tubuhnya, lemah lembut, kasih sayang, bijaksana, adil, tegas, ikhlas, rendah
hati, pemaaf, sabar, berwibawa dan sederhana.
b. Kompetensi profesional, ialah berbagai kemampuan yang diperlukan agar
dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesioan
meliputi aspek kepekaan atau keahlian dalam bidangnya, yaitu penguasaan
bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggungjawab akan
tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
c. Kompetensi sosial, ialah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar
dapat berhasil dalam hubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial
ini, termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan
tanggungjawab sosial.
d. Kompetensi intelektual, ialah penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan tugasnya sebagai guru.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 61

e. Kompetensi sepiritual, ialah kuliats keimana dan ketakwaan sebagai orang


yang taat dalam hal beragama.
Adapun syarat untuk menjadi seorang pendidik tentunya harus memenuihi
tujuh syarat dan kriteria, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut (Ahmad &
Saehudin, 2016):

a. Sifat, pendidik yang baik tentunya harus memiliki sifat-sifat antusias,


stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan
pekerja keras, toleran, sopan, bijaksana, dapat dipercaya, demokratis dan
sebagainya.
b. Pengetahuan, pendidik yang baik juga harus memiliki pengetahuan yang
memadai dalam mata pelajaran yang dia punya, dan terus mengikuti
kemauan dalam bidang ilmunya itu.
c. Apa yang disampaikan, pendidik yang baik juga mampu memberikan
jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasa
yang diharapkan siswa secara maksimal.
d. Bagaimana Mengajar, pendidik yang baik harus mampu menguasai
perangkat kegiatan belajar dari mulai perencanaan sampai penyelenggaraan
evaluasi.
e. Harapan, pendidik yang baik mampu memberikan harapan pada siswa,
mampu membuat siswa akuntable, dan mendorong partisipasi orang tua
dalam kemajuan akademi siswanya.
f. Reaksi pendidik terhadap siswa, pendidik yang baik biasa menerima berbagai
masukan, resiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada
siswanya, konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan dengan siswa, peduli
dan sensitif terhadap perbedaan-perbedaan latarbelakang sosial ekonomi dan
kultur siswa, dan menyesuaikan pada kebijakan-kebijakan menghadapi
perbedaan.
g. Management, pendidik yang baik harus mampu menunjukkan keahlian
dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisir kelas sejak hari
pertama dia bertugas, cepat mulai, melewati masa transisi dengan baik,
memiliki kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih aktifitas kelas dalam
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 62

satu waktu yang sama, sampai dengan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap
belajar menuju sukses.
Menurut Mumin dalam Jajuli dan Ghrazianendri, Peran guru jika
dilihat dari posisinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut
(Jajuli & Ghrazianendri, 2019):

a. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan


masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa
merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi
didalamnya.
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga, sehingga
dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua
bagi siswanya.
d. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk
siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku
e. Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa.
Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa aman
dan puas di dalamnya.

4. PESERTA DIDIK MENURUT PANDANGAN ISLAM


a. Pengertian Peserta Didik
Istilah lain yang berkaitan dengan peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
al-thalib. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu thalabayathlubu, thalaban, thalibun
yang mengandung arti orang yang mencari sesuatu. Berdasarkan pengertian di atas
dapat dipahami bahwa seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter tertentu. Untuk itu,
pengertian peserta didik dengan istilah thalib lebih bersifat aktif, mandiri, kreatif
dan tidak terlalu bergantung pada guru. Dan istilah thalib ini lebih cocok untuk
istilah mahasiswa.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 63

Selanjutnya, istilah yang berhubungan dengan peserta didik yaitu muta‟allim.


Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu „allama, yu‟allimu, ta‟liman. Yang berarti
orang yang mencari ilmu pengetahuan. Istilah muta‟allim yang menunjukkan
pengertian peserta didik, sebagai orang yang menggali ilmu pengetahuan.
Jika merujuk pada Al-Quran dan hadis, dapat dijumpai kata muta‟allim untuk
arti yang menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya bisa dilihat dalam QS. Al-
‗Alaq [96]: 4-5 sebagaimana bunyinya:

َ ّْ ‫عيَّ ٌَ ت ْاىقَيٌَ ۙ َعيَّ ٌَ ْاال‬


ٌْ َ‫ساَُ ٍَا ىَ ٌْ ٌَ ْعي‬ ْ ‫اىَّر‬
َ ‫ي‬

“Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-„Alaq [96]: 4-5)

Mengenai peserta didik ini, Samsul Nizar dalam (Asnawan, 2017) memberikan
lima kriteria bagi peserta, yaitu:

1) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki duanianya


sendiri.
2) Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan pertumbuhan
3) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu
baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia
berada
4) Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani unsur
jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati
nurani dan nafsu.
5) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang
dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
b. Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh
peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu. Dengan demikian, kebutuhan
tersebut harus dipenuhi dan diberikan kepada peserta didik. Dalam pandangan
(Ramayulis, 2006) ada delapan kebutuhan yang harus diberikan kepada peserta
didik.
1) Kebutuhan Fisik
2) Kebutuhan sosial
3) Kebutuhan status
4) Kebutuhan mandiri
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 64

5) Kebutuhan berprestasi
6) Kebutuhan disayang dan dicinta
7) Kebutuhan untuk mencurahkan hati
8) Kebutuhan terhadap Agama
c. Potensi Peserta didik
Sesuai dengan kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberi
seperangkat kemampuan dasar yang memilih kecenderunganberkembang. Dalam
prespektif Islam, kemampuan itu disebut dengan fitrah yang dalam pengertian
etimologis, mengandung makna kejadian atau suci. Secara bahasa, kata “fitrah”
berasal dari kata kerja ―fathoro” yang berarti menjadikan—lihat surat Ar-Rum ayat
30.
Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat kita ketahui bahwa makna fitrah
adalah suatu kemampuan dasar manusia yang berkembang secara dinamis,
dianugerahkan kepada Allah kepadanya dan mengandung komponen-komponen
tersebut bersifat dinamis dan responsif terhadap pengaruh lingkungan sekitar,
termasuk pengaruh pendidikan. Komponenkomponen tersebut menurut H. M.
Arifin, sebagaimana dikutip oleh Beni Ahmad, sebagai berikut:
1) Bakat
2) Instrik atau gharizah
3) Driver atau dorongan nafsu
4) Karakter atau watak
5) Intuisi
5. METODE PEMBELAJARAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Secara etimologi (bahasa), kata metode berasal dari dari dua suku
perkataan, yaitu metha dan hodos dalam bahasa Yunani. Metha artinya melalui
atau melewati dan hodos berarti ―jalan‖ atau ―cara‖. Dalam Bahasa Arab metode
dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris
metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia (Pito, 2019).
Dengan penggunaan metode, anak didik dapat memahami materi yang
disampaikan guru sehingga proses belajar akan berjalan efektif dan efisien
(Muvid, 2020), karena metode dapat diartikan sebagai ―cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu‖ (Ahmad & Saehudin, 2016).

Metode pendidikan Islam dalam penerapanya banyak menyangkut


permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri,
sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 65

dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Menurut M. Arifin ada beberapa


metodologis yang dijadikan landasan psikologis yang memperlancar proses
pendidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam. Beberapa prinsip itu antara
lain (M. Kholil Asy‘ari, 2014):

a. Prinsip Memberikan Suasana Kegembiraan. Prinsip ini dapat dirujuk didalam


ayat al-Quran dan Hadits antara lain:
ْ ُ‫س َٰٓس َو َٰٓل ٌُ ِس ٌْ ُٰٓد تِ ُك ُٰٓى ا ْنع‬
…ٰٓۖ ‫س َٰٓس‬ ْ ٍُ‫ّللاُ تِ ُك ُٰٓى ا ْن‬
ٰٰٓ ‫ٌُ ِس ٌْ ُٰٓد‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”


( QS. Al-Baqarah: 185)

Serta diperkuat dengan al-hadits yang artinya: “Permudahlah mereka dan


jangan mempersulit, gembirakanlah mereka dan jangan berbuat sesuatu yang
menyebabkean mereka menjauhi kamu ( Al-Hadits)

b. Prinsip Memberikan Layanan dan Santunan dengan Lemah Lembut.


