Anda di halaman 1dari 14

A.

SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA


Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf
Inggris pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural
rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan,
dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan
politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa
penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
1.sejarah pengakuan Hak Asasi Manusia
Latar belakang sejarah hak asasi manusia,pada hakikatnya muncul karna
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya,sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa,penjajahan,perbudakan,tindakan keadilan
,dan kezaliman (tirani).
Perkembangan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka
ragam.perkembangannyadapat kita lihat sebagai berikut ini.
a. Pekembangan hak asasi manusia pada masa sejarah
1). Perjuangan nabi musa dalam membebaskan umat yahudi dari
perbudakan (tahun 6000 sebelum masehi).
2).hukum Hammurabi babylonia yang memberikan jaminan keadilan bagi
warga Negara(tahun 2000 serbelum masehi).
3).socarates (469-399SM),Plato(429-347SM),dan Aristoteles(384-322
SM),sebagai filosof yunani peletak dasar diakuinya hak asasi
manusia.mereka mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak
berdasar keadilan,cita-cita,dan kebijaksanaan.
4).perjuangan nabi Muhammad saw untuk membebaskan para bayi
wanita dan wanita penindasan bangsa queasy (tahun 600 masehi).

Peristiwa Perkembangan Hak Asasi Manusia di Dunia.

2. Hak Asasi Manusia di Yunani


Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM)
meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak – hak asasi manusia.
Konsepsinya menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada
penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan kebenaran.
Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya
pada kemauan dan kehendak warga negaranya.

3. Hak Asasi Manusia di Inggris.

Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan


hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di
Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan
yang berhasil disusun dan disahkan.

Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Magna Charta.

Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh
Raja John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para
bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak
puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk
membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat
pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan
raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan
kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin
oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap
hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya
lebih tinggi daripada kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

a. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan


kebebasan Gereja Inggris.

b. Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-
hak sebagi berikut :

1) Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-


hak penduduk.

2) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan
saksi yang sah.

3) Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap,


dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan
hukum sebagai dasar tindakannya.

4) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan,


raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.

2. Petition of Rights.

Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak


rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di
depan parlemen pada tahun 1628.

Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :

a. Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.

b. Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.


c. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

3. Hobeas Corpus Act.

Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan
seseorang dibuat pada tahun 1679.

Isinya adalah sebagai berikut :

a. Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah


penahanan.

b. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

4. Bill of Rights.

Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima
parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :

a. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.

b. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.

c. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.


Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing .

d. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

4. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,seperti


hak atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami
sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan
penguasa Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar
ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan
DECLARATION OF INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.

Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776,


suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara
bagian, merupakan pula piagam hak – hak asasi manusia karena mengandung
pernyataan “Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha
Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup,
kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati kebhagiaan.

John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah


memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama-sama, hidup
lebih maju seperti yang disebut dengan status civilis, locke berpendapat bahwa
manusia yang berkedudukan sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi oleh
negara.

Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai


negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam
konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya
sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden
Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia adalah
Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.

Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang


diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni :

a. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and


expression).
b. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya
(freedom of religion).
c. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).
d. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).
e. Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari
kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler
(Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan
hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan
kemerdekaan yang abadi.

Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang penyangga


hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar.

3. Hak Asasi Manusia di Prancis.

Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada
awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-
wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES
DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak
manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan
(liberte, egalite, fraternite).

Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat


Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan
mengakibatkan tersusunnya Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen.
Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak asasi manusia dicantumkan seluruhnya di
dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793
dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini diprakarsai
pemikir – pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu.

Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :

a. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.


b. Manusia mempunyai hak yang sama.
c. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.
d. Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta
pekerjaan umum.
e. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.
f. Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
g. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
h. Adanya kemerdekaan surat kabar.
i. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
j. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
k. Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.
l. Adanya kemerdekaan rumah tangga.
m. Adanya kemerdekaan hak milik.
n. Adanya kemedekaan lalu lintas.
o. Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

4. Hak Asasi Manusia oleh PBB.

Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-
hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi
manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di
bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10
Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL
DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak
Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang
umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara
lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari
Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap
orang mempunyai Hak :

a. Hidup
b. Kemerdekaan dan keamanan badan
c. Diakui kepribadiannya
d. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk
mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka
umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
e. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
f. Mendapatkan asylum
g. Mendapatkan suatu kebangsaan
h. Mendapatkan hak milik atas benda
i. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
j. Bebas memeluk agama
k. Mengeluarkan pendapat
l. Berapat dan berkumpul
m. Mendapat jaminan social
n. Mendapatkan pekerjaan
o. Berdagang
p. Mendapatkan pendidikan
q. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
r. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia


itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan
semua anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan
pematuhan hak-hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan
tersebut. Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara
moral berkewajiban menerapkannya.
B. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI

Hukum dan demokrasi merupakan sesuatu yang saling berkaitan dalam negara
yang menganut sistem demokrasi. Hukum dipergunakan untuk melegitimasi
kekuasaan, agar kekuasaan tersebut bisa diakui, sebaliknya hukum dipergunakan
untuk mengontrol kekuasaan agar tidak bertentangan dengan demokrasi. Penguasa
tidak bisa mempergunakan kekuasaannya dengan semena-mena tanpa dasar hukum
atau atas nama demokrasi. Demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia adalah
demokrasi Pancasila yang secara subtansi sangat berbeda dengan demokrasi
Barat.Indonesia adalah negara hukum. Term itu kemudian banyak dikaitkan dengan
konsep the rule of law. Walaupun sebenarnya masih perlu diperdebatkan dan dikritisi,
sebab di negara Barat sendiri konsep tersebut mulai banyak menuai kritik, karena
banyak ketimpangan-ketimpangan.

Hukum dan demokrasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Terkadang dari
keduanya sering dijadikan sebagai alat untuk memuaskan nafsu berkuasa sekelompok
orang sebagaimana pengalaman Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin atau
Orde Baru dengan terjadinya Abuse of Power secara membabi buta. Secara umum
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila yang
ruhnya berasal dari kultul dan adat istiadat masyarakat Indonesia sendiri yang jelas
sangat berbeda dengan demokrasi Barat. Demokrasi sebenarnya juga diajarkan dan
dipraktekan oleh Nabi Muhammad ketika berhasil membangun sebuah negara dan
konstitusi Madinah. Namun sangat disayangkan pada konteks sekarang di dunia
Islam demokrasi kembali diperdebatkan keabsahannya.

Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa


negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum
tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.
Franz Magnis Suseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan adanya 5 gugus ciri
hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah :
1) negara hukum;

2) pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat;

3) pemilihan umum yang bebas;

4) prinsip mayoritas; dan

5) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

Berdasarkan sejarah, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil


bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang
berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan
negara hukum klasik (formil) dan gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20
menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara hukum materiil)

C. HUBUNGAN HAM DAN DEMOKRASI

Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu
negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi
HAM.

Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam


demokratis di dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ). Konsep negara
hukum dapat dianggap mewakili model negara demokratis ( demokrasi ).
Implementasi dari negara yang demokratis diaktualisasikan melalui sistem
pemerintahan yang berdasarkan atas perwakilan ( representative government) yang
merupakan refleksi dari demokrasi tidak langsung. Menurut Julius Stahl dan
A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah memenuhi beberapa unsur penting, salah
satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan atas HAM. Dengan demikian
untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan dan penghormatan
terhadap HAM.

Dari pendapat di atas, sesungguhnya dapat dilihat bagaimana hubungan


demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan
Hak Asasi Manusia karena sebagaimana dikemukakan tadi, makna terdalam dari
demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan
politik tertinggi dalam suatu negara. Posisi ini berarti, secara langsung menyatakan
adanya jaminan terhadap hak sipil dan politik rakyat (Konvenan Hak Sipil dan
Politik), pada dasarnya dikonsepsikan sebagai rakyat atau warga negara untuk
mencapai kedudukannya sebagai penentu keputusan politik tertinggi. Dalam
persepktif kongkret ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara,
antara lain; berdasarkan jawaban atas pertanyaan seberapa besarkah tingkat
kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki oleh atau diberikan kepada warga Negara
di Negara itu ? Makin besar tingkat kebebasan, kemerdekaan dimaksudkan di sini
adalah kebebasan, kemerdekaan dan hak sebagaimana dimasukkan dalam kategori
Hak-Hak Asasi Manusia generasi pertama. Misalnya, kebebasan untuk menyatakan
pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk diperlakukan
sama dihadapan hokum.

Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi


bukanlah sebatas hak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya,
demokrasi juga terkait erat dengan sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan
sosial dan budaya rakyat. Sama sebagaimana parameter yang dipakai di dalam Hak
Asasi Manusia generasi pertama (hak sipil dan politik), maka dalam perspektif yang
lebih kongkret negara demokratis juga diukur dari sejauh mana negara menjamin
kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan seberapa
jauh negara menjamin hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang
layak. Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung menegaskan
bagaimana hubungan yang terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin
oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud
apabila negara mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan
demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum.

Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum,


bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum
yang berpuncak pada konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum
menghendaki adanya supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping
merupakan konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan
pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.

Oleh karena itu tidak terlalu keliru jika Francis Fukuyama mengatakan bahwa
“sejarah telah berakhir (the end of history)”, manakala harus menjelaskan fenomena
yang demikian. Dengan diadopsinya system nilai demokrasi, terutama liberal, maka
secara langsung dan tidak langsung, telah mengakhiri sebuah evolusi persaingan
antara dua ideology besar di dunia, yakni demokrasi liberal yang berdasarkan
ekonomi pasar, di satu pihak, melawan komunisme serta sentralisme ekonomi di
pihak lain, dengan ideology yang disebut pertama sebagai pemenangnya, dimasa
yang lalu soviet dan AS adalah kubu yg selalu bertikai, bipolar, amerika yang pro
kebebasan dan soviet yang anti kekerasan, tapi sekarang sudah bubar jadi dunia
sekarang seolah olah miring memihak kepada ide kebebasan, yang oleh fukuhiyama
disebut the end of history ( tdk ada lagi otoritarian isu) [2] Pada saat yang sama,
mereka melihat banyak negara barat atau Negara non-barat lainnya yang menerapkan
system demokrasi liberal, mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada tahap inilah
pikiran-pikiran demokrasi liberal mencuat ke permukaan. Apa yang disebut sebagai

Gelombang Demokrasi Ketiga, telah menjadi warna dominan dari wacana


bernegara di seluruh dunia. Meski Huntington mengingatkan bahwa tidak berarti
semuanya akan berjalan dengan mulus, namun fenomena global sekarang mengarah
pada apa yang dikatakan Fukuyama tersebut di atas, “The End of History”.

Adapun hubungan demokrasi dan HAM di Indonesia dapat ditinjau melalui


Undang-Undang Dasar 1945 (yang sudah berkali-kali mengalami proses amandemen
hingga sekarang), diantaranya:

1. Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan


kehidupannya dan memiliki hak dan kewajiban warga negara. Mulai dari
membentuk keluarga, meneruskan keturunan melalui pernikahan yang sah
secara hukum serta menerima perlindungan dalam kelangsungan hidupnya
termasuk perlindungan terhadap perlukaan yang bersifat diskriminatif seperti
perbudakan. Dalam artian semua warga negara bebas menjalankan
kehidupannya masing-masing dan menerima hak-haknya sebagai warga sipil
Negara Indonesia.
2. Setiap orang bebas untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, memilih pekerjaan, pendidikan dan
pembelajaran, dan juga tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ini juga merupakan hak asasi yang mencakup hak-hak sipil dan
ekonomi sebagai warga Negara Indonesia. Di samping itu, warga Negara juga
bebas untuk pindah status kewarganegaraannya ke negara lain dan berhak
pula kembali untuk menjadi warga Negara Indonesia lagi di kemudian
hari.Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dengan siapapun, memperoleh
informasi dari siapapun termasuk mengolah, memiliki, dan menyimpannya
untuk pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu
semua orang bebas untuk berserikat, berkumpul serta mengelurkan
pendapatnya. Hal ini juga merupakan hak-haknya di bidang politik, sosial,
dan budaya.
3. Setiap orang berhak untuk memperoleh jaminan sosial yang memungkinkan
untuk pengembangan dirinya, kesehatan dirinya, dan lainnya sebagai manusia
yang memiliki martabat. Hal ini dilakukan selain agar terjaminnya hak-hak
sipil dan sosialnya, juga memastikan bahwa setiap warga Negara memiliki
kesejahteraan sosial yang sama dan adil.
4. Setiap warga Negara yang menyandang masalah sosial seperti masyarkat yang
tinggal di daerah-daerah terpencil berhak memperoleh kemudahan dan
perlakuan khusus untuk mendapatkan kesempatan yang sama termasuk dalam
hal pembangunan, di mana biasanya pada dearah terpencil sering tertinggal
proses pembangunannya. Hak-hak ini sesuai dengan hak-hak khusus dan ha
katas pembangunan yang menjadi landasan dalam HAM (Hak Asasi Manusia)
di Indonesia agar tidak penyebab terjadinya penyalahgunaan kewenangan.

Anda mungkin juga menyukai