2
Journal of Tropical Animal Production OPEN ACCES Freely Available Online
Vol 22, No. 1 pp.12-19, Juni 2021
Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penambahan beberapa jenis saturated
fatty acid pada level yang berbeda terhadap nilai nutrisi dan kecernaan pakan, karakteristik
fermentasi rumen, dan produksi gas CH4. Tahapan penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu
tahap 1 (pembuatan pakan perlakuan) dan tahap 2 (pengujian pakan perlakuan). Metode
penelitian ini adalah menggunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok), yang terdiri
dari 7 perlakuan yang meliputi pakan lengkap dengan penambahan 0% fatty acid, myristic
acid (10%), myristic acid (20%), lauric acid (10%), lauric acid (20%), palmitic acid (10%)
dan palmitic acid (20%) dengan 3 ulangan. Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penambahan Fatty Acid Pada Pakan Ternak Ruminansia dengan Rasio Berbeda Sebagai
Upaya Mengurangi Produksi Gas CH4” ini merupakan inovasi strategi pemberian pakan
ternak ruminansia dengan menerapkan teknologi berwawasan lingkungan sebagai upaya
mengurangi efek gas rumah kaca dari sektor industri peternakan yang merupakan pendonor
gas CH4 terbesar kedua di dunia. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
kandungan bahan kering pakan perlakuan yaitu berkisar antara 92,09% - 92,90%,
kandungan bahan organik pada penelitian ini 86%, sehingga sejumlah 86% nutrient dapat
dimanfaatkan ternak untuk hidup pokok dan berproduksi, kandungan protein kasar pada
penelitian ini berkisar 14%, hal ini menujukkan bahwa penelitian ini isoprotein, dan
semakin tinggi level penambahan asam lemak pada pakan dapat meningkatkan kandungan
lemak kasar pakan penelitian, hal ini akan efektif dalam mengurangi produksi gas CH4.
How to cite : Ndaru, P. H., Huda, A. N., & Mashudi. (2021). Pengaruh Penambahan Asam
Lemak Pada Pakan Ternak Ruminansia Terhadap Kandungan Nutrisi Pakan.
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 1 (12-19)
Nilai kandungan PK tebon jagung dkk (2017), kandungan bahan kering tebon
sebesar 10,69%. Nilai kandungan bahan jagung yaitu sebesar 25,73%. Tanaman
kering ini lebih rendah dibandingkan jagung termasuk jenis tanaman pangan yang
penelitian Rahayu, dkk (2017) yang diketahui banyak mengandung serat kasar
menyatakan bahwa kandungan bahan kering dimana tersusun atas senyawa kompleks
tebon jagung sebesar 19,7%. Berdasarkan lignin, hemiselulosa dan selulosa
penelitian yang dilakukan oleh Naibaho, (lignoselulosa), dan masing-masing
Penggunaan pakan lengkap pada T1, T2. T4, T5 dan T6. Kandungan bahan
ternak sangat relevan untuk memudahkan kering pada penelitian ini lebih tinggi
pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan pada saat dibandingkan dengan penelitian Gustiani
yang sama mampu menyumbang kebutuhan dan Permadi (2015) yang memiliki
serat (NDF) yang penting bagi stabilitas kandungan bahan kering sebesar 90,4%.
ekosistem rumen. Pakan lengkap juga lebih Kandungan bahan kering penelitian ini lebih
menjamin meratanya distribusi asupan tinggi dibandingkan penelitian Lawa et al
harian ransum, agar fluktuasi kondisi (2016).
ekosistem di dalam rumen diminimalisir Kandungan bahan kering penelitian
(Tafaj et al., 2007). Lawa, et al (2016) yaitu penelitian pakan
Kandungan Bahan Kering Pakan lengkap dengan suplementasi daun kabesak
Perlakuan putih (Acacia leucophloea Raxb) memiliki
Kandungan bahan kering pada kandungan bahan kering pada T0 sebesar
penelitian ini adalah T0 92,56%, T1 92,55%, 89,8%, T1 89,9%, T2 89,8%, T3 89,9% dan
T2 92,86%, T3 92,90 % , T4 92,09%, T5 T4 90,1%. Perbedaan kandungan bahan
92,42% dan T6 92,66%. Kandungan bahan kering pada penelitian ini dengan penelitian
kering T3 lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya disebabkan oleh perbedaan
sumber hijauan yang digunakan serta bahan penelitian ini isoprotein. Pada penelitian ini
penyusun konsentrat yang terdiri dari rata-rata kandungan protein kasar yaitu
sumber protein dan sumber energi. sebesar 14,59%.
Kandungan Bahan Organik Pakan Kandungan protein kasar pada
Perlakuan penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
Kandungan bahan organik pada penelitian Naibaho, dkk (2017). Pada
penelitian ini adalah T0 86,42%, T1 86,67%, penelitian tersebut memiliki kandungan PK
T2 86,93%, T3 86,76%, T4 86,59 %, T5 sebesar 9,47%. Pada penelitian Naibaho,
86,44% dan T6 86,40%. Pada penelitian ini dkk (2015) menggunakan pakan lengkap
rata-rata kandungan bahan organic yaitu berbasis silase tebon jagung. Protein silase
sebesar 86,60%. Kandungan bahan organik tebon jagung pada penelitian tersebut yaitu
pada penelitian ini lebih rendah sebesar 12%. Perbedaan kandungan PK
dibandingkan dengan penelitian Gustiani pada penelitian disebabkan karena
dan Permadi (2015). Pada penelitian perbedaan imbangan hijauan dan konsentrat.
tresebut kandungan bahan organic pakan Pada penelitian Naibaho, dkk (2017)
perlakuan sebesar 89,84%. dan lebih rendah menggunakan imbangan hijauan dan
dibandingkan penelitian Lawa et al (2016), konsentrat yaitu 80%: 20%. Perbedaaan
yaitu kandungan bahan organik pakan imbangan hijauan dan konsentrat dapat
perlakuan T0 87,9%, T1 87,9%, T2 88,2%, menyebabkan perbedaan kandungan nutrisi
T3 88,5% dan T4 88,5%. bahan pakan.
Bahan organik utamanya berasal dari Perbedaan kandungan protein ini
golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan dapat disebabkan oleh perbedaan bahan
komponen penyusun utama pati dan gula. sumber protein yang digunakan dan proporsi
Sehingga, dengan meningkatnya atau penggunaannya pada pakan lengkap, namun
semakin tinggi kandungan bahan organic penyusunan pakan perlakuan pada kedua
pada pakan perlakuan maka semakin tinggi penelitian ini memiliki persamaan yaitu
pula nutrisi yang dapat dimanfatkan ternak protein kasar pakan perlakukan disusun
dalam memenuhi kebutuhan. Kandungan secara isoprotein. Protein adalah senyawa
bahan organik pada penelitian ini relatif organik kompleks yang mempunyai berat
tinggi yaitu berkisar 86%, hal ini menujukan molekul tinggi.
bahwa bahan organik yang dimanfaatkan Seperti halnya karbohidrat dan lipida,
oleh ternak cukup tinggi untuk memenuhi protein mengandung unsur-unsur karbon,
kebutuhannya. hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai
Kandungan bahan organik tanaman tambahannya, semua protein mengandung
berkorelasi dengan umur panen, yakni nitrogen. Kebanyakan protein mengandung
semakin tua umur panen maka semakin sulfur, beberapa protein mengandung
rendah bahan organik tanaman tersebut, hal phosfor (Hartadi dkk., 1991). Protein kasar
ini dikarenakan semakin tua tanaman akan adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen
terjadi proses lignifikasi, sehingga kadar ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau
lignin tanaman semakin tinggi dan hasil kali dari total nitrogen ammonia
menyebabkan kandungan bahan organik dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16%
pada tanaman menjadi semakin rendah. berasal dari asumsi bahwa protein
Kandungan Protein Kasar Pakan mengandung nitrogen 16%.
Perlakuan Tenak ruminansia membutuhkan
Kandungan protein kasar pada asam-asam amino yang berasal dari protein
penelitian ini adalah T0 14,88%, T1 14,84%, (Siregar, 1984). Menurut Haryanto (1992),
T2 14,52%, T3 14,13%, T4 14,26 %, T5 protein adalah senyawa kimia yang tersusun
14,64% dan T6 14,86%, hal ini menujukkan dari asam amino, yang mana asam amino
bahwa kandungan protein kasar pada tersebut diperlukan oleh ternak dan ternak