Sebagaimana Firman Allah :
ٰٓ‫ﺳتَ ْغ ِف ْٰٓس نَ ُه ْى‬
ْ ‫ع ُْ ُه ْٰٓى َوا‬ ُٰٓ ‫ك ٰۖٓ فَاع‬
َ ‫ْف‬ َٰٓ ‫ٍ ح َْى ِن‬ ْٰٓ ‫ة َل َْفَض ُّْىا ِي‬ ِٰٓ ‫ظ ا ْن َم ْه‬َٰٓ ٍْ ‫غ ِه‬َ ‫ت فَ ًّظا‬
َٰٓ ُْ ‫ت نَ ُه ْٰٓى ٰۖٓ َو َن ْٰٓى ُك‬
َٰٓ ُْ ‫ّللاِ ِن‬
ٰٰٓ ٍ َٰٓ ‫فَ ِث ًَا َزحْ ًَحٰٓ ِ ّي‬
ٔ٦١ - ٍْ َٰٓ ٍ‫ة ا ْن ًُت َ َى ِ ّك ِه‬
ُّٰٓ ‫ّللاَ ٌُ ِح‬
ٰٰٓ ٌِ َّٰٓ ‫ّللاِ ٰۖٓ ا‬ٰٰٓ ‫عهَى‬ َ ‫ت َفٰٓت َ َى َّك ْٰٓم‬
َٰٓ ‫َوشَا ِو ْز ُه ْٰٓى ِفى ْالَ ْي ِٰٓس فَ ِاذَا ع ََز ْي‬

Artinya : ―Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.” (QS; Al-
Imran: 159)

c. Prinsip Kebermaknaan bagi Peserta Didik. Sebagaimana sabda Nabi SAW


yaitu ―Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal
pikiran mereka” (al-Hadits )
d. Prinsip Prasyarat Untuk menarik peserta didik dibutuhkan mukadimah dalam
langkah- langkah mengajar. Di dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang
memberikan prasyarat kepada manusia yang menjadi sasarannya dengan
menggunakan kata-kata yang mengandung tanbih (minta) perhatian yang
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 66

difirmankan pada awal suatu surat misalnya kata : (Alif laam miim), ( Kaaf
Haa Yaa 'Ain Shaad), (Alif laam mim shaad) dan lain sebagainya yang
mengandung makna bahwa firman yang hendak disampaikan Allah kepada
manusia adalah amat penting karena mengandung permasalahan baru yang
harus mereka perhatikan sepenuhnya.
e. Prinsip Komunikasi Terbuka, Dalam al-quran banyak ayat yang mendorong
manusia untuk membuka hati dan pikiranya diantaranya:
ٰٓ‫ٌ تِهَآٰ َونَ ُه ْٰٓى آٰذَآٌٰ َّل‬ َٰٓ ‫س نَ ُه ْٰٓى لُهُ ْىبٰٓ َّٰٓل ٌَ ْفمَ ُه ْى‬
َٰٓ ‫ٌ تِهَآٰ َونَ ُه ْٰٓى ا َ ْعٍٍُٰٓ َّٰٓل ٌُث ِْص ُس ْو‬ ِ ْ ‫ٍ ا ْن ِجٍِّٰٓ َو‬
ٰٓ ِ َْ ‫ال‬ َٰٓ ‫َونَمَ ْٰٓد ذَ َزأََْا ِن َج َهَُّ َٰٓى َك ِثٍ ًْسا ِ ّي‬
ٔ٧١ - ٌ َٰٓ ‫ك ُه ُٰٓى ا ْنغٰٓ ِفهُ ْى‬ ِٰٓ ‫ك ك َْالَ َْ َع‬
َ َ‫او تَ ْٰٓم ُه ْٰٓى ا‬
َٰٓ ٰٓ‫ض ُّٰٓم ٰۖٓ اُونٰٓى‬ َٰٓ ٰٓ‫ٌ تِهَآٰ اُونٰٓى‬َٰٓ ‫س ًَعُ ْى‬ ْ ٌَ

Artinya: ”Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka
Itulah orang- orang yang lalai”(QS.Al-A‟raf : 179).

f. Prinsip Pengetahuan Baru. Firman Allah yang mendorong manusia untuk


menciptakan ilmu-ilmu alam dan biologi dan psikologi antara lain:
٦ٖ- ‫ك اَََّهٰٓ عَهٰٓى ُك ِ ّٰٓم ش ًَْءٰٓ ش َِهٍ ْٰٓد‬
َٰٓ ‫ْف ِت َس ِّت‬ ُّٰٓ ‫ٍ نَ ُه ْٰٓى اَََّ ٰٓهُ ا ْن َح‬
ِٰٓ ‫ك ا َ َونَ ْٰٓى ٌَك‬ َٰٓ ٍَّ ‫ً ا َ َْفُس ِِه ْٰٓى َحٰٓت ٰى ٌَتَ َث‬ ِٰٓ َ‫الف‬
ْٰٓ ‫اق َو ِف‬ ْٰٓ ‫ﺳُُ ِسٌ ِْه ْٰٓى آٌٰٰٓ ِتَُا ِفى‬
َ

Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami


di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi
saksi atas segala sesuatu?”.(QS.Al-Fushilat: 53)

g. Prinsip Memberikan Model Prilaku Yang Baik. Peserta didik akan berprilaku
yang baik jika ada keteladanan yang dipraktekkan oleh guru dalam proses
belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan firman-Nya :
ٰٰٓ ‫ال ِخ َٰٓس َوذَك ََٰٓس‬
ٕٔ- ‫ّللاَ َك ِثٍ ًْسٰٓا‬ ْٰٓ ‫ّللاَ َوا ْن ٍَ ْى َٰٓو‬ ْٰٓ ًَ ‫سَُحٰٓ ِ ّن‬
َٰٓ ‫ٍ ك‬
ٰٰٓ ‫َاٌ ٌَ ْس ُجىا‬ ْ ُ ‫ّللاِ ا‬
َ ‫ﺳ َىجٰٓ َح‬ ٰٰٓ ‫ﺳ ْٰٓى ِٰٓل‬ ْٰٓ ‫َاٌ نَ ُك ْٰٓى ِف‬
ُ ‫ً َز‬ َٰٓ ‫نَمَ ْٰٓد ك‬

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”. (QS.Al- Ahzab; 21)

َٰٓ ٌ‫ً اِتْسٰٓ ِه ٍْ َٰٓى َوانَّ ِر‬


ٰٓ‫ٍْ َيعَه‬ ْٰٓ ِ‫سَُحٰٓ ف‬
َ ‫ﺳ َىجٰٓ َح‬ ْٰٓ ََ‫لَ ْٰٓد كَا‬
ْ ُ ‫ت نَ ُك ْٰٓى ا‬

Artinya : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia...”.(QS.Al- Mumtahana: 4)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 67

h. Prinsip Praktek Pengamalan Secara Aktif Firman Allah yang menunjukkan


pentingnya mengmalkan pelajaran yang telah dipahami dan hayati antara lain:
ٖ- ٌَٰٓ ‫ٌ تَمُ ْىنُ ْىا َيا َٰٓل ت َ ْف َعهُ ْى‬ ٰٰٓ ‫ٕ َكثُ َٰٓس َي ْمت ًا ِع ُْ َٰٓد‬- ٌ
ْٰٓ َ ‫ّللاِ ا‬ َٰٓ ‫ٌ َيا َٰٓل ت َ ْفعَهُ ْى‬ َٰٓ ٌ‫ٌٰٓاٌَُّهَا ا َّن ِر‬
َٰٓ ‫ٍْ آٰ َيُُ ْىا ِن َٰٓى تَمُ ْىنُ ْى‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu


yang tidak kamu kerjakan?; Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.(QS. As-Shaf: 2-3)

i. Prinsip Kasih sayang dan memberikan bimbingan serta penyuluhan, seperti


dalam ayat berikut:
ٔٓ٧- ٍَْٰٓ ًٍِ َ‫ك ا َِّٰٓل َزحْ ًَ ٰٓحً ِنّ ْهعٰٓه‬
َٰٓ ُٰٓ‫ﺳ ْه‬
َ ‫َو َيآٰ ا َ ْز‬

Artinya: ―Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”.( QS.Al-Anbiya: 107)

Al-Quran tidak memberikan eksplanasi tentang metode pendidikan


secara gamblang. Akan tetapi, kata at-Thariqah yang diterjemahkan sebagai
metode tersurat dalam beberapa ayat al-Quran (Qowim, 2020). Kata tersebut
disandingkan dengan kata lain yang menjadi sifat dari metode, seperti tariqin
mustaqim, yang dimaknai sebagai jalan/metode yang lurus, sebagaimana
firman Allah:

ْ ‫ك َواِنٰٓى َط ِسٌْكٰٓ ُّي‬


ٖٓ- ٰٓ‫ست َ ِمٍْى‬ ِّٰٓ ‫ِي اِنَى ا ْن َح‬ َٰٓ ٍ‫ص ِ ّدلًا ِنّ ًَا َت‬
ْٰٓ ‫ٍْ ٌَ َد ٌْ ِٰٓه ٌَ ْهد‬ َ ‫لَانُ ْىا ٌٰٓمَ ْى َيَُآٰ اََِّا‬
ْٰٓ ‫ﺳ ًِ ْعَُا ِكتٰٓثًا ا ُ َْ ِز َٰٓل ِي‬
َ ‫ٍ تَ ْع ِٰٓد ُي ْىﺳٰٓى ُي‬

Artinya: “Mereka berkata: Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan
kitab (al- Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”.(Al-
Ahqâf:30).

