1. Magna Charta.
Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh
Raja John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para
bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak
puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk
membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat
pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan
raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali
berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan
kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin
oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap
hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya
lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
b. Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-
hak sebagi berikut :
2) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan
saksi yang sah.
2. Petition of Rights.
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan
seseorang dibuat pada tahun 1679.
b. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
4. Bill of Rights.
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima
parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada
awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-
wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES
DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak
manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan
(liberte, egalite, fraternite).
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-
hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi
manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di
bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10
Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL
DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak
Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang
umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara
lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari
Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap
orang mempunyai Hak :
a. Hidup
b. Kemerdekaan dan keamanan badan
c. Diakui kepribadiannya
d. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk
mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka
umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
e. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
f. Mendapatkan asylum
g. Mendapatkan suatu kebangsaan
h. Mendapatkan hak milik atas benda
i. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
j. Bebas memeluk agama
k. Mengeluarkan pendapat
l. Berapat dan berkumpul
m. Mendapat jaminan social
n. Mendapatkan pekerjaan
o. Berdagang
p. Mendapatkan pendidikan
q. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
r. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Hukum dan demokrasi merupakan sesuatu yang saling berkaitan dalam negara
yang menganut sistem demokrasi. Hukum dipergunakan untuk melegitimasi
kekuasaan, agar kekuasaan tersebut bisa diakui, sebaliknya hukum dipergunakan
untuk mengontrol kekuasaan agar tidak bertentangan dengan demokrasi. Penguasa
tidak bisa mempergunakan kekuasaannya dengan semena-mena tanpa dasar hukum
atau atas nama demokrasi. Demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia adalah
demokrasi Pancasila yang secara subtansi sangat berbeda dengan demokrasi
Barat.Indonesia adalah negara hukum. Term itu kemudian banyak dikaitkan dengan
konsep the rule of law. Walaupun sebenarnya masih perlu diperdebatkan dan dikritisi,
sebab di negara Barat sendiri konsep tersebut mulai banyak menuai kritik, karena
banyak ketimpangan-ketimpangan.
Hukum dan demokrasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Terkadang dari
keduanya sering dijadikan sebagai alat untuk memuaskan nafsu berkuasa sekelompok
orang sebagaimana pengalaman Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin atau
Orde Baru dengan terjadinya Abuse of Power secara membabi buta. Secara umum
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila yang
ruhnya berasal dari kultul dan adat istiadat masyarakat Indonesia sendiri yang jelas
sangat berbeda dengan demokrasi Barat. Demokrasi sebenarnya juga diajarkan dan
dipraktekan oleh Nabi Muhammad ketika berhasil membangun sebuah negara dan
konstitusi Madinah. Namun sangat disayangkan pada konteks sekarang di dunia
Islam demokrasi kembali diperdebatkan keabsahannya.
Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu
negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi
HAM.
Oleh karena itu tidak terlalu keliru jika Francis Fukuyama mengatakan bahwa
“sejarah telah berakhir (the end of history)”, manakala harus menjelaskan fenomena
yang demikian. Dengan diadopsinya system nilai demokrasi, terutama liberal, maka
secara langsung dan tidak langsung, telah mengakhiri sebuah evolusi persaingan
antara dua ideology besar di dunia, yakni demokrasi liberal yang berdasarkan
ekonomi pasar, di satu pihak, melawan komunisme serta sentralisme ekonomi di
pihak lain, dengan ideology yang disebut pertama sebagai pemenangnya, dimasa
yang lalu soviet dan AS adalah kubu yg selalu bertikai, bipolar, amerika yang pro
kebebasan dan soviet yang anti kekerasan, tapi sekarang sudah bubar jadi dunia
sekarang seolah olah miring memihak kepada ide kebebasan, yang oleh fukuhiyama
disebut the end of history ( tdk ada lagi otoritarian isu) [2] Pada saat yang sama,
mereka melihat banyak negara barat atau Negara non-barat lainnya yang menerapkan
system demokrasi liberal, mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada tahap inilah
pikiran-pikiran demokrasi liberal mencuat ke permukaan. Apa yang disebut sebagai