Anda di halaman 1dari 17

PERSONAL INFORMATION

NAMA :_______________________________________________

__

NPM :_______________________________________________

__

KELAS :_______________________________________________

__

KELOMPOK :_______________________________________________

__

NO. HP

:_________________________________________________

ALAMAT :_______________________________________________

__
MATERI X-XII
KAJIAN EKOSISTEM DAN JARING MAKANAN
I. Tujuan
- Mahasiswa dapat mengetahui kondisi faktor lingkungan suatu
ekosistem
- Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun suatu ekosistem
- Mahasiswa dapat menggambarkan jaring-jaring makanan secara detail
- Mahasiswa dapat mengetahui alasan hewan makan makanan tertentu
- Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukur
faktor lingkungan
-
II. Landasan Teori

Ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi


hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta
kondisi lingkungannya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik dan
biotik.
Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem
dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar,
ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau, asin) (Joko Waluyo,
2013 : 23).
Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik,
1.       Komponen Biotik
Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotik suatu mahluk hidup adalah
seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda
yang hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap
mahluk hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-
komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang,
lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata dan vertebrata serta
manusia (Aryulina, 2004 : 268).
2.       Komponen Abiotik
Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen
abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup. Contoh
komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan, udara, garam-garam
mineral, dan tanah (Aryulina, 2004 : 268).
a.       Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas
adalah radiasi matahari. suhu merupakan komponen abiotik di udara , tanah, air.
Suhu sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia
yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup (Aryulina, 2004 : 268).
b.      Cahaya
Cahaya merupakan salah satu energi yang bersumber dari radiasi matahari.
cahaya matahari terdiri dari beberapa macam panjang gelombang. Jenis panjang
gelombang, intensitas cahaya, dan lama penyinaran cahaya matahari dengan
panjang gelombang tertentu untuk proses fotosintesis (Aryulina, 2004 : 269).
c.       Air
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair dan gas.
Di alam, air dapat berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat
diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air
(Aryulina, 2004 : 269).
d.      Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembapan di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembapan
di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembapan diperlukan oleh mkhluk
hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembapan yang
diperlukan setiap makhluk hidup berbeda-beda (Aryulina, 2004 : 269).
e.       Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen
(20,93%), karbon dioksida (0,03%) dan gas-gas lainnya. Nitrogen diperklukan
makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan mahluk hidup
untuk bernapas. Karbin dioksida digunakan tumbuhan utnuk fotosintesis
(Aryulina, 2004 : 269).
f.       Garam-garam mineral
Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen. Fosfat, sulfur,kalsium dan
natrium. Komposisi garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air
(Aryulina, 2004 : 269).
g.      Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau
lumut, dan pembusukan bahan organic. Tanah memilki sifat,tekstur dan
kandungan garam mineral tertentu (Aryulina, 2004 : 269).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi
laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a.         Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar
200 m.
b.        Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000
m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c.         Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m.
Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d.        Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.
e.         Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari
6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu (Purnomo, dkk. 2005 : 117).
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif (Purnomo, dkk. 2005:117).
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia utnuk
memenuhi kebutuhannya. Contohnya bendungan, agroekosistem berupa sawah
tadah hujan, sawah irigasi (Aryulina, 2004 : 278).
Hubungan antara organisme satu dengan yang lainnya dan dengan semua
komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbal balik
(Resosoedarmo, 1986).
Siklus nutrisi adalah perpindahan unsure kimia dari lingkungan ke dalam
tubuh organisme hidup, dan dari organisme hidup kembali ke lingkungan. Secara
keseluruhan pengertian siklus nutrisi dapat dijelaskan dengan konsep organik dan
anorganik. Istilah organic adalah berasal dari kata organisme, yang menunjukkan
suatu kehidupan, apakah sebagai kehidupan: tumbuhan, hewan, atau mikroba.
Jadi organik dalam pengertian umum berarti semua benda yang hidup
(organisme) yang meliputi monera, protista, fungi, tumbuhan, dan hewan.
Sebaliknya anorganik menunjukkan segala sesuatu yang berasal bukan dari
organisme hidup. Contoh batuan, mineral, metal, udara, dan air yang senantiasa
dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi ini semua bukan makhluk hidup, karena
disebut anorganik (Sudarmadji, 2004 : 16).
Prinsip kedua dalam ekosistem adalah kebutuhan energy bagi organisme.
Kebutuhannya dapat dimengerti dengan mudah atau dengan menganalogikan, jika
kita hendak membangun sebuah rumah, yang oertama kali kita butuhkan tentu
kebutuhan dasar rumah. Misalnya batu, pasir, batu merah, semen, paku, dan lain-
lain; kemudian kita baru menyusun material tersebut menjadi sebuah rumah.
Tentu saja kegiatan membangun rumah ini membutuhkan energi (Sudarmadji,
2004 : 17).
Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan juga
berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu organisme dengan
lingkungannya terjadi utnuk kelangsungan hidupnya. Struktur trifik terdiri dari
tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme
autotrof. Tingkat trofik kedua dan selanjutnya adalah kelompok organisme
heterotrof. Organisme autotrof disebut juga produsen. Organisme heterotrof
disebut juga konsumen. Konsumen primer adalah organisme pemakan produsen
atau disebut herbivore. Konsumen sekunder merupakan organisme pemakan
konsumen primer (karnivora). Konsumen tersier adalah organisme pemakan
konsumen sekunder (Aryulina, 2004 : 279-280).
Kekekalan struktur suatu ekosistem menghasilkan satu macam organisme
dalam suatu kelompok yang diwakili tidak hanya individu-individu yang statis,
melainkan oleh perkembangbiakan populasi. Masing-masing populasi adalah
dapat berubah pada perubahan genetika, sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan yang berlangsung sedikit demi sedikit; sebagi dasar generika dari
perubahan populasi, maka seluruh struktur ekosistem dapat secara berangsur-
angsur mengalami perubahan pula (Nebel, 1981).
Materi, seperti energi, tidak bisa diciptakan atau dihancurkan. Hukum
kekekalan masaa (law of conservation mass) ini sama pentingnya dengan hukum-
hukum termodinamika bagi para ahli ekologi ekosistem. Karena massa bersifat
kekal, kita dapat menentukan seberapa banyak unsur kimia yang didaur di dalam
suatu ekosistem, atau diperoleh atau hilang dari ekosistem itu seiring waktu
(Campbell, 2008 : 407).
Dalam ekosistem, keberadaan komponen abiotik sangat mempengaruhi
komponen bitik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan
memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, yaitu air, udara,
cahaya, dan garam-garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik
sangat mempengaruhi komponen abiotik. Misal: tumbuhan yang ada di hutan
sangat memengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan dan tanah
menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan
sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus (Rahmawati,
2012 : 58).
Ketergantungan antar komponen biotic dapat terjadi melalui :
1.      Rantai makanan
Yaitu perpindahan materi dan energy melalui proses makan dan dinamakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau
taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan, maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau
sebagai produsen.
2.      Jaring-jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaringan-jaringan.
Jaringan-jaringan makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Ketergantungan antara komponen biotic dan abiotik dapat terjadi melalui
siklus materi seperti :
1.      Siklus karbon
2.      Siklus air
3.      Siklus nitrogen
4.      Siklus sulphur
Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada
suatu tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklis
menjadi nonsiklis, manusia cenderung mengganggu kesetimbangan lingkungan
(Hutagalung, 2010 : 14-15).
Telah dijelaskan bahwa interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya membentuk ekosistem. Dengan beranekaragamnya kondisi
lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka terbentuklah keanekaragaman
ekosistem. Masing-masing ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk hidup
tertentu pula. Beberapa ekosistem itu antara lain :
1.      Ekosistem hutan bakau, terdapat di daerah pantai.
2.      Ekosistem hutan hujan tropis, terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia.
3.      Ekosistem padang rumput (Savana).
4.      Ekosistem sawah, terdapat di daerah pertanian.
5.      Ekosistem kota, terdapat di perkotaan (Syamsuri, 2004 : 99).
Tahapan pokok bekerjanya ekosistem adalah sebagai berikut :
a.       Penerimaan radiasi energy matahari.
b.      Penyusunan bahan organik dari bahan anorganik oleh produsen.
c.       Pemanfaatan produsen oleh konsumen dan selanjutnya diolah dengan sangat
teliti.
d.      Setelah produsen dan konsumen mati senyawa organic kompleks diubah dan
akhirnya menjadi bentuk yang tersedia untuk digunakan kembali oleh produsen
(Sedhana, 1983 : 49-50).

III.Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
o Alat tulis
o Termometer
o Hygrometer
o Luxmeter
o Anemometer
o Soil Tester
o Buku pengenal tumbuhan

2. Cara Kerja
Prosedur Kerja 1
1. Pilih salah satu ekosistem alami yang akan dikaji
2. Catat beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem tersebut
3. Ukur suhu dan kelembaban udara pada ekosistem yang dikaji dengan
menggunakan hygrometer putar
- Basahi salah satu ujung termometer dengan air.
- Putar hygrometer puter sebanyak 50 kali atau ± 2 menit
- Catat temperatur pada kedua termometer.
- Ulangi sebanyak tiga kali pengulangan.
4. Ukur kadar keasaman (pH) dan kelembaban tanah pada ekosistem yang
dikaji
- Pilih lokasi dengan kondisi tanah yang sedikit lembab. Bila kering
dapat diberi air terlebih dahulu lalu diamkan selama 20-30 menit.
- Tancapkan soil tester yang sudah dibersihkan hingga bagian logam
tertutupi tanah.
- Diamkan selama 1 menit lalu catat pH tanahnya
- Tekan tombol dipinggir untuk mengetahui kelembaban tanah catat
kelembaban tanahnya
5. Ukur kecepatan angin pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan
Anemometer
- Tekan tombol ON/OFF atau 0/1.
- Akan tampil angka pengukuran pada layar
- Biarkan baling –baling tertiup angin sampai stabil
- Catat hasil pengukuran
6. Ukur intensitas cahaya pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan
lux meter
- Tekan tombol ON/OFF
- Pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux, atau
50.000 lux)
- Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada daerah yang
akan diukur kuat penerangannya
- Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
7. Catat komponen biotik yang menyusun ekosistem tersebut
8. Tentukan peran masing-masing komponen biotic pada rantai makanan
9. Buat rantai makanan dan jarring-jaring makanan pada ekosistem yang
dikaji
Prosedur Kerja 2
1. Pilih salah satu hewan untuk diamati (herbivore/karnivora/omnivore)
2. Amati aktivitas makan, jenis makanan dan morfologi hewan tersebut
3. Buatlah rantai dan jaring makanan dari hasil pengamatan jenis hewan
tersebut
MATERI XIII-XV

I. Tujuan:
1. Untuk mengetahui keragaman tumbuhan, Struktur dan komposisi tumbuhan
yang terdapat di suatu kawasan hutan
2. Mengetahui prosedur pengamatan struktur dan komposisi tumbuhan dengan
metode plot
3. Mengetahui faktor abiotik yang terdapat di kawasan hutan

II. Dasar Teori


Tumbuhan berbagai jenis hidup decara alami di suatu tempat membentuk
suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup
bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan
sehingga dalam kumpulan ini terbentuk sutu derajat keterpaduan (resosoedarmo,
1990).

Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang


mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut
biotop. Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang
alnag-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Santoso,
1994).

Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-


macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :

1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya


terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah
dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok
dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ
tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan trmbuhan.
2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada
tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang
kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan
misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum
terdapat di alam, terutama untuk hewan(Surasana, 1990).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis
vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983). Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori
yaitu :

1. Posisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan


membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan cara mempelajari susunan atau
komposisi spesies dan bentuk atau struktur masyarakat tumbuhan
(vegetasi).Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari adalah suatu
komunitastumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tumbuhan yangmenempati habitat. Analisis komunitas bertujuan untuk
mengetahui komposisispesies dan struktur komunitas yang ada di suatu wilayah
yang dipelajari danhasilnya disajikan secara deskripsi (Rahardjanto, 2001).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling banyak diterapkan
adalah cara sampling dengan kuadrat atau plot. Untuk plot ditentukan berdasarkan
minimal area (ukuran plot minimal) lokasi yang akan dianalisis.

Pada metoda sample diambil menggunakan plot dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Bentuk plot bervariasi seperti bujur sangkar, empat persegi panjang,
lingkaran, dll. Umumnya bentuk plot yang dipakai adalah bentuk bujur sangkar
karena hal ini dilakukan lebih mudah ketika harus dibuat plot dua kali lipat dari
ukuran semula. Ukuran plot ini harus sesuai dengan minimum area lokasi yang
akan dianalisis.

Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survei pendahuluan.


Menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva
minimal area terlebih dahulu. Untuk bentuk plot persegi, dimulai dengan
membuat plot persegi pada suatu tegakan dengan luas terkecil. Selanjutnya dicatat
spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat tersebut. Kemudian kuadrat diperluas
duakali semula, catat pertambahan jenis. Penambahan luas kuadrat dua kali
semula dilakukan sampai tidak ada penambahan jenis (Santoso, 1994)

Minimal Area

Area minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik


komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan
jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah
minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih
dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu:
Penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk
mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau
kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat
dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara acak,
penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi
sistematik ( Rahadjanto, 2001).

Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif untuk
suatu areal. Minima area ini dapat ditentukan dengan sistem nested plot yang
dilanjutkan dengan membuat kurva minimal area.

Minimal Area adalah suatu metode dalam penelitian ekologi tumbuhan


dengan menggunakan plot- plot dengan ukuran relative untuk mengambil sampel-
sampel yang ada. Metode ini merupakan metode yang objektif bila digunakan
pada daerah-daerah yang mempunyai vegetasi homogeni seperti padang rumput,
hutan dan lain-lain.

Dengan metode ini kita dapat mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif
dari jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Biasanya plot
ini menggunakan ukuran kecil lalu diluaskan dua kali lipat dan seterusnya
digandakan dua kali lipat lagi. Plot tunggal biasanya digunakan untuk daerah
yang tidak terlalu luas.

Plot tunggal biasa disebut dengan minimal area yang didalamnya


mempelajari spesies apa saja yang ada dan kepentigannya didalam komunitas
seperti penyebaran atau frekuensinya , kelimpahan dan kerimbunannya. Untuk
memahami luas dan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi
yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu
area yang diamati. (Anwar,1995).

Ukuran minimum dari suatu petak plot dicari dengan menghitung


pertambahan jumlah dari spesies tumbuhan bersamaaan dengan penggandaan luas
area. Dengan cara, mendata jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam petak.
Kemudian, ukuran petak dilipatgandakan menjadi dua kali dari ukuran
sebelumnya.

Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman pada plot : secara acak atau
sembarang, cara sistematik untuk memudahkan dalam pembuatan plot pada
vegetasi yang homogen dan cara stratified bila vegetasi kurang homogen dapat
dilakukan penempatan secara bertingkat.

Ukuran minimum dari suatu plot tunggal tergantung kepada kerapatan dan
banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam plot tersebut. Ukuran
minimum ini digunakan pada kurva spesies area. Kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang
menggunakan plot atau kuadrat. Luas minimum digunakan untuk memperoleh
luasan sampling area yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur
sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak
contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu


daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman
merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum
yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan
ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap
di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies
yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.Daerah
yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah
yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas
dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah
jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan
mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).

III. Alat dan Bahan


1. Tali rapia
2. Parang
3. Gunting
4. Kertas Koran
5. Alat tulis
6. Kamera

IV. CARA KERJA

a. Analisis struktur dan komposisi tumbuhan dengan Metode Plot

 Buatlah plot berukuran 15 x 15 m (untuk katagori pohon); 5 x 10 m


(sapling); 1 x 2 m (vegetasi dasar) dengan menggunakan alat bantu tali rapia
dan pancang. Buat plot sebanyak 10 buah yang diletakkan secara sistematik
dengan mengikuti garis transek.
 Semua tumbuhan tingkat pohon dan sapling yang terdapat dalam masing-
masing plot dicatat meliputi; nama daerah; jumlah individu; diameter batang
(lingkar batang); tinggi batang dan tinggi cabang pertama; serta karakter lain
yang mendukung.
 Sedangkan untuk katagori vegetasi dasar dicatat nama daerah, jumlah
individu, serta karakter lain yang mendukung.

V. ANALISIS DATA
1. Jenis-jenis tumbuhan tingkat pohon dan tingkat sapling yang ditemukan?
2. Analisis struktur dan komposisi tumbuhan (INP) yang terdapat di tempat
pengamatan. ( rumus INP = KR+FR+LPR )

VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
VIII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai