Anda di halaman 1dari 11

KERAJAAN MAJAPAHIT

PADA MASA

RAJA HAYAM WURUK

Nama: Nabil Makarim

No Absen: 31

Kelas: X MIPA 3

SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………….............. 2

BAB I : LATAR BELAKANG ............................................................................ 4

BAB II : ISI ..……………………………………………………….................... 5

BAB III: KESIMPULAN ………………………………………………............. 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………................... 11

    

2
BAB I

LATAR BELAKANG

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang


pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara
pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350  hingga1389. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya, Kalimantan, hingga
Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

            Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya
tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-
raja') dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa
Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga
memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara
itu, Nagarakertagama merupakan puisi  Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah
jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah
dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Kerajaan ini membawahi kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya karena memiliki


kekuatan armada yang tangguh. Wilayah kekuasaan kerajaan ini sangat luas. Pada masa
puncak kejayaannya wilayah kerajaan ini meliputi : Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan
Semenanjung Malaysia. Majapahit menjadi pusat peradaban pada masanya. Kebudayaan,
perdagangan, serta sistem pemerintahan sudah berjalan dengan baik.

3
Sebuah kerajaan tidak akan menjadi besar tanpa adanya pemimpin yang cakap, sama
halnya dengan Majapahit. Para pemimpin Majapahit mempunyai kemampuan yang mumpuni
dalam melaksanakan pemerintahannya. Salah satu pemimpin tersebut adalah Hayam Wuruk.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaannya.


Seluruh wilayah nusantara dan semenanjung malaysia tunduk di bawah kekuasaan Majapahit.
Kejayaan masa ini tidak menjamin kemakmuran dan ketenangan kehidupan sosial masyarakat
yang berlangsung. Pada masa ini terdapat peristiwa-perisiwa kelam seperti perang Bubat.

Masa pemerintahan Hayam Wuruk tidak serta-merta mulus tanpa adanya masalah. Di
dalam makalah ini penulis akan memaparkan asal-usul Hayam Wuruk dan masa
pemerintahannya.

4
BAB II

ISI

Hayam Wuruk lahir pada tahun 1334 dari seorang ibu bernama
Tribhuwanatunggadewi. Pada waktu kelahirannya menurut Kitab Negarakertagama terjadi
peristiwa gempa bumi di Pabanyu Pindah, selain itu juga hujan abu, kilat, dan guntur sebagai
dampak dari meletusnya Gunung Kampud atau yang dikenal sebagai Gunung Kelud. Nama
asli dari Hayam wuruk belum diketahui secara pasti, namun menurut Kitab Pararaton ketika
kecil ia mendapat julukan Tetep yang artinya anak ayam dalam lindungan induknya. Ketika
menginjak dewasa ia diberi nama Hayam Wuruk atau Ayam Resi yang mempunyai artinya
ayam terpelajar. Kedua nama ini mudah diingat dan akrab dengan khalayak umum karena
kepopuleran adu ayam sebagai ajang pertaruhan dan sumber cerita rakyat pada masa itu.

Hayam Wuruk mempunyai banyak nama julukan, dalam lingkungan wanita ia


terkenal dengan nama Pager Antimun, dalam lingkungan agama Siwa dikenal dengan nama
Janeswara, dan dalam pedalangan dikenal dengan nama Ki Dalang Tirtaraju. Di dalam Kitab
Pararaton disebutkan bahwa Hayam Wuruk menyukai memerankan Gagak Ketawang pada
seni tari banyol, sedangkan di dalam Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa nyanyian
dan tari topeng yang ia peragakan sangat bagus, serta dalam kitab ini juga mengulas kesukaan
Hayam Wuruk pada wanita.

Hayam Wuruk naik tahta pada tahun 1350 M dengan gelar Sri Rajasanagara dan
dikenal pula dengan nama Bhra Hyang Wekasing Sukha. Ketika ibunya,
Tribhuwanatunggadewi masih memerintah, Hayam Wuruk telah dinobatkan sebagai raja
muda ( rajakumara ) dan mendapatkan daerah Jiwana sebagi tempat kedudukannya. Dalam
menjalankan pemerintahan ini, Hayam Wuruk dibantu oleh Patih Hamangkubumi, yaitu
Gajah Mada. Hayam Wuruk membiarkan Gajah Mada untuk mengambil semua keputusan
resmi. Sang Maha Patih memusatkan perhatiannya pada perluasan wilayah dengan menekan
negeri-negeri tetangga agar tunduk pada Majapahit. Pada masa ini Majapahit berada pada
puncak kejayaannya. Menurut Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama menyebutkan
bahwa daerah-daerah yang ada di bawah kekuasaan Majapahit sangat luas, meliputi Jawa,
Madura, Sumatra, Bali, Maluku, Irian, dan Asia Tenggara. Usaha Gajah Mada dalam
mempersatukan nusantara berlangsung hingga tahun 1357 setelah terjadinya perang Bubat.