Al-Quran secara eksplisit mensinyalir beberapa metode yang bisa


diaplikasikan dalam pendidikan islam, diantaranya adalah:

a. Keteladanan
Guru yang berperan di depan panggung kelas harus selalu
memberikan contoh positif kepada siswa. Guru akan menjadi sentral
perhatian. Semuanya akan dimonitor oleh siswanya. Percontohan dari guru
merupakan cara efektif yang bisa bekerja di bawah sadar untuk
menghipnotis siswa sehingga mengalami transformasi, terutama tingkah
laku murid.

b. Metode Kisah-kisah (cerita)


Metode cerita merupakan salah satu metode yang paling banyak
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 68

digunakan dalam ayat-ayat al-Qur‘an, di dalam al-Qur‘an metode cerita


ditunjukkan kepada umat Islam agar umat Islam dapat menganalisa,
mengambil pelajaran dan menjadi pegangan hidup (Fitriyah, 2020). Bercerita
atau berkisah memiliki sentuhan khas yang menarik. Pendengar seolah
dibawa ke dalam latar dan setting sebagaimana isi cerita. Nilai moral yang
ada, secara bawah sadar akan merasuk kepada siswa. Guru yang memiliki
banyak amunisi kisah, bisa mentransfer ilmu dan etika melalui cerita yang
dibawakan. Walaupun hampir sama dengan ceramah, berkisah terkesan
lebih efektif untuk menarik perhatian.

c. Nasihat
Nasihat biasanya disampaikan dari orang yang lebih tua kepada
subjek yang lebih muda. Atau bisa juga dari orang yang berilmu kepada
yang membutuhkan. Nasihat disampaikan bukan untuk menggurui, tetapi
sebagai arahan, atau siraman terhadap gersangnya hati. Nasihat uga bisa
diberikan kepada subjek yang melakukan seuatu diluar jalur, dengan kata
lain melakukan kesalahan. Harapannya adalah timbul dan tumbuhnya
kebaikan.

d. Habituasi
Sasaran utama pendidikan islam adalah akhlak. Akhlak yang baik,
bisa tercermin sebagai buah kebiasaan. Alah bisa karena biasa. Mendidik
adalah membiasakan siswa dengan perilaku yang sesuai dengan arahan
Quran dan sunnah. Kebiasaan bisa dibentuk melalui pemberian latihan, dan
bimbingan khusus. Nalarisasi sesuatu yang terkait dengan keteraturan,
seperti belajar dari ketaraturan alam. Jika alam saja bisa berjalan sesuai
dengan aturan, manusia semestinya lebih bisa, karena posisinya sebagai
makhluk terbaik.

e. Metode Hukuman dan Ganjaran


Sudah menjadi kodratnya, bahwa keburukan akan bersanding dengan
hukuman, dan kebaikan akan bersanding dengan penghargaan. Keduanya
prinsip tersebut juga ditarik ke dalam dunia pendidikan. Sebagai
konsekuensi perbuatan yang tidak diharapkan, siswa harus mendapatkan
hukuman. Sebaliknya, kebaikan dan keberhasilan yang ditunjukkan oleh
siswa berhak untuk dihargai.

f. Metode Khotbah
Paparan melalui ceramah menjadi upaya yang paling banyak
digunakan dalam penyampaian materi atau persuasi. Khutbah harus
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 69

disesuaikan dengan tingkat kesanggupan peserta didik. Metode ceramah


digunakan dengan pertimbangan jumlah mahasiswa yang cukup banyak.
Metode ceramah berupa penjelasan konsep, prinsip, dan fakta.

g. Metode Jidal
Pencipta pasti memahami yang diciptakan. Allah sangat memahami
karakteristik manusia. Nafsu yang disematkan, pasti akan membawa
dampak. Yakni dominannya ego dan idealisme individual. Demi mencapai
suatu tujuan, manusia sering berdebat, beradu argumen. Dalam tataran
ilmiah, adu argumen juga tidak bisa terelakkan karena baik ayat al-Quran
atauput ayat kauniyah, akan melahirkan tafsir- tafsir sesuai dengan
kemampuan nalar pribadi manusia. Berdebat bahkan bisa menjadi sebuah
tradisi. Aturan berdebat diterangkan dalam al-Quran surat An-Nahl: 125)‖

Dengan demikian metode pendidikan Islam pada prinsipnya adalah


sama dengan metode pendidikan lainnya, namun secara esensial metode
pendidikan Islam lebih menekankan kepada pembentukan karakter manusia
yang sempurna, yaitu manusia yang beriman, bertakwa, beramal shaleh, dan
berakhlakul karimah (Ahmad & Saehudin, 2016).

6. MATERI PEMBELAJARAN MENURUT PANDANGAN ISLAM


Pembahasan mengenai pendidikan yang diberikan oleh Luqman kepada
anaknya dinyatakan dalam Q.S. Luqman: 13 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya”.
Klausa ya‘idhu dalam klausa di atas merupakan fi‘il mudhari‘ dari kata
wa‘adha. Kata wa‘adha berasal dari huruf waw, ‗ain dan dha‘ yang berarti
memberikan peringatan dengan baik yang dapat menggugah dan melunakkan
hati (Hidayat, 2016). Dengan kata lain, ya‘idhu bermakna upaya pemberian
nasehat dan peringatan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan
baik dengan ucapan yang dapat menyentuh dan menggerakkan hati.
Nasehat sebagai salah satu metode pendidikan berarti peringatan yang
mempunyai pengertian yang bersifat bimbingan dan pengarahan yang dapat
membangkitkan emosi dan perasaan orang lain untuk mau melaksanakan
perbuatan yang baik (Hidayat, 2016).
Dengan nasehat bermakna menyajikan bahasan tentang kebenaran dan
kebajikan dengan maksud mengajak orang yang diberi nasehat untuk
menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke jalan yang bahagia dan
berfaedah baginya. Suatu pertanda nasihat yang baik adalah yang diberi nasehat
tidak sekedar mementingkan kemaslahatan bagi dirinya yang bersifat duniawi,
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 70

tetapi ia juga mementingkan terhadap orang lain. Oleh karena itu, pendidik yang
memberikan nasehat itu hendaknya bersih dari perbuatan riya dan bersih dari
anggapan orang bahwa perbuatannya itu memiliki maksud lain dari yang
disampaikan. Dan ini berarti nasihat juga diperlukan dengan kecintaan. Dengan
demikian, Luqman al-Hakim menerapkan metode pendidikan yang mampu
menggugah perasaan dengan penuh kecintaan dan bijaksana yang dilakukan
secara terus menerus. Metode yang menyentuh perasaan yang disesuaikan
dengan perkembangan kejiwaan seseorang akan banyak memberikan pengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan.
Klausa selanjutnya terdapat dalam firman Allah yaitu yang artinya: “Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah
kedhaliman yang besar”
Klausa di atas menjelaskan materi pengajaran Luqman kepada anaknya,
yaitu larangan menyekutukan Allah. Dengan istilah lain, materi mendasar yang
perlu ditanamkan kepada anak adalah tentang ketauhidan. Seorang pendidik,
dalam hal ini dinyatakan dengan Luqman al-Hakim, perlu unuk memprioritaskan
materi ketauhidan ini kepada terdidik dengan tidak menyekutukan Allah dengan
apapun. Dan dinyatakan dalam ayat itu bahwa syirik adalah kedhaliman yang
besar, karena dalam syirik itu menyamakan antara yang berhak untuk disembah
dengan sesuatu yang tidak berhak untuk disembah. Dengan demikian, syirik
berarti menempatkan sesuatu yang berhak disembah terhadap sesuatu yang tidak
berhak untuk disembah. Dan hal ini dinamakan dengan kedhaliman.
Dalam potongan ayat di atas dapat dipahami bahwa Luqman al-Hakim
sebagai orang tua yang sedang memberi nasihat kepada anaknya agar tidak
menyekutukan Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu kewajiban orang
tua terhadap anaknya adalah mengajarkan nilai-nilai tauhid dan mencegah atau
menjauhkan anaknya dari kemusyrikan. Sebagian besar mufassir mengatakan
bahwa anak Luqman adalah orang musyrik kepada Allah, sehingga Luqman
tidak henti-hentinya selalu memberi nasehat agar anaknya hanya meng-Esakan
Allah saja(Hidayat, 2016).
Perintah untuk tidak berbuat syirik kepada dikuatkan dengan ayat
selanjutnya yang berbunyi:
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik

Klausa ini menjelaskan bahwa jika orang tua memaksakan anaknya untuk
mempersekutukan Allah, maka tidak ada kewajiban bagi anak untuk mengikuti
perintah orang tua. Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi untuk tidak
berbuat baik. Seorang anak tetap harus menghormati orang tua dan tidak boleh
memutuskan hubungan dalam kehidupan di dunia, walaupun orang tua
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 71

termasuk musyrik.(Sani, 2019) Berdasar pada ayat inidapat ditegaskan bahwa


melalui ayat-ayat Al-Qur‘an, Allah menganjurkan kepada orang tua untuk
menanamkan ketauhidan kepada anaknya dan menjauhkan diri dari
kemusyrikan.

D. KESIMPULAN
Tujuan dari pendidikan menurut Islam adalah mencapai derajat ketaqwaan,
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, membentuk pribadi muslim yang
berakhlak mulia, dan bahagia hidup di dunia dan akhirat. Pembahasan terkait
kurikulum dalam dimensi Hadist jika ditinjau dalam sifatsifat kurikulumnya seperti
yang dipaparkan oleh ahmad dan saehuduin dikatakan bahwa salah satunya yaitu
Mudah dan toleran artinya Ilmu yang bersumber dari Allah sangat realistis, dapat
diterapkan untuk individu mupun masyarakat agar setiap individu mencapai
derajat kesempurnaan, sehingga tercipta masyarakat yang mampu merealisasikan
kemaslahatan yang dikehendaki Allah.

Pendidik membawa amanah Ilahiah untuk mencerdaskan kehidupan umat


manusia dan mengarahkannya untuk senantiasa taat beribadah kepada Allah dan
berakhalak mulia, oleh karena itu pendidik menurut pandangan Islam harus
memiliki beberapa kompetensi yaitu kompetensi personal, kompetensi professional,
kompetensi sosial, kompetensi intelektual, dan kompetensi spiritual. Sedangkan
pembahasan mengenai peserta didik dalam padangan islam dikatakan bahwa
Sesuai dengan kesuciannya dalam struktur manusia, Allah telah memberi
seperangkat kemampuan dasar yang memilih kecenderunganberkembang. Dalam
prespektif Islam, kemampuan itu disebut dengan fitrah yang dalam pengertian
etimologis, mengandung makna kejadian atau suci. Secara bahasa, kata “fitrah”
berasal dari kata kerja ―fathoro” yang berarti menjadikan—lihat surat Ar-Rum ayat
30.

Metode pembelajaran di dalam al-Qur‘an tidak disebutkan secara gambling,


namun menurut al-QUr‘an metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
adalah metode keteladanan, kisah-kisah, nasihat, habituasi, hukuman dan ganjaran,
khotbah dan jidal. Sedangkan dalam materi pembelajaran menurut pandangan
islam mengutip pesan yang diberikan oleh luknan kepada anaknya dalam QS.
Luqman 31 ayat 13 dikatakan bahwa Nasehat sebagai salah satu metode pendidikan
berarti peringatan yang mempunyai pengertian yang bersifat bimbingan dan
pengarahan yang dapat membangkitkan emosi dan perasaan orang lain untuk mau
melaksanakan perbuatan yang baik.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 72

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., & Saehudin. (2016). Hadis Pendidikan, Konsep Pendidikan Berbasis Hadis.
In Humaniora.

Asnawan. (2017). Komparatif Teori Perkembangan Peserta Didik Menurut Barat


dengan Islam dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam. Ocean Modelling, 1–18.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ocemod.2013.04.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.
ocemod.2011.06.003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.ocemod.2008.12.004%0Ahttp:
//dx.doi.org/10.1016/j.ocemod.2014.08.008%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jcp.2
009.08.006%0Ahttp://dx.doi

Fitriyah, L. (2020). Student Centered Learning dalam Surah Al-Kahfi. Ta`Limuna: Jurnal
Pendidikan Islam, 9(1), 31–51. https://e-journal.staima-
alhikam.ac.id/talimuna/article/view/354

Hidayat, N. (2016). KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Q.S. LUQMAN AYAT


12-19. TA‟ALLUM, 04(1), 359–370.

Jajuli, J., & Ghrazianendri, S. (2019). Keteladanan Guru Dalam Perspektif Pandangan
Al-Qur‘an Dan Al-Hadist Melalui Implementasi Kurikulum 2013. Al-Afkar, Journal
For Islamic Studies, 4(1), 207–225. https://doi.org/10.31943/afkar_journal.v4i1.69

M. Kholil Asy‘ari. (2014). Metode Pendidikan Islam. Qathrunâ, 01(1), 193–205.

Mukti, A. (2010). Sejarah dan Pembaharuan Pendidikan Islam (A. A. R. dan Marliyah (ed.);
Cita Pusta). Cita Pustaka Media Perintis.

Muvid, M. B. (2020). Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Tinjauan Hadits (Studi
Analisis Tentang Hadits-Hadits Pendidikan). Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan,
4(1), 1. https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1733

Nurjali, N., & Rosadi, K. I. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Al-Qur‘an Dan
Hadits Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam: Manajemen, Guru,
Lingkungan. Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 3(1), 20–37.
https://www.dinastirev.org/JIMT/article/view/667

Pito, A. H. (2019). Metode Pendidikan dalam Al-Qur‘an. Andragogi: Jurnal Diklat Teknis
Pendidikan Dan Keagamaan, 7(1), 113–129.
https://doi.org/10.36052/andragogi.v7i1.74

Qowim, A. N. (2020). Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur‘an. IQ (Ilmu Al-


Qur‟an): Jurnal Pendidikan Islam, 3(01), 35–58. https://doi.org/10.37542/iq.v3i01.53

Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan islam. KalamMulia.

Rohman, F. (2021). Tujuan pendidikan Islam pada hadis-hadis populer dalam


Shahihain. Ta‟dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 10(3), 367.
https://doi.org/10.32832/tadibuna.v10i3.5107
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 73

Rusmin B., M. (2017). Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam. Inspiratif Pendidikan, 6(1),
72. https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4390

Sani, R. (2019). Karakteristik Penafsiran Muhammad ‗Ali Al-Shabuniy Dalam Kitab


Shafwah Al-Tafâsîr. TAJDID : Jurnal Ilmu Keislaman Dan Ushuluddin, 21(1), 32–43.
https://doi.org/10.15548/tajdid.v21i1.239

Suparman, H. (2018). Konsep Pendidikan Modern dalam Perspektif Al-Qur‘an. IQ (Ilmu


Al-Qur‟an): Jurnal Pendidikan Islam, 1(01), 61–83.
https://doi.org/10.37542/iq.v1i01.6

Yaniawati, P. (2020). Penelitian Studi Kepustakaan (library Research). R. Poppy


Yaniawati, April, 15.

Zaim, M. (2019). TUJUAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS


(Isu Dan Strategi Pengembangan Pendidikan Islam). Muslim Heritage, 4(2).
https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v4i2.1766
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 74

Chapter 6
Teori belajar menurut al ghazali dan al zanurji

Oleh:

FARHANA (210103210017)
SUHARTONO (210103210023)
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 75

Teori Belajar Menurut Al-Ghazali dan Al-Zarnuji

Suhartono – Farhana
Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No. 50 Malang, Telp. 085859223549

Abstrak: :peradaban islam klasik pada zaman penyebaran di kota makkah. Manusia
mulai diperkenalkan dengan ilmu serta belajar memiliki sikap yang terpuji. Belajar
adalah sebuah kata yang tidak asing dalam dunia pendidikan, dengan belajar dapat
mewujudkan tujuan dibentuknya Negara yaitu warga yang beradab dan berwawasan
global. Dengan demikian perlu dipahami terlebih dahulu secara radikal makna dari
teori belajar dalam pandangan islam. Imam Al-Ghazali dan Al-Zarnuji merupakan
tokoh besar islam dalam pencetusan teori belajar. Dari teori-teori yang ditemukan telah
berhasil melahirkan banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal. Perlu diketahui
pemikiran dari kedua tokoh ini untuk dapat dijadikan khazanah. Serta tujuan
penelitian pertama, untuk mengetahui secara umum defini dari teori belajara. kedua,
untuk mengetahui secara secara kontekstual teori pembelajaran yang dilakukan oleh
imam ghazali dan al-zarnuji. Ketiga, untuk mengetahui etos dalam melakukan interaksi
antara pendidik dengan peserta didik. Keempat, untuk mengetahui proses belajar
menurut imam ghzali dan al-zarnuji, kelima. Untuk mengetahui metode metode
pembelajaran menurut imam ghzali dan al-zarnuji. Konsep guru dalam literatu
kependidikan islam, seorang gur atau pendidik dapat disebut sebagai ustadz, mu‘alim,
murabby, mursyid, mudarris dan mu‘adib. nilai lebih pada konsep dan metode yang
digunakan dalam analisis penyusunan yaitu melalui metode leabrary reaserch dan
content analisis

Kata Kunci : Teori Belajar, Teori Belajar Imam Al-Ghazali dan Teori Belajar Imam Al-
Zarnuji

A. PENDAHULUAN
peradaban islam klasik pada zaman penyebaran di kota makkah. Manusia mulai
diperkenalkan dengan ilmu serta belajar memiliki sikap yang terpuji. Setelah
penyebaran islam yang nabi muhammad saw lakukan selama 35 tahun. Dengan
melalui dua tahapan yaitu melalui penyebaran jahhr dan sirry maka hingga zaman
sekaranglah islam merasakan kedamaian. sehingga muncullah ulama‘-ulama‘ serta
mu‘alim yang populer pada zaman itu. Dalam hal tersebut penulis akan membahas
tentang pemelajaran yang dilakukan oleh imam ghzali dan imam al-zarnuji. Pada
kedua tokoh tersebut muncul pada zaman klasik tetapi perbedaan dari kemunculannya
didahului oleh imam al-Ghzali. dalam kondisi pendidikan yang telah lembaga pada
masa sekarang, penulis menanalisis bahwa penerapan spiritual serta tentang budi
pekerti atau etika sering di abaikan. Karena pada zaman sekarang teknologi dan
zaman, menjadikan lembaga mendapat tekanan untuk selalu menjadikan peserta didik
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 76

atau anak usia dini agar lebih aktif. Sehingga hal tersebut menjadikan seorang pendidik
berkurang dalam wibawanya. Penulis meninjau ketika zaman kalasik keyika rosul
melakukan khutbah di masjidi aqsha, untuk menyebarkan ilmu kepada masyarakat
madinah. Melalui persitiwa tersebut bahwa seorang pendidik dengan peserta didik
memiliki derajat yang berbeda serta memiliki tingkatan yang berbeda dari segi perilaku
dan dari segi intlektualitas. Maka penelitian yang akan penulis lakuakan yaitu
menjadikan seorang peserta didik agar selalu memilikirasa hormat terhadap pendidik.
Bila dengan penerapan teori belajar imam ghzali dan al-zarnuji diharpakan dalam
pemeblajaran siswa di ajarkan etos terhadap guru, karena seorang imam ghzali adalah
seorang figur yang mengedepandak akhlak secara mendalam dari segi amaliyah dan
dzikir. Sedangkan al0zarnuji adalah seorang figur yang memiliki etos dan spiritual
yang dapat menjadikan peseta didik lebih mengerti dalam berakhlaq mencari ilmu.
Adapun hasil yang memiliki fakta literatun yang bersifat relasi terhadap judul
diatas sebagai berikut: pertama, literatur yang berjudul ―Etos Belajar Dalam Kitab
Ta‘liim Al-Muta‘allim Thaariq Al-Ta‘allum Karya Imam Al-Zarnuji ― (Sodiman, 2013).
Kedua literatur yang berjudul ―Relevansi Pemikiran Syekh Al-Zarnuji Dalam Konteks
Pembelajaran Moderen ― (Kambali, 2015). Ketiga, literatur yang berjudul ―Relevansi
Pemikiran Syekh Al-Zarnuji Dalam Konteks Pembelajaran Moderen ― (Elok Tsuroyya,
2008). Keempat, literatur yang berjudul ―Peranan Lingkungan Terhadap Semangat
Belajar Dalam Khazanah Kitab Kuning‖ (Barmawi, 2016) . Kelima, literatur yang
berjudul ― Potensi Belajar Dalam Al-Qur‘an (Telaah Surat An-Nahl:78) (Rahardjo, 2016).
Keenam, literatur yang berjudul ―Analisis Komparatif Dan Sintesa Teori Belajar
Konvensional Dengan Teori Belajar Dalam Islam‖ (Husni, 2018). Ketujuh, literatur yang
berjudul ―Penerapan Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah
Dasar‖ lathifah . Kedelapan, literatur yang berjudul ―Pengembangan Media Belajar
Komik Terhadap Motivasi Belajar Siswa ― (Fadillah, 2018).
Dari hasil yang telah penulis jelaskan dari segit keilmuan imam ghzali dan al-
zarnuji bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmuan di atas dapat penulis rumuskan
sebagai berikut: pertama, untuk mengetahui secara umum defini dari teori belajara.
kedua, untuk mengetahui secara secara kontekstual teori pembelajaran yang dilakukan
oleh imam ghazali dan al-zarnuji. Ketiga, untuk mengetahui etos dalam melakukan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Keempat, untuk mengetahui proses
belajar menurut imam ghzali dan al-zarnuji, kelima. Untuk mengetahui metode metode
pembelajaran menurut imam ghzali dan al-zarnuji
Dalam karya tulis tentang materi di atas penulis mengambil dari penyebaab
hipotesis yang diambil dari analisis lapangan yaitu: pertama, kebanyakan
pemebelajaran pada lembaga saat ini kurang memiliki implementasi spiritual. Kedua,
kebanyakan peserta didik pada pembelajaran saat ini kurang ditanamkan etika belajar.
Ketiga, penerapan pembelajaran yang dilakukan terlalu umum. Keempat, teori
pembelajaran yang diambil dari ulama‘ pada lembaga kurang berperan. Kelima, sering
terjadinya keterbiasaan etika menghormati siswa terhadap guru.

1. Teori belajar
Secara terminologi belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat (wikipedia, 21 desember 2021. 16.30). belajar merupakan usaha untuk
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 77

memperoleh kepandaian atau ilmu ( kbbi, 21 desember 2021. 16.32). menurut ormrod
(2020) belajar merupakan perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau
asosiasi sebagai hasil dari pengalaman (solicha, 2021). Sedangak dalam literatur lain
menunjukkan bahwa belajar merupakan aktivitas berproses dan merupakan aspek
yang sangat fundamental dalam pendidikan (Gunawan, 2019). Pada hakikatnya belajar
diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan
pengalaman (Rahardjo, 2016)
Sehingga dari terbentuknya belajar maka yang disebut dalam proses perubahan
tersebut adalam sustu pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru dituntut harus
bisa menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik (lathufah abdiyah, 2021).
Dalam dalam bukunya djamarah (2011) proses belajar motivasi sangat diperlukan
sebab seseorang yang tida mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar (Fadillah, 2018). Sedangkan teori belajar dalam islam
maupun barat, peneliti menganalisis perbedaan kedua teori tersebut, menurut
pengetahuan barat hasil belajar adalah suatu fakta empiris atau gagasan rasional yang
dibangun oleh individu itu sendiri melalui pengalamanyya. Sedangkan, dalam islam
pengetahuan diistilahkan dengan al-‗ilm yang mempunyai dua pengertian yaitu hasil
belajar adalah pengetahuan yang diambil dari wahyu yang diturunkan oleh allah swt
dan pengetahuan yang diperoleh oleh manusia itu sendiri (Husni, 2018). menurut
david usubel didalam proses pembelajaran mencakup struktur kognitiv adalah segala
pengatahuan dimiliki siswa (Saputra, 2016).
Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. 5 Tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk generasi
cerdas dan berakhlak mulia, sehingga tujuan ini harus saling berjalan beriringan antara
kecerdasan otak dan spiritual. Kaitannya dengan pendidikan, belajar adalah kegiatan
penting yang harus dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai tujuan hidup
yang cerdas. Sedangkan untuk teori belajar islam yang sering kita dengar eksistensinya
dalam dunia pendiidkan di Indonesia adalah teori belajar yang dicetuskan oleh para
tokoh klasik seperti Ibnu Maskawaih, Al-Ghazali dan Al-Zarnuji. Dari teori-teori yang
dihasilkan ini telah berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang handal. Selain
mengembangkan kemampuan kognitif secara maksimal, metode yang ditawarkan oleh
teori islam klasik ini mayoritas menempatkan pembentukan akhlak mulia dan
penyucian jiwa pada urutan pertama. Adapun tokoh-tokoh belajar dalam Islam
diantaranya Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Al-Zarnuji, Al-Kindi, Al-Farabi, dan
sebagainya. Teori belajar yang diungkapkan oleh Al-Gahzali dan Al-Zarnuji sangat
menarik untuk dibahas, dimana dua tokoh yang paling berpengaruh ini yang menjadi
pondasi utama dan tonggak awal keilmuwan-keilmuwan yang lahir.

5
Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, hlm.3
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 78

2. Imam Al-Ghazali
Nama : Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali
Gelar : Syarafatul A‘immah, Zainuddin, Hujjatul Islam
Lahir : 1058 M atau 450 H
Wafat : 1111 M atau 505 H
Madzhab : Syafi‘i
Bangsa : Persia
Bidang : Tasawuf, Teologi (Kalam), Falsafah, Logika, Fiqh
Pengaruh : Fakhruddin al-Razi, Moses Maimonides, Thomas Aquinas,
Ramon Marti, Nicholas Autrecourt, Shah Wailullah.6

Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn
Ahmad Al-Ghazali, seorang Imam besar yang lebih dikenal dengan Imam Al-Ghazali.
Terlahir di kota kecil yang terletak di dekat Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam
Irak pada tahun 450 H (1058 M). Nama Al-Ghazali ini berasal dari ghazzal, yang artinya
tukang menenun benang karena pekerjaan ayahnya adalah menenun benang wol.
Sedangkan Ghazali juga diambil dari kata ghazalah, yaitu nama kampung kelahiran Al-
Ghazali dan inilah yang banyak dipakai, sehingga namanya pun dinisbatkan oleh
orang-orang kepada pekerjaan ayahnya atau kepada tempat lahirnya. Orang tuanya
gemar mempelajari ilmu tasawuf, karena mereka hanya mau makan dari hasil usaha
tangannya sendiri dengan menenun wol. Dan ayahnya juga terkenal sebagai pecinta
ilmu dan selalu berdoa agar anaknya kelak menjadi seorang ulama. Amat disayangkan
ajarannya tidak memberikan kesempatan padanya untuk menyaksikan keberhasilan
anaknya sesuai doanya. Pada mulanya Al-Ghazali mengenal tasawuf adalah ketika
sebelum ayahnya meninggal, namun dalam hal ini ada dua versi: (a) ayahnya sempat
menitipkan Al-Ghazali kepada saudaranya yang bernama Ahmad. Ia adalah seorang
sufi, dengan bertujuan untuk di didik dan di bimbingnya dengan baik; (b) sejak kecil,
Al-Ghazali dikenal sebagai anak yang senang menuntut ilmu, sejak masa kanak-kanak,
ia telah belajar dengan sejumlah guru di kota kelahirannya.
Dari beberapa guru-gurunya, yang terkenal adalah Ahmad Ibn Muhammad Al-
Radzikani yang mengajarinya ilmu fiqh. Kemudian pada masa mudanya ia belajar di
Nisyapur juga di Khurasan, yang pada saat itu merupakan salah satu pusat ilmu
pengetahuan yang penting di dunia islam. Kemudian ia menjadi murid Imam Al-
Haramain Al Juwaini yang merupakan guru besar di Madrasah An-Nizhfirniyah
Nisyapur. Al-Ghazali belajar teologi, hukum islam, filsafat, logika, sufisme dan ilmu-
ilmu alam. Berdasarkan kecerdasan dan kemauannya yang luar biasa, Al-Juwaini
kemudian memberinya gelar Bahrum Mughriq (laut yang menenggelamkan).
Sepeninggal Al-Juwaini pada tahun 478 H, Imam Ghazali berkunjung kepada Nizhdm
al-Mar di Kota Mu‘azkar hingga pada tahun 1090 M ia diangkat menjadi guru di
sebuah Nizhfimiyah, Baghdad.7
Dalam dunia pendidikan, terdapat tujuan pendidikan yang harus di realisasikan
sekalipun muncul ragam visi dan misi antar organisasi sekolah. Adapun tujuan

6
Hasanah, SIti Ma’rifatul. 2017. Konsep Belajar Dalam Teori Konstruktivsitik dan Islam Klasik (Komparasi Pemikiran
Bobbi De Porter dan Al-Ghazali). Jurnal Tarbiyatuna Vol. 2 No.2, hlm 13
7
Azhari, Devi Syukri dan Mustapa. 2021. Konsep Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali. Jurnal JRPP, Vol. 4
No. 2, hlm 273
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 79

pendidikan menurut pemikiran Imam Al-Ghazali adalah bertaqarrub kepada Allah


SWT, dan manusia yang paling sempurna dalam pandangannya adalah manusia yang
selalu mendekatkan diri kepada Allah. Termaksud dengan jelas bahwa tujuan
pendidikan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah bernuansa religius dan
moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Pandangan Imam Al-Ghazali yang sangat
terkenal adalah pandangannya tentang hakekat manusia, yang berlandaskan pada
esensi manusia yaitu jiwanya yang bersifat kekal dan tidak hancur. Selain itu terdapat
empat istilah yang sangat populer dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam
pembahasannya yang begitu mendalam tentang esensi manusia, yaitu tentang hati
(qalb), ruh, jiwa (nafs), dan akal (aqli). Mengenai tujuan hidup manusia, Imam Al-
Ghazali menyatakan bahwa:
“Segala tujuan manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak
terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia adalah tempat bercocok tanam
bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah bagi orang yang mau
memperbuatnya menjadi tempat dan tanah air abadi.”8
Menurut Al-Ghazali, belajar adalah penyerapan manfaat dari orang lain secara
mikro, belajar adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual. Belajar adalah
proses untuk mengetahui, dalam proses belajar seorang murid akan mengalami proses
abstraksi. Suatu obyek dalam wujud yang tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan
atribut-atibut tambahan yang menyelimuti hakikatnya. Ketika subyek berhubungan
dengan obyek yang ingin diketahui, hubungan itu berkaitan dengan ukuran (qadar),
cara (kaifiyah), tempat dan situasi. Al-Ghazali membagi tahap-tahap abstraksi dalam
empat tahap. Pertama, terjadi pada indera. Ketika indera menangkap sumber obyek, ia
harus berada pada jarak tertentu dari obyek dan dalam keadaan tertentu. Kedua, terjadi
pada al-khayal, kalau pada indera hubungan dengan obyek harus berada pada jarak
tertentu dari situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan tentang makna belajar yaitu sebuah usaha
penyerapan manfaat dari orang lain dan merupakan sebuah proses dari individu untuk
menerima stimulus yang outputnya dapat terlihat dari perilaku yang lebih baik
(berakhlaqul karimah) serta menjadi insan yang memiliki keterampilan dan nilai.
Latar belakang keilmuan Imam Al-Ghazali memberikan pengaruh atas keluasan
bahasan dan ketajaman pemikirannya. Pada teori belajar, Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ayyuha al-Walad mengungkapkan bahwa terdapat dua pendekatan yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu Ta‟lim Insani (didaksi dengan manusia) dan Ta‟lim
Rabbani (didaksi dengan bimbingan Tuhan).9 Dalam kitab ini juga disebutkan bahwa
metode pendekatan yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran
adalah dengan pendekatan yang penuh dengan nuansa teosentris. Artinya, belajar yang
bernilai adalah apabila diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT dan motivasi
dalam belajar harus demi menghidupkan syari‘at Nabi dan menundukkan hawa nafsu.

3. Imam Al-Zarnuji
Dari hasil analisis literatur yang telah penulis analisis bahwa penjelasan tentang
teori yang diterapkan oleh pakar pendidikan islam. menurut teori belajar al-zarnuji
merupakan teori belajar tradisional, tetapi konsepnya masih relevan pada zaman
8
Mubarok, Faruq. 2020. Pendidikan Persfektif Pemikiran Imam Al-Ghazali. Jurnal el-Santry, Vol.1 No.2, hlm 2-3
9
Hasanah, SIti Ma’rifatul, op.cit., hlm. 14
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 80

modern (Kambali, 2015). Imam al-zarnuji mengatakan bahwa: belajar itu menuntut
ilmu atau mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai
muslim (Elok Tsuroyya, 2008). Menurut muhammad BIN al-hasan bin abdullah faidah
belajar adalah suatu ilmu untuk penghias bagi pemiliknya (‗asy-$ysikh‘, n.d.).
kemudian takwil dari pendapat al zarnuji belajar adalah menuntuk ilmu atau
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai muslim
(Sultan & Banten, n.d.).
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan oleh imam al-Zarnuji yang diambil
dari beberpa literatur. Selanjutnya, hal diatas mengacu terhadap ruang lingkup
keilmuan teori belajar imam al-Zarnuji. Petama, Konsep guru dalam literatu
kependidikan islam, seorang gur atau pendidik dapat disebut sebagai ustadz, mu‘alim,
murabby, mursyid, mudarris dan mu‘adib. Masing-masing memiliki peranan yang
urgen terhadap proses pendidikan (Elok Tsuroyya, 2008), adapaun cara memilih guru
atau kiai carilah yang alim, yang bersifat wara, dan yang lebih tua, (‗asy-$ysikh‘, n.d.).
.dalam epistimologi secara umum peserta didik atau murin adalah orang yang tengah
mencari ilmu pengetahuan, pengalaman dan keteampilan serta membentuk
kepribadiannya (elok). sedangkan santri dalam memilih atau bereman dengan orang
tekun belajar, bersifat wara‘ berwatak istiqamah dna suka memahami al-Qur‘an.
Sebaliknya, teman yang harus dijauhi adalah teman yang malas, banyak bicara, suka
merusak, dan suka menfitnah (‗asy-$ysikh‘, n.d.) kedua, etika belajar. Melalui
pendidikan yang terapkan oleh imam al-Zarnuji bahwa kurikulum pembelajaran
adalah a. Mengagungkan ilmu dan orang yang. B. Menuntut ilmu harus giat. C.
Sistematika pembelajaran yang baik. d.tawakal. e. Memperoleh pengajaran. F. Empati
dan nasihat. G. Mengambil manfaat. H.bersikap wara‘ ketika belajar (Luth et al., 2010).
Kemudian, untuk metode yang digunakan dalam kitab ta‘limul muta‘alim
menggunakan metode diskusi dengan drill (mengulang-ulang) (‗asy-$ysikh‘, n.d.)

