Anda di halaman 1dari 29

KONSEP HOLISTIK DAN PERSPEKTIF KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT ERA 4.0

Diajukaan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Mata Kuliah: Dwi Adji Norontoko S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
ALFAYU PUTRI T. P27820820002
BELLA RARA W. P27820820009
DIANA SHINDY V. P27820820014
FEBRIYAN ARIYADI P27820820018
HALLISA'TU ZAHRO P27820820021
HERU NURMANSAH P27820820023
IKE KAMILATUL I. P27820820025
LELA ANDIKA SARI P27820820028
NINDYA RAMA P. R. C. P27820820035
PUTRI ALVIANITA P27820820043
RAHMA AMALIA S. P27820820044

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Budaya Masyarakat dalam Merespon keluarga yang menderita covid-19”
dengan baik.

Hasil makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan hasil
laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca serta tim penulis sendiri.

                                                                                     Surabaya, Oktober 2020


   

                                                                                   Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keperawatan Gawat Darurat........................................................3
2.2 Analisis jurnal ............................................................................................17
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................28
3.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan keperawatan gawat darurat merupakan rangkaian kegiatan
yang sistematis dan profesional, cepat dan tepat yang diberikan kepada pasien
yang dilaksanakan oleh perawat yang kompeten. Kondisi gawat darurat yang
sering muncul pada suatu insiden atupun bencana yang seringkali tidak
terprediksi jumlah korbanya dan tindakannya yang harus dilakukan menjadi
salah satu keterbatasan sumber daya ( Zubaidah dkk, 2019). Namun dari
banyak kekurangan yang ada konsep dan proses keperawatan gawat darurat
terus berbenah dan berkembang mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Keperawatan kegawatdaruratan sendiri secara holistik harus
memberikan pelayanan secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan
spiritul diberikan secara seimbang. Dalam segala aspek semua mempengaruhi
layanan dari kasus kegawatdarurat, yang secara holistik menuju tanggap dan
tepat. Maka dari itu faktor teknologi yang berkembang tentunya memiliki
pengaruh terhadap pelayanan kegawat daruratan. Hal ini harus diaplikaskan
dan dikembangkan oleh pelaku dalam pelayanan kegawatdarutan ini.
Pada zaman sekarang, berkembang teknologi industri 4.0, yaitu
perkembangan teknologi dimana dalam segala aspek pemenuhan kebutuhan
kehidupan manusia sudah dalam sistem digitalisasi yang terkoneksi satu sama
lain. Hal ini sudah masuk dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam
bidang Kesehatan. Perkembangan revolusi industry 4.0 akan mendorong
system Kesehatan akan berpusat pada pasien atau patient-centic (Fonna,
2019).
Sesuai yang dikatakan oleh ketua umum Indonesia Healthcare forum
(IndoHCF), Dr. dr. Supriyantoro dalam wawancaranya di berita warta
online Wartaekonomi.co.id, Digitalisasi sudah masuk ke seluruh lini
kehidupan masyarakat. Tentunya untuk sektor pelayanan kesehatan yang
lebih baik kita perlu berbagai macam inovasi kesehatan dengan suntikan
teknologi terbaik, Layanan kesehatan masyarakat pun dapat diperoleh
dengan mudah dan murah serta penanganan pasien lebih berkualitas.

1
2

Melihat uraian diatas, kami penulis ingin membuat makalah yang


berjudul “ Konsep Holistik Dan Perspektif Keperawatan Gawat Darurat Era
4.0” yang nantinya dapat menambah wawasan kami dan pembaca tentang
konsep mendalam pengaplikasian teknologi industri 4.0 pada bidang
keperawatan kegawatdaruratan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu teknologi industri 4.0 ?
2. Bagaimana konsep holistik dan perspektif keperawatan gawat darurat ?
3. Bagaimana pengaruh teknologi industri 4.0 terhadap konsep holistik Dan
perspektif keperawatan gawat darurat ?
1.3 Tujuan
1 Mengetahui teknologi industri 4.0 ?
2 Mengetahui konsep holistik dan perspektif keperawatan gawat darurat ?
3 Mengetahui pengaruh teknologi industri 4.0 terhadap konsep holistik Dan
perspektif keperawatan gawat darurat ?
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keperawatan Gawat Darurat


2.1.1 Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien
dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai
seorang spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan
dan keterampilan untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok,
trauma, ketidakstabilan multisistem, keracunan dan kegawatan yang
mengancam jiwa lainnya ( Kristanty, 2009). Keperawatan gawat
darurat adalah pelayanan profesional keperawatan yang di berikan
pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan
klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen.
Kemudian filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,
kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan (Yulis, 2011). Situasi Gawat
Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
1. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong
dapat meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan
prioritas pertama. Sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu
tunggu. Yang termasuk keadaan adalah pasien keracunan akut
dengan penurunan kesadaran, gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, gangguan sirkulasi atau pemaparan pada mata yang
dapat menyebabkan kebutaan ini.

3
4

2. Gawat tidak Darurat


Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat. Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan
setelah dilakukan resusitasi segera konsulkan ke dokter spesialis
untuk penanganan selanjutnya. Yang termasuk pasien gawat tidak
darurat adalah: pasien kanker stadium lanjut yang mengalami
keracunan akut.
3. Darurat tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien biasanya sadar tidak ada ganguan
pernapasan dan sirkulasi serta tidak memerlukan resusitasi dan
dapat langsung diberi terapi definitive. Pasien dapat dirawat di
ruang rawat inap atau jika keadaannya ringan dapat di pulangkan
untuk selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
4. Tidak Gawat tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau
asimptomatis. Setelah mendapat terapi definitive penderita dapat
dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
Langkah membagi menjadi 4 keadaan sesuai dengan kondisi
klien berdasar yang prioritas kondisi yang paling mengancam
nyawa. Kondisi yang mengancam nyawa di nilai berdasarkan
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation)
dan kondisi neurologis (disabilty). mengetahui dan mampu
menilai dari pasien yang sesuai dengan keadaan kegawatannya,
dapat memberikan pelayanan yang optimal dan tepat,
menghindari terjadinya kesalahan penanganan dalam memilih
kondisi pasien. Angka kematian mapun angka kecacatan dapat
menurun.
5

2.1.2 Tujuan Keperawatan Gawat Darurat


Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatdaruratan, dapat
dijadikan sebagai aspek legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan gawat darurat yang tujuannya antara lain:
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan gawat darurat yang diberikan.
2. Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan
keperawatan gawat darurat yang diberikan dan tanggungjawab
secara professional
3. Memelihara kualitas/mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
4. Menjamin adanya perlindungan hokum bagi perawat
5. Memotivasi pengembangan profesi
6. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
Tujuan kegawatdaruratan adalah:
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada
periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs
kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
2.1.3 Prinsip Gawat darurat
1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak
(jangan panik).
2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun
saksi.
3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah
yang mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan
hebat, keracunan).
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan
secara menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau
sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi korban dari
kedinginan.
6

5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan


untuk menenangkan dan yakinkan akan ditolong.
6. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu,
memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan.
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan
kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.
8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama
selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.

Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah


disepakati pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya
dengan menggunakan Protap yang telah tersedia, maka perawat yang
bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak langsung sesuai
dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat
dekat kaitannya dengan upaya penyelamatan jiwa pasien secara
langsung.

2.1.4 Ruang Lingkup Keperawatan Gawat Darurat


1. ICU (Intensive Care Unit)
ICU adalah ruangan perawatan intensif dengan peralatan-
peralatan khusus untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit,
trauma atau kompikasi lain. Misalnya terdapat sebuah kasus dalam
sistem persyarafan dengan klien A cedera medula spinalis, cedera
tulang belakang, klien mengeluh nyeri, serta terbatasnya pergerakan
klien dan punggung habis jatuh dari tangga. Dengan klien B epilepsi
mengalami fase kejang tonik dan klonik pada saat serangan epilepsi
dirumahnya. Dua kasus diatas memiliki sebuah perbedaan yang jelas
dengan melihat kasus tersebut, yang meski dilakukan oleh seorang
perawat adalah melihat kondisi si klien B maka lebih diutamakan
dibandingkan dengan klien A karena pada klien B kondisi gawat
daruratnya disebabkan oleh adanya penyakit epilepsi. Sedangkan
untuk klien A dalam kondisi gawat darurat juga akan tetapi ia masuk
7

kedalam unit atau bagian gawat darurat (UGD) bukan berarti tidak
diperdulikan.
2. UGD (Unit Gawat Darurat)
UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan
gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau
mengalami kecelakaan. Seperti pada kasus diatas pada klien A, ia
mengalami suatu kecelakaan yang mengakibatkan cedera tulang
belakang dengan demikian yang meski dibawa ke UGD adalah yang
klien A yang mengalami kecelakaan tersebut. 
2.1.5 Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat
Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan yang
ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba
berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya/ anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secara cepat dan tepat.
1. Peran, fungsi dan kewenangan perawat
a.  Peran dan fungsi perawat gawat darurat
Peran dan tanggung jawab sebagai “First Responder”
First Responder/Orang yang merespon pertama kali adalah
orang yang terlatih secara medis yang datang pertama kali ke
lokasi kejadian gawat darurat.
1) Pra Rumah Sakit
a) Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian.
b)  Melindungi diri sendiri.
c) Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan
bahaya lebih lanjut.
d) Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran,
tim SAR, polisi, dll)
e) Lakukan pengkajian terhadap pasien.
f) Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang
dibutuhkan
g) Pindahkan pasien jika diperlukan
8

h) Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan

2) Dalam Rumah Sakit


a. Peran perawat melakukan triase mengkaji dan
menetapkan prioritas dalam spektrum yang lebih luas
terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang
bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai
kondisi kronis.Perawat yang melakukan triase adalah
perawat yang telah mempunyai kualifikasi spesialis
keperawatan gawat darurat dengan adanya kebijakan
pimpinan rumah sakit.
b. Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan
terhadap individu-individu dari semua umur dan
berbagai kondisi.
c. mengatur waktu secara efisien walaupun informasi
terbatas
d. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien
dan keluarganya
e. Memfasilitasi dukungan spiritual
f. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik
dan memberikan pelayanan secara multi displin
g. Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan
yang telah dan akan diberikan serta untuk kebutuhan
tindak lanjut,
h. Mendokumentasi pelayanan yang diberikan
2.1.6 Etika dalam Penanganan Kegawatdaruratan
Etika berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika dalam bidang kedokteran
merupakan pengetahuan tentang perilaku professional para dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagaiman tercantum
dalam lafal sumpah dan kode etik masing-masing yang telah disusun
oleh organisasi profesinya bersama-sama pemerintah. Pelayanan
9

kesehatan yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan


masyarakat, bermutu, dan terjangkau. Untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan paripurna bermutu diperlukan kerja sama yang
harmonis antara semua tenaga kesehatan. Namun, keberhasilan tim
kesehatan dalam menunaikan tugasnya yang kompleks itu bukan saja
ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mereka, melainkan juga
oleh perilaku, etika, dan moral.
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, petugas kesehatan harus
tetap memperhatikan etika . Berikut beberapa prinsip dasar etika
kegawatdauratan :
1. Beneficience
Petugas kesehatan memiliki tugas pokok untuk memberi
pelayanan yang terbaik bagi pasien dengan cara mengobati atau
mencegah penyakit atau cedera . Dokter darurat segera tanggap
akan penyakit akut dan cedera untuk mencegah atau meminimalkan
rasa sakit dan penderitaan, hilangnya fungsi, dan hilangnya nyawa.
Dalam mengejar tujuan ini, dokter darurat bertindak untuk
kepentingan pasien mereka. Penanganan darurat juga harus
menghormati prinsip kebaikan, oleh karena itu privasi pasien dan
kerahasiaan informasi pasien harus selalu dilindungi. Contoh
tindakan : Pelayanan terhadap pasien gawat darurat harus
dilaksanakan sesegera mungkin, mengingat jiwa pasien mungkin
saja gagal diselamatkan apabila penanganan terlambat. Apabila
pasien tidak sadar dan tidak disertai keluarganya, maka dokter
berhak untuk memutuskan tindakan medik yang akan diambil tanpa
persetujuan siapapun, dan didasarkan pada kebutuhan medik
pasien.
2. Non- Maleficience
Petugas kesehatan harus menghindari timbulnya bahaya.
Dengan kata lain, mereka menerapkan prinsip nonmaleficence
dengan memaksimalkan pengobatan dan meminimalkan risiko
membahayakan.
10

3. Menghormati otonomi pasien


Pasien dewasa memiliki hak untuk menerima atau menolak
perawatan kesehatan yang direkomendasikan, dan dokter memiliki
tugas bersamaan untuk menghormati pilihan mereka. Hak ini
didasarkan pada prinsip moral menghormati otonomi pasien dan
dinyatakan dalam doktrin hukum informed consent. Menurut
doktrin ini, dokter harus terlebih dahulu menginformasikan pasien
tentang kondisi medis nya, pengobatan alternatif, dan konsekuensi
yang diterima, dan kemudian memperoleh persetujuan sukarela
pasien terhadap pengobatan.
4. Justice
Petugas kesehatan memiliki tugas untuk memberikan
perawatan kepada pasien secara adil tanpa memandang ras, warna
kulit, keyakinan, jenis kelamin, kebangsaan. Dalam pengertian
yang lebih spesifik, keadilan mengacu pada pemerataan manfaat
dan beban dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas ini, dokter maupun perawat harus membuat
penilaian tentang alokasi sumber daya untuk memaksimalkan
manfaat dan meminimalkan beban.
2.1.7 Landasan Hukum Perawat Dalam Pelayanan Emergency
UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
1. Pasal 1
Ayat I: Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Ayat II: Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi
yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
11

kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah


daerah, dan/atau masyarakat.

2. Pasal 2
Ayat I: Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Ayat 2: Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Ayat 3: Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Pasal 3
Ayat I: Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat.
Ayat II: Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
12

4. Pasal 4
Ayat I: Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan
pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
Ayat II: Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
Ayat III : Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya
2.1.8 Ketentuan Pidana
Pasal 190

Ayat I: Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga


kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).

Ayat II: Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan dan/atau kematian,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
13

2.1.9 Konsep Holistik Di Era Industri 4.0


1. Paradigma Revolusi Industri 4.0
Paradigma revolusi industri muncul ketika Negara
dianggap super power yang memiliki kekayaan yang luas yang
menjadikan sebuah Negara maju.Atas dasar pemikiran bahwa
negara yang maju adalah Negara ditandai degan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, kesejahteraan yang meningkat maka lahirlah
revolusi industri di bidang industri, seiring berjalannya waktu yang
semakin cepat manusia telah menemukan pola baru ketika inovasi
teknologi yang telah banyak makan korban yaitu internet of
thingks, artificial intelligene human machine interface, 3d printing
technology yang menjadi kunci keberhasilan meraih kemenangan 
dalam berkompetisis etiap tahap menimbulkan konsekuensi
pergerakan yang semakin cepat.
Kesehatan sebagai hak setiap manusia yang harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat salah satunya tenaga perawat yang profesional yang
ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat baik dalam
kondisi sehat atau sakit. Adanya undang-undang nomor 38 tahun
2014 tentang keperawatan maka seluruh tenaga keperawatan di
Indonesia perlu meningkatkan peran dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan Indonesia melalui praktik keperawatan
yang didasarkan pada standar profesi, kode etik, standar pelayanan
dan standar prosedur operasional diera revolusi industri 4.0.
Profesi perawat merupakan salah satu profesi yang sangat
berpengaruh dalam proses kesembuhan pasien. Dan dapat
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli
gizi, guna untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Di era
industri 4.0 ini ilmu keperawatan harus mengadopsi perkembangan
14

teknologi karena penanganan pasien dimasa depan juga akan


berbeda seiring berjalannya waktu. Karena itu, penguasaan
teknologi menjadi hal yang harus di implementasikan.
Keperawatan dimasa depan akan mengarah pada penggunaan robot
yang dapat menggantikan beberapa fungsi keperawatan. Hal ini
bukan tidak mungkin dilakukan dengan dukungan teknologi saat
ini sudah diciptakan robot yang bisa memberikan obat.
Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan mengoprasikan
berbagai teknologi mulai dari proses produksi dan penyaluran
kepada konsumen, Pastinya akan memberikan kesempatan baru
untuk meningkatkan daya saing industri dan perubahan gaya hidup.

Era revolusi industri 4.0  terhadap dunia keperawatan dapat


ditinjau dari 2 aspek yaitu aspek positif dan negatif, pada aspek
negatif dampak revoulsi industri 4.0 terdapat ilmu keperawatan
bahwa teknologi robot bisa memberikan obat kepada pasien tidak
akan peduli terhadap pelayanan terhadap pasien, robot tidak akan
pernah bisa menggantikan posisi caring pada seorang perawat di
era apa saja. Tetapi dampak revolusi industri 4.0 terhadap dunia
keperawatan ditinjau pada aspek positif yaitu dengan adanya
teknologi isolator yang bertujuan untuk memperkecil resiko
pencemaran mikro organism oleh manusia, hewan, lingkungan
untuk produksi yang dibuat secara aseptis, teknologi industri ini
sudah tumbuh semakin pesat.

Perawat harus bersiap menghadapi era revolusi industri 4.0


dan perawat harus mampu menghadapi tantangan besar yang akan
terjadi di era revolusi industri 4.0 dan di tengah globalisasi yang
terjadi saat ini, seorang perawat harus bisa menyeimbangi dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang berbasis teknologi.
Faktor yang penting adalah keterampilan dan kompetensi perawat
di tenaga medis secara konsisten. Perlu ditingkatkan sesuai
perkembangan dan mengutamakan keselamatan pasien.Perawat
15

juga harus punya critical thingking mempunyai ide inovatif, dan


adaptif terhadap perubahan era menghadapi semua elemen baik itu
pasien dan tenaga medis lainnya.
Peran perawat tidak sebatas memberikan asuhan
keperawatan (ASKEP) melainkan wajib memiliki keahlian
konseling untuk menyampaikan edukasi pada pasien, fenomena
tersebut telah mengubah sifat pelayanan keperawatan dari
pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan pelayanan
professional yang bekerja pada penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan.

2. Softskills

Pada era ini, yang mutlak di butuhkan para pekerja untuk bisa
menghadapi perubahan pada 2020 dan seterusnya, terutama karena
adanya industri 4.0 keahlihan tersebut diantaranya pemecahan masalah
yang kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia,
berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan
pengambilan keputusan, berorientasi service, negosiasi dan feksibilitas
kognitif.

Menariknya lebih dari setengah skil tersebut merupakan soft


skill, artinya soft skil menjadi salah satu Faktor penting dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0 ke depanya sehingga sumber daya
manusia(SDM) tidak akan tergantikan bahkan oleh robot sekalipun.
5 Soft skil yang paling di butuhkan dalam menghadapi era
revolusi industri 4.0
1. Kreativitias: Seorang perawat mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru untuk memberi ide kreativ dalam
memecahkan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya. Umumnya kreativitas sebagai Person, Process, Press,
Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif
yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan
16

dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan


produk (Product) kreatif. Sehingga kertivitas dan inovasi sangat
penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dalam segala hal
2. Persuasi: Perawat harus
menggunakan komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan orang lain.Melalui persuasi setiap perawat mencoba
berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan pasien.Persuasi
pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi dan
berinteraksi antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak
sama-sama memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang
penting bagi kedua belah pihak.maka kita dapat bina hubungan saling
percaya (BHSP) kepada pasien kita agar mereka lebih terbuka dalam
proses pelayanan kesehatan
3. Kolaborasi: Tenaga kesehatan
harus bisa bentuk interaksi, diskusi, kompromi, kerjasama yang
berhubungan dengan individu, kelompok atau beberapa pihak
kesehatan lainnya,  Selain itu, kolaborasi artinya memiliki nilai-nilai
yang sama dan kuat sebagai komponen kolaborasi efektif. memiliki
arah tujuan yang sama, persepsi tekad untuk mencari solusi untuk
memyembuhkan pasien Oleh sebab itu kolaborasi sangat di perlukan
antar sesama tenaga kesehatan.
4. Adaptasi:     Perawat mampu 
menyesuaikan/beradaptasi terhadap perbuhanan global yang semakin
pesat di era revolusi industri 4.0 Sehingga perawat tidak akan kalah
saing bahkan dengan teknologi sekalipun.
5. Manajemen waktu: Perawat
harus mempunyai daftar list perncanan yang akan di lakukan supaya
akan terorganisir degan baik dan until mengembangkan waktu
terhadap priduktivitas waktu guna untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.
Dari kelima soft skli tersebut yang kita punya maka kita tidak akan
tergantikan oleh apapun dan di era manapun.
17

3. Hardskills
1. Komputasi awan  ( cloud computing)
2. Kecerdasan buatan (artifical inteligance)
3. Analisa sebab akibat (analytical reasoning
4. 4. Manjemen sumber daya manusia (people management)

2.2 Analisis jurnal

ANALISA JURNAL 1

A. ANALISA JURNAL
1) JUDUL
Pemanfaatan Expert System Untuk Penentuan Kegawatdaruratan Pasien
Balita Di IGD.
2) PENELITI
Andik Jatmiko, Joan Santoso, dan Hendrawan Armanto.
3) RINGKASAN JURNAL
Perlu kita ketahui perubahan pola akan pelayanan kesehatan mengalami
pergeseran yang sangat draktis semenjak di berlakukannya program JKN.
Hal itu yang dialami oleh beberapa rumah sakit baik rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Dari laporan semester 1 pada tahun 2018
Rumah Sakit islam Jemursari Surabaya menerima rata rata kunjungan per
bulan rawat jalan sebanyak 26.953 pasien, instalasi gawat darurat 4.219
pasien dan rawat inap 1.852 yang mana rata rata kunjungan mengalami
peningkatan kurang lebih 25% dari periode sebelumnya. Dengan adanya
peningkatan tersebut rumah sakit berupaya untuk menjaga kwalitas
pelayanan agar sesuai standart yang telah di tentukan. Terutama untuk
instalasi gawat darutat sangat menjadi prioritas utama.
4) TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas expert system untuk
penentuan kegawatdaruratan pasien balita di IGD Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya
18

5) KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


a) Kelebihan
Menyajikan teknologi terkini dalam bidang kegawatdaruratan yang
dapat memotivasi pembaca untuk mengembangkan teknologi dalam
bidang medis untuk kedepannya, memberikan penjelasan dengan baik
pada setiap Subbabnya.
b) Kekurangan
Memerlukan waktu yang lama dalam pengumpulan data,
menggunakan referensi buku > 10 tahun yang lalu.
B. METODE ANALISA PICO
1) PROBLEM
Triage merupakan suatu suatu prosedur yang dilakukan petugas di
instalasi gawat darurat untuk menentukan tingkat kegawatan pasien,
dalam hal ini seorang petugas medis senior yang di tunjuk bertugas
memilah dan menentukan urutan pasien yang terlebih dahulu dilayani.
Namun kenyataan di lapangan tidak semua petugas menguasai keahlian
dalam menentukan tingkat kegawatan pasien. Kurangnya petugas senior
yang mempunyai keahlian tersebut berakibat kecepatan pelayanan kurang
maksimal, terlebih kasus balita yang mana merupakan kasus yang
memerlukan perhatian khusus karena sistem kekebalaan dan daya tahan
tubuhnya belum terbentuk sempurna.
2) INTERVENTION
Metodologi yang kami gunakan dalam melakukan penelitian yaitu
melakukan studi kepustakaan dengan pencarian informasi pada tulisan
ilmiah dan buku mengenai kagawatdaruratan pasien balita, dan
dilanjukan dengan studi lapangan untuk melihat secara langsung dan
melakukan interview dengan seorang pakar yang bertugas di instalasi
gawat darurat. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan
penelitihan mulai dari bulan januari sampai dengan bulan juli tahun 2018.
Data diperoleh secara langsung dari informasi yang telah terinput dalam
database rumah sakit dan dijadikan sampel penelitian mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan variabel penelitian. Misalnya: jenis tingkat
19

kegawatan, gejala gejala pasien, serta hal-hal yang berhubungan dengan


penetuan tingkat kegawatan pasien balita.
3) COMPARATION
Peneliti : tidak ada jurnal pembanding.
Hasil :

4) OUTCOME
Manfaat penelitian ini adalah untuk meringankan kerja petugas medis
dan bagi keluarga pasien dalam mengakses informasi tentang tingkat
kegawatan pasien. Selain itu tenaga medis dapat dengan mudah
menentukan implentasi pada pasien. Kecepatan dalam penggunaan
sistem ini sangat cepat sekitar 1 – 2 menit, sehingga user segera dapat
mengetahui hasil peridiksi kegawatan dari alat tersebut. Dengan tingkat
keakuratan 82,4%. Hasil penelitian pada kategori level 5 apabila bukan
tergolong dalam kategori kasus emergency rumah sakit maka dapat
memberlakukan pasien tersebut agar di arahkan ke poli umum, sehingga
dapat menekan jumlah antrian kunjungan di IGD.
20

ANALISIS JURNAL 2

A. RINGKASAN JURNAL
1. JUDUL
The Role Of Fifth-Generation Mobile Technology In Prehospital
Emergency Care: An Opportunity To Support Paramedics
2. PENELITI
Hyunmin Kima,f, Sung-Woo Kimb , Eunjeong Park , Ji Hoon Kimd,
HyukJae Chang
3. RINGKASAN JURNAL
Teknologi dan mekanisme baru telah dikembangkan dan
digunakan dalam sistem EMS untuk meningkatkannya, terutama di negara
maju. Misalnya, di Amerika Serikat (AS), Sistem Informasi EMS Nasional
telah dikembangkan . Ini bertujuan untuk meningkatkan perawatan pasien
dengan melayani sebagai database EMS nasional standar. . Selain itu, di
Kanada, Layanan Ambulans British Columbia dikembangkan dan
diterapkan untuk meningkatkan sistem EMS; Khususnya, ia mengandalkan
layanan e-ambulans dan sistem pencatatan dan pelaporan elektronik yang
memanfaatkan telematika . Selain itu, belakangan ini, minat terhadap file
penggunaan teknologi seluler generasi kelima (5 G) dalam sistem EMS.
Menurut Persatuan Telekomunikasi Internasional [7] Teknologi 5 G telah
mengantarkan era baru konektivitas yang cepat dan kinerja berkualitas
tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam
Ada bukti yang menunjukkan bahwa teknologi broadband (yaitu, 4
G / 5 G) dapat lebih mendukung atau meningkatkan EMS yang disediakan
sebagai telemedicine berbasis ambulans [ 20 , 21 ] dan melalui unit stroke
21

bergerak yang mendukung CT [22] . Misalnya, Smith et al. melakukan


studi mobile telemedicine (iTREAT), di mana mereka mengembangkan
platform berbasis tablet untuk transportasi pra-rumah sakit dengan
menggunakan broadband komersial 4 G LTE dan mengevaluasi keandalan
dan kelayakannya melalui simulasi. Mereka menemukan bahwa, secara
keseluruhan, sistem telemedicine seluler dapat diandalkan secara klinis
dan layak secara teknis. Lebih lanjut, fitur-fiturnya memungkinkan
komunikasi video dua arah antara penyedia EMS dan ahli saraf di rumah
sakit. Lebih lanjut, mereka menyoroti pentingnya broadband seluler dalam
akses ke konektivitas yang andal dan tanpa batas, yang memungkinkan
komunikasi yang berkelanjutan dan tidak terputus. Selain itu, studi
iTREAT lain, yang dilakukan di lingkungan EMSs pedesaan, berfokus
pada platform telemedicine seluler yang telah dikembangkan untuk
menyediakan konektivitas nirkabel berkecepatan tinggi ke penyedia
layanan stroke pra-rumah sakit. . Para penulis menyoroti pentingnya
broadband berkecepatan tinggi untuk kelayakan platform telemedicine
seluler dan juga membahas tantangan unik yang terlibat dalam
menyediakan telemedicine seluler di lingkungan pedesaan (yaitu,
infrastruktur broadband yang tidak memadai)
4. TUJUAN PENELITI
Tujuan artikel ini adalah untuk menggambarkan potensi teknologi
5 G dalam meningkatkan perawatan darurat pra-rumah sakit dengan
mendukung paramedis pra-rumah sakit. Secara khusus, dua tujuan artikel
ini adalah untuk (1) meninjau literatur yang ada tentang penggunaan
teknologi 5 G di EMS pra-rumah sakit dan (2) yang sesuai
merekomendasikan perannya dalam mendukung paramedis dan, akibatnya,
meningkatkan EMS pra-rumah sakit dan hasil pasien
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a. Kelebihan
Teknologi seluler generasi kelima (5 G) memiliki banyak fitur
bermanfaat (misalnya, jaringan berkecepatan tinggi dan lebih luas,
komunikasi latensi rendah yang sangat andal, privasi dan keamanan
22

yang ditingkatkan), yang dapat membantu paramedis pra-rumah sakit


menyediakan EMS yang lebih baik. Teknologi inovatif ini dapat
membantu merampingkan perawatan darurat pra-rumah sakit dengan
meningkatkan ketepatan waktu dan efisiensi pengiriman EMS dan
memfasilitasi penyediaan perawatan pasien yang tepat, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan hasil akhir pasien
b. Kekurangan
1. Peraturan terbatas dan masalah privasi dan keamanan tentang
transmisi informasi pasien melalui jaringan 5 G;
2. Ridak cukup bukti kuat yang menjadi landasan kebijakan yang
bertujuan untuk mereformasi EMS dengan menggunakan
teknologi 5 G dapat didirikan; dan
3. Kurangnya akses ke jaringan 5 G di banyak daerah pedesaan yang
secara medis kurang terlayani dan terpencil.
4. Tidak ada jurnal pembanding.
B. METODE ANALISA PICO
5) PROBLEM
Selama keadaan darurat medis, pasien memerlukan perawatan medis
segera. Jika dibandingkan dengan pasien biasa, pasien gawat darurat lebih
mungkin terpapar bahaya atau berisiko meninggal; oleh karena itu, mereka
membutuhkan perawatan medis tambahan. Ketika pasien darurat mengalami
cedera atau menderita penyakit, mereka harus menerima perawatan medis
atau menjalani prosedur medis yang diperlukan dalam waktu 60 menit, dan
perawatan tidak boleh dihentikan sampai mereka mencapai ruang gawat
darurat (IGD) rumah sakit. Dalam hal ini, penerimaan layanan medis
darurat (EMS) yang tepat waktu dan tepat dapat menyelamatkan nyawa
pasien dan, akibatnya, mengarah pada hasil yang lebih baik.
6) INTERVENTION
Tujuan artikel ini adalah untuk menggambarkan potensi teknologi
5 G dalam meningkatkan perawatan darurat pra-rumah sakit dengan
mendukung paramedis pra-rumah sakit. Secara khusus, dua tujuan artikel ini
adalah untuk (1) meninjau literatur yang ada tentang penggunaan teknologi 5
23

G di EMS pra-rumah sakit dan (2) yang sesuai merekomendasikan


perannya dalam mendukung paramedis dan, akibatnya, meningkatkan EMS
pra-rumah sakit dan hasil pasien. Diharapkan bahwa makalah ini akan
berkontribusi pada literatur yang ada tentang EMS dengan mengkaji peran
teknologi 5 G dalam membantu paramedis menyampaikan EMS secara
lebih efisien dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi selama proses
ini.

7) COMPARATION
Tidak ada jurnal pembanding.

8) OUTCOME
Upaya substansial telah diambil untuk menggunakan teknologi dan
mekanisme inovatif (termasuk teknologi 5 G) untuk meningkatkan sistem
EMS. Paramedis memainkan peran penting dalam pengiriman perawatan
darurat pra-rumah sakit. Dalam hal ini, teknologi 5G dapat memfasilitasi
proses perawatan dan, akibatnya, meningkatkan hasil pasien karena memiliki
fitur menguntungkan berikut: jaringan berkecepatan tinggi dan lebih luas,
komunikasi latensi rendah yang sangat andal, serta privasi dan keamanan
yang ditingkatkan. Namun, EMS berbasis 5 G memiliki beberapa
tantangan dan masalah, seperti berikut ini peraturan terbatas dan masalah
privasi dan keamanan tentang pengiriman / berbagi informasi pasien melalui
jaringan 5 G tidak cukup bukti kuat yang menjadi landasan kebijakan
yang bertujuan untuk mereformasi sistem EMS menggunakan teknologi
5 G dapat didirikan dan kurangnya akses ke jaringan 5 G di banyak
daerah pedesaan yang secara medis kurang terlayani dan terpencil.
Masalah ini harus ditangani oleh pembuat kebijakan, pengembang teknologi,
praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Sementara ada harapan yang
berkembang tentang potensi dampak 5 G dalam perawatan kesehatan
dalam hal peningkatan kualitas dan hasil, solusi AI selanjutnya dapat
dipertimbangkan untuk mendukung atau meningkatkan perawatan pasien
dengan lebih baik dengan memberikan perawatan yang lebih relevan dan
24

akurat kepada pasien. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji


kemungkinan ini.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional

keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan

kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk

masalah yang tidak urgen. Kemudian filosofi tentang keperawatan gawat

darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau

keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan (Yulis, 2011).

Tindakan keperawatan gawat darurat merupakan rangkaian

kegiatan yang sistematis dan profesional, cepat dan tepat yang diberikan

kepada pasien yang dilaksanakan oleh perawat yang kompeten. Kondisi

gawat darurat yang sering muncul pada suatu insiden atupun bencana yang

seringkali tidak terprediksi jumlah korbanya dan tindakannya yang harus

dilakukan menjadi salah satu keterbatasan sumber daya ( Zubaidah dkk,

2019).

3.2 Saran

Kami sadar bahwa makalah yan kami susun masih banyak terdapat

kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca yang positif dan membangun guna penyusunan makalah kami

berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Zubaidah, M., I., Rusdiana, Pusparina L., & Norfitri, R., 2019. Caring dan
Confort perawat Dalam Kegawatdaruratan. Yogjakarta: DEEPUBLISH.
Fonna, N. 2019. Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang.
Jakarta: Guepedia.
Saepulloh, Rahmat. 2019. Jawab Tantangan Revolusi Industri 4.0, Pelayanan
Kesehatan Butuh Inovasi. (Daring)
https://www.wartaekonomi.co.id/read255934/jawab-tantangan-revolusi-
industri-40-pelayanan-kesehatan-butuh-inovasi. Diakses tanggal 3 Oktober
2020.
Jatmiko A, Santoso J, dan Armanto H. (2018). Pemanfaatan Expert System Untuk
Penentuan Kegawatdaruratan Pasien Balita di IGD. Applied Technology
and Computing Science Journal, Vol. 1, No. 2, December 2018.
Kim et al., 2020 The Role of Fiffth-generation Mobile Technology in Prehospital
Emergency Care: An Opportunity to Support Paramedics. Volume 9, Issue
1, March 2020, Pages 109-114,
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2211883720300022
Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Herkutanto. 2010.
Aspek Pelayanan Gawat Darurat. Maj Kedokteran Indonesia. 57:2

26

Anda mungkin juga menyukai