Anda di halaman 1dari 20

PERUSAHAAN KELAS D

HUKUM
PERUSAHAAN
- Doktrin Direksi -

HUKUM
Adriannisa Alfaina Maharani 11000118130211
Vindi Maharani Yustikawati 11000118120108
Febby Cruistaty W 11000118120107
Berlian Farah Diva M 11000118140448
Atika Febri H 11000118120074
Alan Muharilman 11000118130226
PENGANTAR

DOKTRIN DIREKSI
Pada dasanya perseroan terbatas merupakan suatu kegiatan usaha yang berbadan hukum. Suatu badan hukum biasanya dianggap
oleh hukum layaknya seperti manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Begitupun juga kegiatan usaha yang berbadan hukum karena
dianggap layaknya seperti manusia maka badan hukum juga mempunyai hak dan kewajibannya sendiri. Dengan status nya yang
demikian, maka hukum memberlakukan pemilik/pemegang saham dan pengurus/direksi sebagai terpisah dari perseroan terbatas itu
sendiri. Artinya pemegang saham maupun direksi tidak mempunyai kepentingan dalam kekayaan perseroan terbatas. Dengan demikian
pemegang saham, direksi maupun komisaris juga tidak mempunyai tanggungjawab atas utang-utang yang dialami oleh perseroan
terbatas, sebaliknya semua tindakan yang dilakukan atas nama perseroan terbatas menjadi tanggungjawab perseroan itu sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan;
Pemegangsaham tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang diambilnya serta tidak
meliputi harta kekayaan pribadinya/prinsip limited liability;
Semua tindakan organ perseroan terbatas seperti direksi dan komisaris menjadi tanggungjawab perseroan terbatas.

Tetapi apabila dikaji secara mendalam mengenai ketentuan-ketentuan seperti yang disampaikan diatas, dalam prakteknya
prinsip terbatasnya tanggungjawab pemegang saham hanya sebatas nilai saham sesunggunya tidaklah bersifat mutlak.
Kemutlakan prinsip yang ada didalam perseroan terbatas itu juga memiliki pengecualian pemberlakuannya karena adanya
keadaan atau syarat-syarat atau pristiwa hukum yang pada dasarnya menjadi tanggungjawab perseroan terbatas beralih
menjadi tanggungjawab pemegang saham, direksi, maupun komisaris sampai kepada harta pribadinya. Hal ini dikarenakan
terdapat doktrin-doktrin yang mempengaruhinya yang akan diuraikan dibawah ini sebagai berikut:
Doktrin ini dikenal sebagai doktrin perlindungan hukum bagi Direksi dan Dewan
BUSSINES S J U D GEMENT Komisaris yang melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan berhati-hati dalam
R U L E S melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan Terbatas, tetapi tetap terjadi
kerugian yang besar bagi Perusahaan.
DIREKSI

Direksi yang tidak sejalan dengan maksud dan tujuan sebagimana ditentukan dalam
anggaran dasar perseroan dikategorikan telah melampaui batas kewenangan atau
U LT R A V I R E S yang dikenal sebagai Doktrin Ultra Vires, sehingga Direksi bertanggung jawab penuh
secara pribadi terhadap tindakan tersebut.
DOKTRIN

Piercing the Corporate Veil atau menyingkap tabir perusahaan mengandung makna
P I E R C IN G T H E bahwa tanggung jawab hukum tidak hanya dapat dimintakan kepada Perseroan, tetapi
C O R P O R AT E V E I L dapat juga dimintakan tanggung jawabnya kepada pihak lain “yang bersembunyi” dibalik
MACAM

tabir Perseroan tersebut.

Merupakan salah satu wujud dari prinsip Fiduciary Duty dimana pemegang saham,
-

CO RP O RA T E direksi, maupun komisaris harus mengambil tindakan yang memberikan kemajuan bagi
MACAM

O P P O RT U N I T Y perseroan dan tidak ada kepentingan pribadi (self interest) selain dari kepentingan
perseroan itu sendiri.
Istilah ini merupakan istilah latin juga yang memiliki arti perbuatan yang secara eksplisit
INTRA VIRES
atau implisit tercakup dalam kecakapan bertindak perseroan terbatas
DOKTRIN DIREKSI

Doktrin ini merupakan gugatan yang dilakukan oleh pemegang saham perseroan
D E R I VAT I V E A C T I O N yang mewakili 10 % pemegang saham dari jumlah keseluruhan pemegang saham
yang ada dalam perseroan untuk dan atas nama perusahaan kepada direksi.

