Oleh
NIM : PO 530324019496
Tingkat : II B
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kebidanan Komunitas” pada
matakuliah Askeb Komunitas, yang mana ini diberikan untuk menambah pengetahuan saya dan
juga pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pengampuh mata kuliah Persalinan
dan BBL untuk pengembangan makalah ini kedepannya.
.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTA ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan.........................................................................................16
Saran....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan untuk semua menurut WHO adalah semua orang memperoleh derajat kesehatan
tertinggi yang memungkinkan dan secara minimum semua orang memperoleh derajat
kesehatan sehingga mereka mampu bekerja produktif dan berpartisipasi secara aktif dalam
kehidupan social dimasyarakat dimana mereka tinggal.
4
6. Masalah-masalah kebidanan komunitas seperti kematian ibu dan bayi
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pelayanan kesehatan baik tersedia, dapat tercapai, dan dapat diterima semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal ini
komunitas.
6
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu menjalin
kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung juga
mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat agar
dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai
berkut.
1. Prenvensi primer.
Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya, kapan teridentifikasi
faktor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup peningktan kesehatan pada
pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit, kesehatan promosi,kesehatan
7
pendidikan, spesifik perlindungan dan lingkungan perlindungan. Contoh kegiatan di
bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan untuk
mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder.
Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis sehingga memperpendek waktu sait dantingkat keparahan /
keseriusan penyakit, contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak /
belita atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara secara berkala.
3. Prevensi Tersier
Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau ketidakmampuan atau tidak dapat
itu. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses
penyakitnya sendiri, yaitu kembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan
kolostomi dirumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan
anggotagerak untuk latihan secara teratur di rumah.
8
kesejahteraan ibu, yang menghasilkan komitment lintas sektoral untuk menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986 menjadi225 per 100.000
Kelahiran hidup di tahun 2000.Tingginya AKI di Indonesia ini konstruktif pula oleh
belum memadainya cakupan persalinan oleh Tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan
penanganan kasus kebidanan. Ada Singgah yang jelas Antara cakupan pertolongan
persalinan oleh Tenaga kesehatan dan AKI
Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh Tenaga kesehatan maka akan
semakin rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang melatar belakangi keadaan
tersebut adalah tidak adanya atau tingkat Tenaga kesehatan yanga da di dekat masyarakat
terutama daerah pedesaan. Salah satu upaya penting yang dicapai dalam mempecepat
penurunan AKI dan AKBadalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berarti menempatkanTenaga kesehatan di tengah-tengah masyarakatPADA
tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan "tunai program" secara sesekali
yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK) untuk langsung
masuk keProgran Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program bidan SEBUAH (PBB
SEBUAH). lama pendidikan na 1tahun dan lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa
yang kemudian disebut sebagai bidandesa (BDD), Namun selama bekerja didesa, tugas
pokok BDD tidak hanya melaksanakan pelayanan kebidanan, tetapi juga harus dapat
melayani pengobatan umum. Masyarakat menganggap BDDtidak hanya sebagai Tenaga
kesehatan yang menolong persalinan tetapi juga sebagai Tenaga promotif, preventif, dan
kuratif yang sangat dapat diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desasalah sebagai
ujung tombak peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa / masyarakatyang
mempunyai peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan
kesehatanibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia
(SDM). Pada awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya
BDD di berikanstatus kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah
setempat.Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja.
Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga
berencana(KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan posyandu yang
mencakup pemeriksaan kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Instruksi presiden secara llisan padapapan kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik
9
bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakn
ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia diKairo yang menekankan pada pers
kesehatan Perluas garapan bidan Antara lain aman keibuan, keluarga berencana,
kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS)dan kesehatan pers orang
tua.
2.3 Sasaran
10
p. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat.
Sasaran Utama
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga
adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. ( Syahlan, 1996 : 16 )
Anak: Meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan
sekolah.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik
yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani,
Niken dkk, 2009 : 9).
Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini:
a.Tujuan umum
11
b. Tujuan Khusus
e.Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat
atau terkait.
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang
akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing – masing, selalu
berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta
turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di
mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan
kebidanan di komunitas
12
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas
sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam
satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan
sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan
institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat.
1) Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan
masa nifas (dalam 42 hari) setelah persalinan.jumlah kematian ibu melahirkan di
Indonesia mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran.
Berdasarkan penyebab kematian ibu bias dibedakan menjadi langsung dan tidak
langsung.
a. Penyebab langsung
1. perdarahan (42%)
3. Keguguran/aborttus (11%)
4. Infeksi (10%)
13
1. Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah.
dibandingkan ibu.
3. “4 terlalu” dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan
terlalu banyak.
Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu disebut Making
Pregnancy Safer (MPS), yang mengandung 3 pesan kunci, yaitu:
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).
c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
14
2) Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat 1 tahun. Angka kematian bayi (AKB) mencapai 35 per 1.000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi meliputi asfiksi, infeksi, hipotermi, BBLR, trauma
persalinan. Penyebab lain meliputi pemberian makan secara dini, pengetahuan yang
kurang tentang perawatan bayi, tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga
kesehatan), serta sistem rujukan yang kurang efektif.
b. Peningkatan ASI Eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh
kembang.
g. Program ASUH.
BAB III
PENUTUP
15
3.1 Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
layanan kepada masyarakat dengan waktu pada kelompok risiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.Kebidanan
komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan termasuk fisik,
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan rohani terhadap kesehatan masyarakat dan
memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.Kebidanan komunitas itu pada asumsi berikut.
3.2 Saran
Bidan kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas
dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan, bidan kesehatan komunitas
kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau penilaian dalam memberikan
asuhan keperawatan komunitas, bidan kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat
dalam koordinasi dan organisasi dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI
17