Anda di halaman 1dari 6

A.

Fiduciary Duty
1. Pengertian Fiduciary Duty
Prinsip Fiduciary Duty berlaku bagi direksi dalam menjalankan tugasnya baik dalam
menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai representasi dari
perseroan.
Fiduciary duty berasal dari dua kata yaitu fiduciary dan duty. Duty berarti tugas,
sedangkan isitilah fiduciary berasal dari bahasa latin “fiduciarus” dengan akar kata
“fiducia” yang berarti “kepercayaan” sehingga istilah “fiduciary” diartikan sebagai
memegang sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memengan sesuatu dalam
kepercayaan kepentingan orang lain tersebut disebut dengan istilah “trustee”
sementara pihak yang dipegang unuk kepentingannya tersbut disebut dengan istilah
“beneficiary”. Dalam istilah bahasa Indonesia, orang yang memegang kepercayaan
seperti itu disebut sebagai orang yang memegang “amanah”.1
Doktrin fiduciary adalah suatu kewajiban yang diterapkan undang-undangbagi
seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi seseorang
yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan
sesaat. Fiduciary adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil
(trustee) atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai
wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan (trust and
confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian (scrupulous), itikad baik (good
faith), dan keterusterangan (candor). Fiduciary ini termasuk hubungan seperti,
pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan pelindung (guardian),
termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubungan fiduciary
dengan clientnya.2

Kewajiban fiduciary oleh Direksi adalah suatu hubungan direksi dengan perseroan
serta pemegang saham, dimana direksi dalam pengurusannya sehari-hari
bertanggungjawab kepada perseroan serta para pemegang saham, hubungan fiduciary

1
Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 33.
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, hlm. 625 dalam Bismar Nasution, Pertanggungjawaban
2

Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan, dalam Mulhadi S.H., M.Hum, 2017, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk
Badan Usaha di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 148.
ini membawa suatu konsekuensi hukum bahwa direksi diberikan kewenangan untuk
bertindak atas nama perseroan serta bertindak atas kepentingan para pemilik saham.
Dalam pelaksanaannya hubungan fiduciary ini adalah suatu hubungan kepercayaan
yang melekat dalam diri pribadi seorang direksi, dimana pihak direksi melaksanakan
tugas dan wewenangnya untuk memimpin kepentingan pihak lain dalam hal ini
pemegang saham.3

Prinsip fiduciary duty berlaku bagi direksi dalam menjalankan tugasnya baik dalam
menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai representasi dari
perseroan.4 Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin
perusahaan. Sedangkan fungsi representasi dalam arti direksi berfungsi mewakili
perushaaan, baik di dalam maupun diluar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan
diluar pengadilan meneyababkan perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan
transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan untuk
kepentingan perseroan.5

Seseoang mempunyai tugas fiduciary (fiduciary duty) manakala dia mempunyai


kapasitas fiduciary (fiduciary capacity). Seseorang dikatakan memiliki fiduciary
capacity jika bisnis yang ditransaksikannya atau uang/property yang ditangani bukan
miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang dan untuk
kepentingan orang lain tersebut, dimana orang lain tersebut mempunyai kepercayaan
yang besar (great trust) kepadanya. Sementara itu dilain pihak ia wajib mempunyai
6
itikad baik yang tinggi (high degree of good faith) dalam menjalankan tugasnya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan fiduciary duty adalah suatu tugas dari
seseorang yang disebut dengan “trustee” yang terbit dari dari suatu hubungan hukum
antara trustee tersebut dengan pihak lain yang disebut dengan beneficiary, dimana
pihak beneficiary memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee, dan
sebaliknya pihak trustee juga mempunyai kewajiban yang tinggi untuk melaksanakan

3
Dedi Indrawan Darsan, Badriyah Rifai, Oky Deviany, “Doktrin Business Judgement Rule atas Tindakan
direksi yang dianggap melanggar prinsip fiduciary duty”, Jurnal, Program Studi Kenotariatan Pascasarjana, Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin, hlm. 7 dalam Mulhadi S.H., M.Hum, 2017, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk
Badan Usaha di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 149.
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid, hlm. 150.
tugasnya dengan sebaik-baiknya dengan itikad baik yang tinggi, fair dan penuh
tanggung jawab, dalam menjalankan tugasnya dan untuk kepentingan beneficiary,
baik yang terbit dari hubungan hukum atau jabatannya selaku trustee (secara
teknikal), atau dari jabatan lain seperti lawyer (dengan kliennya), perwalian
(guardian), executor, broker, kurator, pejabat publik atau direktur dari suatu
perusahaan.7

Sepanjang sejarah penerapan teori fiduciary duty ini, muncul beberapa “pedoman
dasar” bagi direksi dalam menjalankan fiduciary duty terhadap perseroan yang
dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut adalah sebagai berikut8:

Fiduciary duty merupakan unsur wajib (mandatory element) dalam hukum perseroan;