B. METODE
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis dan metode
penelitian kepustakaan (library research). Peneliti bahan keilmuan Islam menggunakan
dua jenis, yaitu data bekas dan data mentah. Teknologi pengumpulan data asli adalah
sumber data utama yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder adalah sumber yang tidak diperoleh
secara langsung, seperti melalui orang lain. Data utama diambil dari media online,
seperti Google Scholar, akademisi, garuda, doaj, microsoft academia, core. Kemudian
untuk memahaminya, peneliti lebih memperhatikan artikel, jurnal, e-book, Wikipedia,
dan website KBBI. Selain itu, peneliti pengumpul data primer/perpustakaan telah
menampilkan 10 jurnal ilmiah sebagai bahan kunci dan referensi. Pengumpulan data
primer/pustaka peneliti telah diperoleh dari 30 jurnal sebagai bahan cadangan bagi
peneliti untuk menambah teori.
Peneliti mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan secara
teoritis dengan menggunakan jenis dan pendekatan penelitian kepustakaan (library
research). Melalui batasan dan analisis peneliti mengutip jurnal ilmiah terkait judul
melalui media online. Pertama, survey yang dilakukan sangat sesuai dengan briefing
yang dilakukan di awal pertemuan. Kemudian gunakan media online, Google Scholar,
Academia, Garuda, Doaj, Microsoft Academia, Core untuk mencari jurnal yang relevan.
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 81

Literatur linguistik, di sisi lain, mengutip tanggal dan tahun pencarian dari situs
Wikipedia dan KBBI. Ketiga, searching terhadap jurnal ilmiah yang telah dikutip dari
media online disesuiakan dengan judul diatas. Kempat, judul diatas peniliti dapat
mengumpulkan 10 jurnal untuk bahan dan 30 jurnal untuk referensi.
Peneliti mengambil langkah-langkah untuk mengimplementasikan secara
teoritis dengan menggunakan jenis dan pendekatan penelitian kepustakaan (library
research). Studi literatur adalah studi yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
dan data dengan bantuan bahan/referensi. Dalam hal ini perpustakaan berisi
dokumen, buku majalah, cerita sejarah, eklopedia, dan karya e-scientific. Mirip dengan
metode pengumpulan data yang digunakan dalam survei, ada juga metode analisis isi
(content analysis). Keberadaan teori mendikte jawaban atas tujuan yang dirumuskan
dalam rumusan masalah dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, dalam tajuk materi
diatas, peneliti melakukan beberapa analisis data, yaitu: Pertama, peneliti memperoleh
bahan referensi dari media online berupa artikel terkait dan e-book. Kedua,
menemukan sumber yang efektif dari untuk mengetahui secara umum yang dimaksut
dengan teori belajar. Ketiga. Melalui hasil analisis masing-masing jurnal dan ebook
dalam pembahasannya yang sedemikian memiliki relasi. Keempat. Melalui hasil
analisis teori dari beberpa literatur yang dikemukakan pakar pendidikan.

C. PEMBAHASAN
Dari beberapa analisis literasi beberapa jurnal yang telah penulis telaah tentang
teori belajar secara umum. Bahwa belajar adalah proses perubahan untuk menjadikan
kompetensi siwa yang belum bisa menjadi bisa. Selain itu belajar pada dasarnya
adalah proses untuk menjadikan individu dapat berkembang melalui ranah fisik, sosial
dan intelektualnya. sehingga dalah proses belajar terbentuklah proses pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok. Sedangkan, pembelajaran merupakan
serangkaian proses yang didalamnya terdapat metode dan strategi untuk diterapkan
pendidik ke siswa.
Adapun hasil analisis dari literasi pada literatur tentang explanasi teori belajar.
Semua lingkungan masyarakat pada umumnya adalah individu yang memiliki
kompetensi dan keterampilan berbeda-beda. Sehingga dengan adanya proses istimbat
hal tersebut dengan cara mencari ilmu atau belajar. pada dasarnya masing-masing
individu harus memiliki tanggung jawa atas belajar. karena dengan belajar individu
dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga hasil belajar di dalam masyarakat
indonesia saat ini terbagi menjadi dua. Pertama belajar menurut kaum barat dan belajar
menurut orang islam. dalam hal ini dapat peda hal tersebut dapat penulis explanasikan
bahwa belajar menurut kaum barat adalah hasil belajar yang telah dibuktikan melalui
experimen yang dapat ditangkap dengan rasio manusia. Sedangkan belajar menurut
kaum muslim adalah hasil belajar yang telah didapat dari kaidah-kaidah dan syari‘at
yang di tuliskan pada pedoman agama islan/al-Kalam. Serta kaum muslim juga
mempebolehkan percaya terhadap pembuktian yang mengarah pada istimbath atau
data empirisme.
Adapun relasi dari beberapa jurnal yang penulis analisis sebagai verikut. Jurnal
pertama menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang dilakukan oleh
individu yang awalnya belum gaham menjadi faham. Jurnal kedua menunjukkan
bahawa proses belajar adalah proses yang dilakukan individu yang memiliki sifat
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 82

fundamental terhada pendidikan. Sehingga dari kedua jurnal yang penulis telaah
diatas maka hubungannya terdapat pada penjelasan tentang proses belajar. serta dari
hasil analisis tersebut juga belajar juga diartikan adalah suatu proses yang sangat
penting dilakukan oleh masing-masing individu. Serta dari nalisi junal yang ememiliki
relasi terhadap judul diatas, menjelaskan bahwa belajar hakikatnya dalah untuk
mencapai perubahan secara behafior dan kognit yang belum faham menjadi faham.
Dalam dunia pendidikan, terdapat tujuan pendidikan yang harus di realisasikan
sekalipun muncul ragam visi dan misi antar organisasi sekolah. Adapun tujuan
pendidikan menurut pemikiran Imam Al-Ghazali adalah bertaqarrub kepada Allah
SWT, dan manusia yang paling sempurna dalam pandangannya adalah manusia yang
selalu mendekatkan diri kepada Allah. Termaksud dengan jelas bahwa tujuan
pendidikan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali adalah bernuansa religius dan
moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Pandangan Imam Al-Ghazali yang sangat
terkenal adalah pandangannya tentang hakekat manusia, yang berlandaskan pada
esensi manusia yaitu jiwanya yang bersifat kekal dan tidak hancur. Selain itu terdapat
empat istilah yang sangat populer dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam
pembahasannya yang begitu mendalam tentang esensi manusia, yaitu tentang hati
(qalb), ruh, jiwa (nafs), dan akal (aqli). Mengenai tujuan hidup manusia, Imam Al-
Ghazali menyatakan bahwa:
“Segala tujuan manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak
terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia adalah tempat bercocok
tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah bagi orang yang
mau memperbuatnya menjadi tempat dan tanah air abadi‖ (Mubarok, 2020).
Menurut Al-Ghazali, belajar adalah penyerapan manfaat dari orang lain secara
mikro, belajar adalah proses eksplorasi potensi diri menjadi aktual. Belajar adalah
proses untuk mengetahui, dalam proses belajar seorang murid akan mengalami proses
abstraksi. Suatu obyek dalam wujud yang tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan
atribut-atibut tambahan yang menyelimuti hakikatnya. Ketika subyek berhubungan
dengan obyek yang ingin diketahui, hubungan itu berkaitan dengan ukuran (qadar),
cara (kaifiyah), tempat dan situasi. Al-Ghazali membagi tahap-tahap abstraksi dalam
empat tahap. Pertama, terjadi pada indera. Ketika indera menangkap sumber obyek, ia
harus berada pada jarak tertentu dari obyek dan dalam keadaan tertentu. Kedua, terjadi
pada al-khayal, kalau pada indera hubungan dengan obyek harus berada pada jarak
tertentu dari situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan tentang makna belajar yaitu sebuah usaha
penyerapan manfaat dari orang lain dan merupakan sebuah proses dari individu untuk
menerima stimulus yang outputnya dapat terlihat dari perilaku yang lebih baik
(berakhlaqul karimah) serta menjadi insan yang memiliki keterampilan dan nilai.
Latar belakang keilmuan Imam Al-Ghazali memberikan pengaruh atas keluasan
bahasan dan ketajaman pemikirannya. Pada teori belajar, Imam Al-Ghazali dalam
kitabnya Ayyuha al-Walad mengungkapkan bahwa terdapat dua pendekatan yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu Ta‟lim Insani (didaksi dengan manusia) dan Ta‟lim
Rabbani (didaksi dengan bimbingan Tuhan). Dalam kitab ini juga disebutkan bahwa
metode pendekatan yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran
adalah dengan pendekatan yang penuh dengan nuansa teosentris. Artinya, belajar yang
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 83