SELF DEALING Merupakan tindakan seorang direksi dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga
TRANSACTION diatas perseroan yang dipimpinnya.
- MACA
M

Prinsip ini mengajarkan bahwa antara direksi dengan perseroan terdapat hubungan
MACAM

kepercayaan (fiduciary), sehingga pada dasarnya seorang direksi bertindak sama


F I D U C I A RY D U T Y seperti seorang agen (trustee) dimana seorang direksi berkewajiban menjalankan
kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk sebuah perseroan.
Bussiness
Judgement Rules
Pasal 97 ayat 5 UUPT
yang berbunyi sebagai berikut,
Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), apabila dapat membuktikan :
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b.Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c.Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun
tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan
kerugian; dan
d.Telah mengambil tindakan untuk timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.
DOKTRIN
DIREKSI
Bussiness 1.SESUAI HUKUM YANG BERLAKU
2. DILAKUKAN DENGAN ITIKAD

Judgement BAIK

Rules 3. DILAKUKAN DENGAN TUJUAN YANG BENAR (Proper


Purpose)

DIPENUHI
4. MEMPUNYAI DASAR - DASAR YANG RASIONAL
Doktrin ini mendalilkan bahwa seorang direktur (Rasional Basis)
tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban

HARU
secara pribadi atas segala kerugian 5.DILAKUKAN DENGAN KEHATI - HATIAN (due
perusahaan yang timbul dari suatu tindakan

S
care) misalnya dengan dilakukan oleh orang
pengambilan keputusan. Jika tindakan

YANG
yang
direktur/direksi didasari iktikad baik dan sifat cukup hati - hati pada posisi yang serupa
hati-hati.

SYARAT
6.DILAKUKAN DENGAN C A R A YANG SECARA
LAYAK DIPERCAYAINYA (Reasonable Belief)
sebagai yang terbaik (Best Interest) bagi
perseroan
ULTRA VIRES
Ultra Vires berasal dari bahasa latin yang berarti melebihi
kekuasaan atau kew enangan yang diijinkan oleh hukum.
UUPT menentukan
bahwa Direksi adalah organ yang bertanggungjawab penuh
terhadap kepengurusan sesuai dengan maksud dan tujuan dan
berwenang mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar sesuai
ketentuan anggaran dasar, artinya Direksi memiliki dua fungsi yaitu
fungsi Manajemen kedalam perseroan dan fungsi Representasi
keluar dengan pihak ketiga.

Didalam hukum perusahaan, doktrin ini pada prinsipnya merupakan tindakan


dari pemegang saham atau organ perusahaan yaitu RUPS, direksi, maupun
komisaris yang dilakukan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari perseroan
dan dilakukan melebihi kewenangan yang dimilikinya. Bahkan penerapan ultra
vires ini tidak hanya melakukan tindakan yang dilarang dalam anggaran dasar,
tetapi termasuk juga tindakan yang tidak dilarang melampaui yang diberikan
kepadanya. Lebih jauh lagi dapat dikatakan tindakan ultra vires tidak hanya
melampaui kewenangan baik yang tersirat maupun tersurat, tetapi juga jika
tindakan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan
ketertiban umum. Sehingga kebijakan yang diambil pada prinsipnya tidak
mengikat sebuah perseroan apabila kebijakan tersebut melebihi kekuasaan yang DOKTRIN
dimilikinya yang berakibat menjadi tanggungjawab secara pribadi atas DIREKSI
kerugian yang diderita oleh perseroan.
Ke t en tu an ini juga mendapa t kan legi t ima s i da r i
pe r a tur an pe ru ndang - u ndangan yang menga tur
bah wa s em u a t indakan pemegang s aham a t a u organ
pe rs e r oan ha rus s e su ai dengan kepen t ingan pe rs e r oan
dan t idak be rt en t angan dengan pe r a tur an pe ru ndang -
u ndagan dan anggaran da s a r pe rs e r oan .

Men urut F r ed B . G . T u mb u an , su a tu pe r b u a t an h u k u m be rada dil u a r mak su d dan


tu j u an pe rs e r oan t e r ba t a s apabila t e r pen u hi s alah s a tu a t a u lebih k r i t e r ia
sebagai be r ik ut :

Perbuatan tersebut secara tegas dilarang secara tegas dalam anggaran


dasar Dengan memperhatikan keadaan-keadaan khusus, perbuatan hukum
yang bersangkutan tidak dapat dikatakan akan menunjang kegiatan-
kegiatanyang disebut dalam anggaran dasar
Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus, perbuatan hukum yang
bersangkutan tidak dapat diartikan sebagai tertuju kepada kepentingan
perseroan terbatas.
PIERCING THE
C O R P O R AT E V E I L