5
Perang Bubat adalah perang yang terjadi antar Majapahit dengan Pasundan. Peristiwa
ini bermula ketika Hayam Wuruk ingin memperistri putri Raja Galuh, yaitu Dyah Pitaloka
Citraresmi. Raja Galuh merestui pernikahan yang akan dilakukan oleh Hayam Wuruk dengan
puterinya. Tidak lama kemudian, rombongan pernikahan datang dari Sunda menggunakan
dua ratus kapal besar serta dikawal lebih dari seribu lima ratus perahu kecil. Keluarga
kerajaan Sunda datang dengan perahu junk Mongol, yang lazim digunakan setelah perang
Wijaya. Rombongan perkawinan yang besar ini melakukan perjalan ke Trowulan dan
ditempatkan di Bubat, sebuah wilayah di sebelah utara kota itu di tempat pelabuhan berlokasi
dan seluruh komunitas asing bermukim. Setelah kedatangan mereka, Gajah Mada yang masih
menjabat sebagai Patih Hamangkubumi, memulai keributan dengan Raja Sunda terkait
dengan kedudukan puterinya sebagai istri Hayam Wuruk. Menurutnya tak seharusnya raja
Majapahit menyambut seorang raja bawahan seperti raja Sunda dengan cara yang demikian
agung, karena tidak akan ada yang bisa menduga bahwa rombongan itu datang sebagai
musuh dalam penyamaran atau tidak. Kabar itu ditanggapi secara masam oleh raja Sunda,
lalu mengutus Wazir Agungnya bernama Anepaken dengan diiringi tiga pejabat dan tiga ratus
pengawal untuk mendatangi kediaman Gajah Mada dengan membawa pesan sederhana. Raja
Majapahit tidak menepati janjinya untuk menikahi puteri Sunda sebagi permaisuri, oleh
karena itu rombongan Sunda pun siap berlayar pulang.

Gajah Mada bersikukuh bahwa pernikahan yang akan berlangsung merupakan simbol
bahwa kerajaan Sunda tunduk dengan Majapahit dengan menyerahkan puteri Sunda sebagi
selir Hayam Wuruk. Raja Sunda pun mendapat ultimatum agar menyerah dan tunduk sebagai
bawahan, karena Raja Sunda tidak sudi menjadi bawahan Majapahit pertempuran pun tidak
terelakkan. Awalnya, korban berjatuhan di pihak Majapahit, tetapi akhirnya pasukan Sunda
dapat ditumpas habis. Peristiwa ini menimbulkan trauma, karena setelah itu Majapahit terus
berseteru dengan Sunda, negeri terpenting yang masih menolak tunduk dengan Majapahit.

Hayam Wuruk sangat kecewa terhadap peristiwa perang Bubat. Kekecewaan ini
terutama disebabkan karena keinginannya untuk menikah dengan Dyah Pitaloka gagal. Raja
Hayam Wuruk menderita sakit akibat peristiwa itu, mendengar berita sakitnya raja, Bhre
Daha dan raja Wengker memerintahkan para menteri dan bala tentara Majapahit untuk
mengepung kediaman Gajah Mada. Gajah Mada dapat meloloskan diri dari kepungan tentara
Majapahit. Ia pun diturunkan dari jabatan kepatihannya. Dalam Pararaton menyebutkan
bahwa setelah peristiwa perang Bubat, patih Gajah Mada mukti palapa. Mungkin yang
dimaksuk mukti palapa adalah kepergian Gajah Mada dalam kepatihannya dan

6
pengembaraannya di dusun untuk mencari keselamatan dirinya dari kemarahan keluarga raja
dan orang-orang Majapahit. Masa mukti palapa tidak berlangsung lama. Pada tahun Saka
1281 atau 1359 masehi, Gajah Mada ikut rombongan Hayam Wuruk untuk mengunjungi
Lumajang. Dalam masa jabatan patih mangkubumi yang kedua itu, banyak dilakukan
kunjungan ke daerah-daerah oleh raja Hayam Wuruk. Dalam Negarakertagama pupuh 17,
tercatat perjalanan ke Pajang pada tahun Saka 1275, ke Lasem pada tahun Saka 1276, ke
Pajang pada tahu Saka 1279, ke Lumajang tahun Saka 1281. Pada tahun Saka 1282,
mengadakan perjalan ke Tirib dan Sempur, kemudian pada tahun Saka 1283 ke Palah.

pada tahun Saka 1284, Hayam Wuruk mengadakan pesta Srada. Pesta ini diadakan
untuk memperingati wafatnya Rajapatni. Upacara ini dilaksanakan pada bulan Badra.
Maksud utama upacara Sadra adalah meruwat arwah agar sempurna dihadapan
Tuhan.Upacara ini dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, seluruh istana dicat ulang dan
diberi hiasan yang serba indah. Upacara dihadiri oleh segenap petinggi kerajaan, yang
masing-masing membawa persembahan sesuai dengan kemampuan dan jabatannya. Gajah
Mada pada waktu itu memberi persembahan berupa arca putri cantik yang sedang menderita
sedih, berlindung di bawah gubahan naga puspa yang melilit rajasa. Upacara dipimpin oleh
seorang pendeta Stapaka dan dibantu Mpu dari Paruh.

Candi istana utama Hayam Wuruk adalah candi Panataran, yang terletak di sebuah
situs dekat dengan kota yang sekarang dikenal sebagai kota Blitar. Candi ini pada mulanya
berada di wilayah Panjalu dan merupakan titik kulminasi dari ziarah tahunan sang raja.
Negarakertagama menjelaskan keadaan setelah perayaan-perayaan festival Caitra di
Trowulan. Festival Caitra merupakan festival yang digelar untuk upacara yang
dipersembahkan kepada Dewi Padi, yang dilaksanakan ketika bulan Caitra, bulan pertama
dalam tahun Saka. Hayam Wuruk melakukan perjalanan ke Panataran, dia memuja penguasa
pegunungan sebelum turun ke laut selatan ke candi Lodaya untuk memuja Dewi Laut Ratu
Roro Kidul, yang menguasai dunia ruh. Peziarahan lantas diarahkan ke kompleks candi
Simping untuk memuja Raden Wijaya.

Telah dicatatkan dalam Negarakertagama bahwa Panataran adalah sebuah objek


upacara-upacara khusus yang ditujukan untuk memberi penekanan pada penyatuan simbolik
atas Kediri dengan Singosari.

7
Sekembalinya Hayam Wuruk dari perjalanan Simping, ia mendengar bahwa Gajah
Mada sakit. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1364 masehi, Gajah Mada meninggal. Raja
Hayam Wuruk dan seluruh Majapahit berdukacita. Meninggalnya Gajah Mada merupakan
kehilangan besar bagi Majapahit.

Raja Hayam Wuruk kemudian mengundang Pahom Narendra, yang merupakan dewan
pertimbangan raja, untuk merundingkan pengganti Gajah Mada. Tidak ada seorang pun yang
dapat menggantikan peran dan kedudukan Gajah Mada. Akhirnya raja memutuskan bahwa
Patih Gajah Mada tidak akan diganti dan untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan
pemerintahan. Masa pemerintahan Hayam Wuruk tanpa patih terjadi selama tiga tahun,
kemudian diangkatlah Gajah Enggon sebagai pengganti Gajah Mada.

Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389, pada tahun yang sama dengan terjadinya
peristiwa pemberontakan terakhir di Palembang. Pasukan angkatan laut Jawa menumpas
dengan garang dan memaksa para pemberontak melarikan diri. Salah satu pemimpin mereka
bernama Parameshwara yang meloloskan diri ke Tumasek dan mendirikan kerajaan Malaka
di sana. Tempat pendermaan Hayam Wuruk sampai saat ini belum diketahui.

pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit memiliki sistem Pemerintahan


dan Birokrasi sangat baik, dimana Raja merupakan penjelmaan dari Dewa dan memegang
Otoritas Politik Tertinggi. Sistem Birokrasi pemerintahan Majapahit. Pada sistem Birokrasi,
Raja dibantu oleh Pejabat birokrasi dalam menjalankan pemerintahan. Berikut Pejabat-
pejabat Kerajaan:

1.) Rakryan Mahamantri Katrini = Dijabat oleh Putra Raja (Putra Mahkota) -> Wakil
Presiden istilahnya

2.) Rakryan Mantri ri Pakira-kiran = Dewan Menteri (Kabinet)

