Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN DOSIS TANIN DAN SAPONIN UNTUK DEFAUNASI DAN

PENINGKATAN FERMENTABILITAS PAKAN

(Determination of tannin and saponin dosage for defaunation


improvement feed fermentability)

I. M. D. Wahyuni, A. Muktiani dan M. Christianto


Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang
Jln Prof Sudarto, Semarang 50270, Jawa Tengah
E-mail : idhairawan05@gmail.com

ABSTRACT

The research was conducted to evaluate the effect of addition of tannin, saponin or combination
of tannin and saponin to the concentrate of the ration on the microbial population and fermentability
of feed in vitro and to assess the best dosage of uses. The research was arranged according to
completely randomized design with four treatments and 3 replications. The treatments were ration
without tannin and saponin (T0), ration with 1.2% saponin (T1), ration with 0.5% tannin and 0.9%
saponin (T2), ration with 1% tannin and 0.6% saponin, (T3), ration with 1.5% tannin and saponin
0.3% (T4) and ration with 2% tannin and 0% saponin. the results of the experiment showed that
the addition of the tannin, saponin or their combination altered microbial population in the rumen.
3URWR]RDV SRSXODWLRQ GHFUHDVHG VLJQLÀFDQWO\ ZKHUHDV EDFWHULDO SRSXODWLRQ ZDV LQFUHDVHG 1+
production increased while ratio of acetaic to propionic acid tended to decrease. Total gas production
increased 62.59-69.35 ml/200 mg of dry matter. The addition of 1% tannin and 0.6 % saponin shows
the best effect to control protozoa population and feed fermentability in the rumen.
Kata kunci : Tannin, Saponin, Microbial population, Feed fermentability

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan tanin, saponin atau
kombinasinya pada konsentrat dalam ransum terhadap daya defaunasi dan fermentabilitas pakan
secara in vitro serta mencari dosis terbaiknya. Penelitian menggunakan metode eksperimental
dengan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diberikan adalah T0: pakan tanpa tanin dan
saponin; T1: pakan dengan saponin 1,2%; T2 : pakan dengan tanin 0,5% dan saponin 0,9% dan T3 :
pakan dengan tanin 1% dan saponin 0,6%; T4 : pakan dengan tanin 1,5% dan saponin 0,3% dan T5
SDNDQ GHQJDQ WDQLQ WDQSD VDSRQLQ +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ GHQJDQ DGDQ\D SHUODNXDQ
penambahan tanin, saponin maupun kombinasinya terjadi penurunan populasi protozoa (P<0,05)
SDGD VHPXD SHUODNXDQ VHEDOLNQ\D WHUMDGL SHQLQJNDWDQ SRSXODVL EDNWHUL 3URGXNVL 1+3 juga
mengalami peningkatan (P<0,05) sementara imbangan asetat dengan propionat menurun. Produksi
gas total mengalami peningkatan dengan rata-rata berkisar antara 62,59-69,35 ml/200mgBK.
Penambahan tanin, saponin dan kombinasinya memberikan pengaruh yang terbaik pada pakan
GHQJDQ SHQDPEDKDQ WDQLQ GDQ VDSRQLQ WHUKDGDS SURWR]RD GDQ 1+3 (P<0,05) akan tetapi
tidak berpengaruh nyata pada produksi gas dan propionat. Dapat disimpulkan bahwa penambahan
kombinasi ekstrak tanin dan saponin dalam pakan pada dosis tanin 1% dan saponin 0,6% terbukti
mampu memberikan efek defaunasi dan fermentabilitas pakan yang terbaik.
Kata kunci : Tanin, Saponin, Defaunasi, Fermentabilitas pakan

PENDAHULUAN nitrogen bukan protein, mencerna pakan berserat


kasar dalam jumlah banyak dan menghasilkan
Mikroorganisme yang terdapat pada rumen produk fermentasi rumen yang mudah diserap
ruminansia terdiri atas protozoa, bakteri, fungi dalam usus ruminansia. Mikroorganisme rumen
dan virus bakteri. Keberadaan mikroba rumen juga dapat menimbulkan kerugian karena pakan
ini bermanfaat karena mampu memanfaatkan dengan protein tinggi akan didegradasi di dalam

133
I. M. D. Wahyuni, dkk.

rumen dan sebagian energi pakan terbuang merupakan komoditas perkebunan rakyat yang
sebagai panas fermentasi dan gas metan. mengandung katekin sebagai komponen utama
Protozoa terutama jenis entodinomorphid serta beberapa komponen lain seperti asam
memiliki potensi enzimatik untuk mencerna kateku tanat, kuersetin, kateku merah, gambir
VHOXORVD VHFDUD HÀVLHQ GDQ VHFDUD VLPXOWDQ ÁRXUHVLQ OHPDN GDQ OLOLQ .DWHNLQ WHUPDVXN
juga bersifat hemiselulolitik (Jouany,1991). Sifat kelompok tanin terkondensasi.
predator protozoa terhadap bakteri merupakan Saponin adalah detergen alami yang
kerugian dalam sistem pencernaan dalam merupakan glikosida non nitrogen, glikosida
rumen. Protozoa memangsa bakteri untuk kompleks atau metabolit sekunder. Saponin
memenuhi kebutuhan asam amino dalam sintesis mampu melisiskan protozoa dengan
protein selnya. Protozoa cenderung tertahan membentuk ikatan yang kompleks dengan
di dalam rumen dan kurang memberikan sterol yang terdapat pada permukaan membran
kontribusi terhadap protein mikroba di usus protozoa. Saponin dapat menghambat proses
halus. Protozoa juga merupakan inang bagi metanogenesis disamping mampu membuat
sebagian bakteri metanogen. Bakteri metanogen SURGXNWLYLWDV WHUQDN PHQMDGL OHELK HÀVLHQ
PHPDQIDDWNDQ JDV +2 yang diproduksi (Wang et al., 2011). Menurut Wina et al. (2005)
SURWR]RD XQWXN GLNRQYHUVL PHQMDGL &+4 penambahan 0,4-1,2% saponin dari ampas teh
dengan bantuan CO2. Pengendalian populasi secara in vitro mampu menurunkan jumlah
protozoa diharapkan dapat mengoptimalkan protozoa dan meningkatkan proporsi propionat.
pertumbuhan bakteri rumen sehingga dapat Apabila populasi protozoa yang ada di dalam
meningkatkan aktivitas fermentasi pakan dalam rumen ditekan jumlahnya, maka akan terjadi
menyediakan suplai protein yang berasal dari perubahan keragaman/komposisi mikroba
protein mikroba. Penekanan jumlah protozoa UXPHQ GDQ GLKDUDSNDQ WHUMDGL PRGLÀNDVL
rumen akan menyebabkan peningkatan jumlah fermentasi rumen (Suharti dkk., 2009).
bakteri amilolitik (Kurihara et al., 1978). Bakteri Penambahan 8 mg saponin dari ampas teh
amilolitik ini akan meningkatkan pencernaan dalam pakan juga dapat menurunkan gas metan
pati dalam menghasilkan propionat sebagai sampai 26% (Wei et al., 2005). Lerak merupakan
bagian dari VFA. Dalam pembentukan asam jenis tanaman tropis yang mengandung
SURSLRQDW EDNWHUL DPLOROLWLN PHPEXWXKNDQ +2. senyawa saponin. Saponin dari esktrak buah
+DO LQL DNDQ PHUXEDK SURÀO 9)$ NDUHQD DGDQ\D lerak (Sapindus rarak) dapat digunakan sebagai
NRPSHWLWRU SHQJJXQD +2. Penekanan populasi agen defaunasi untuk menekan pertumbuhan
protozoa diharapkan mampu menekan produksi protozoa.
gas metan. Saponin dan tanin merupakan agen
Tanin merupakan senyawa antinutrisi defaunasi yang banyak digunakan dalam
yang memiliki gugus fenol dan bersifat koloid. beberapa penelitian. Pemberian saponin pada
Tanin membentuk ikatan kompleks dengan level 2,5% dalam pakan dapat menurunkan
protein, karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, palatabilitas karena rasanya yang pahit (Suharti
dan pektin), mineral, vitamin dan enzim dkk., 2009). Tanin selain berfungsi sebagai
mikroba di dalam rumen (Widyobroto et al., agen defaunasi juga berfungsi memproteksi
2007). Kompleks ikatan tanin dengan protein protein pakan. Tanin mempunyai kelemahan
GDSDW WHUOHSDV SDGD S+ UHQGDK GL GDODP dalam fungsinya sebagai agen defaunasi karena
abomasum sehingga protein dapat didegradasi gugus fenol pada tanin juga mempunyai
oleh enzim pepsin dan asam-asam amino sifat antibakteri. Bakteri gram positif sensitif
yang dikandungnya dapat dimanfaatkan oleh terhadap polifenol tertentu (Smith et al., 2003)
ternak (Jayanegara et al., 2008). Tanin dapat padahal beberapa bakteri pencerna serat adalah
digunakan sebagai agen defaunasi yang dapat termasuk bakteri gram positif. Pemberian tanin
menurunkan populasi protozoa sehingga dalam dosis yang tinggi akan menurunkan
mampu menekan emisi metan di dalam rumen kecernaan serat didalam rumen. Kombinasi
(Makkar, 2003). Pakan yang mengandung tanin dan saponin diharapkan mampu berperan
tanin terkondensasi sebesar 25,9 g/kg bahan sebagai agen defaunasi dimana potensial
kering (BK) dalam Lotus corniculatus dilaporkan menekan pertumbuhan protozoa akan tetapi
mampu menurunkan emisi metan pada ternak tidak menurunkan palatabilitas dan menekan
sapi (Woodward et al., 2001). Tanin pada ampas bakteri selulolitik.
teh mampu menurunkan degradabilitas protein Penelitian ini berupaya mengevaluasi
dalam rumen dan menekan emisi gas metan potensi ekstrak gambir dan ekstrak lerak
(Makkar, 2003). Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai senyawa aditif sumber tanin dan

134
JITP Vol. 3 No. 3, Juli 2014

saponin di dalam pakan dilihat pengaruhnya Perlakuan yang diterapkan adalah T0:
terhadap populasi protozoa, bakteri dan pakan tanpa tanin dan saponin; T1: pakan
DNWLÀWDV IHUPHQWDVL 0HODOXL KDVLO SHQHOLWLDQ dengan saponin 1,2%; T2 : pakan dengan tanin
ini, diharapkan dapat menganalisis potensi 0,5% dan saponin 0,9% dan T3 : pakan dengan
tanin, saponin maupun kombinasinya sebagai tanin 1% dan saponin 0,6%; T4 : pakan dengan
DJHQ GHIDXQDVL \DQJ PDPSX PHPRGLÀNDVL tanin 1,5% dan saponin 0,3% dan T5 : pakan
keragaman mikroba rumen sehingga dapat dengan tanin 2% tanpa saponin.
mengubah aktivitas fermentasi rumen dan Penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu
meningkatkan produktivitas ternak. tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
analisis data. Tahap persiapan meliputi ekstraksi
MATERI DAN METODE tanin, ekstraksi saponin dan penyiapan pakan.
Ektraksi tanin. Sediaan gambir digiling
Penelitian dilaksanakan pada bulan halus sebelum dilakukan ekstraksi. Tahap
September 2013 – Februari 2014. Ransum yang pertama dilakukan penghilangan lemak dengan
digunakan adalah konsentrat dan hijauan. PHQJJXQDNDQ SHODUXW KHNVDQ 3UHSXULÀNDVL
Komposisi konsentrat terdiri dari dedak, onggok, dilakukan dengan cara melarutkan tepung
jagung, kulit kopi, bungkil kelapa, bungkil gambir dalam aquades dan dipanaskan pada
VDZLW PRODVHV XUHD GDQ JDUDP +LMDXDQ \DQJ suhu 800C, kemudian disaring dengan kain
diberikan adalah rumput raja. Sumber tanin halus. Tahap selanjutnya adalah pemisahan tanin
berasal dari ekstrak gambir dan sumber saponin dari senyawa yang lain dengan menggunakan
berasal dari ekstrak buah lerak. Digunakan pelarut etil asetat. Filtrat kemudian dipisahkan
dua ekor sapi peranakan ongole betina yang dari pelarutnya dengan menggunakan rotary
GLSDVDQJ ÀVWXOD SDGD EDJLDQ UXPHQQ\D GHQJDQ evaporator (Pambayun et al., 2007). Bubuk
bobot badan ±300 kg. Inokulum adalah cairan ekstrak gambir dianalisis kadar tanin kondens
rumen yang diperoleh dari komposit 2 ekor sapi secara kuantitatif dengan menggunakan metode
tersebut. Singleton dan Rossi (1965).

Tabel 1. Komposisi konsentrat dan kandungan nutrisi ransum


Kandungan pakan Persentase
Bahan Pakan
Bungkil sawit 5
Jagung kuning 40
onggok 4
dedak 9
kulit kopi 5,5
bungkil kelapa 32,5
tetes 3
urea 0,85
Bahan Kering 89,61
Abu 7,84
Protein Kasar 12,32
Lemak Kasar 1,91
Serat Kasar 31,19
1HXWUDO 'HWHUJHQW )LEHU 48,57
Acid Detergent Fiber 34,95
%(71 41,37
7'1 61,87

135
I. M. D. Wahyuni, dkk.

Ekstraksi saponin. Saponin diambil dari karet berventilasi. Tabung dimasukkan kedalam
ekstraksi daging buah lerak. Buah lerak shaker water bath dengan suhu 390C kemudian
dihilangkan bijinya kemudian dikeringkan dilakuan inkubasi. Cairan rumen yang telah
menggunakan oven dengan suhu 500C sampai diinkubasi kemudian dilakukan pengujian
kering, kemudian digiling halus. Tepung buah NDGDU 1+3 dan VFA parsial.
lerak diturunkan kandungan lemak dengan 7HNQLN SHQJXNXUDQ NDGDU 1+ GLEDFD
sochlet menggunakan pelarut heksan. Tepung menggunakan spektronik yang didasarkan
lerak yang telah disochlet diekstrak dengan pada reaksi indophenols yang dikatalis sehingga
menggunakan pelarut metanol. Selanjutnya menghasilkan senyawa biru yang stabil.
ekstrak metanol dipisahkan dengan pelarutnya Pembacaan spektronik dilakukan pada panjang
menggunakan rotary evaporator. Pengujian kadar gelombang 630 nm.
kuantitatif saponin diuji menggunakan metode Analisis konsentrasi VFA parsial
NRORULPHWUL +LDL et al., 1976). (asetat, propionat, butirat) dilakukan dengan
Penyiapan pakan. Sampel pakan konsentrat menggunakan Gas Chromatography (GC).
digiling dan disaring dengan saringan 2 mm. 'DUL KDVLO NRQVHQWUDVL 9)$ LQGLYLGXDO HÀVLHQVL
Penyiapan pakan dilakukan dengan cara tanin konversi energi dari heksosa menjadi VFA dapat
dan saponin dicampurkan pada konsentrat dihitung berdasarkan stoikiometri reaksi-reaksi
dengan level sesuai dengan perlakuan pada fermentasi karbohidrat (heksosa) menjadi asetat,
percobaan. Sebelumnya ekstrak tanin dan propionat dan butirat (Orskov dan Ryle, 1990).
saponin dilarutkan terlebih dahulu dengan air Energi metan dihitung melalui pendugaan
secukupnya kemudian disemprotkan ke bahan berdasarkan pada Orskov dan Ryle (1990).
pakan sampai merata. Rumput raja dikeringkan Perhitungan populasi protozoa dilakukan
kemudian digiling dan dicampurkan dengan dengan menggunakan metode Ogimoto dan
konsentrat yang sudah disuplementasi. Imai (1981) yaitu dengan mencampur cairan
Tahap pelaksanaan. Pakan yang diberikan rumen dengan larutan Methil Formalin Saline.
disesuaikan dengan kebutuhan bahan kering Campuran diteteskan pada counting chamber
(BK) ternak yang dihitung 3% dari masing- kemudian dilakuan penghitungan total
masing bobot badan sapi. Ransum yang protozoa.
diberikan adalah konsentrat dan hijauan dengan Metode yang digunakan untuk menghitung
perbandingan 40:60. Kandungan protein kasar populasi bakteri, adalah metode pencacahan
UDQVXPVHEHVDU GDQ7'1 5DQVXP koloni dimana yang diperhitungkan hanya
diberikan dua kali dalam sehari dengan jumlah bakteri yang hidup. Prinsip perhitungannya
total pemberian dibatasi sebanyak 3% dari adalah cairan rumen hasil inkubasi diencerkan
bobot badan. Cairan rumen diambil setelah sapi secara serial kemudian dilakukan pembiakan
melewati masa pendahuluan dengan adaptasi bakteri dalam sungkup dengan suhu tertentu
pakan, diambil.pada pagi hari kemudian dalam suasana anaerob selama 3 hari.
disaring dan dimasukkan termos yang sudah Data yang diperoleh diolah dengan analisis
diberi air hangat sebelumnya sampai suhu ragam. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda
390C ditutup untuk menjaga suasana anaerob (P<0,05) akibat perlakuan, dilanjutkan dengan
dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji wilayah ganda Duncan untuk mengetahui
penelitian. Komposisi kimia pakan perlakuan perbedaan antar perlakuan.
tersaji pada Tabel 1.
Cairan rumen diambil setelah melewati
HASIL DAN PEMBAHASAN
masa pendahuluan untuk dilakukan pengujian
secara in vitro (Tilley dan Terry, 1963). Cairan
Respon penambahan tanin, saponin dan
UXPHQ GLDPELO GDUL VDSL EHUÀVWXOD NHPXGLDQ
kombinasinya pada pakan terhadap populasi
diperas dengan menggunakan kain kasa dan
protozoa dan bakteri dalam cairan rumen
dimasukkan kedalam termos hangat. Termos
dapat dilihat pada Tabel 2. Populasi protozoa
yang akan dipakai untuk tempat cairan rumen
pada media inkubasi menurun secara nyata
sebelumnya sudah diisi dengan air panas
(P<0,05) akibat suplementasi tanin, saponin dan
sehingga suhunya mencapai 39oC. Tabung
kombinasinya. Menurut Wiseman dan Cole
fermentor diisi dengan 0,5 gram sampel ransum
(1990) penggunaan saponin yang ditambahkan
perlakuan kemudian ditambahkan 10 ml cairan
ke dalam ransum dapat menurunkan
rumen dan 40 ml larutan McDougal. Tabung
populasi protozoa rumen secara parsial atau
fermentor dikocok kemudian dialiri gas CO2
keseluruhan.
VHODPD GHWLN S+ GDQ GLWXWXS GHQJDQ

136
JITP Vol. 3 No. 3, Juli 2014

Tabel 2. Pengaruh penambahan tanin, saponin dan kombinasi tanin saponin terhadap populasi
protozoa dan bakteri
Peubah T0 T1 T2 T3 T4 T5
Protozoa(103) 2,76±0,23a 1,93±0,23b 0,96±0,18c 0,78±0,05c 0,99±0,13c 1,04±0,14c
Bakteri (109) 0,94 1,50 1,32 2,50 1,12 0,90
Keterangan : T0=pakan tanpa tanin dan saponin; T1=pakan dengan saponin 1,2%; T2=pakan dengan tanin 0,5% dan saponin
0,9% dan T3=pakan dengan tanin 1% dan saponin 0,6%; T4=pakan dengan tanin 1,5% dan saponin 0,3% dan
T5=pakan dengan tanin 2% tanpa saponin. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbe-
daan yang nyata (P<0,05).

Populasi protozoa berkurang karena et al. (1978), eliminasi sebagian protozoa dalam
terjadi gangguan pertumbuhan protozoa rumen menyebabkan peningkatan jumlah
akibat adanya ikatan antara saponin dengan bakteri amilolitik. Sebagian besar protozoa
sterol pada dinding sel permukaan protozoa. memakan bakteri untuk memperoleh sumber
Ikatan ini mempengaruhi tegangan permukaan nitrogen dan mengubah protein bakteri menjadi
membran sel protozoa (Wallace et al., 2002), yang protein protozoa. Diaz et al. (1993) melaporkan
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas bahwa tepung buah Sapindus saponaria
dinding sel dan masuknya cairan dari luar sel yang mengandung saponin mampu berperan
ke dalam sel protozoa. Masuknya cairan dari VHEDJDL DJHQ GHIDXQDVL \DQJ VHFDUD VLJQLÀNDQ
luar sel mengakibatkan pecahnya dinding menurunkan populasi protozoa sampai 84% serta
sel sehingga protozoa mengalami kematian. meningkatkan total bakteri, bakteri selulolitik,
Bakteri mampu bertahan terhadap saponin kapang, dan tingkat kecernaan bahan kering.
karena dinding membran sel bakteri tersusun Peningkatan populasi bakteri mengakibatkan
ROHK SHSWLGRJOLNDQ +X HW DO GDODP terjadinya peningkatan fermentabilitas pakan.
penelitiannya membuktikan bahwa efek Fermentabilitas pakan mengalami pe–
penambahan ekstrak saponin dari teh (0,2-0,4 ningkatan dengan adanya peningkatan popula-
mg/ml) dapat menurunkan populasi protozoa VL EDNWHUL +DO LQL GDSDW GLOLKDW GDUL SHQLQJNDWDQ
cairan rumen. Menurut Makkar (2003) tanin NRQVHQWUDVL 1+ GDQ 9)$ VHSHUWL WHUVDML SDGD
juga dapat digunakan sebagai agen defaunasi data dalam Tabel 3.
yang akan menurunkan populasi protozoa. 1+ PHUXSDNDQ KDVLO ELRIHUPHQWDVL GL
Penurunan populasi protozoa ini berpengaruh dalam rumen, yang akan digunakan untuk
terhadap peningkatan populasi bakteri PHPEHQWXN SURWHLQ PLNURED .RQVHQWUDVL 1+
karena protozoa merupakan predator yang dalam rumen merupakan indikator adanya
memangsa bakteri dalam memenuhi kebutuhan perombakan protein yang masuk dalam rumen
proteinnya. dan proses sintesis protein oleh mikroba rumen.
Tabel 2. menyajikan penurunan populasi 3URGXN 1+ DNDQ GLPDQIDDWNDQ NHPEDOL
protozoa terendah terjadi pada pakan dengan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhannya,
penambahan kombinasi tanin 1% dan saponin sehingga pertumbuhan dan pertambahan
0,6%. Kemudian diikuti pakan dengan mikroba rumen bergantung pada ketersediaan
penambahan kombinasi tanin 0,5% dan saponin 1+ GDODP UXPHQ $URUD PHQ\DWDNDQ
0,9% dan pakan dengan penambahan kombinasi bahwa mikroba rumen akan memanfaatkan
tanin 1,5% dan saponin 0,3%. Penurunan NHPEDOL 1+ \DQJ WHUEHQWXN XQWXN PHPEDQJXQ
jumlah populasi protozoa ini jauh lebih besar sel tubuhnya.
dibanding pada pakan dengan penambahan Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa
WDQLQ DWDX VDSRQLQ VDMD +DO LQL PHPEXNWLNDQ penambahan tanin dan saponin pada pakan
bahwa penambahan kombinasi saponin dan konsentrat mampu memberikan pengaruh
tanin mampu memperkuat fungsi sebagai agen Q\DWD WHUKDGDS SHQLQJNDWDQ SURGXNVL 1 1+
defaunasi. FDLUDQ UXPHQ 3 .DGDU 1 1+ WHUWLQJJL
Populasi bakteri meningkat pada pakan diperoleh pada pakan dengan penambahan
dengan perlakuan penambahan tanin dan kombinasi tanin 1,5% dan saponin 0,3%, diikuti
saponin. Proses defaunasi menyebabkan oleh pakan dengan penambahan tanin 2%
peningkatan total bakteri didalam rumen, dan pakan dengan kombinasi tanin 1% dan
karena pengurangan populasi protozoa berarti saponin 0,6% yaitu berturut turut 21,74; 21,03
mengurangi predator bakteri. Menurut Kurihara dan 20,86 mg/100 ml. Menurut Widyobroto

137
I. M. D. Wahyuni, dkk.

Tabel 3. Pengaruh penambahan tanin, saponin dan kombinasi tanin saponin terhadap populasi
protozoa dan bakteri
Peubah T0 T1 T2 T3 T4 T5
NH3 (mg/100ml) 19,67±0,26c 20,59±0,18b 20,73±0,07b 20,86±0,26b 21,74±0,07a 21,03±0,27b

Asetat (%mM) 77,55±0,33 74,39±1,88 78,83±1,53 76,61±0,54 72,53±1,98 77,45±1,96


Propionat (%mM) 13,30±0,59 16,13±1,20 16,35±1,10 17,19±0,74 15,98±1,51 14,80±0,59
Butirat (%mM) 9,15±0,41ab 9,48±0,68ab 4,82±1,34c 6,19±0,38c 11,49±0,51a 7,75±1,46bc
Rasio asetat/propionat 5,83±0,27 4,61±0,46 4,82±0,39 4,46±0,23 4,54±0,55 5,23±0,32
(¿VLHQVL NRQYHUVL
70,55±0,19 71,82±0,65 70,96±0,51 71,63±0,27 72,15±0,72 70,89±0,54
KHNVRVD 9)$
Metan (mM) 40,02±0,44 37,90±0,90 37,73±0,83 37,11±0,55 38,01±1,13 38,90±0,44
Keterangan : T0=pakan tanpa tanin dan saponin; T1=pakan dengan saponin 1,2%; T2=pakan dengan tanin 0,5% dan saponin
0,9% dan T3=pakan dengan tanin 1% dan saponin 0,6%; T4=pakan dengan tanin 1,5% dan saponin 0,3% dan
T5=pakan dengan tanin 2% tanpa saponin; Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05)

(1995) biosintesis protein mikroba berkisar kecil dari hasil fermentasi protein pakan. Pada
antara 1 – 34 mg/100 ml, untuk pertumbuhan perlakuan pakan dengan penambahan tanin
maksimal sedangkan untuk aktivitas mikroba saponin menunjukkan adanya peningkatan
GLSHUOXNDQ NRQVHQWUDVL 1 1+ GDODP FDLUDQ produksi propionat dibandingkan pada pakan
rumen antara 5,0 – 23,5 mg/100 ml. Defaunasi kontrol akan tetapi secara statistik tidak berbeda
dapat meningkatkan pemanfaatan nitrogen oleh nyata (P>0,05). Proporsi asam propionat yang
ruminansia (Wina, 2005). Penurunan populasi rendah dapat disebabkan karena substrat
SURWR]RD DNDQ PHQLQJNDWNDQ NHWHUVHGLDDQ 1 GL memiliki kandungan pati dan gula yang rendah
GDODP VDOXUDQ SHQFHUQDDQ +HUGLDQ et al., 2011). disamping spesies bakteri yang berkembang
Bakteri pada rumen mampu menggunakan didalam rumen (Russel dan Rychlik, 2001).
SURWHLQ GDQ 131 EDLN \DQJ EHUDVDO GDUL Pada penelitian ini proporsi asam asetat lebih
SDNDQ PDXSXQ VDOLYD VHEDJDL VXPEHU 1+ tinggi dibanding standar diduga disebabkan
.HWHUVHGLDDQ 1+ LQL PHQ\HEDENDQ EDNWHUL bakteri yang menghasilkan asam asetat lebih
mampu berkembang dengan baik dalam berkembang baik dengan komposisi pakan yang
PHPIHUPHQWDVL SDNDQ .DGDU 1 1+ GDODP diberikan. Banyak hal yang mempengaruhi
cairan rumen merupakan petunjuk adanya komposisi VFA, salah satunya adalah komposisi
proses degradasi protein yang masuk dalam populasi mikroba rumen.
rumen dan proses sintesis protein oleh mikroba Proporsi asam propionat cenderung
UXPHQ +LGUROLVLV SURWHLQ PHQMDGL DVDP DPLQR meningkat pada pakan yang diberi penambahan
tersebut diikuti oleh proses deaminasi untuk tanin dan saponin dibandingkan dengan
PHPEHEDVNDQ 1+ 6HODLQ SURWHLQ VXPEHU NRQWURO +DO LQL GLEXNWLNDQ GHQJDQ PHQXUXQQ\D
1+ \DQJ ODLQ DGDODK GDUL KLGUROLVLV XUHD DWDX rasio asam asetat : asam propionat. Akan
garam-garam amonium yang dapat berasal dari tetapi peningkatan proporsi asam propionat
saliva maupun pakan (Arora, 1995). Menurut WHUVHEXW EHOXP FXNXS VLJQLÀNDQ 3!
6DQWRVR GDQ +DULDGL SDGD 3 SXUSXUHXP sehingga belum mampu secara nyata menekan
yang disuplementasi dengan Acacia magnium produksi gas metan. Wina (2005) mengatakan
yang mengandung saponin pada level 15-45% pengaruh utama dari pemberian saponin pada
PHPSHUOLKDWNDQ SURÀO NXDGUDWLN WHUKDGDS pakan terhadap fermentasi rumen adalah
NRQVHQWUDVL 1 1+ VHFDUD LQ YLWUR 'HIDXQDVL perubahan pola asam lemak rantai pendek
tidak memberikan pengaruh yang konstan yaitu meningkatnya proporsi propionat dan
WHUKDGDS DNWLÀWDV GHDPLQDVL PLNURED UXPHQ menurunnya rasio asetat dibanding propionat.
+VX HW DO (ÀVLHQVL NRQYHUVL KHNVRVD PHQMDGL 9)$
Konsentrasi VFA parsial dipengaruhi pada pakan dengan perlakuan mengalami
komposisi pakan dalam ransum. Produksi SHQLQJNDWDQ DNDQ WHWDSL EHOXP FXNXS VLJQLÀNDQ
asam asetat, propionat dan butirat tergantung 3! +DO LQL GLVHEDENDQ NDUHQD SHUXEDKDQ
pada fermentasi karbohidrat dan sebagian proporsi molar VFA yang tidak cukup

138
JITP Vol. 3 No. 3, Juli 2014

Q\DWD 1LODL 9)$ VHFDUD LQ YLWUR OHELK UHQGDK Diaz A., M. Avendano and A. Escobar. 1993. Evaluation
dibandingkan produksi VFA rumen. Sistem of Sapindus saponaria as a defaunating agent and its
effects on different ruminal digestion parameters.
fermentasi rumen bersifat continuous, yang
Livest. Res. Rural Dev., 5: 1-6.
memungkinkan mikroba rumen beradaptasi
terhadap pakan sehingga lebih mampu dalam +HUGLDQ + / ,VWLTRPDK $ )HEULVLDQWRVD GDQ '
Setiabudi. 2011 Pengaruh penambahan daun
mendegradasi pakan (Owens dan Goetsch,
Morinda citrifolia sebagai sumber saponin terhadap
1988). karakteristik fermentasi, defaunasi protozoa,
Proses pembentukan asam asetat dan produksi gas dan metana cairan rumen secara in
DVDP EXWLUDW PHQJKDVLONDQ JDV + GDQ &2 vitro. JITV, 16: 99-104
Gas-gas ini yang kemudian dimanfaatkan oleh +LDL 6 2XUD + 1DNDMLPD 7 &RORU UHDFWLRQ RI
bakteri metanogenik dalam pembentukan gas some sapogenins and saponins with vanillin and
metan. Semakin tinggi asam asetat dan asam sulfuric acid. Planta Medica, 29: 116–122.
butirat yang dihasilkan maka semakin tinggi +VX - 7 * & )DKH\ -U 1 5 0HUFKHQ DQG 5 , 0DFNLH
pula gas metan yang dihasilkan begitu juga 1991. Effects of defaunation and various nitrogen
sebaliknya. Pada percobaan ini produksi gas supplementation regimens on microbial number
metan cenderung menurun pada pakan dengan numbers and activity in t he rumen of sheep. J.
perlakuan, akibat menurunnya asam asetat pad Anim. Sci., 69: 1279-1289.
pakan perlakuan akan tetapi secara statistik tidak +X : / : <XH 0LQJ / -LDQ ;LQ * <DQ 4LX DQG
berbeda nyata (P>0,05). Menurut Jayanegara Y. Jun-An. 2005. Tea saponins affect in vitro
et al. (2009) efek tanin terkondensasi terhadap fermentation and metanaogenesis in faunated and
GHIDXQDWHG UXPHQ ÁXLG - =KHMLDQJ 8QLY 6FL., 6:
produksi gas metan masih belum konsisten. 787-792.
+DO LQL WHUJDQWXQJ SDGD WDQDPDQ VXPEHU WDQLQ
-D\DQHJDUD $ 1 7RJWRNKED\DU + 3 6 0DNNDU DQG
terkondensasi tersebut, karena struktur senyawa K. Becker. 2008. Tannins determined by various
tanin terkondensasi sangat bervariasi antara methods as predictors of methane production
satu tanaman dengan tanaman lainnya. reduction potential of plants by an in vitro rumen
vermentation system. Anim. Feed Sci. and Tech.,
150: 230-237.
KESIMPULAN DAN SARAN
-D\DQHJDUD $ $ 6RI\DQ + 3 6 0DNNDU GDQ .
Tanin dan saponin yang diberikan Becker. 2009. Kinetika produksi gas, kecernaan
bahan organik dan produksi gas metana in vitro
pada dosis yang tepat mampu memberikan pada hay dan jerami yang disuplementasi hijauan
keuntungan dengan mengatur populasi mengandung tanin. Media Peternakan, 32: 120-
protozoa sehingga fermetasi pakan lebih 129.
optimal. Berdasarkan hasil penelitian Jouany, J. P. 1991. Defaunation of the rumen. In : The
disimpulkan bahwa suplementasi tanin saponin Rumen Microbial Metabolism and Ruminant
pada taraf 1% tanin dan 0,6% saponin pada 'LJHVWLRQ - 3 -RXDQ\ HGLWRU ,QVWLWXWH 1DWLRQDOH
pakan mampu memberikan efek yang terbaik GH /D 5HFKHUFKp $JURQRPLTXH ,15$ 6DLQW
pada defaunasi dan fermentabilitas pakan, Genes Champanelle.
DNDQ WHWDSL EHOXP VLJQLÀNDQ PHQHNDQ SURGXNVL Kurihara, Y., T. Takechi and F. Shibata. 1978. Relationship
metan. Pada kombinasi tersebut, fungsi tanin between bacteria and ciliate protozoa in the rumen
dan saponin saling memperkuat sehingga RI VKHHS IHG RQ SXULÀHG GLHW - $JULF 6FL 90: 373-
381.
diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan suplementasi senyawa tunggal tanin 0DNNDU + 3 6 (IIHFW DQG IDWH RI WDQQLQV LQ
atau saponin. ruminant animals, adaptation to tannins, and
strategies to overcome detrimental effects of
Pada penelitian ini suplementasi kombinasi feeding tannin-rich feeds. Small Ruminant
tanin sebesar 1% dan saponin sebesar 0,60% Research, 49: 241–256.
mampu menghasilkan pengaruh optimal untuk
Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of Rumen
parameter defaunasi dan fermentabilitas. 0LFURELRORJ\ -DSDQ 6FLHQWLÀF 6RFLHWLHV
Perlu dilakukan penelitian secara in vivo Press,Tokyo. l-231 pp.
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
‘UVNRY ( 5 DQG 0 5\OH (QHUJ\ 1XWULWLRQ
produktivitas ternak. in Ruminants. Elsevier Science Publishers Ltd.
London.
DAFTAR PUSTAKA 2ZHQV ) 1 DQG $ / *RHWVFK 5XPLQDO
fermentation. In The Ruminant Animal Digestive
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. 3K\VLRORJ\ DQG 1XWULWLRQ ' & &KXUFK (G 3UHQWLFH
Diterjemahkan oleh R. Murwani. Gadjah Mada +DOO (QJOHZRRG &OLIIV 1HZ -HUVH\
University Press, Yogyakarta.

139
I. M. D. Wahyuni, dkk.

Pambayun, R., M. Gardjito, S. Sudarmadji dan K. R. :DQJ - . - $ <H DQG -LDQ ;LQ /LX (IIHFWV
Kuswanto. 2007. Kandungan fenol dan sifat of tea saponins on rumen microbiota, rumen
antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk fermentation, methane production and growth
gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi SHUIRUPDQFH³D UHYLHZ 7URS $QLP +HDOWK
Indonesia. 18: 141-146. Prod., 44: 697–706.

Russell, J. B., and Rychlik, J.L. 2001. Factors that alter :HL / + / -LDQ ;LQ < -XQ $Q : <XH 0LQ DQG *
rumen microbial ecology. Science 292: 1119–1122. <DQ 4LX (IIHFW RI WHD VDSRQLQ RQ UXPHQ
fermentation in vitro. Anim. Feed Sci. and Tech.,
6DQWRVR % GDQ% 7M +DULDGL 3HQJDUXKVXSOHPHQWDVL 120: 333-339.
Acacia mangium Willd pada Pennisetum purpureum
terhadap karakteristik fermentasi dan produksi Widyobroto B. P., S. P. S. Budhi dan A. Agus. 2007.
Pengaruh aras undegraded protein dan energi
gas metana in vitro. Med. Peternakan, 30: 106-113.
terhadap kinetik fermentasi rumen dan sintesis
6PLWK $ + - $ ,POD\ DQG 5 , 0DFNLH ,QFUHDVLQJ protein mikroba pada sapi. J. Indon. Trop. Anim.
the oxidative stress response allows Escherichia coli Agric., 32: 194-200.
to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Widyobroto, B. P. 1995. Degradasi protein dalam
Appl. and Environ. Microb., 69: 3406-3411. rumen dan kecernaan protein dalam intestinum.
Suharti, S., D.A. Astuti dan E. Wina. 2009. Kecernaan Dalam : Kursus Singkat Teknik Evaluasi Pakan
nutrien dan performa produksi sapi potong Ruminansia, Fak. Peternakan UGM, Yogyakarta.
Peranakan Ongole (PO) yang diberi tepung lerak Wina, E., S.Muetzel and K. Becker. 2005. The Impact of
(Sapindus rarak) dalam ransum. JITV, 14: 200-207. Saponin-Containing Plant Materials on Ruminant
Tilley, J. M. A, and R. A. Terry. 1963. A two stage Production-A review: 1-13.
technique for the in vitro digestion of forage.J. Wiseman, J. and W. J. A. Cole. 1990. Feedstuff Evaluation.
British Grassland Soc., 18: 104–111. Butterworth, London.
:DOODFH 5 - 1 5 0F(ZDQ ) 0 0F,QWRVK % Woodward, S. L., G. C. Waghorn, M. J. Ulyatt, and K. R.
7HIHUHGHJQH DQG & 1HZ %ROG 1DWXUDO Lassey. 2001. Early indications that feeding lotus
product as manipulators of rumen fermentation. will reduce methane emissions from ruminants.
Asian-Aus. J. Anim. Feed Sci. and Tech., 15: 1458- ,Q 3URFHHGLQJV RI WKH 7KH 1HZ =HDODQG 6RFLHW\ RI
1468. Animal Production. ACIAR, Adelaide, pp. 23–26.

140

Anda mungkin juga menyukai