bernilai adalah apabila diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT dan motivasi
dalam belajar harus demi menghidupkan syari‘at Nabi dan menundukkan hawa nafsu.
Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti tentang teori yang dikemukakan oleh
al-Zarnuji. menurut teori belajar al-zarnuji merupakan teori belajar tradisional, tetapi
konsepnya masih relevan pada zaman modern. Imam al-zarnuji mengatakan bahwa:
belajar itu menuntut ilmu atau mempelajari ilmu yang berhubungan dengan kewajiban
sehari-hari sebagai muslim. Menurut muhammad BIN al-hasan bin abdullah faidah
belajar adalah suatu ilmu untuk penghias bagi pemiliknya. kemudian takwil dari
pendapat al zarnuji belajar adalah menuntuk ilmu atau mempelajari ilmu yang
berhubungan dengan kewajiban sehari-hari sebagai muslim.
Dari hasil yang telah peneliti lakukan bahwa tentang teori al-Zarnuji pada kitab
ta‘limul muta‘alim. Terdapat 13 pasal yang telah dirumuskan oleh imam al-zarnuji.
Mulai dari pasal bagaimana memulyakan ilmu sampai kunci kemudahan dalam
metode menghafal. Imam al-zarnuji mengemukakan pendapatnya tentang teori belajar
bahwa seseorang muslim hukumya fardlu dalam menuntu ilmu atau belajar. Karena
dengan belajar individu dapat mengetahui ilmu hal. Imam al-zarnuji pernah
mengatakan bahwa ilmu yang terpenting dipelajari adalah ilmu hal yaitu ilmu
ushuluddin dan ilmu fiqih. Selain dari ilmu tersebut belum dapat dikatakan oleh imam
al-zarnuji ilmu yang penting. Terdapat dua metode yang menurut imam al-zarnuji
yang patut diterapkan terhadap murid yaitu metode diskusi dan metode driil. Selain
itu munurut beliau belajar itu akan memiliki manfaat apabila murid memiliki sikap
wara‘. tawaddu‘. Bersungguh-sungguh, tidak gampang menyerah dan memiliki niat
karena allah. Adapun akhalak yang harus dimiliki terhadap murid pada guru yaitu
untuk selalu mengormati, tidak membuat guru marah. Dan ber‘akhlak mulia.
Adapun Hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti tantang relasi dari
beberapa jurnal. Jurnal pertama menerangkan kebanyakan penjelasan yang dimuat
tentang teori belajar al-zarnuji yang memiliki relevan terhada teori modern. Jurunal
kedua adalah penjelasan yang memuat tentang proses pembelajaran sepsrti adab
terhadap murid dan guru. Pentingnya memiliki ilmu serta membahas tentang
kewajiban umat muslim dalam berilmu. Maka dari analisis jurnal diatas bahwa kajian
dari literatur tersebut tetang pendalaman masalah pembelajaran. Bahwa menempuh
belajar harus memiliki konsistensi dan kontinuitas yang kuat. Karea pada dsarnya ilmu
tidak dapat masing individual secara cepat harus melalui tahapa—tahapan.

D. KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang diambil melalui literasi dan pembahasan bahwa yang
telah dijelaskan oleh penulis. bahwa temuan yang terpenting pada penysusunan semua
adalah tentang metode yang digunakan oleh kedua tokoh. Imam ghzali menggunakan
metode pembelajaran melalui ketawaddu‘an kepada guru sedangkan imam al-zarnuji
melalui diskusi dan drill. Selain itu kalau perbedaan dari segi sudut teori belajar
muslim dan non muslim maka lebih komplek belajar menurut orang musli. Karena
pada dasarnya belajar itu melalui 2 proses yaitu dari pediman (al-kalam) dan
empirisme.
nilai lebih pada konsep dan metode yang digunakan dalam analisis penyusunan
yaitu melalui metode leabrary reaserch dan content analisis. Dengan adalan metode
tersebut memudahkan penulis menyusun karya tulis ilmian ini dengan baik. Selain itu
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 84

nilai lebih dari hasil diatas adalah penelitian ini membahas tentang teori belajar yang
pada zaman modern sekarang, dapat dikatakan sudah mulai memudar. Sehingga
dengan adanya penelitian ini menggugah masyrakat bahwa perlunya relasu metode
pembelajaran modern dengan metode klasik.
Penulis memahami dalam penelitian yang telah di laksanakan diatas memiliki
keterbatasan. dalam penyusunan yang telah dilakukan oleh penelit bahwa
keterbatasannya dalam hal pembahasannya yang kurang sempurna oleh penulis. Serta
kurangnya analisis dari literatur yang dilakukan olah penulis. Sehingga penulis arahan
penelitian lanjutan akan lebih konsisten dalam penelitian yang tentang relasi dari
kedua pakar teori diatas. Bertujuan penelitian lanjutan tersebut menjadikan teori klasik
memiliki prioritas yang baik mata kaca masyarakat muslim. serta dengan adanya
penelitian lanjutan tersebut harapannya penulis tetap membawa kesan yang posistif
bagi para peserta didik yang mengemban ilmu di lingkungan lembaga islam.

REFERENSI
Azhari, D. S., & Mustapa. (2021). Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Ghazali.
Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 4(2), 271–278.
Barmawi, Muhammad. ―Peranan Lingkungan Terhadap Semangat Belajar
Dalam Khazanah Kitab Kuning.‖ Jurnal Edukasia Islamika 1, no. 1 (2016): 134–160.
Elok Tsuroyya, Imron. ―Analisis Komparasi Konsep Belajar Dan Pembelajaran
Menurut Al-Ghazali Dan Al-Zarnuji‖ (2008): 137.
Fadillah, Ahmad. ―Pengembangan Media Belajar Komik Terhadap Motivasi
Belajar Siswa.‖ JTAM | Jurnal Teori dan Aplikasi Matematika 2, no. 1 (2018): 36.
Gunawan, Wawan. ―Pengembangan Aplikasi Berbasis Android Untuk
Pengenalan Huruf Hijaiyah‖ 6, no. 1 (2019): 69–76.
Husni, Muhammad. ―Analisis Komparatif Dan Sintesa Teori Belajar
Konvensional Dengan Teori Belajar Dalam Islam.‖ Jurnal Pedagogik 05, no. 01 (2018):
124–142.
Indonesia, P. R. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kambali, M Pd I. ―Relevansi Pemikiran Syekh Al-Zarnuji Dalam Konteks


Pembelajaran Moderen.‖ Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 2, no. 1 (2015): 17–30.
Luth, Thohir, Sam‘un Makmur, Mas‘udy Hana, Hafid Hamid, Khusnul Fathoni,
Abdul Halim Rofi‘i, Syamsul Arifin, and Subky Hasby. ―Pendidikan Agama Islam‖
(2010): 238.
Mubarok, F. (2020). Pendidikan Persfektif Pemikiran Imam Al Ghazali. EL-
SANTRY, 1(2).

Rahardjo, Dawam. ―POTENSI BELAJAR DALAM AL-QU ‘ RAN ( TELAAH


SURAT AN NAHL : 78 ) 1411 Potensi Belajar Dalam Al-Qur ‘ an …‖ 05 (2016): 1411–
1429.
Saputra, Hery. ―Peningkatan Daya Serap Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Dengan Penerapan Teori Belajar Bermakna David Ausubel.‖ Jurnal
Penelitian Pendidikan MIPA 1, no. 1 (2016): 21–26.
Sodiman. ―2013 Vol. 6 No. 2 Juli - Desember Jurnal Al-Ta‘dib ETOS BELAJAR
Modul Mata Kuliah
P e n g e m b a n g a n T e o r i B e l a j a r & P e m b e l a j a r a n | 85

DALAM KITAB.‖ Jurnal Al-Ta‟dib 6, no. 2 (2013): 56–72.


Sultan, Iain, and Hasanuddin Banten. ―TELAAH KOMPARASI KONSEP
PEMBELAJARAN MENURUT IMAM AL-ZARNUJI DAN IMAM AL-GHOZALI Oleh :
Juhji Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Abstrak PENDAHULUAN Dalam
Aktivitas Kehidupan Manusia Sehari-Hari Hampir Tidak Pernah Dapat Terlepas Dari
Kegiatan Belajar ,‖ (n.d.): 17–26.
Siti Ma‘rifatul Hasanah. (2017). Konsep belajar dalam teori konstruktivistik dan
Islam klasik (Komparasi pemikiran Bobbi De Porter dan Al-Ghazali). Jurnal Tarbiyatuna,
2(2), 1–28.

―Asy-$ysikh‖ (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai