Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Analisis Faktor Resiko Dan Penanganan Perdarahan Antepartum : Solutio


Plasenta

Disusun Oleh:
1. Bella Dama Shinta (P27820820008)
2. Hasrining Tri Suprapti (P27820820022)
3. Lela Andika Sari (P27820820040)
4. Refi Ardian Syah Putra (P27820820045)
5. Silvia Handayani (P27820820048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Maternitas dengan judul “Analisis faktor resiko dan penganan
perdarahan antepartum : Solutio Plasenta”
 Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Endah Suprihatin, M.Kep, Sp.
Mat selaku dosen pembimbing di matakuliah maternitas yang telah memberikan
bimbingan, ide, dan saran dalam kesempatan ini dan bantuan dari semua pihak yang
ikut berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah yang kami susun dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini.
.

                                                                                     Surabaya, Oktober 2019


   

                                                                                   Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
1.4 Manfaat.......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................5
2.1.1 Definisi Peradarahan Antepartum......................................................5
2.1.2 Etiologi...............................................................................................5
2.1.3 Penatalaksanaan..................................................................................6
2.1.4 Jenis Perdarahan Antepartum.............................................................8
2.2 Analisis Jurnal Terkait ...............................................................................14
2.2.1 Jurnal 1 ...............................................................................................14
2.2.2 Jurnal 2................................................................................................18
2.3 Pembahasan ...............................................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................22
5.1 Saran .........................................................................................................22

Daftar Pustaka...................................................................................................23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan

ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus 37 minggu atau sampai 42

minggu (Nugroho dan Utama, 2014). Kehamilan merupakan penyumbang

terbesar Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2013 memperkirakan angka kematian ibu sebesar 500.000

jiwa dan 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian ibu dan bayi sebagian

besar terdapat dinegara berkembang yaitu sebesar 98% - 99% dimana

kematian ibu dan bayi dinegara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan

negara maju (Oktavia, 2016). Di negara ASEAN (Association of Southeast

Asian Nations) seperti Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup dan

Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan Angka

Kematian Ibu di Vietnam sama seperti negara Malaysia, sudah mencapai 160

per 100.000 kelahiran hidup (Buhari, 2015).

Penyebab tingginya AKI di Indonesia pada umumnya sama yaitu

dikarenakan faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab

langsung adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),

komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%), komplikasi masa nifas (8%),

emboli obstetri (3%) dan lain-lain 16 % (Jayanti dkk, 2016).Perdarahan

Antepartum merupakan perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20

1
minggu dengan insiden 2-5%. Perdarahan obstetric yang terjadi pada

kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada

umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan

penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Perdarahan yang

terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua

disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk perdarahan antepartum adalah

plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri (Brahmadhi dan Kartika, 2016).

Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan

plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu

dan sebelum janin lahir. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian

solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan

ganda, usia ibu dan riwayat solusio sebelumnya (Surtiningsih, 2008). Di salah

satu Rumah Sakit yaitu RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagian besar kasus

solusio plasenta juga terjadi pada ibu-ibu dengan paritas 2-4 sebesar 62,06%,

diikuti oleh ibu-ibu dengan paritas ≥ 5 sebesar 28%. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian Prawirohardjo di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto

Mangunkusumo dan penelitian Pritchard di Parkland Memorial Hospital yang

menyatakan semakin tinggi paritas ibu maka semakin besar kemungkinan

menderita solusio plasenta. Namun hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Blumenfelt (apabila pengelompokkan paritas dijadikan 2 (dua)

kelompok saja yaitu primipara dan multipara) yang menyatakan solusio

plasenta lebih banyak ditemukan pada ibu-ibu yang multipara dibandingkan

dengan ibu-ibu yang primipara (Prawirohardjo, 2007 dalam Wahyu Ikra,

2018).