1. Dalam menjalankan tugasnya, seorang direksi bukan hanya harus memenuhi


unsur itikad baik, tetapi juga harus memenuhi unsur “tujuan yang layak” (proper
purpose)
2. Pada prinsipnya direktur dibebani prinsip fiduciary duty terhadap perseroan,
bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaanlah yang dapat
memaksakan direksi untuk melaksanakan tugas fiduciary tersebut
3. Akan tetapi, dalam menjalankan fungsinya sebagai direktur, secara umum
direktur juga harus memperhatikan kepentingan stakeholders, seperti pihak
pemegang saham dan buruh perseroan
4. Sungguhpun menyandang tugas sebagai direktur, direktur tetap bebas dalam
memberikan suara dan pendapat sesuai dengan keyakinan dan kepentingannya
dalam setiap rapat yang dihadirinya
5. Direksi tetap bebas dalam mengambil keputusan sesuai pertimbangan bisnis dan
“sense of business” yang dimilikinya. Bahkan, pihak pengadilan tidak boleh ikut
campur mempertimbangkan sense of business dari direksi
6. Dalam hal-hal dimana terdapat conflict of interest, seorang direksi dilarang atau
setidak-tidaknya diawasi dan dibatasi dalam menjalankan tugasnya

7
Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 33.
8
Ibid, hlm. 61
memberlakukan prinsip keterbukaan informasi (disclosure) terhadap setiap
transaksi yang ada conflict of interest.

Doktrin fiduciary duty dalam undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas, setidaknya bisa ditemukan di dalam Pasal 92 dan 97, yang bunyi
lengkap adalah sebagai berikut :

Pasal 92 ayat (1) dan (2):

(1) Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan


sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan yag dipandang tepat, dalam batas
yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

Pasal 97 ayat (1) dan (2):

(1) Direksi bertanggungjawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 92 ayat (1).
(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setia
anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab.
2. Jenis-Jenis Fiduciary Duty

Director Fiduciary Duties After Sarbanes-Oxley mengemukakan ada 4 jenis fiduciary


duty, dengan 2 jenis kewajiban pokok9 yaitu :
a. Duty of Loyalty, is a duty requires a director, affirmatively and in good faith, to
protect the interests of the company and its stockholders, and to refrain from doing
anything that would injure the company or deprive the company of profit or an
advantage that might properly be brought to the company for it to pursue”
Untuk memenuhi Duty of Loyalty, “a director must act in a manner that he or she
believes in good faith to be in the best interest of the company and its stockholders”.
b. Duty of care, is a duty requires a director to perform his or her responsibilities with a
care that a reasonably prudent person would exercise under similar circumstances,
while acting in an inform manner”.

9
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Hlm 45.
Untuk memenuhi duty of care ini , “a director must proceed with a “critical eye” in
assessing information presented to him or her, and with inquisitive nature in
confirmning that he or she has been presented with all material information.”
c. Duty of good faith..
d. Duty of disclosure.
artinya:
a. kewajiban untuk setia, yaitu suatu kewajiban yang menghendaki direktur, dengan
persetujuan dan dengan jujur, melindungi kepentingan perusahaan dan pemegang
sahamnya, dan untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan
atau mencabut dari perusahaan sebuah keuntungan atau suatu keuntungan yang
mungkin dibawa ke perusahaan yang dalam proses.
Untuk memenuhi kewajiban untuk setia, seorang direktur harus berbuat dalam
cara yang ia percaya dengan jujur merupakan kepentingan terpenting dari
perusahaan dan pemegang sahamnya
b. kewajiban peduli, adalah sebuah kewajiban yang menghendaki direktur untuk
menjalankan tanggung dengan hati-hati yang mana seorang yang berhati-hati
dengan alasan akan menggunakan dibawah keadaan yang sama, ketika bertindak
dalam cara yang berbeda.
Untuk memenuhi kewajiban berhati-hati ini , seorang direktur harus meneruskan
dengan pandangan kritisdalam menilai informasi yang diberikan kepadanya, dan
dengan sifat ingin taju dalam memastikan bahwa dia telah diberikan semua materi
informasi.
c. Kewajiban untuk jujur.
d. Kewajiban keterbukaan.
Duty of Loyalty dan Duty of care adalah 2 jenis kewajiban pokok dan duty of
good faith dan duty of disclosure merupakan 2 jenis kewajiban fidusia lain.
Dengan demikian di samping pembagian fiduciary duty ke dalam dua jenis
kewajiban pokok sebagaimana disebut di atas, perkembangan selanjutnya ilmu
hukum juga memperlihatkan kewajiban-kewajiban tambahan yang terkait dengan
fiduciary duty ini. Ada sebagian pihak yang menyatakan perkembangan
kewajiban-kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary duty ini. Ada
sebagian pihak yang menyatakan perkembangan kewajiban-kewajiban yang ada
sebagai tambahan terhadap fiduciary duty yang sudah ada, namun tidak kurang
juga hanya menyatakan tambahan-tambahan tersebut sebagai perkembangan
interpretasi dari kedua jenis fiduciary duty yang telah ada.10

10
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai