Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH STASE ASUHAN KEBIDANAN

HOLISTIK KEHAMILAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS


PADA Ny. W DENGAN KPD (KETUBAN PECAH DINI)
DI BPM IKA

Di Susun Oleh :
Siti Zainul Masikah
Nim : 2241044

PRODI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat-Nya maka Laporan Studi kasus yang mengambil topik “Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil Patologis pada Ny. W dengan KPD (Ketuban Pecah Dini)

di BPM Ika” ini dapat selesai pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Laporan ini

disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Mata Kuliah Pra- Klinik I di bagian

Asuhan Kebidanan Holistik Kehamilan.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat

kelompok harapkan untuk kesempurnaan laporan responsi ini. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pasir Pengaraian, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4 Manfaat Studi Kasus...............................................................................2
1.4.1 Bagi Penulis..............................................................................2
1.4.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien..............................................2
1.4.3 Bagi Institusi.............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Teori Medis.............................................................................................2
2.1.1 Defenisi Air Ketuban................................................................3
2.1.2 Ketuban Pecah Dini..................................................................6
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi KPD............................................10
2.1.4 Komplikasi.............................................................................15
2.1.5 Penatalaksanaan......................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................23
3.1 Data Subyektif......................................................................................23
3.2 Data Obyektif.......................................................................................24
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1 Kesimpulan...........................................................................................27
4.2 Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan komplikasi infeksi

korioamnionitis hingga sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas

perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Yaze dan Dewi, 2016:76). Pecahnya

selaput janin bisa terjadi bila leher rahim tertutup atau melebar. Terkadang hal itu

bisa terjadi pada kehamilan yang sangat awal (sebelum 28 minggu) atau pada

trimester ketiga (antara 28 minggu dan 34 minggu). Faktor resiko yang sangat

terkait dengan ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM)

yaitu infeksi, malpresentasion dari fetus, multiple pregnancy and excess amniotic

fluid, servical incompetence, trauma Abdomen (Gahwagi, 2015:495).

Masalah KPD berkaitan keluarnya cairan berupa air air dari vagina setelah

kehamilan berusia 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung dan pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan

preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifuddin, 2010).

Sualma (2009) menyebutkan bahwa hampir semua KPD pada kehamilan

preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu

setelah selaput ketuban pecah dini. Sekitar 85% masalah morbiditasdan mortalitas

perinatal disebabkan oleh prematuritas KPD berhubungan dengan penyebab

terjadinya prematuritas dengan insiden 30-40%. Insidensi KPD lebih tinggi pada

wanita dengan serviks inkopenten,polihidromnion, malpreentasi janin, kehamilan

kembar atau infeksi vagina/serviks. Hubungan yang signifikan juga telah diemukan

antara keletihan bekerja danpeningkatan resiko KPD sebelum cukup bulan.


Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), memperlihatkan

bahwa 54% dari kelahiran tidak mengalami komplikasi selama persalinan. Wanita

yang mengalami persalinan lama dilaporkan sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari

6 jam sebelum kelahiran dialami oleh 15% kelahiran. Perdarahan berlebih sebesar

8% dan demam sebesar 8%. Komplikasi lainnya dan kejang dialami juga pada saat

persalinan (masing-masing 5 dan 2 %). Sementara itu, partus lama dan perdarahan

merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (SDKI, 2012:131- 132).

Sementara itu, menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi KPD

terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi

6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.

Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelu aterm atau

persalinan akan terjadi dalam satu minggu telah selaput ketuban pecah. 70% KPD

terajadi pada kehamilan cukup bulan. Sekitar 85% morbiditas dan morbilitas

perinatal disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubhungan dengan penyebab

kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Yaze dan Dewi, 2016:76). Pada

umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu maupun janin. Pada

kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitiu infeksi dalam persalinan, infeksi

masa nifas, partus lama, meningkatnya tindakan operatif obstetric atau sescio

sesarea (SC), atau akan mengarah ke morbiditas dan mortalitas ibu.

Selain KPD dapat memberi dampak buruk bagi ibu, KPD juga dapat

memberi resiko pada janin yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan,

hipotermia, masalah pemberian makan neonatal, retinopati premturit, perdarahan

intraventrikular, entercolitis necroticing, gangguan otak dan resiko cerebral palsy,

hiperbilirubienia, anemia, sepsis, prolapse funiculi/penutunan talki pusat,hipoksia

dan asfiksia sekunder sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR
rendah, enselopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distress

pernafasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hypoplasia paru,

deformatis dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal

(Marni dkk, 2016:105-106).

AKI menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat

kesehatan masyarakat.Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor

kesehatan sebagaimana tercantum dalam program pemerintah nasional serta strategi

making pregnancy safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari

program Safe Motherhood dengan tujuanuntuk mempercepat penurunan angka

kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Arifin, 2015:1).

Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi

yang sangat penting di Indonesia. Indikator kesehatan yang menggambarakan

tingkat kesehatan ibu dan anak adalah AKI dan AKB. Disamping itu AKI

merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetrik belum sempurna,

sehingga memerlukan perbaikan (Kemenkes, 2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO), AKI di dunia masih

tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah kematian ibu tertinggi

yang disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD) dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN yang lain. AKI di dunia tahun 2014 yaitu 289.000 jiwa per 100.000

kelahiran hidup. Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-

Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.

AKI di negara–negara Asia Tenggara dimana Indonesia yaitu 190 per 100.000

kelahiran hidup,Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup,Thailand 26 per 100.000

kelahiran hidup,Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per

100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).


Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2015 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran

hidup (KH). Salah satu penyumbang tingginya angka kematian ibu secara nasional

adalah angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah sebesar 111,16 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, yang diikuti pula dengan tingginya angka

kematian ibu (AKI) di Kota Semarang yang pada tahun 2016 yaitu 121,5 per

100.000 kelahiran hidup.(SDKI, 2015 dalam Pandori, dkk. 2018).

Di Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu yang dilaporkan oleh Dinas

kesehatan Kabupaten/Kota mengalami peningkatan dan penurunan pada tahun 2012

jumlah kematian ibu sebanyak 160 orang atau 110,26 per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 115 orang atau orang atau 78.38 per

100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi 138 orang

atau 93.20 per 100.000 kelahhiran hidup.

Sedangkan AKB pada tahun 2011 sebanyak 868 bayi atau 5.90 per 100.000

kelahiran hidup,pada tahun 2014 meningkat menjadi 1.056 bayi atau 7.23 per 1000

kelahiran hidup dengan penyebab utama kematian adalah perdarahan, infeksi,

hipertensi, preeklampsi-eklampsi, abortus, dan partus lama (Profil Kesehatan

Sulsel, 2014:19-27).

Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Gowa, AKI

dan AKB mengalami penurunan yaitu AKI pada tahun 2012 sebanyak 12 orang

atau 106.53 per 100.000 kelahian hidup. Pada tahun 2013 meenurun menjadi 10

orang atau 80 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 sebanyak 3 orang

atau 24 orang per 100.000 kelahiran hidup.

Peran bidan dalam penanganan KPD dengan memberikan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan komprehensif karena jika ibu bersalin
dengan KPD tidak mendapat asuhan yang sesuai maka resikonya akan berakibat

pada ibu maupun janin. Dengan harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan

yang cepat dan tepat,maka kasus ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan

baik, sehingga AKI di Indonesia dapat dikurangi.

Berdasarakan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi kasus

dengan judul”Manajemen Asuhan Kebidanan Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).

1.2 Tujuan Masalah

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. W dengan

KDP (Ketuban Pecah Dini) di BPM Ika.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny. S dengan kehamilan KDP

(Ketuban Pecah Dini)

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan dan masalah

pada ibu hamil Ny. W dengan kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

3) Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. W dengan kehamilan

KDP (Ketuban Pecah Dini).

4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu hamil Ny. W dengan

kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. W dengan

kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada ibu hamil Ny. W

dengan kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil Ny. W
dengan kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

1.3 Manfaat Studi Kasus

1.3.1 Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam pelaksanaan pada

pasien dengan kasus KDP (Ketuban Pecah Dini).

1.3.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang perawatan pada ibu

hamil dengan kehamilan KDP (Ketuban Pecah Dini).

1.3.3 Bagi Institusi

Agar mahasiswi dapat melakukan tindakan dan menjadikan pengalaman bagi

mahasiswi pada pasien KDP (Ketuban Pecah Dini).


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Medis

2.1.1 Air Ketuban

a. Pengertian air ketuban

Air ketuban (AK) adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan

yang menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan berada di

dalam kantong ketuban dan mempunyai banyak fungsi. Air ketuban yang

berubah menjadi berwarna kehijauan atau kecoklatan menunjukkan bahwa

neonatus telah mengeluarkan mekonium menjadi petanda bahwa neonatus

dalam keadaan stress dan hipoksia (Kosim, 2010 : 1-2).

b. Fisiologi air ketuban

Janin bergerak bebas dalam AK sehingga membantu perkembangan

otot dantulang. Kantung ketuban terbentuk saat 12 hari setelah pembuahan,

kemudian segera terisi oleh AK. Saat minggu-minggu awal kehamilan AK

terutama mengandung air yang berasal dari ibu setelah sekitar 20 minggu

urin janin membentuk sebagian besar AK yang mengandung nutrien,

hormon dan antibodi yang melindungi janin dari penyakit.

Hal yang demikian merupakan hal yang penting bahwa AK dihirup ke

dalam paru janin untuk membantu paru mengembang sempurna.AK yang

tertelan membantu pembentukan mekonium keluar saat ketuban pecah.

Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan disebut ketuban

pecah spontan, apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut sebagai

KPD.
2.1.2 Ketuban Pecah Dini

a. Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput

ketuban secara spontan sebelum terjadinya tanda-tanda persalinan

(Prawiroharjo, 2008). Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan

dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks

ekstraselular amnion, korion, dan apoptosis membran janin (Jannah, 2018).

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Ketuban Pecah Dini menyebabkan hubungan langsung

antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan

terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah untuk

melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim

sehingga mengurangikemungkinan infeksi dalam rahim. Dalam keadaan

normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Bila Ketuban Pecah

Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini

pada premature(Sarwono, 2008).

Masalah KPD berkaitan dengan keluarnya cairan berupa air dari

vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu ketuban dinyatakan pecah jika

terjadi sebelum proses persalinan berlangusng dan pecahnya selaput

ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37

minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin, 2010).

Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1

jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah.

Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat

terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).


b. Etiologi

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini menururt

(Manuaba, 2007) yaitu sebagai berikut:

a) Multipara dan Grandemultipara

b) Hidramnion

c) Kelainan letak sungsang atau lintang

d) Cephalo pelvic dispropportion (CPD)

e) Kehamilan ganda

f) Pendular abdomen (perut gantung)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu dan Sari 2017)

mengenai penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa

kejadian KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur

kehamilan ≥37 minggu, pembesara uterus normal dan letak janin preskep.

c. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui

vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus

diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri

kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal atau

menyumbat” kebocoran untuk sementara.Sementara itu demam, bercak

vagina yang banyak, nyeri perut, denyut janinbertambah cepat merupakan

tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).

d. Patofisiologi

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada

daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban

ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen.

Selaput ketuban pecah karena pada tertentu terjadi perubahan biokimia

yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan perubahan

struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen

berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.pada daerah disekitar

pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona ”restriced zone

of exteme altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012).

Penelitian oleh (Rangaswamy dkk,2012),mendukung konsep

paracervical weak zone tersebut, menemukan bahwa selaput ketuban di

daerah paraservikal akan pecah dengan dengan hanya diperlukan 20-50%

dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekandi area selaput ketuban

lainnya.

Berbagai penelitian mendukung konsep adanya perbedaan zona selaput

ketuban, khususnya zona disekitar serviks yang secara signifikan lebih

lemah dibandingkan dengan zona lainnya seiring dengan terjadinya

perubahan pada susunan biokimia dan histologi paracervical weak zone ini

telah muncul sebelum terjadinya pecah selaput ketuban dan berperan sebagai

initial breakpoint (Rangaswamy dkk, 2012). Didapatkan hasil laju

ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien dengan ketuban pecah dini

dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini dan laju apopsis ditemukan

paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan darah fundus (Reti

dkk, 2007).
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
Menurut (Morgan, 2009),Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat

disebabkanoleh beberapa faktor meliputi:

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap

kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia

untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35

tahun Dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko

kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan

mempengaruhi sistem reproduksi,karena organ-organ reproduksinya

sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam

menerima kehamilan (Sudarto, 2016).

b. Sosial Ekonomi

Pendapatan merupakan faktor yang menetukan kualitas dan kuantitas

kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang

mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya.

Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi

terlaksana status kesehatan seseorang.Rendahnya merupakan rintangan

yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas

kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas

Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami

KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau

dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan

berikutnya (Helen,2008). Paritas bisa mempengaruhi terjadinya KPD

karena selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum


waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak

paritas,semakin mudah terjadinya infeksi amnion karena rusaknya

struktur serviks pada persalinan sebelumnya.

d. Anemia

Anemia dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Anemia pada

kehamilan dikarenakan kekurangan zat besi. Sehingga menyebabkan

ibu pucat, lemas, cepat lelah, mata berkunang-kunang serat HB

kurang. Hal ini lah yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini pada

ibu hamil yang menderita anemia.

e. Perilaku merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas

tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung

lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk

karbonmonoksida, ammonia, aseton, sianida hydrogen, dan lain-lain.

Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-

gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko

lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian

ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika

menghadapi kondisi kehamilan riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4

kali mengalami ketuban pecah dinni kembali. Patogenesis terjadinya

KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam

membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban

pecah preterm.Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan

menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih


beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD

sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada

kehamilan berikutnya.

g. Serviks yang Inkompetensik

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada

otot- otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan

lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena

tidak mampu menahan desakan janin yang semakin

besar.Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan

anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium

uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang

memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan

mules.

h. Tekanan intra uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :

1. Trauma

Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.

2. Gemeli

Kehamilan kembar dalam suatu kehamilan dua janin atau lebih.

Pada kehamilan gameli terjadinya distensi uterus yang berlebihan,

sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.

Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar

dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian

bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput

ketuban tipis dan mudah pecah (Novihandari, 2016).


2.1.4 Komplikasi

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurt (Sunarti, 2017) yaitu

1. Prognosis ibu

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi

intrapartal dalam persalinan, infeksi puerperalis/masa nifas, dry

labour/partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan tindakan

operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.

2. Prognosis janin

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu

prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah

pemberian makanan neonatal),retinopati premturit, perdarahan

intraventrikular,enterecolitis netroticing, gangguan otak dan resiko

cerebral palsy, hyperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolapse

funiculi/penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder

pusat,prolapse uteri, persalinan lama, skor APGAR

rendah,ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial, gagal

ginjal, distress pernafasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas

janin, hypoplasia paru,deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin,

hypoplasia paru,defermitas ekstremitas dan pertumbuhan janin

terhambabat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marni dkk, 2016).

2.1.5 Penatalaksanaan

KPD termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan dalam

mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas

dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilema

bagi sebagian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, jika
kehamilan segera diakhiri, maka akan akan meningkatkan insidensi secsio

sesarea, dan apabila menunggu persalinan spontan, maka akan

meningkatkan insiden chorioamnionitis.Kasus KPD yang kurang bulan jika

menempuh cara-cara aktif harus di pastikan bahwa tidak akan terjadi RDS,

dan jika menempuh cara koservatif dengan maksud memberikan waktu

pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang

akan memperjelek prognosis janin.

Oleh Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati

untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur

kehamilan matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin

merupakan sebab utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada

kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama

pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten. Pastikan diagnosis

terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya

infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu terdapat

gawat janin.Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif

dan aktif pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit

(Prawirohardjo, 2009).

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di

ketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)

untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering

pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan

sepsis. Oleh Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati

untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur

kehamilan matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin

merupakan sebab utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS PADA


NY.W DENGAN KPD (KETUBAN PECAH DINI) DI BPM IKA

Tempat Praktek/Ruang : ………………………………………………………………


Pembimbing Klinik : ………………………………………………………………

Nomor MR : ………………………………………………………………
Masuk RS/klinik. H/Tgl : ………………………………………………………………
Pengkajian tanggal : ……………………… Jam …………Oleh ……………….

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS
Identitas Ibu Identitas Suami

Nama :

NIK :

Umur :

Gol darah :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Alamat :

No Telpon :

Jenis dan No :
Jaminan
B. RIWAYAT KEHAMILAN
Hamil ke : Tgl Haid :
/G..P..A.. …………………… Terakhir …………………………
Jumlah Anak : Perkiraan :
Hidup ………………….... Persalinan …………………………
Usia Anak : Riwayat :
terakhir Penyakit ibu
…………………… / keluarga ……………………………
Kehamilan ini : Ya/Tidak :
direncanakan .......................................
Kehamilan ini : Ya/Tidak
diinginkan
Mengikuti Kelas : Ya / Tidak
Ibu Hamil
Memanfaatkan : Ya/ Tidak
kelas Ibu ………………………
Hamil

C. DETEKSI DINI RESIKO TINGGI DAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN


*Berilah tanda (√) sesuai kondisi ibu
a. Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil

1. Umur ibu kurang dari 20 Th 11. Riwayat Persalian


Caesar

2. Umur Ibu lebih dari 35 Th 12. Riwayat keguguran


berulang
(Lebih dari 1 kali)
3. Kehamilan ke 4 atau lebih 13. Riwayat Melahirkan Bayi besar
(lebih dari 4 Kg)

4. Usia anak terakhir kurang dari 2 14. Riwayat melahirkan anak


Th kembar

5. Ibu Pendek (TB < 145 cm) 15. Riwayat melahirkan janin
mati atau dengan kelainan
bawaan

6. Ibu tampak kurus / LILA < 23,5 16. Ibu menderita penyakit
cm dan atau BB < 45 Kg penyerta (Asma, DM,
jantung, hipertensi, TBC,
Gangguan Ginjal,
Anemia, PMS, Malaria, tiroid
dll) penyakit disendirikan/
dibuat kolom sendiri
7. Terlalu lambat 17. Terlalu lama hamil lagi (≥
hamil pertama (≥ 4 10 tahun)
tahun)
8. Riwayat persalinan dengan 18. Riwayat persalinan dengan
Ekstraksi Vakum {EV) Tranfusi darah

9. Riwayat persalinan dengan 19. Riwayat persalinan


Manual Plasenta kurang bulan

10. Riwayat IUFD 20. Riwayat persalinan lebih bulan

b. Tanda Bahaya Kehamilan (Pada Kehamilan sekarang) (isikan dengan kode (√)
1. Ibu tidak mau makan dan atau 11. Ibu mengeluh sesak nafas
muntah terus menerus

2. Perdarahan lewat jalan lahir 12. Demam / Panas Tinggi

3. Pusing yang hebat 13. Kejang

4. Bengkak pada kaki sampai 14. Keluar air ketuban


tangan dan wajah

5. Nyeri dada / ulu hati/ 15. Gerakan janin


jantung berdebar-debar berkurang

6. Letak melintang 16. Presentasi bokong

7. Gemelli 17. Hidramnion

8. Tekanan darah tinggi 18. Anemia (HB ˂ 11 gr%)

9. Diare berulang 19. Batuk lama ≥ 2 minggu

10. Terasa sakit pada saat 20. Sulit tidur dan cemas
kencing/keputihan/gatal di daerah berlebihan
kemaluan

D. LINGKUNGAN DAN PERILAKU


c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1 Pemenuhan Nutrisi 2. Pemenuhan Kebutuhan


Istirahat
a. Pola gizi seimbang : Ya / tdk a. Tidur malam paling : Ya / tdk
sedikit 6-7 jam

b. Porsi lebih banyak dari : Ya / tdk b. Tidur siang atau berbaring : Ya / tdk
sebelum hamil 1-2 jam Posisi tidur miring
kiri
c. Makan beragam : Setiap c. Bersama suami melakukan : Ya / tdk
makanan (variasi hari / stimulasi pada janin dengan
makanan) jarang sering mengelus-elus perut
ibu dan mengajak janin
berbicara sejak usia 4 bulan

d. Kebiasaan Konsumsi : Setiap


Buah dan Sayur hari /
jarang

e. Kebiasaan konsumsi : Setiap 4. Hubungan seksual : Ya / tdk


protein hewani hari / selama kehamilan
jarang

3 Personal Hygiene 5. Aktifitas Fisik

a. Cuci tangan : Jarang/ a. Beraktifitas sesuai kondisi : Ya / tdk


dengan sabun Sering
dengan air
mengalir sebelum
makan dan sesudah
BAK/BAB
b. Menyikat gigi : Jarang/ b. Suami membantu untuk : Ya / tdk
teratur minimal Sering melakukan pekerjaan sehari-
setelah hari
sarapan dan
sebelum tidur
c. Mandi 2x sehari : Jarang/ c. Mengikuti senam : Ya / tdk
Sering hamil sesuai anjuran
nakes
d. Bersihkan payudara : Jarang/
dan daerah kemaluan Sering

e. Ganti pakaian dalam : Ya / tdk


setiap hari
d. Lingkungan dan Perilaku yang merugikan kesehatan

1. Ibu sering terpapar : Ya / Tidak 5. Bagaimana Lingkungan tempat


asap rokok atau tinggal ibu ?
polusi

2. Beban pekerjaan : Ya / Tidak a. Kebiasaan cuci tangan : Ya /


ibu terlalu berat pakai sabun Tidak

3. Kebiasaan Minum : Ya / Tidak b. Kepemilikan jamban : Ya /


jamu atau obat tanpa c. Sumber Air Bersih Tidak
resep dokter :
Ada /
Tidak

4. Memiliki hewan : Ya/tidak d. Sarana : Terbuka


peliharaan/lingkunga Pembuangan Air / Tertutup
n sekitar dekat Limbah (SPAL)
dengan peternakan

e. Sarana : Terbuka
Pembuangan / Tertutup
Sampah

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum (Sumber Buku KIA)
No Jenis Pemeriksaan Tanggal Kunjungan

TM 1 TM 2 TM 3 TM 3

1. Keadaan Umum Ibu

2. Berat Badan

3. Tinggi Badan

4. Tekanan Darah

5.. Status TT

6. Lingkar Lengan Atas (LILA)

7. Tinggi Fundus Uteri (TFU)

8. Presentasi Janin

9. Tablet Fe

10. Test Laboratorium Sederhana


a. HB

b. Protein Urine

c. Glucosa Urine

d. Gula darah

11. Ditawari Test HIV

12. Konseling

13. Rujukan

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut
Warna : ……………………………………………
Kebersihan : …………………………………………...
Mudah rontok/tidak : ………………………………………...…

b. Telinga
Kebersihan : ……………………………………………
Gangguan pendengaran : ……………………………………………

c. Mata
Konjungtiva : ……………………………………………
Sklera : ……………………………………………
Kebersihan : ……………………………………………
Kelainan : ……………………………………………
Gangguan penglihatan : ……………………………………………

d. Hidung
Kebersihan : ……………………………………………
Polip : ……………………………………………

e. Mulut
Warna bibir : ……………………………………………
Integritas jaringan : ……………………………………………
Kebersihan lidah : ……………………………………………
Ganggan pada mulut : ……………………………………………
2. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : ……………………………………
3. Dada
Simetris/tidak : ………………………………
Besar payudara simetris/tidak:
Nyeri : ……………………………………………
Hiperpigmentasi : ……………………………………………
Kolostrum : ……………………………………………
Keadaan puting : ……………………………………………
Kebersihan puting : ……………………………………………
4. Perut
Inspeksi :
Bentuk : ……………………………………………
Bekas luka operasi : ……………………………………………
Striae : ……………………………………………
Linea : ……………………………………………
TFU : ……………………………………………
Hasil palpasi
Leopold I : ……………………………………………
Leopold II : ……………………………………………
Leopold III : ……………………………………………
Leopold IV : ……………………………………………
TBJ : ……………………………………………
DJJ : frekuensi/irama/intensitas/punctum
Maksimum
5. Ekstremitas
a. Atas
Kelainan : ……………………………………………
Kebersihan : ……………………………………………
b. Bawah
Oedema : ……………………………………………
Varises : ……………………………………………
Perkusi reflek patellla : ……………………………………………
6. Genital
Kebersihan : …………………………………
Pengeluaran pervaginam : …………………………………
Tanda infeksi vagina : …………………………………
7. Anus
Hemmoroid : ……………………………………………

Kebersihan : ……………………………………………

D. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny...... G....P.....A, umur........tahun, hamil.........minggu, janin hidup/mati, tunggal
/ganda, intra/ekstra uteri, letak......................, puka/puki, divergen/ konvergen, KU
Ibu........................ KU Janin ........................... Keadaan jalan lahir................................

B. Masalah
C. Kebutuhan

E. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL


F. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
G. MEMBUAT PERENCANAAN
H. IMPLEMENTASI
I. EVALUASI

Preseptor akademik Preseptor Klinik Mahasiswa

(....................................) (....................................) (....................................)


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan referensi maka untuk melakukan pendekatan manajemen

asuhan kebidanan yang dimulai dengan mendapatkan data subjektif dan

objektif dari tanda dan gejala, faktor penyebab berbagai referensi tentang

pasien yang mengalami ketuban pecah dini (KPD). Dari referensi

didapatkan tanda dan gejala ketuban pecah dini atau KPD yaitu keluarnya

cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis

adanya semburan cairan yang mendadak dari vagina yang terus menerus,

panggul terasa tertekan, keputihan atau vagina terasa lebih basah, demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut janin bertambah cepat

merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Faktor penyebab KPD

masihbelum jelas, namun ada beberapa kondisi yang beresiko

menimbulkan ketuban pecah dini yaitu infeksi pada rahim, mulut rahimm,

atau vagina, mengalami perdarahan melalui vagina pada trimester kedua

dan ketiga kehamilan, ibu hamil dengan berat badan yang kurang, atau

mengalami kekurangan gizi

4.2 Saran

Diharapkan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

hamil dengan kasus KPD (ketuban pecah dini), hendaknya bidan dapat

tanggap dalam melakukan tatalaksana asuhan sehingga pasien dapat

mengetahui cara untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kehamilan


DAFTAR PUSTAKA

Abrar, dkk, Karakteristik Luaran Kehamilan Dengan Ketuban Pecah Dini di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 2013-2015. 2017.
Eka Frelestanty, Yunida Haryanti 2019. Analisis penyebab terjadinya ketuban pecah
dini padaibu bersalin di RS PKU Muhamadiyah Surakarta : Universitas
Muhamadiyah Surakarta
Fadlun.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta; Salemba Medika,2011.
Fakhiyah N. 2008. Hubungan Antara Persalinan Ketuban Pecah Dini Dengan
Kejadian AsfiksiaNeonatorum Di Rsud Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
http://web.unikal.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/5.%20
penaunikal_vol21_no1_jurnal_naty2%20. pdf.
Fitrianti, Linda. (2014). Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Hamil di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto. Majapahit :
Politeknik Kesehatan Majapahit.
Fujiyarti, 2016. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Forte, R. William. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : CV Andy Offset.
Hastuti H, dkk. Anilis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum
Bahteramas.2016. https://scholar.google.co.id
Hasnia NurLaili 2018. Diagnosis ketuban pecah dini dengan speculum pada ibu
bersalin di RSUD Tugurejo Semarang
Heny Sepduwiana.Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 201. Jurnal Maternity and
Neonatal Volume 1, No 3.
Heryani, Reni. Buku Ajar KonsepKebidanan.DKI Jakarta : CV Trans Info Media,
2011.
Helen,2008 Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini.
Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Hidayat, A. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Edisi 1.Yogyakarta: Nuha Medika.
Huda. (2013). Skripsi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di
RS PKU Muhamadiayah Surakarta Tahun 2014 : Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Isnaini, Nurul. (2015). Karakteristik Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Lampung : Jurnal
Kesehatan Holistik Vol 9, (4).
Iriyanti Bayu,dkk.Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta :Sagung Seto,2014.
Ira Ayu Melisa Febrianti & dkk 2019. Penerapan metode pemeriksaan fisikuntuk
mendiagnosa terjadinya ketubanpecah dini ( KPD)pada ibu di RSUD
Tugurejo Semarang
Natiqotul. (2008). Hubungan Status Paritas Dengan Kejadian Persalinan Ketuban
Pecah Dini di RSUD Dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2008.
Slawi : Stikes Bhamada
Nazila Maghfiratul.Karakteristik Luaran Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini di
RSUP Dr.Hasan Sadikin tahun 2015. Volume 2 Nomor 4 Juni Tahun 2017.
Nazila, Gita Indah Triyanti Rukmana.2017.Karakteristik Luaran Kehamilan dengan
Ketuban Pecah Dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 2013-
2015.Volume 2 Nomor 4 Juni Tahun 2017.
Nugroho, T., (2012). Obstetri dan Ginekologi untuk
Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta:Nuha Medika.
Nur Rohmawati,Arulita Ika Fibriana.Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran.Volume 2 Nomor (1) (2018).
Nia aprilla.faktor risiko ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di rsud
bangkinang tahun 2017. Volume 2, Nomor 1, April 2018.
Ni Wayan Raina Purwahati,Eko Mardiyaningsih,Wulansari.hubungan antara ketuban
pecah dini dengan persalinan prematur di rumah sakit mutiara bunda
salatiga.Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Anda mungkin juga menyukai