2
Sedangkan pada penelitian Basyirudin 2016 Beberapa faktor risiko

yang diduga berperan menimbulkan solusio plasenta adalah usia ibu hamil,

preeklampsia, dan paritas dan setelah dianalisi.Pada hasil analisis multivariat

dengan uji regresi logistik didapatkan persamaan regresi Y = -0,773 – 4,481

(preeklampsia) + 2,840 (multipara). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa

paritas merupakan faktor prediktor yang meningkatkan kejadian solusio

plasenta.

Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan

antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas

melakukan transfusi darah dan operasi. Penanganan pasif : transfusi darah dan

operasi harus dapat dilakukan setiap saat apabila diperlukan. Anemia harus

segera diatasi meningkat kemungkinan perdarahan berikutnya. Apabila

penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,

kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin kurang dari 2.500

gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dengan istirahat dan juga

pemberian obat-obatan seperti progestin atau progesteron, observasi dengan

teliti, periksa golongan darah, dan siapkan donor untuk transfusi darah. bila

memungkinkan kehamilan hingga aterm supaya janin terhindar dari

prematuritas (Winkjonsastro , 2004 dalam indayani 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Faktor resiko yang mempengaruhi pendarahan antepartum

dengan solusio plasenta?

2. Bagaimana penanganan untuk pendarahan antepartum dengan solusio

plasenta?

3
1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan penanganan dalam

pendarahan antepartum dengan solusio plasenta

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dalam pendarahan antepartum

dengan solusio plasenta

b. Untuk mengetahui penanganan dalam pendarahan antepartum dengan

solusio plasenta

1.4 Manfaat

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi Mahasiswa Ilmu

Keperawatan dalam hal pemahaman perkembangan dan upaya

penatalaksanaan yang berhubungan dengan solusio plasenta.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Definisi Perdarahan Antepartum
Definisi perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada usia kehamilan di atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan
pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan
perinatal, berkisar 35% (Amokrane, 2016).
Ada beberapa penyebab perdarahan selama kehamilan. Meskipun
demikian, banyak keadaan penyebab spesifiknya tidak diketahui. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan pervaginam yang cukup banyak dapat
terjadi akibat terlepasnya plasenta dari dinding rahim (solusio plasenta),
dan robeknya implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau
seluruhnya dari jalan lahir (plasenta previa) (Amokrane, 2016).
Hipervolemi kehamilan dalam keadaan normal meningkatkan
volume darah sebesar 30-60%, atau sekitar 1000-2000 ml untuk
perempuan berukuran rata-rata. Hal ini berarti bahwa pengeluaran darah
dalam rentang tersebut selama persalinan dapat ditoleransi secara
fisiologis dan tanpa menyebabkan penurunan hematokrit pascapartus
yang bermakna (Gant, 2011).
2.1.2 Etiologi
Perdarahan obstetrik adalah konsekuensi perdarahan berlebihan
dari tempat implantasi plasenta atau trauma saluran genetalia dan struktur
sekitarnya. Perdarahan dari tempat perlekatan plasenta diperkirakan sekitar
600 ml per menit darah mengalir ke ruang antar vili yang membentuk
kompartemen plasenta. Sehingga menyebabkan aliran darah dari dan ke
arteri atau vena menjadi terputus (Gant & Cunningham, 2011).
Penyebab langsung dari pelepasan plasenta karena pecahnya
pembuluh maternal pada desidua basalis yang terletak antarmuka vili
plasenta. Perdarahan dapat juga terjadi pada fetoplasenta sehingga terjadi
pengumpulan darah di rahim (Sheiner, 2011)

5
2.1.3 Penatalaksanaan
Perdarahan baik dikenali penyebabnya atau tidak harus segera diatasi.
Pemasangan infus dengan dua jalur untuk mempercepat pemenuhan
kebutuhan cairan (Gant & cunningham, 2011).
Tabel 1 Gambaran Kehilangan Darah dan Kemampuan Kompensasi
Ibu Hamil
Derajat Keterangan
kehilangan
darah
Kelas 1 - Kehilangan darah sekitar 900cc/15%
- Adaptasi terhadap hilangnya darah dapat
dikompensasi atau terjadi perubahan hemodinamik
ringan
- Nadi meningkat sekitar 80-100/menit
- Tes miring-supine hipotensif, artinya masih dapat
beradaptasi dengan baik
Kelas II - Kehilangan darah sekitar 1200-1500cc/20-25%
- Nadi meningkat antara 100-130/menit
- Tekanan diastolic meningkat karena vasokontriksi
pembuluh darah perifer sebagai upaya perubahan
hemodinamik
- Tes miring-supine hipotensi positif, artinya sudah
mulai tidak mampu mengatasi hilang
- Bagian ujung jari dingin, kulit kering, dan kulit
pucat
Kelas III - Kehilangan darah sekitar 2400-3000 cc/40-45%
- Nadi sangat meningkat antara 160-180/menit
- Terjadi penurunan tekanan darah
- Ujung jari bertambah dingin, lemas, dan kulit
pucat.
Kelas IV - Kehilangan darah sekitar 2400-3000cc/40-45%
- Nadi sangat meningkat antara 160-180/menit mirip
fibrilasi jantung

6
- Nadi pada pergelangan tangan dan lutut tidak
teraba
- Tekanan darah perifer tidak dapat diukur
- Kesadaran menurun akibat iskemia sistem saraf
pusat
- Terjadi gangguan ginjal dengan oliguria sampai
anuria
- Keadaan syok hipovolemik sulit untu ditolong
karena telah terjadi kegagalan sistem
kardiovaskular
- Bagian ujung jari sangat dingin dan kulit pucat

Selain itu juga diberikan darah lengkap (whole blood) dalam jumlah dan
proporsi tertentu agar hematocrit dipertahankan 30% (Gant &
Cunningham, 2011).

Tabel 2. Pengganti Kehilangan Darah

Produk Isi Volume Efek


Whole Blood Sel darah merah 500 Menambah volume
(WB) (2,3-DPG) (ml/ml)
Sel darah putih Peningkatan
(tidak berfungsi hematokrit 3%/unit
setelah 24 jam)
Faktor pembekuan
(50%-- faktor V,
VIII, setelah 7 hari)
Plasma protein
Packed Red Sel darah merah, 240 Sel darah merah
blood Cell sama dengan WB sama dengan WB
(PRC) Plasma protein, Risiko febris kurang
sedikit atau reaksi transfuse
berkurang
dibandingkan WBC

7
Meningkatkan
hematokrit 3% unit
Tombosit 55x106 trombosit, 50 Menambah
sediki sel darah putih trombosit 5.000-
10.000 ul/unit
Pemberian minimum
6 unit
Fresh frozen Faktor pembekuan 250 Sebagai satu-satunya
plasma V,VIII, dan sumber faktor V. XI,
fibrinogen dan XII
Fibrinogen
bertambah
10%mg/unit
Crycoprecipiate Faktor VIII 40 Menambah
Fibrinogen 25% fibrinogen 10mg
Faktor Von %/unit
Willebrand
Albumin 5% Albumin 500
Albumin 25% Albumin 50

2.1.4 Jenis Perdarahan Antepartum


a. Plasenta Previa
1) Pengertian
Plasenta previa adalah tertutupnya serviks secara parsial atau
komplit oleh plasenta. Plasenta previa merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya perdarahan post partum yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus. Ibu dengan plasenta
previa sebaiknya menghindari kelahiran bayi pervaginam.
Kebanyakan kasusu dapat didiagnosis sedini mungkin menggunakan
ultra sonografi(Ryu JM, Choi YS, 2019)
2) Klasifikasi
Menurut Gant (2011), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu atau derajat abnormalitas tertentu :

