a. Fiduciary, dan
b. Duty.
atau dengan kata kerja “fidere” yang berarti “mempercayai (“to trust”). Sehingga
kepentingan orang lain tersebut disebut dengan istilah “trustee” sementara pihak
kepercayaan seperti itu disebut sebagai orang yang memegang “amanah” 103 .
103
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law,( Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2002), Hlm. 33
milik orang lain dan untuk kepentingan orang lain tersebut, dimana orang lain
itu, di lain pihak dia wajib mempunyai itikad baik yang lebih tinggi (high degree
baik untuk perjanjian trustee dalam arti “technical trust” maupun untuk jabatan
executor, broker, kurator, pejabat publik, atau direktur dari suatu perusahaan
fiduciary (fiduciary capacity) dengan pihak yang diasuhnya atau yang harta
bendanya diasuh, terdapat suatu hubungan khusus yang disebut dengan hubungan
suatu hubungan yang timbul baik dari hubungan fiduciary secara teknikal maupun
dari hubungan informal yang timbul manakala seorang percaya (trust) atau
bergantung (rely) kepada orang lain. Dalam hal ini, seorang percaya kepada orang
lain, dimana orang lain tersebut bertindak dengan itikad baik (good faith) dan
dengan penghormatan yang baik (due regard) dan fair kepada kepentingan orang
104
Ibid.
dari seseorang yang disebut dengan “trustee” yang terbit dari dari suatu hubungan
hukum antara trustee tersebut dengan pihak lain yang disebut dengan beneficiary,
dimana pihak beneficiary memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pihak trustee,
dan sebaliknya pihak trustee juga mempunyai kewajiban yang tinggi untuk
fair dan penuh tanggung jawab, dalam menjalankan tugasnya dan untuk
kepentingan beneficiary, baik yang terbit dari hubungan hukum atau jabatannya
selaku trustee (secara teknikal), atau dari jabatan lain seperti lawyer (dengan
“an obligation to act in the best interest of another party. For instance, a
trustee has a fiduciary duty to the trust's beneficiaries, and an attorney has
(Artinya: fiduciary Duty adalah sebuah kewajiban untuk berbuat yang terbaik
memegang kepentingan orang lain memiliki fiduciary duty pada pihak yang
105
Ibid.
106
http://definitions.uslegal.com/b/breach-of-fiduciary-duty terakhir kali diakses tanggal
8 april 2009
tersebut harus diketahui dan diterima bahwa kepercayaan dan keyakinan tersebut
“Ketika seseorang setuju untuk berbuat untuk hubungan kepercayaan yang lain,
merugikan atau bertentangan dengan kepentingan klien, atau dalam berbuat untuk
107
Ibid.
dan ketekunan dari layanannya ketika berbuat untuk kepentingan klien. Seseorang
yang berbuat dalam kapasitas kepercayaan berpegang pada standar kejujuran yang
tinggi dan menyingkap sepenuhnya dalam penghormatan untuk klien dan tidak
pada kepercayaan, dimana pihak yang diberi kepercayaan tidak boleh berbuat
kepercayaan.
other person. It is the highest standard of duty implied by law 108 ”, (aritnya:
fiduciary duty adalah suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain dimana
dalam hukum.)
perseroan yang dipimpinnya. Pedoman dasar tersebut adalah sebagai berikut 109 :
108
Try Widiyono,Op Cit., Hlm 38
109
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit., hlm 61
perseroan;
unsur itikad baik, tetapi juga harus memenuhi unsur “tujuan yang layak”
(proper purpose)
bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaanlah yang dapat
Ada tiga macam tanggung jawab hukum yaitu tanggung jawab hukum
dalam arti accountability, responsibility dan liability. Tanggung jawab dalam arti
responsibility adalah tanggung jawab dalam arti yang harus memikul beban.
Tanggung jawab dalam arti liability adalah kewajiban menanggung atas kerugian
kewajibannya atau pelanggaran atas hak pihak lain. Joling memberikan pengertian
of being answerable for an obligation, include judgment, skill and capacity" dan
evil expenses or burden; condition with create a duty to perform act immediately
110
http://els.bappenas.go.id/upload/other/Tanggung%20Jawab%20Hukum%20PT.doc
diakses tgl 14 april 2009
111
http://www.freewebs.com/bedahkulitosmetik/responsibilityliability.htm diakses tgl 14
april 2009
menjabarkan tanggung jawab direksi dalam arti responsibility dan liability yaitu
kepada pelanggaran dari kewajiban menurut UU, Liabilities: Direktur juga harus
bertanggung jawab tetapi juga direktur yang diketahui telah diberikan kuasa oleh
perusahaan.)
112
http://www.ukincorp.co.uk/s-2A-company-directors-responsibilities.html diakses
tanggal 3 juni 2009
113
http://nl.wikipedia.org/wiki/Aansprakelijkheid diakses tgl 14 april 2009
suatu kerugian harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sehingga seorang
direksi yang merupakan wakil dari perseroan juga harus mengganti rugi atas
114
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op.
Cit., Hlm 45
faith dan duty of disclosure merupakan 2 jenis kewajiban fidusia lain. Dengan
kewajiban tambahan yang terkait dengan fiduciary duty ini. Ada sebagian pihak
tambahan terhadap fiduciary duty yang sudah ada, namun tidak kurang juga hanya
duty of loyalty and good faith(kewajiban setia dan jujur) dan duty to exercise care
and diligence(kewajiban peduli dan rajin). Selanjutnya duty of loyalty and good
1. To act bona fide in the interest of the company (berbuat dengan jujur untuk
kepentingan perusahaan);
115
Ibid.
116
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Op. Cit., Hlm
25.
Duty to act bona fide in the interest of the company ini menunjukkan bahwa
putusan yang dikeluarkan oleh Lord Greene MR dalam smith and Fawcett Ltd
“they must exercise their bona fide in what they consider – not what the court
may consider – to be in the interest of the company, and not for any collateral
Menurutnya :
of its product and to the nation”, maka nilai-nilai kepentingan perusahaan pun
mulai bergeser menjadi lebih luas hingga meliputi seluruh pihak-pihak yang
117
Ibid.
organ dalam perseroan yang diberikan hak dan kewenangan untuk bertindak
untuk dan atas nama serta bagi perseroan. Hal ini membawa konsekuensi
oleh rapat umum pemegang saham untuk kepentingan para pemegang saham
dan Herzberg menekankan sekali penting dan luasnya makna duty to exercise
power for proper purpose bagi direksi dan perseroan, dengan menyatakan
bahwa “directors may breach this duty even if they honestly believe their
power for proper purpose ini adalah masalah penerbitan saham baru,
secara benar dan tidak memihak bagi keuntungan atau kepentingan manapun
juga
satunya organ yang mengurus dan mengelola perseroan. Setelah rapat umum
kepentingan perseroan, dan oleh karena itu maka tidak selayaknyalah direksi
tujuan dan kepentingan perseroan. Dalam hal ini tidaklah berarti direksi tidak
intend) dan sebagaimana sebelum suatu perjanjian yang mengikat dibuat dan
secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan (not an arms length
transaction).
perseroan, yang mengangkat dirinya menjadi direksi, secara tidak layak. Lebih
jauh lagi kewajiban ini sebenarnya melarang dengan cara mencegah direksi
118
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op.
Cit., Hlm 47
adanya 3 jenis gugatan yang diatur dalam UUPT, yaitu seperti berikut 119 :
1. Derivative Action
Istilah derivative action lahir pertama kali di Amerika Serikat dalam putusan
perkara Wallersteiner v. Moir (No.2) di tahun 1975 yang dijatuhkan oleh Court of
enforcing a right which is not his or hers but rather is “derived from” the
yang bukan miliknya tetapi lebih “diperoleh dari” perusahaan. Deskripsi tersebut
company where the cause of action is vested in the company and relief is
119
Try Widiyono,Op Cit., Hlm 51
atau lebih pemegang saham, diberikan hak, untuk bertindak untuk dan atas nama
fiduciary dutynya. Derivative action ini berbeda dari gugatan perorangan yang
diajukan oleh satu atau lebih pemegang saham untuk kepentingannya sendiri
action dapat dilakukan oleh setiap pemegang saham tanpa memperhatikan apakah
suatu tindakan yang digugat, yang dilakukan oleh anggota Direksi Perseroan yang
dalam perseroan, selama dan sepanjang tindakan yang digugat tersebut memang
saham hanya dapat dilakukan terhadap tindakan anggota direksi yang merugikan
hanya dapat dilaksanakan dan berlangsung secara penuh di pengadilan jika hal
tersebut disetujui oleh pengadilan (as a matter of court’s discretion). The court
thought that the standing of the plaintiff to bring the derivative action should be
decided as a preliminary matter before the trial of the action 121 .(artinya:
120
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT,Op. Cit.
hlm 67
121
Ibid.
tindakannya.)
Tidak setiap gugatan yang diajukan oleh pemegang saham untuk dan atas
nama Perseroan dapat diakui sebagai derivative action. Ada beberapa syarat yang
action, jika yang digugat merupakan tindakan atau perbuatan anggota direksi
Perseroan tersebut adalah tindakan atau perbuatan yang tidak dapat disahkan
dominan dan memegang kendali dalam Perseroan, dan dalam hal tertentu telah
122
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Op. Cit., Hlm
44
Menurut Cox, O’Neal, dan Hazen, gugatan-gugatan berikut ini termasuk gugatan
derivatif 124 :
123
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT,Op. Cit.
hlm 70
124
Ibid.
Saham Perseroan yang tidak dilakukan dengan “Bona fide for the benefit of the
akan berlaku secara berbarengan. Di samping itu, fungsi direksi sebenarnya unik,
dalam arti bahwa hubungan hukum antara direksi dengan perseroannya dapat
dilihat dari berbagai segi dalam struktur teori hukum. Misalnya dari segi
perburuhan atau sebagai profesional yang mandiri, seperti juga hubungan antara
125
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit.,Hlm 53
muasal dari teori fiduciary duty dari direksi bersumber dari hukum tentang trust,
fiduciary duty yang bersumber dari ikatan hukum direksi dengan perseroan yang
duty, di mana kepedulian dan kemampuan (duty of care and skill), atau itikad
baik, atau loyalitas dari direksi tersebut terhadap perusahaan yang dipimpinnya
Namun demikian, menurut teori hukum perseroan, kedudukan direksi dari suatu
perseroan tidaklah persis sama dengan kedudukan trustee dalam hukum trust.
Pada prinsipnya, kedudukan direksi perseroan dalam hukum sangat unik. Mirip
dengan kedudukan beberapa pranata hukum yang lain, seperti trustee, agen,
pemegang kuasa, ataupun pekerja, tetapi tidaklah persis sama dengan kedudukan
dengan trustee terhadap beneficiary dalam pengertian teknis yang terdapat dalam
b. Luasnya kewenangan
126
Ibid.
127
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas,Op Cit. Hlm 65
128
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit. hlm 54
Direksi dikatakan sebagai agen ketika direksi bertindak keluar untuk dan
atas nama Perseroan Terbatas 130 . Karena itu, adalah logis jika beberapa prinsip
hukum keagenan berlaku juga terhadap direksi dalam menjalankan tugasnya yang
hubungan fiduciary sebagai konsekuensi logis dari eksistensi teori fiduciary duty
tersebut terdapat bukan hanya dalam hubungan hukum antara trustee dengan
antara agen dengan prinsipalnya. Dengan demikian, jika diakui bahwa direksi
dalam batas-batas tertentu berkedudukan sebagai agen perseroan, demi hukum (by
129
Ibid.
130
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas,Loc Cit.
terhadap berlakunya prinsip fiduciary duty dalam hukum perseroannya 131 . Akan
tetapi, eksistensi hubungan fiduciary duty dari direksi tidak hanya ketika dia
bertindak sebagai agen dari perseroan, tetapi juga dalam pelaksanaan manajemen
yang terhadap fungsi ini tidak berlaku prinsip keagenan, tetapi prinsip fiduciary
direksi dalam hubungan dengan prinsip keagenan dari prinsip fiduciary. Jadi, di
trustee dari perusahaan yang dipimpinnya. Konsep direksi sebagai agen dari
perseroan ini berasal dari hukum Prancis, tepatnya dari UU Perusahaan Prancis
tahun 1867, yang menganggap direktur hanya sebagai agen (mandataries) dari
Pendekatan keagenan terhadap direksi model Prancis ini diikuti juga oleh banyak
Jerman sungguhpun dengan pengertian dan konsep yang berbeda dengan sistem
Prancis. Sistem hukum Jerman, yang lebih complicated tersebut, dengan berbagai
131
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern Dalam Corporate Law, Op. Cit.,Hlm 57
132
Ibid.
Italia 133 .
batas tertentu hukum tenaga kerja berlaku kepadanya, dimana direksi sebagai
Sehingga sering juga dikatakan bahwa direksi adalah the officer of the company.
Akan tetapi, direksi bukanlah pekerja (worker) atau buruh (labor) dalam arti yang
strict. Kedudukan hukum dari direksi lebih mendekati kedudukan para profesional
dari perseroan merupakan kewenangan organ perusahaan yang lain, atau setidak-
tidaknya memerlukan persetujuan dari organ perusahaan yang lain tersebut seperti
perseroan, bukan terhadap pemegang saham. Karena itu, hanya perusahaan yang
dapat memaksa direksi untuk melakukan tugas fiduciary tersebut. Akan tetapi,
dalam menjalankan fungsinya sebagai direktur, secara umum dia juga harus
133
Ibid., hlm 58.
juga mirip hubungan fiduciary antara pihak profesional (seperti lawyer, kurator,
dengan pihak profesional serupa, tetapi ada perbedaan yang mencolok antara
tersebut terletak pada derajat tanggung jawabnya. Umumnya diakui dalam ilmu
hukum perseroan bahwa tanggung jawab hukum dari pihak profesional relatif
lebih tinggi dari tanggung jawab direksi kepada perusahaannya. Hal ini
134
Ibid.
135
Ibid.,hlm 59
Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia dan PT Bank Patriot,
yang prosesnya berhasil diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun 2004, Standard
Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan
gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,0% pada tahun 2006.
inovatif, kemudahan dan keamanan bagi nasabah yang ditunjang oleh teknologi
informasi, sistem manajemen risiko yang canggih dan terdepan, serta sumber daya
Pada tahun 2007, jaringan PermataBank telah berkembang dengan pesat. Saat ini
Bank memiliki jaringan outlet yang luas, mencakup 253 kantor cabang (termasuk
kantor cabang pembantu dan kantor kas), kantor cabang Syariah, lebih dari 200
Indonesia, yang memiliki fokus pada segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) dan
yang optimal
e. Menjadi panutan dalam penerapan Tata Kelola Perusahaan dan asas ketaatan
yang baik.
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Ray Ferguson
Wakil Komisaris Utama : Gunawan Geniusahardja
Komisaris : Mark Spencer Greenberg
Komisaris : David Allen Worth
Komisaris Independen : Lukita D. Tuwo
Komisaris Independen : Inget Sembiring
Komisaris Independen : Peter B. Stok
Komisaris Independen : I. Supomo
Dewan Direktur
Direktur Utama : Stewart Donald Hall
Direktur : Joseph Georgino Godong
Direktur : Lauren Sulistiawati
Direktur : Giridhar Srinivasaraghava Varadachari
Budaya Kerja PermataBank adalah seperangkat nilai dan perilaku yang harus
PermataBank.
a. Kepercayaan
b. Integritas
c. Pelayanan
d. Kesempurnaan
e. Profesionalisme
a. Disiplin
b. Bertanggung Jawab
d. Ahli di Bidangnya
e. Mampu Bekerjasama
adalah direktur. Walaupun dalam struktur terbagi dalam direktur utama, direktur
Direksi sebagai salah satu organ perseroan adalah kolegial. Sebab seperti
dinyatakan dalam Pasal 1 angka (5) UUPT, yang menyatakan bahwa direksi
adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
ketentuan anggaran dasar. Dengan demikian, secara asas, bahwa tanggung jawab
direksi adalah kolegial 136 . Sehingga dapat dilihat bahwa doktrin fiduciary duty
yang diterapkan dalam hubungan intern direksi sebagai organ perseroan tidak
136
Try Widiyono, Op.Cit., hlm 65
tanggung jawab yang dipikul direksi yang satu juga dipikul oleh direksi lainnya.
Pembagian tugas dan wewenang direksi diusulkan oleh direksi berdasarkan rapat
pada ketentuan Pasal 97 UUPT diawali dengan rumusan ayat (1) yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1)”. Jika diperhatikan, ketentuan ini
137
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT, Op
Cit.,hlm 55
138
Try Widiyono, Op. cit., hlm 12
139
Hasil wawancara dengan Staf Legal (Yanty Astari, SH) di PT Bank Permata Tbk.
Pada Tanggal 11 Mei 2009.
adalah agen dari perseroan, dan karenanya tidak dapat bertindak sesuka hatinya.
Apa yang dilakukan oleh direksi yang berada di luar batasan kewenangan yang
Dalam Pasal 97 ayat (3) UUPT disebutkan bahwa : “setiap anggota direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang
merupakan kelanjutan dari dua ayat sebelumnya dalam pasal yang sama. Dalam
ketentuan Pasal 97 ayat (3) UUPT ini, yang ditekankan adalah akibat dari
tindakan atau perbuatan direksi yang salah karena disengaja maupun lalai untuk
berbuat, bertindak atau mengambil keputusan secara itikad baik. Dalam hal
bersangkutan 140 .
direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota direksi”. Pasal 97 ayat (4) UUPT menegaskan mengenai tanggung jawab
kolegial dari direksi sebagai suatu dewan, dengan tetap memperhatikan ketentuan
1. Pasal 1 ayat (5) UUPT yang menyatakan bahwa direksi adalah organ
anggaran dasar.
2. Pasal 97 ayat (4) UUPT menyatakan bahwa: “dalam hal direksi terdiri atas 2
(dua) anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi”.
3. Pasal 104 ayat 2 UUPT menyatakan bahwa dalam hal kepailitan terjadi karena
kesalahan atau kelalaian direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk
140
Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan bahwa “segala kebendaan si berhutang, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di
kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”
141
Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa “dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang
mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.”
1. Pasal 69 ayat (4) UUPT yang menyatakan bahwa anggota direksi dan anggota
dewan komisaris dibebaskan dari tanggung jawab dalam hal laporan keuangan
2. Pasal 97 ayat (5) UUPT yang menyatakan bahwa anggota direksi tidak dapat
membuktikan :
kerugian tersebut.
3. Pasal 104 ayat (4) UUPT yang menyatakan bahwa anggota direksi tidak
tanggung jawab bersama secara kolektif yang berlaku bagi seluruh anggota
direksi, mengenai setiap tindakan dan atau perbuatan hukum yang hendak
diambil atau telah diambil oleh satu atau lebih masing-masing anggota
khusus.
142
Gunawan Widjaja, Risiko Hukum Sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT,Op Cit.,
hlm 81
Penerapan doktrin fiduciary duty di PT. Bank Permata, Tbk. pada anggota
direksi selain mengacu pada UUPT juga terdapat dalam Anggaran Dasar
perseroan dimana dapat dilihat dalam Pasal 18 ayat (1) Anggaran Dasar perseroan
untuk kepentingan dan usaha perseroan”. Yang dilanjutkan dengan Pasal 18 ayat
(2) Anggaran Dasar yang berbunyi “Setiap anggota direksi wajib dengan itikad
Yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), yang bertanggung jawab penuh
fiduciary duty dibebankan pada seluruh anggota direktur, bukan pada salah satu
direktur ataupun direktur utama. Maka menurut Anggaran Dasar PT. Bank
Permata, Tbk., tanggung jawab direksi juga merupakan tanggung jawab renteng.
Penerapan doktrin fiduciary duty kepada direksi bank permata juga terlihat
dalam Pasal 18 ayat (3) Anggaran Dasar perseroan yang menyatakan “Direksi
berhak mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan
dalam segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain dan pihak lain
Dalam Anggaran Dasar PT. Bank Permata, Tbk. Dikenal juga rapat direksi
yang diatur dalam Pasal 19 Anggaran Dasar perseroan tersebut, menurut ayat (1)
pasal 19 tersebut, rapat direksi dapat diadakan setiap waktu bilamana dipandang
perlu oleh dan atas permintaan tertulis seorang atau lebih anggota direksi atau
dewan komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang bersama-sama
mewakili sedikitnya 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
kepada semua anggota direksi paling lambat 3(tiga) hari sebelum rapat
dilaksanakan, dan rapat direksi harus dihadiri ½ (satu per dua) dari seluruh jumlah
anggota direksi, dalam hal ini direksi dapat diwakili oleh direksi lainnya dengan
surat kuasa, jika persyaratan hadir dipenuhi maka rapat direksi sah dan dapat
dan jika tidak tercapai suatu kesepakatan dalam musyawarah maka keputusan
harus diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) bagian dari
jumlah suara yang sah yang dikeluarkan dalam rapat yang bersangkutan,karena
ketentuan lebih dari ½ (satu per dua), maka jika suara yang setuju dan yang tidak
setuju sama banyaknya maka usul yang diajukan dalam rapat direksi tersebut
dianggap ditolak.
semua anggota direksi hadir dalam rapat saling mendengar dan melihat secara
langsung dari anggota direksi tersebut dalam rapat direksi, dengan ketentuan
keputusan yang diambil dalam rapat direksi tersebut dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh seluruh anggota direksi yang hadir, keputusan yang diambil
dengan cara demikian mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang
diambil dengan sah dalam rapat direksi. Pada tahun 2007 direksi Permata Bank
Dalam Anggaran Dasar PT. Bank Permata, Tbk. Disebutkan juga bahwa
direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat
kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam
rapat direksi.
pihak ketiga
kepentingan pemegang saham, hal ini dapat dimengerti karena perseroan terbatas
apabila persoalan tersebut ditelaah secara teliti, maka tanggung jawab direksi
tersebut tidak hanya kepada para pemegang saham saja. Pihak ketiga yang
(artinya: Secara umum, pihak yang berkepentingan adalah pihak ketiga yang
dipilih oleh dua atau lebih orang untuk menjalankan kekayaan yang tersimpan dan
144
Try Widiyono, Op. cit., hlm 72
145
Ibid.
tujuan perseroan akan sangat digantungkan dalam hubungan usaha dengan pihak
yang bersifat umum dan bersifat khusus. Kewenangan direksi yang bersifat umum
Sedangkan kewenangan yang bersifat khusus adalah tindakan direksi yang harus
jawab tersebut juga kepada pihak ketiga (stakeholder) termasuk dan mencakup
atas kreditor, nasabah, pemegang saham, kreditur, BI, bank-bank lain, aparatur
berkepentingan 146 .
bukan hanya apa yang terdapat dalam maksud dam tujuan perseroan terbatas yang
146
Hasil wawancara dengan Staf Legal (Yanty Astari, SH) di PT Bank Permata Tbk.
Pada Tanggal 11Mei 2009.
lain berdasarkan kewajaran, kebiasaan, dan kepatuhan sesuai maksud dan tujuan
perseroan terbatas.
pihak ketiga, atas setiap kegiatan perseroan, yang dianggap dapat mempengaruhi
1. Pasal 44 ayat (2) UUPT, dalam hal perseroan ingin melakukan pengurangan
atas modal dasar, modal dikeluarkan ataupun modal disetor dari perusahaan;
2. Pasal 127 ayat (2) UUPT, dalam hal perseroan bermaksud untuk melakukan
3. Dan bagi:
masyarakat;
c. Perseroan terbuka;
147
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm 114
penyelenggaraan RUPS.
permintaan pemberian data dan atau keterangan mengenai perseroan oleh pihak
memberikan data dan atau keterangan tersebut secara benar dan akurat. Sebagai
kebenaran dan keakuratan dari setiap data dan keterangan yang disediakan
Jika terdapat pemberian data atau keterangan secara tidak benar dan atau
tanggung renteng atas setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, sebagai
akibat dari pemberian data dan atau keterangan yang tidak benar atau
informasi yang disampaikan oleh perseroan terhadap pihak ketiga; Pasal 104 ayat
(2) UUPT juga memberikan tanggung jawab personal kepada direksi perseroan
atas terjadinya kepailitan yang disebabkan oleh karena kesalahan atau kelalaian
dari direksi.
timbulnya klaim pihak ketiga atau merupakan tindak pidana, maka seluruh jajaran
direksi akan bertanggung jawab secara renteng. Tetapi jika direktur tersebut
dalam melakukan perbuatannya itu tidak mengindahkan aturan main internal antar
direktur, maka hanya si pelakunya saja yang bertanggung jawab secara hukum.
Misalnya ada hal-hal tertentu apabila dilakukan oleh salah seorang direktur harus
dengan rapat direksi. Tetapi direktur tersebut dalam melakukan perbuatan itu
tidak memanggil rapat direksi, dan dilakukan tanpa sepengetahuan anggota direksi
lain. Dan kebetulan dari tindakan tersebut kemudian timbul klaim oleh pihak
ketiga. Maka terhadap kasus seperti itu, direktur yang lain terbebas dari tanggung
jawabnya 148 .
direksi tidak lagi bertanggung jawab kepada perseroan dan pemegang saham
duty yang pada mulanya hanya berlaku bagi kepentingan perseroan ternyata juga
telah bergeser, menjadi tidak hanya semata-mata bagi kepentingan perseroan dan
148
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga (Jakarta: PT.
Citra Aditya Bakti, 1995), Hlm.99
149
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas,Op. Cit, Hlm 76
dilihat dalam laporan tahunan pada bagian pelaksanaan tata kelola perusahaan
tahun 2007 dimana disebutkan bahwa salah satu tugas pokok dari direksi adalah
pengurangan modal kepada kreditor perseroan dan diumumkan oleh direksi dalam
berita negara Republik Indonesia dan sedikitnya 2(dua) surat kabar harian bahasa
Indonesia dan satu diantaranya yang mempunyai peredaran luas dalam wilayah
Republik Indonesia dan satu lainnya yang terbit di tempat kedudukan perseroan
paling lambat 7(tujuh) hari sejak tanggal keputusan tentang pengurangan modal
rancangan paling sedikit dalam 1(satu) surat kabar dan mengumumkan secara
likuidator apabila RUPS tidak menunjuk likuidator, dalam hal ini direksi sebagai
likuidator wajib mengumumkan dalam berita negara dan dalam 2 surat kabar
dalam wilayah negara Republik Indonesia dan satu lainnya yang terbit di tempat
pembubaran itu kepada kreditor dan melaporkannya kepada menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal (Pasal
yang dianggap dapat mempengaruhi kekayaan perseroan. Hal ini mengingat bank
dampak apa yang akan timbul apabila keputusan tersebut telah diaplikasikan di
lapangan, baik menyangkut internal bank sendiri, nasabah, bank lain, pemerintah
yang tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan.
150
Hasil wawancara dengan Staf Legal (Yanty Astari, SH) di PT Bank Permata Tbk.
Pada Tanggal 11Mei 2009.
satu pihak direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Karena itu dalam hal
ini direksi haruslah tunduk kepada RUPS sebagai konsekuensi dari kedudukan
RUPS sebagai organ yang memiliki kekuasaan tertinggi. Akan tetapi di lain pihak
kedudukan direksi adalah independen, dalam arti tidak berada di bawah salah satu
dari organ peusahaan lainnya. Secara hukum, kedudukan direksi bukanlah hanya
“pesuruh” dari pemegang saham atau RUPS. Hal ini disebabkan 151 :
1. Hakikat dari tugas direksi sebagai pihak yang menjalankan perusahaan dan
2. Konsekuensi dari ketentuan dalam Pasal 97 ayat (2) dan (3) UUPT yang
mewajibkan direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk
Dan direksi dapat digugat di pengadilan bahakan oleh pemegang saham yang
perseroan, tetap tidak mempunyai hak untuk menekan direksi mengambil suatu
persetujuan RUPS diperlukan untuk hal-hal tertentu yang dianggap sangat vital
151
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit., hlm157
perseroan; yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah
kekayaan bersih perseroan dalam 1(satu) transaksi atau lebih, baik yang
berkaitan satu sama lain maupun tidak. (Pasal 102 ayat (1) UUPT)
permohonan pembubaran perseroan (Pasal 144 ayat (1) jo. Pasal 142 ayat (1)
butir a UUPT).
atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari
50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1(satu)
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, maka
perbuatan hukum tersebut tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lain dalam
152
Pasal 102 ayat (4) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
jawab direksi bila keputusan diambil tanpa persetujuan RUPS, seharusnya direksi
sama sekali tidak dapat mengambil keputusan tersebut tanpa persetujuan RUPS,
sebagai pemegang saham, karena seperti yang diatur dalam UUPT misalnya
paling sedikit dalam 1 surat kabar sebelum pemanggilan RUPS 153 , dengan
diumumkan di surat kabar maka pemegang saham yang tergabung dalam RUPS
bisa saja sudah mengetahui akan diadakannya tindakan hukum tersebut. Tetapi
jika memang direksi beritikad buruk maka direksi dikenakan tanggung jawab
pribadi.
1. Saham yang akan dikeluarkan yang masih dalam simpanan, dapat dilakukan
oleh direksi setelah mendapat persetujuan RUPS pada waktu dan dengan cara
dan harga serta persyaratan yang ditetapkan oleh rapat direksi berdasarkan
perseroan yang bernilai lebih dari 50% (lima puluh persen) dari nilai kekayaan
153
Pasal 127 ayat( 2) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
ataupun yang berkaitan satu sama lain (Pasal 18 ayat (5) Anggaran Dasar
Bank Permata)
dahulu, tetapi dapat ditafsirkan bahwa direksi Bank Permata tidak dapat
mengingat ada pengaturan dalam Anggaran Dasar perseroan yang memuat kata
“hanya dapat dilakukan” berdasarkan keputusan RUPS, sehingga jika direksi tetap
keputusan yang telah diambil dan dilaksanakan tidak mengikat bank dan pihak
ketiga. Bila menimbulkan kerugian terhadap pihak Bank dan pihak ketiga, direksi
menyetujui suatu rencana kerja perseroan, tetapi apabila menurut dewan direksi
dan business judgement dari dewan direksi, rencana tersebut wajib dirubah, maka
154
Hasil wawancara dengan Staf Legal (Yanty Astari, SH) di PT Bank Permata Tbk.
Pada Tanggal 11Mei 2009.
dewan direksi tidak dapat bersembunyi dibalik RUPS atau komisaris apabila
oleh RUPS maupun komisaris tidak dapat membebaskan direksi dari tanggung
Perbuatan tidak benar yang dilakukan direksi apabila dalam hal ini
disetujui oleh RUPS maka direksi yang tetap harus bertanggung jawab, sejauh
tugas tersebut memang merupakan tugasnya direksi, memang ada negara yang
berdasarkan teori “ratifikasi” oleh RUPS, yang berarti tindakan tersebut telah
diterima oleh perusahaan sebagai badan hukum. Tetapi di Indonesia UUPT dalam
dalam Pasal 105 ayat (1) UUPT. Dalam Anggaran Dasar Bank Permata hal ini
diatur dalam Pasal 17 ayat (3) Anggaran Dasar Perseroan. Direksi diberikan
155
http://re-searchengines.com/badriyahamirudin.html diakses tanggal 16 april 2009
156
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga ,Op. Cit.,
Hlm102
terlebih lagi pada Pasal 94 ayat (5) dinyatakan bahwa perseroan yang bergerak di
kepengurusan, maka terjadi interaksi antara tugas direksi dan komisaris pada saat
sebelum dan sesudah menjalankan aktivitas perusahaan. PT. Bank Permata, Tbk.
perseroan tersebut.
Sejauhmana nasehat itu merupakan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab direksi.
Nasehat itu dapat saja tidak dituruti apabila bertentangan dengan tujuan dan
dasar 157 .
mengawasi pekerjaan direksi tidak saja bersifat preventif tetapi juga bersifat
represif dan dalam memberi nasehat harus dilakukan dengan itikad baik dan
157
Agus Budiarto,Op. Cit., Hlm 73
kepada dewan komisaris apabila anggaran dasar menentukan hal itu. Sebagaimana
dinyatakan di dalam Pasal 117 ayat (1) UUPT, kewenangan yang dimaksud
Dalam Anggaran Dasar PT. Bank Permata, Tbk. Disebutkan bahwa salah
satu bagian dari tugas dan wewenang direksi adalah menjalankan setiap tindakan
mendapatkan persetujuan dari rapat dewan komisaris atau persetujuan tertulis dari
tertulis dari seluruh anggota dewan komisaris diperlukan jika direksi hendak
a. Membeli atau dengan cara lain memperoleh/mendapatkan hak atas tanah dan
atau bangunan yang mempunyai nilai melebihi jumlah yang ditetapkan oleh
untuk jumlah yang melebihi jumlah yang ditetapkan oleh dewan komisaris,
kecuali untuk menjual atau mengalihkan atau melepaskan hak atas tanah dan
bangunan yang merupakan barang jaminan diambil alih atau yang berasal dari
penyelamatan kredit;
peraturan perbankan;
e. Mengambil bagian atau ikut serta atau melepaskan hak baik sebagian dan/atau
ikut serta dalam suatu perseroan atau badan lain termasuk, tetapi tidak terbatas
158
Pasal 3 ayat (2) huruf k. Anggaran Dasar PT. Bank Permata, Tbk. memuat kegiatan
perseroan yaitu “membeli agunan baik seluruhnya maupun sebagian melalui pelelangan dalam hal
debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut
wajib dicairkan secepatnya”
ayat 2 (a) Pasal 3 Anggaran Dasar 159 , dan atau yang tidak termasuk kegiatan
usaha sehari-hari, untuk suatu jumlah yang melebihi jumlah yang ditetapkan
Pasal 117 ayat (2) UUPT menyatakan bahwa walaupun Anggaran Dasar
pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut beritikad baik 160 , sehingga
159
Pasal 3 ayat (2) huruf a Anggaran Dasar PT. Bank Permata, Tbk. memuat kegiatan
perseroan yaitu “menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito,
tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu baik dalam mata uang rupiah
maupun mata uang asing.”
160
Pasal 117 ayat (2) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
persetujuan Dewan Komisaris yang berupa Berita acara / risalah rapat Dewan
dalam bentuk Berita acara / Risalah Rapat Dewan Komisaris. Maka perjanjian
tertentu, untuk hal yang demikian walaupun sudah mendapat persetujuan dari
pihak komisaris, pada prinsipnya tanggung jawab tetap terletak di pundak direksi
dan sudah merupakan tugas direksi dalam menjalankan perusahaan. Karena itu,
Dari hal-hal tersebut di atas dapat dilihat bahwa direksi dalam mengurus
161
Penjelasan pasal 117 ayat (2) Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
162
http://agusfbn.multiply.com/journal diakses tanggal 27 april 2009
163
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,Op. Cit, Hlm 113
segala akibat hukum dari perbuatan hukum tersebut tidak akan mengikat bank
terhadap pihak ketiga dan bisa diajukan pembatalan bila ternyata hasilnya
merugikan 164 .
direksi yang bersangkuatan, sebagaimana terdapat dalam Pasal 106 ayat (1)
anggaran dasar PT. Bank Permata, Tbk. Pasal 21 ayat (4) disebutkan juga bahwa
sementara seorang atau lebih anggota direksi, jika anggota direksi tersebut
164
Hasil wawancara dengan Staf Legal (Yanty Astari, SH) di PT Bank Permata Tbk.
Pada Tanggal 11Mei 2009.
165
Pasal 106 Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
A. Kesimpulan
penerapan doktrin fiduciary duty pada direksi maka tanggung jawab direksi
lainnya).
dengan doktrin fiduciary duty, direksi bukan hanya bertanggung jawab kepada
persetujuan RUPS, hanya Pasal 102 ayat (4) UUPT disebutkan dalam hal
50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1(satu)
transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, maka
B. Saran
Dan dari kesimpulan yang telah diperoleh tersebut, perlu kiranya untuk
perseroan.
masing dalam satu ayat mengenai tindakan direksi yang harus dimintakan