Kata “Piercing” berarti menembus, sedangkan “Veil” berarti kerudung atau cadar, sehingga
secara istilah hal ini berarti cadar badan hukum di tembus. Doktrin ini mengajarkan bahwa ada
kemungkinan membebankan tanggungjawab atas pihak lain yang bukan perusahaan itu sendiri,
meskipun perbuatan tersebut dilakukan secara sah oleh dan atas nama perusahaan sebagai
badan hukum, jadi dalam hal ini dapat di tebus/direobek (fiercing). Doktrin ini diterapkan jika
terdapat perbuatan transfer piercing yang menyebabkan perusahaan tidak ada asetnya ataupun
perusahaan melakukan transaksi besar sementara modalnya sangat kecil. Keadaan ini sangat
tidak adil jika dalam hal demikian, tanggung jawab hanya dimintakan pada perusahaan sebagai
badan hukum semata-mata. Tujuan dari doktrin ini adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak
adil terutama bagi pihak luar perseroandari tindakan kesewenang-wenang atau tidak layak yang
dilakukan atas nama perseroan, baik yang terbit dari transaksi dari pihak ketiga ataupun yang
timbul dari perbuatan melawan hukum.
Beban tanggung jawab ini sesuai dengan tindakan
hukum yang dilanggar dalam UUPT dapat dipindahkan
kepada :
Pemegang Saham,
atau; Direksi, atau;
Dewan Komisaris.

Tanggung Jawab Hukum Dipindahkan Kepada Direksi :Direksi


dalam menjalankan tugasnya mengurus Perseroan wajib
mengikuti ketentuan yang ditegaskan dalam Pasal 97 ayat 2
UUPT yang berbunyi : “ … wajib dilaksanakan setiap anggota
Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab”. Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam menjalankan tindakannya Direksi
menjalankan Perseroan selalu memegang integritas, trust, comply
ke peraturan perundangan, loyal, menghindari benturan
kepentingan, berhati- hati dan penuh kejujuran.Setiap anggota
Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi, apabila
bersalah atau lalai memenuhi kewajiban-kewajibannya
sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT tersebut diatas.
Apabila Direksi terdiri dari dua orang atau lebih, maka tanggung
jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng.
DOKTRIN
DIREKSI
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang tanggungjawab
terbatas pemegang saham. Kemudain Pasal 3 ayat (2)
menegaskan ruang lingkup doktrin piercing the corporate veil
disertai dengan pembatasan-pembatasan pemberlakuannya
yaitu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku apabila:
Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau
tidak terpenuhi
Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung dengan iktikad buruk memanfaatkan
perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi
Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perrbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan
Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung secara melawan hukum meggunakan kekayaan
perseroan, yang mengakibatkan kekayaan menjadi tidak
cukup untuk melunasi utang perseroan.
CORPORATE OPPORTUNITY

M e r u p a ka n sala h s at u w u j u d dari prinsip F iduc ia r y D u t y d i m a n a p e m e g a n g


s a h a m , direksi, m a u p u n ko m i s a r i s h a r u s m e n g a m b i l ti n d a ka n y a n g
m e m b e r i k a n ke m a j u a n b a g i pe rs e ro a n d a n ti da k a d a ke p e n ti n g a n pribadi
(self interest) selain dari ke p e n ti n g a n pe rse ro a n itu sendiri. s e h i n g g a do kt rin
ini m e n g i n g i n k a n b a h w a p a ra o r g a n d a l a m pe rs e ro a n ti da k d i b e n a r ka n
m e m a n f a a t k a n ke a d a a n y a n g a d a d e m i u n t u k k e u n t u n g a n diri sendiri y a n g
s e h a r u s nya m e n j a d i k e u n t u n g a n dari pe rse ro a n sendiri.
PASAL
YANG
MENGATUR
Pasal 9 ayat (1) Undang-
Undang
Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan
Terbatas

DOKTRIN DIREKSI
Istilah ini merupakan istilah latin juga yang
memiliki arti perbuatan yang secara eksplisit atau
implisit tercakup dalam kecakapan bertindak
perseroan terbatas. Secara luas seorang direksi
dalam melakukan pengurusan perseroan tidak
hanya terikat apa yang secara tegas dicantumkan
dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
perseroan melainkan juga dapat menunjang atau
I NT R A
memperlancar tugas-tugasnya (sekunder), tetapi
masih dalam batas yang dapat diperkenankan atau
V I R ES
masih dalam ruang lingkup tugas dan kewajibannya.
Tindakan tersebut dapat dibenarkan apabila sesuai
dengan kebiasaan, kewajaran, dan kepatutan (tidak
ada Ultra Vires).
PASAL
YANG
MENGATUR
92 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas
DO KTRIN MERUPAKAN G UG ATAN YANG DILAKUKAN O LEH PEMEG ANG
INI SAHAM
YANG MEWAKILI 10 % PEMEG ANG SAHAM DARI JUMLAH
PERSEROAN KESELURUHAN
SAHAM YANG ADA DALAM PERSERO AN UNTUK DAN ATAS
PERUSAHAAN
PEMEGANG KEPADA NAMA
DIREKSI. G UG ATAN INI DILAKUKAN O LEH PEMEG ANG
KERENA ADANYA SAHAM SUATU KEGAGALAN DALAM SEBUAH PERSEROAN. G UG ATA
SEPERTI INI PADA UMUMNYA DILAKUKAN O LEH PIHAK KETIG A YANG N
DIRUGIKAN OLEH SEBUAH PERSEROAN, AKAN TETAPI HAL INI JUGA DAPAT DILAKUKANMERAS
OLEH PARA PEMEGAG SAHAM YANG MEWAKILI 10 % PEMEGANG SAHAM PERSEROAN A
KEPADA DIREKSI KARENA ADANYA SUATU KEGAGALAN DALAM SEBUAH PERUSAHAAN
PERSEROAN.
TINDAKA INI JUGA MENDAPATKAN LEGITIMASI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHU 2 0 0 7 TENTANG PERSERO AN TERBATAS. YANG MENYATAKAN
N BAHWA ATAS PERSEROAN MAKA PEMEGANG SAHAM YANG MEWAKILI
NAMA PALING SEDIKIT 1/10 PERSEPULUH) BAG IANDARI JUMLAH
( SATU
SUARADAPAT MENGAJUKAN GUGATAN MELALUI SELURUH PENGADILANSAHAM
NEGERI
DENGTERHADAP
AN HAK
ANGGOTA DIREKSI YANG KARENA KESALAHAN ATAU KELALAIANNYA MENIMBULKAN
KERUGIAN PADA PERSEROAN.

DE R IV A TIV E
ACTION
SELF DEALING Merupakan tindakan seorang direksi dalam
melakukan transaksi dengan pihak ketiga
diatas perseroan yang dipimpinnya. Tindakan
ini sebenarnya penuh dengan kepentingan
TRANS ACTION yang menguntugkan pribadi direksi itu sendiri
(interested transaction). Tindakan ini tidak
dapat dibenarkan baik secara langsung
maupun tidak langsung, karena tindakan ini
pada dasarnya bertentangan dengan Fiduciary
Duty dari seorang direksi itu sendiri. Secara
normative tidak ada pengaturan mengenai self
dealing dalam peraturan perundang-
undangan. Tetapi karena prinsip ini
bertentangan dengan prinsip fiduciary duty
sendiri maka hal ini dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 97 ayat (2) dan ayat (3)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
FIDUCIAR
P rinsip ini m engajarkan b ahw a antara d ireksi d engan
perseroan terdapat hubungan kepercayaan
sehingga p ad a d asarnya seorang d ireksi b ertind ak
( fiduciary ),
Y
sam a sep erti
d ireksi
berkewajiban
seorang agen ( trustee )
menjalankan kepercayaan
d im ana
yang
seorang
diberikan DUTY
kepadanya untuk sebuah perseroan . Dalam pelaksanaan
prinsip ini, maka seorang direksi dalam mengemban amanah
tersebut memegang dua tugas sekaligus yaitu manajemen
dan perwakilan dalam menjalankan sebuah perseroan .
Prinsip fiduciary duties dalam buku " Organ Perseroan
Terbatas" ( hal 39) Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia
menjelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab melakukan
pengurusan sehari - hari Perseroan untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan
tersebut dalam sistem common law .
Melakukan kepengurusan perseroan
dengan baik sesuai dengan tugas dan
kewenangan yang diberikan kepadanya,
dengan ketentuan bahwa seorang direksi
Bertindak dengan iktikad baik. tidak diperkenankan untuk memperluas maupun
mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri.

Tidak melakukan tindakan yang dapat


Mementingkan kepentingan perseroan diatas menyebabkan benturan kepentingan
kepentingan pribadi. antara kepentingan perseroan dengan
kepentingan direksi.

ADAPUN YANG HARUS DILAKSANAKAN


OLEH SEORANG DIREKSI
Prinsip ini juga mendaptkan legitimasi dalam peraturan perundang-
undangan yang bisa ditemukan dalam Pasal 92 jo Pasal 97 yang pada
intinya menentukan bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan serta sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan juga dengan iktikad baik dan tanggung jawab.
Disisi lain apabila direksi bersalah dalam menjalankan
fiduciary duty ini maka direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
atas kerugian perseroan. Jika direksi terdiri dari dua anggota direksi atau
lebih maka tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota direksi.

Anda mungkin juga menyukai