8
(1) Plasenta previa totalis : bila ostium internal serviks seluruh
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
(2) Plasenta previa parsialis : ostium internal serviks bila hanya
sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
(3) Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan lahir.
(4) Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan jalan lahir.
b. Solusio plasenta
1) Pengertian
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri)
setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasenta yaitu ibu hamil
dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat
solusio sebelumnya (Surtiningsih, 2008)
Menurut Manuaba,(2007) dalam Hakim, (2016) batasan solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya, pada usia
kehamilan 22 minggu atau dengan perkiraan berat janin lebih dari
500 gram. Dengan demikian, pendarahan retroplasenter yang terjadi
akan menimbulkan gejala klinik yang tergantung dari dua faktor
penting: (1) Luasnya plasenta yang lepas dari implantasinya. (2)
Besarnya timbunan darah retroplasenter yang terjadi.

2) Faktor-faktor Solusio Plasenta


Kedua faktor tersebut menimbulkan gejala klinik yang
bervariasi. Masing- masing factor memberikan kontribusi berikut.
(1) Pendarahan retroplasenter
(a) Meningkatkan ketegangan. Tekanan intrauteri meningkat
sehingga dinding uterus menjadi keras dan sulit dilakukan
palpasi untuk menentukan letak janin. Tekanan intrauteri
yang semakin meningkat dapat mengganggu siklus

9
retroplasenter. Tekanan intrauteri dapat mencapai 50,75-
100 mmHg.
(b) Timbunan darah retroplasenter dapat masuk ke dalam
myometrium sehingga akhirnya akan menggangu kontraksi
uterus dan menimbulkan atonia uteri.
(c) Uterus akan berwarna biru-merah tanpa sanggup
berkontraksi; disebut Couvelaire uteri atau apoflexya uteri,
dikemukakan pertama kali oleh Couvelaire 1900.
(d) Dapat menimbulkan gangguan nutrisi dan pertukaran
CO2/O2 karena darah retroplasenter tidak berfungsi dan
dapat menimbulkan gawat janin.
(e) Tromboplastin substan darah akan masuk ke dalam
sirkulasi umum sehingga menimbulkan koagulasi
intravaskular dan selanjutnya terjadi fibrinolisis, sehingga
menyebabkan makin menurunnya konsentrasi fibrinogen
dalam darah maternal
(f) Diseminated intravascular coagulation (DIC) yang
berkelanjutan akan memberikan dampak gangguan
pembekuan darah secara menyeluruh.
(2) Terlepasnya implantasi plasenta:
(a) Lepasnya implantasi plasenta, berarti plasenta tidak lagi
berfungsi dalam sirkulasi retroplasenter sehingga
mengurangi luas plasenta yang memberi nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 janin.
(b) Luas plasenta yang lepas kurang dari 1/3 bagian masih
dapat diatasi oleh kompensasi janin, sehingga tidak
menimbulkan gejala gawat janin yang fatal.
(c) Keadaan janin dalam uterus sangat bervariasi bergantung
pada seberapa luas plasenta yang lepas dari implantasinya
(Manuaba (2007) dalam Putri (2016),).
3) Sebab-sebab terjadinya solusio plasenta

10
Kesejahteraan janin intrauteri dengan solusio plasenta
bergantung pada jumlah pendarahan retroplasenter dan seberapa
bagian plasenta yang lepas dari implantasinya. Hal ini dapat
menimbulkan berbagai derajat gawat janin, baik ringan, berat,
maupun terjadi kematian intrauteri. Sebab-sebab terjadinya solusio
plasenta adalah:
(1) Sebab maternal
(a) Tidak diketahui sebabnya.
(b) Trauma langsung abdomen.
(c) Pengosongan uterus terlalu cepat:
- Pemecahan ketuban pada hidramnion.
- Setelah persalinan anak pertama pada kehamilan ganda.
(d) Pada paritas dan usia maternal yang semakin tinggi.
(e) Terjadi pada hipertensi maternal
- Hipertensi pada kehamilan
- Pada superimposed hipertensi kehamilan
(2) Sebab janin:
(a) Tali pusat pendek/lilitan tali pusat dengan aktivitas janin
yang besar dapat menimbulkan hematoma retroplasenter
sirkulasi.
(b) Ibu hamil dengan kekurangan asam folat (perlu dibuktikan).
(3) Akibat tindakan obstetrik:
(a) Terjadi setelah versi luar pada tali pusat yang
kebetulanpendek atau lilitan tali pusat.
(b) Kesalahan dalam melakukan versi luar yang menyebabkan
tali pusat tegang dan menimbulkan pendarahan
retroplasenter (Manuaba (2007) dalam Putri (2016),).

