Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembanga Kurikulum
Dosen Pengampu: Dr. Mukhtar Hadi,M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 5 (Kelas A)
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2. Teori Behaviorisme
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan zaman sekarang merupakan pendidikan yang
senantiasa mengalami perekembangan di berbagi sisinya. Pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada zaman
milenial ini memaksa para pakar pendidikan untuk kembali menyesuaikan
model pendidikan yang sedang diterapkan. Setiap tahunnya, berbagai
penemuan yang dihasilkan dari proses berpikir yang kritis memberikan
dampak bagi arus pendidikan secara global.
Arus globalisasi yang dipandang sebagai bercampurnya budaya
orang barat dan timur, dan juga cepatnya laju informasi dari seluruh
penjuru dunia, menjadikan pendidikan lebih bersifat terbuka. Di beberapa
negara berkembang, ada yang menerapkan berbagai model dan sistem
pendidikan yang juga mengafilisasi model-model pendidikan dari luar
negeri. Oleh karena itu, perkembangan pendidikan telah menjadi
keniscayaan apabila tidak menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah
kurikulum. Menurut Harold B. Alberty, kurikulum adalah all the activities
that are provided for the students by the school. Semua kegiatan dan
pengalaman pembelajaran yang dipersiapkan untuk ditempuh oleh peserta
didik selama di bangku sekolah. Tentunya dengan adanya kurikulum,
peserta didik mampu belajar sesuai dengan tujuam yang akan dicapai.
Kurikulum lebih bersifat sebagai kemasan dan pedoman dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Sebagai contoh kurikulum yang terdapat di Indonesia, corak
penelitian yang diinginkan saat ini merupakan pendidikan yang berisi
mengenai karkter. Hal tersebut ditandai dengan adanya diberlakukannya
kurikulum sebagai manifestasi dan role model dari tujuan pendidikan
4
yang akan dicapai. Adanya revisi-revisi dan perkembangan dari
kurikulum-kurikulum yang diberlakukan pasti sudah disesuiakan dengan
kedaan pada masyarakat di Indonesia dan juga perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tidak sebatas merubah kurikulum, tetapi
perlu juga diperhatikan landasan-landasan pengembangan kurikulum. Hal
ini bertujuan supaya dapat untuk mengawal proses dari pengembangan
kurikulum supaya sesuai dengan cita-cita bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan Psikologi Belajar Siswa dalam Kurikulum?
2. Bagaimana perkembangan siswa dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat memahami landasan psikologi belajar siswa dalam kurikulum.
2. Dapat mengetahui perkembangan siswa dalam pengembangan
kurikulum.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya2,
2013), hal.56.
6
dari psikologi gestalt field. Menurut mereka belajar adalah proses
mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah
pemahaman lama. Gestalt field melihat belajar merupakan perbuatan
yang bertujuan eksplorasi, imajinatif, dan kreatif.2
2
Ruhimat, Toto dkk, Kurikulum Dan Pembelajarannya (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017).
3
Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal.30-31.
7
d. Tahap Operasional Format (kurang lebih 11 tahun ke atas), Pada
tahap ini, seorang anak telah mampu berfikir abstrak, mampu
memecahkan masalah yang lebih besar serta mulai membentuk
hipotesis dan menguji sesuatu dengan eksperimen dalam proses
belajar dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Teori Behaviorisme
Teori ini dinamakan dengan teori S – R Conditioning yang terdiri
atas tiga teori, diantaranya:
a. Teori S – R Bond, berasal dari psikologi koneksionisme atau teori
asosiasi. menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses kegiatan
untuk membentuk sebuah hubungan stimulus-respons. Berdasarkan
teori ini ada tiga hukum belajar, yaitu law of readiness (kesiapan),
law of exercise (latihan) or repetition (pengulangan), and law effect
(efek/akibat).
b. Teori conditioning atau stimulus-response with conditioning.
Hubungan antara stimulus dengan respon perlu dibantu dengan
suatu kondisi tertentu. Contohnya ketika peserta didik masuk kelas,
istirahat dan pulang sekolah perlu adanya tanda bel sebagai
stimulus.
c. Teori reinforcement, dalam teori ini kondisi diberikan pada
respons, misalnya memberikan reward berupa nilai tinggi, pujian
atau bahkan hadiah.4
4
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), hal.57-58.
8
hukuman, celaan, atau tidak diberi penghargaan dengan memberi
angka jelek atau kecaman, memberikan contoh melalui demonstrasi
untuk ditirukan siswa, latihan dan ulangan untuk memantapkan S-R.