3.) Dharmmadhyaksa = Pejabat Hukum --> Menko Polkam

4.) Dharmma Upapatti = Pejabat Keagamaan --> Menko EkoKesra

Pada Rakryan Mantri ri Pakira-kiran memiiki Rakryan Mahapatih atau istilahnya


sebagai Perdana Menteri Kerajaan. Perdana Menteri pada saat itu terkenal adalah Gadjah
Mada dengan sumpah Palapanya

8
Dibawah masa pemerintahan Hayam Wuruk, rakyat hidup dengan aman dan tentram.
Itu semua karena keamanan dan kemakmuran rakyat sangat penting sehingga selalu
diutamakan. Hal ini tentunya mendukung kegiatan keamanan dan perekonomian, apalagi
perdagangan. Seperti sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas yang menjadi sarana
transportaisi. Beberapa pelabuhan penting yang ada waktu zaman Majapahit ada di Canggu,
Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Waktu itu banyak juga pedagang dari Cina, India, dan
Siam.

Kegiatan pertanian juga dikembangkan di bawah kekuasaan Majapahit ini. Sawah dan
ladang dikerjakan secara bergiliran supaya tanah tetap subur dan nggak kehabisan lahan
pertanian. Selain itu, tanggul-tanggul sepanjang sungai diperbaiki supaya nggak banjir.
Nggak cuma di bidang perdagangan saja, bidang sastra juga mengalami kemajuan. Karya
sastra yang paling terkenal adalah Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis oleh Empu
prapanca tahun 1365 Masehi. Kitab Negarakertagama juga menjadi sumber sejarah
Majapahit. Kitab lain yang juga penting adalah kitab Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu
Tantular.

9
BAB III

KESIMPULAN

Majapahit pada pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kejayaannya dan semua itu
pun tidak luput dari jasa patihnya yang sangat kuat dan terkenal dengan sumpah Palapa yaitu
patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit pada saat itu meliputi semua kepulaun
Nusantara termasuk Singapura dan sebagian kepualaun Filipina. Dari semua itu dapat dilihat
betapa besarnya wilayah kekuasaan Majapahit dan sudah dapat ditebak bahwa kekuatan bala
tentaranya sangat kuat. Dan pada masa pemerintahan ini pun ternyata Semboyan Bhineka
tunggal Ika di cetuskan dalam Kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka
Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa).

Dan yang sangat menakjubkan lagi pada saat itu tatanan pemerintah Majapahit sudah
tertata dengan sistem yang rapi. Tidak heran apabila kerajaan majapahit pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk ini sangat berjaya. Selain tatanan sistem pemerintahannya
yang rapi, Majapahit pada saat itu sudah mengenal hubungan diplomatik dengan luar negeri,
Seperti, Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang
sama". Dengan hal ini telah menunjukkan bahwa Hayam Wuruk sangat pandai dalam
mengatur strategi pemerintahannya.

Masa pemerintahan Hayam Wuruk penuh dengan intrik. Permasalahan selalu datang,
namun semua dapat diatasi dengan baik. Hayam Wuruk dapat melakukan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin dengan baik, namun ia juga tidak terlepas dengan kesalahan, salah
satunya adanya perang Bubat. Perang Bubat terjadi karena adanya kesalahpahaman antara
Gajah Mada dengan Hayam Wuruk. Ini merupakan pelajaran berharga bagi para pemimpin
Indonesia saat ini, bahwa menjalin komunikasi itu sangat penting agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Setiap badan dalam pemerintahan hendaknya menjaga hubungan
komunikasi agar tercipta tujuan kesejahteraan rakyat, seperti yang terjadi ketika Hayam
Wuruk memimpin Majapahit. Apabila kesejahteraan rakyat sudah terwujud, maka tidak sulit
untuk menjadikan Indonesia jaya seperti pada zaman Majapahit. Komunikasi itu sangat
penting sebagai alat untuk mencapai tujuan, dan persamaan persepsi di antara masyarakat dan
pemerintah dalam suatu kebijakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/pendidikan/apa-aja-kegiatan-ekonomi-dan-sastra-di-zaman-
hayam-wuruk.html

http://khalish-hafidz.blogspot.com/2013/01/majapahit-masa-pemerintahan-raja-hayam.html

https://ranipuspoiswantiblog.wordpress.com/2016/10/05/raja-hayam-wuruk-sang-penakluk-
nusantara/

https://books.google.co.id/books?id=iNlnoPS8KLAC

http://pdf.ykpi.web.id/id1/2360-2257/Hayam-Wuruk_23294_pdf-ykpi.html

11

Anda mungkin juga menyukai