4) Manifestasi klinis solusio plasenta


Berdasarkan Manuaba (2007) dalam Putri (2016), manifestasi
klinis solusio plasenta dapat dibagi menjadi:

11
(1) Solusio plasenta eksternal, artinya terdapat pendarahan
pervaginam yang tampak, dan berasal dari pendarahan
retroplasenter.
(2) Solusio plasenta internal:
(a) Artinya pendarahan pervaginam tidak tampak sehingga
gejala klinik yang mengganggu sirkulasi retroplasenter
lebih menonjol.
(b) Ketegangan dinding uterus makin nyata sehingga sukar
melakukan palpasi.
(c) Gawat janin lebih cepat terjadi tergantung dari besarnya
pendarahan retroplasenter

12
5) Tata laksana pada solusio plasenta

a. Mencegah kematian ibu


b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup, mempertahankan dan
mengusahakan janin lahir hidup

13
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :

a. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit, istirahat baring dan


mengukur keseimbangan cairan
b. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan
: memberikan infuse dan transfuse darah segar
c. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, COT
(Clot Observation Test/test pembekuan darah), kadar
fibrinogen plasma, urine lengkap, fungsi ginjal
d. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e. Terminasi kehamilan : persalinan segera, pervaginam atau
section caesaria. Yang tujuannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta,
berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
f. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit)
diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu
fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT
dan hemoglobin. Untuk mengurangi tekanan intrauterine
yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero
ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan.
2.2 Analisis Jurnal Terkait Faktor Determinan Yang Mempengaruhi
2.2.1 Jurnal 1
A. JURNAL REVIEW
1) JUDUL
Maternal Risk Factors And Fetal Outcome in Patients of Abruption
Placentae
2) PENELITI
Humaira Tabassum, Memoona Faiyaz, Aasma Hanil,Uzma Fahim,
Areeba Aftab
3) PUBLIKASI/TAHUN
The Professional Medical Journal / 2020

14
4) RINGKASAN JURNAL
Abrupsi plasenta merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu dan perinatal. Solusio plasenta disebabkan oleh
pecahnya arteri spiralis uterus. Pendarahan ke desidua
menyebabkan pemisahan plasenta. Faktor risiko utama yang
bertanggung jawab atas solusio plasenta adalah peningkatan usia
ibu, merokok dan penyalahgunaan kokain, multiparitas, wanita
dengan status sosial ekonomi yang buruk, kelahiran ganda,
perempuan kulit hitam, anak laki laki, penyakit hipertensi pada ibu
dan infeksi intrauterine. Namun, faktor terkait dengan solusio
plasenta yang paling utama adalah riwayat solusio pada kehamilan
sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai faktor
risiko ibu, mortalitas dan morbiditas perinatal dalam kaitannya
dengan tingkat keparahan solusio plasenta. Penelitian ini
merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan bagian
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Jinnah Lahore dari Januari
2016 sampai Desember 2016. Dengan total 100 pasien yang
dirawat pada saat persalinan mereka dengan diagnosis solusio
plasenta yang telah ditetapkan setelah 24 minggu kehamilan sesuai
kriteria inklusi. Dalam penelitian ini, 64 (64%) menjalani
persalinan normal pervaginam sementara 36 (36%) menjalani
operasi caesar. Faktor predisposisi solusio plasenta dalam
penelitian ini menunjukkan peningkatan risiko anemia yaitu 46
(46%), hipertensi ditemukan pada 28 responden (28%), kehamilan
multipel 18 (18%) dan polihidromni ditemukan pada 8 (8) %. Ada
42 janin yang dilahirkan hidup-hidup sementara 58 (58%)
meninggal saat melahirkan atau segera setelah melahirkan. Setelah
5 menit lahir, skor Apgar dari 42 janin hidup tercatat <8 dari 36
(85,7%). Morbiditas janin dianalisis, di mana di antara 42 janin
lahir hidup, 40 (95,2%) termasuk kebutuhan resusitasi, perawatan
dilakukan di 40 (95,2%), ikterus neonatal terlihat di 34 (81%),

15
anemia di 30 (71,4%). dan masalah pernapasan ditemukan di 36
(85,7%)
5) TUJUAN PENELITIAN
Untuk menilai faktor risiko ibu, mortalitas dan morbiditas perinatal
dalam kaitannya dengan tingkat keparahan solusio plasenta.
6) KELEBIHAN & KEKURANGAN
a. Kelebihan
Penelitian menggunakan cross sectional dengan masa penelitian
kurang lebih 12 bulan dan dengan sampel yang cukup banyak.
b. Kekurangan
- Penulisan angka numeric pada hasil yang menunjukkan usia
responden dan usia kehamilan tidak mudah dipahami
ditambah dengan tidak disertakannya tabel data primer.
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Sekitar 0,7% hingga 1,0% kehamilan mengalami solusio plasenta.
Pada ibu hamil dengan gemeli risiko terjadinya solusio plasentas
meningkat 1% sampai 2%. Meskipun solusio plasenta tidak terlalu
umum; penyakit ini masih menjadi penyebab utama kematian janin
dan neonatal. Angka kematian yang tinggi pada solusio plasenta ini
dapat dikaitkan dengan hubungannya dengan kelahiran prematur.
Lebih dari 50% kematian janin pada solusio plasenta disebabkan
oleh kelahiran premature. Insiden solusio plasenta adalah 1%,
namun masih belum dipahami dengan baik.
2) INTERVENTION
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan
di bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Jinnah Lahore dari
Januari 2016 sampai Desember 2016. Selama periode ini, total 100
pasien yang dirawat pada saat persalinan mereka dengan diagnosis
solusio plasenta yang telah ditetapkan setelah 24 minggu kehamilan
dimasukkan. Setelah mengambil data informed consent
dikumpulkan untuk kasus tertentu. Data meliputi usia, paritas, usia

16
kehamilan, faktor predisposisi dan gejala solusio plasenta. Peneliti
juga mencatat cara persalinan, kemudian Skor Apgar Neonatal saat
lahir dan lima menit setelahnya serta morbiditas janin juga dicatat.
Morbiditas dalam bentuk rawat inap di unit neonatologi selama
lebih dari 48 jam dan komplikasi yang berkembang dianggap
morbiditas. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 21. Frekuensi
dan persentase dihitung untuk variabel kualitatif seperti paritas,
hasil ibu dan janin dan banyak kehamilan, gejala solusio plasenta
3) COMPARATION
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Macheku et
al, (2015) dengan judul “Frequency, risk factors and feto-maternal
outcome of abruptio placentae in Northern Tanzania : a registry-
based retrospective cohort study” yang menyatakan bahwa
frrekuensi solusio plasenta sebanding dengan penelitian lokal dan
internasional. Faktor yang paling erat kaitannya dengan solusio
plasenta diantaranya hipertensi kronis, preeklamsia, operasi caesar
sebelumnya, solusio plasenta sebelumnya, tidak melakukan
perawatan antenatal secara rutin dan paritas tinggi.
4) OUTCOME
Dalam penelitian ini, gangguan multiparitas dan hipertensi
merupakan predictor kuat dari solusio plasenta. Kematian janin
sangat tinggi. Karenanya sangat penting untuk deteksi dini,
kunjungan rutin dan pengawasan ketat. Mengingat tingginya angka
kematian janin, penting untuk meningkatkan kehadiran dalam
asuhan antenatal dan manajemen tepat waktu dari faktor risiko
yang terkait dengan solusio plasenta.

17
2.2.2 Jurnal 2
A. JURNAL REVIEW
1) JUDUL
Hubungan Paritas Ibu (Primipara dan Multipara) Terhadap
Kejadian Solusio Plasenta di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018
2) PENELITI
Ikra Ayu Wulandari (2018)
3) RINGKASAN JURNAL
Perdarahan Antepartum merupakan perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. Perdarahan
obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah
perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal.
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri)
setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.
Berdasarkan hasil laporan RSUD Syekh Yusuf Gowa pada tahun
2017 jumlah ibu hamil sebanyak 413 dan jumlah ibu hamil yang
mengalami solusio plasenta sebanyak 12 orang (2,90%), pada
bulan Januari sampai dengan April 2018 jumlah ibu hamil
sebanyak 204 dan jumlah ibu hamil yang mengalami solusio
plasenta sebanyak 2 orang (5,9%) ( (Med. Rec. RSUD Syekh
Yusuf ). Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Study untuk mengetahui hubungan
paritas ibu (primipara dan multipara) terhadap kejadian solusio
plasenta di RSUD Syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai
dengan April 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil di RSUD syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai
dengan April 2018 sebanyak 204 orang. Hasil penelitian

18
didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian solusio
plasenta pada kelompok paritas primipara sebanyak 0 orang atau
tidak ada (0,0 %) dan multipara yaitu sejumlah 2 orang (1,3 %).
Jumlah ibu hamil yang mengalami solusio plasenta dengan
paritas multipara lebih besar di bandingkan ibu dengan paritas
primipara.
4) TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan paritas ibu (primipara dan multipara) terhadap
kejadian solusio plasenta di RSUD Syekh Yusuf Gowa pada
bulan Januari sampai dengan April 2018.
5) KELEBIHAN & KEKURANGAN
a. Kelebihan
- Peneliti menggunakan desain analitik cross-sectional dengan
jumlah sample yang banyak
b. Kekurangan
- Pembahasan dalam jurnal tidak fokus pada hasil penelitian
dan keterkaitannya dengan teori.
- Peneliti seharusnya menambahkan data riwayat untuk
menunjang hasil penelitian.
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Berdasarkan hasil laporan RSUD Syekh Yusuf Gowa pada tahun
2017 jumlah ibu hamil sebanyak 413 dan jumlah ibu hamil yang
mengalami solusio plasenta sebanyak 12 orang (2,90%), pada
bulan Januari sampai dengan April 2018 jumlah ibu hamil
sebanyak 204 dan jumlah ibu hamil yang mengalami solusio
plasenta sebanyak 2 orang (5,9%) ( (Med. Rec. RSUD Syekh
Yusuf ).
2) INTERVENTION
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
RSUD syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai dengan

19
April 2018 sebanyak 204 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik Nonprobability, yaitu sampel jenuh
atau sering disebut total sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan mencatat data di rekam medik (medical record) di RSUD
Syekh Yusuf Gowa. Sehingga data yang diperoleh adalah data
sekunder.
3) COMPARATION
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sunarsih & Susanaria, (2015) dengan judul “Hubungan Usia
Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Perdarahan Antepartum
di RSUD Abdoel Moleloek Bandar Lampung” yang menyatakan
bahwa. Ada hubungan antara usia dan paritas ibu hamil dengan
terjadinya perdarahan antepartum dengan p value 0,000
4) OUTCOME
Hasil penelitian didapatkan ibu yang mengalami kejadian solusio
plasenta pada kelompok paritas primipara sebanyak 0 orang atau
tidak ada (0,0 %) dan multipara yaitu sejumlah 2 orang (1,3 %).
Jumlah ibu hamil yang mengalami solusio plasenta dengan
paritas multipara lebih besar di bandingkan ibu dengan paritas
primipara. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
paritas ibu terhadap kejadian solusio plasenta di RSUD Syekh
Yusuf Gowa dengan nilai ρ (1,000) > α (0,05), ini berarti H0
diterima dan Ha ditolak.

2.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan review jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa pada jurnal 1
faktor predictor yang erat kaitannya dengan solusio plasenta adalah
hipertensi dan multiparitas. Namun pada jurnal 2 diketahui hasil pada
penelitian adalah tidak ada hubungannya paritas dengan kejadian solusio
plasenta. Hal ini mungkin disebabkan pada ibu hamil selain paritas,
riwayat kesehatan selama hamil sebelumnya juga mempengaruhi kejadian
solusio plasenta. Berdasarkan telaah jurnal, risiko terjadinya solusio

20
plasenta diakibatkan karena multipara serta usia yang ibu pada saat hamil.
Usia ideal untuk hamil antara 26-30 tahun/ > 20 tahun dan < 30 th. Selain
itu penyebab dari solusio placenta bisa diakibatkan karena trauma
abdomen seperti riwayat operasi dan lain-lain.

21
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian
solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan
ganda, usia ibu dan riwayat solusio sebelumnya. Tata laksanan solusio
plasenta dapat dilakukan berdasarkan alur penanganan ibu hamil dengan
solusio plasenta sesuai kondisi ibu. Pada ibu hamil dengan solusio plasenta
sangat dibutuhkan waktu untuk istirahat/ tirah baring, menjaga agar
keseimbangan cairan tetap terjaga agar tidak jatuh dalam keadaan syok,
terminasi kehamilan untuk menyelamatkan nyawa janin dan ibu serta
menghentikan peerdarahan yang diakibatkan karna terlepasnya plasenta,
serta pemantauan TTV secara continue.
3.2 Saran
Lebih memperhatikan akan sebab-sebab terjadinya solusio plasenta dan
segera membawa ke rumah sakit apabila terdapat tanda terjadinya solusio
plasenta

22
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, I. 2018. Hubungan Paritas Ibu (Primipara Dan Multipara)


Terhadap Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. DOI: https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i1.86 diakses pada 30
September 2020
Sunarsih., Susanaria,P. 2015. Hubungan Usia Dan Paritas Ibu Hamil
Dengan Kejadian Perdarahan Antepartum Di RSUD Abdoel Moeloek
Bandar Lampung Tahun 2013.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/537
diakses pada 30 September 2020
jRyu JM, Choi YS, B. J. (2019). Bledding control using intrauterine
continuous running suture during caesarean suction in pregnant women
with plasenta previa. 299(1),
Amokrane, N., Allen, ERF., Waterfield, A., Datta. S. 2016. Antepartum
Haemorrhage . Published on 2016 by Elsevier Ltd.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ogrm.2015.11.009 diakses pada 29 September
2020
Gant, NF., Cunningham, FG. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi dan
Obstetrik.Jakarta: EGC
Putri, N Ridha. 2016. Pengaruh Perdarahan Antepartum Terhadap
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Rsud Wonosari Gunung
Kidul Tahun 2015. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1665/ diakses pada
29 September 2020
Macheku, G., dkk. 2015. Frequency, risk factors and feto-maternal
outcome of abruptio placentae in Northern Tanzania : a registry-based
retrospective cohort study. doi: 10.1186/s12884-015-0678-x diakses pada
30 September 2020
Tabassum, H., dkk. 2020. Maternal Risk Factors And Fetal Outcome In
Patients Of Abruption Placentae. DOI: 10.29309/TPMJ/2020.27.3.3744
diakses pada 30 September 2020

23

Anda mungkin juga menyukai