9
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari.5
Adapun beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran kontruktivisme
yaitu :
a. Mencari tahu dan menghargai titik pandangan/pendapat siswa.
b. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa.
c. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa.
d. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa.
e. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-
hari.
Pada teori ini lebih berfokus kepada pengembangan pola pikir
siswa, dan membuat siswa agar lebih kritis dan aktif.
5
Hidayat Sholeh, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
hal.38.
10
psikologi perkembangan terdapat banyak pandangan ahli berkenaan
dengan perkembangan individu pada tiap-tiap fase perkembangan.
Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat
berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak
merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di sammping
persamaanya.6 Implikasi terhadap pengembanan kurikulum menurut Rudi
Susilana, yaitu :
a. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,
minat dan kebutuhannya.
b. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti)
yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran
pilihan yang sesuai dengan minat anak.
c. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan
juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang
berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan selanjutnya.
d. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai
atau sikap dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi
yang utuh lahir dan batin.
6
Lilis Yuliawati, “Inovasi Kurikulum” Vol.5, no. 1 (February 2008).
11
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat
anak.
e. Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan dijadikan
secara terus-menerus.
7
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2013).
12
tahun adalah masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera; ketiga,
usia 12,0-15,0 tahun adalah periode pendidikan watak dan pendidikan
agama.
Dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar (pendidikan)
menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan sebaliknya
bersifat efektof, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi
bersifat luas untuk mempunyai hubungan yang erat. Atas dasar itu
perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan dapat
digambarkan melewati fase-fase berikut:
a. Masa Usia Prasekolah
Masa usia prasekolah dapat dirinci menjadi dua masa, yaitu masa
vital dan masa estetik. Pada masa vital, individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk merespon berbagai hal yang terdapat di
lingkungannya. Freud menanamkan tahun pertama dalam kehidupan
individu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandnag sebagai
sumber kenikmatan dan ketidaknikamatan. Anak memasukkan apa
saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut
merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena wkatu itu mulut
merupakan alat untuk melakukkan eksplorasi dan belajar. Pada masa
ini perkembamgan fisik berlangsung sangat pesat dibandingkan
dengan aspek-aspek perkembangan lainnya.
Pada tahun kedua anak telah belahar berjalan, dengan mulai
berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang dari ruang yang
paling dikenalnya menuju ruang yang lebih jauh. Pada tahun kedua
juga, umunya terjadi pembiasaan terhadap keberhasilan (kesehatan).
Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan dorongan-
dorongan yang datang dari dalam dirinya misalnya buang air kecil
atau buang air besar.
Masa estetik merupakan masa berkembangnya rasa keindahan dan
masa peka bagi anak untuk memperoleh rangsangan (stimulasi)
melalui seluruh iderany (penglihatan, penciuman, pendengaran,
13
pengecap dan peraba). Para ahli pendidikan anak usia dini menyebut
masa ini adalah “the golden age” atau masa emas, karena masa ini
adalah saat yang tepat bagi anak untuk mengembangkan aspek-aspek
perkembangannya secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan psikologis sebagai bagian dari landasan pokok dalam
pengembangan kurikulum mempunyai tempat strategis dalam
8
Priyanto, “Jurnal El-Hamra (Kependidikan Dan Kemasyarakatan)” 2, no. 1 (February 2017):
hal.21-22.
14
pembelajarannya. Pengembangan kurikulum harus dilandaasi oleh asumsi-
asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentangg apa dan
bagaimana perkembangan peserta didik serta bagaimana peserta didik
belajar. Dalam pengembangan kurikulum aspek psikologi patut
dipertimbangkan, pada proses pelaksanaan kurikulum faktor psikologi dari
pembelajaran perlu diperhatikan yaitu pada aspek psikologi perkembangan
dan psikologi belajar.
Psikologi belajar merupakan bagian dari psikologi, yang mengkaji
bagimana seseorang melakukkan kegiatan belajar, cara dia menerima suatu
rangsang/informasi sehingga terjadi suatu proses belajar. Terdapat tiga
bagian dari psikologi belajar antara lain teori displin daya/disiplin mental
(faculty theory), teori behaviorisme dan organismc/cognitive gestalt field.
Psikologi perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam
proses pelaksanaan kurikulum, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pengembangan kurikulum perlu memandang dan memperhatikan
faktor psikologi perkembangan dan tiap-tiap peserta didik.
15
DAFTAR PUSTAKA
16